Search This Blog

TESIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR BARISAN DAN DERET DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

TESIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR BARISAN DAN DERET DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

(KODE : PASCSARJ-0063) : TESIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR BARISAN DAN DERET DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL (PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu materi pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Hampir semua bidang studi menggunakan materi pelajaran matematika, contohnya persamaan phytagoras dan trigonometri digunakan untuk mengukur tinggi sebuah benda yang tidak bisa diukur secara langsung seperti gunung,pohon dll, matriks digunakan pada teknik sipil yakni untuk mengkonturksi jembatan, barisan dan deret digunakan pada pelajaran menejemen perbangkan yakni untuk menghitung bunga tunggal dan bunga majemuk, serta masih banyak langi peranan matematika yang sangat bermanfaat di bidang yang lain. Disisi lain, matematika selama ini dianggap pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa, bahkan ada siswa yang merasa takut, bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran ini. Hal ini dapat dibuktian dari angket yang saya sebarkan pada siswa kelas XII.IS. Dari 220 Responden diperoleh informasi bahwa 60 % mengatakan sulit dengan alasan terlalu banyak rumusnya dan banyak hitungannya, 27 % mengatakan kadang sulit dan kadang-kandang mudah, tergantung pengajarnya artinya jika gurunya pandai dalam menerangkan dan mudah dipahami siswa, maka matematika menjadi mudah dan sebaliknya jika guru kurang bisa mengajarkan materi dan sulit dipahami siswa, maka matematika menjadi sulit. Sisanya 13% mengatakan mudah, karena bisa memahami materi pelajarannya dan sering berlatih menyelesaikan soal-soal matematika. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang cukup sulit.
Hasil belajar matematika yang telah dicapai siswa selama ini masil jauh dari harapan, walaupun usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan atau memperbaiki prestasi belajar matematika dalam setiap jenjang pendidikan telah banyak dilakukan, antara lain : revisi kurikulum matematika, penataran guru matematika, penyediaan sarana-prasarana pembelajaran, dan sebagainya, namun kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika masih rendah. Hal ini sesuai dengan kenyataan misalnya : nilai rata-rata nilai Ujian Nasional bidang studi matematika SMA Negeri Se Kabupaten X tahun 2005 /2006 adalah 5,13 dan tahun 2006/2007 adalah 5,21.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa rendah diantaranya; Masih banyak guru yang menggunakan pola pembelajaran dimana cenderung "text book oriented" dalam arti menyampaikan materi sesuai dengan apa yang tertulis didalam buku dan tidak terkait kehidupan sehari-hari siswa. Cara pembelajaran cenderung monoton dan hanya menggunakan metode ceramah sehingga materi yang disampaikan menjadi sulit dipahami siswa. kecuali itu banyak guru mengajar dengan tidak memperhitungkan kemampuan berfikir siswa atau dengan kata lain tidak menggunakan pengajaran yang bermakna. Sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar siswa cenderung menghafal dan mekanistik.
Informasi yang kami peroleh dari angket yang kami ambil dari 220 responden menyebutkan bahwa prestasi belajar matematika rendah selain disebabkan oleh pelajaran matematika yang sulit juga disebabkan oleh gurunya. Guru tersebut dalam mengajarnya terlalu berbelit-belit, kadang-kadang menyimpang dari materi serta monoton. Guru tersebut dianggap kurang bisa menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa kesulitan mentransfer pelajaran matematika. Sebaliknya ada sebagian yang mengatakan bahwa pelajaran matematika itu mudah dan mengasikkan, itu disebabkan pengajaran yang disampaikan guru terurut dan terencana, memperhatikan kondisi dan kemampuan siswa serta mampu membangkitkan semangat belajar siswa. hasil belajar yang dicapai siswa menjadi lebih baik.
Harapan yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan matematika seperti yang diamanatkan kurikulum adalah pengelolaan pembelajaran matematika di sekolah dapat bermakna dan dapat membuat siswa mampu menerapkan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan sehari-hari dan bidang lain. Kegiatan pembelajaran matematikan juga diharapkan mampu membuat siswa terampil menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik dalam bidang metematika maupun dalam bidang yang lain. Kegiatan pembelajaran matematika juga diharapkan mampu membuat siswa berkembang daya nalarnya sehingga mampu berfikir kritis, logis, sistematis, dan pada akhirnya siswa diharapkan mampu bersikap obyektif, jujur, dan disiplin.
Menurut Pao-Nan Chou dan Ho-Huan Chen (2008: 8) dalam pembelajaran seorang guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa mempunyai ketrampilan, keberanian serta mempunyai kemampuan akademik (http://www.westga.edu/~dis). Penekanan pembelajaran matematika disekolah harus relevan dengan kehidupan sehari hari, supaya pelajaran matematika yang diperoleh akan bermanfaat. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran yang penting bagi peserta didik untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu.
Dari beberapa karakter diatas pembelajaran yang dirasa cocok adalah model pembelajaran kontekstual. Model Pembelajaran kontekstual adalah suatu srategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. ( Wina Sanjaya, 2005 : 255)
Model Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Dari hasil angket yang Peneliti berikan kepada 220 responden yakni membandingkan model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran langsung, didapatkan informasi bahwa 130 responden mengatakan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika jika guru menyampaikan dengan model pembelajaran kontekstual, 50 responden lebih mudah dengan model pembelajaran langsung dan 40 responden mengatakan sama saja. Dari informasi ini dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa lebih mudah memahami materi pelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
Kemampuan awal merupakan kemampuan yang dipandang sebagai masukan (input) yang harus dimiliki siswa sebelum mendapat kemampuan dan pengetahuan baru yang lebih tinggi. Seorang siswa akan lebih mudah memahami dan mempelajari materi pelajaran baru, apabila proses belajar-mengajar didasarkan pada materi yang telah diketahui sebelumnya sehingga siswa tinggal mengembangkan kemampuan awal yang sudah dimilikinya menjadi kemampuan baru yang lebih tinggi.
Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan bekal siswa dalam menerima materi pelajaran selanjutnya. Kesiapan dan kesanggupan dalam mengikuti pelajaran banyak ditentukan oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sehingga kemampuan awal merupakan pendukung keberhasilan belajar. Pelajaran matematika yang diberikan di sekolah telah disusun secara sistematis sehingga untuk masuk pada pokok bahasan lain, kemampuan awal siswa pada pokok bahasan sebelumnya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, setiap materi yang disampaikan hendaknya bisa diserap oleh siswa yang berkemampuan awal rendah maupun yang berkemampuan awal tinggi
Permasalahan rendahnya prestasi belajar matematika yang sering dihadapi dalam pembelajaran di SMA adalah pada siswa -siswa jurusan Ilmu Sosial ( IS). Nilai rata-rata pelajaran matematika siswa jurusan Ilmu Sosial (IS) masih jauh dibawah dari nilai rata-rata siswa jurusan Ilmu Alam (IA). Ini terbukti pada nilai rata-rata Ujian semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 di Kabupaten X. Nilai rata-rata siswa jurusan Ilmu Sosial (IS) adalah 6,02 sedangkan nilai rata-rata matematika jurusan Ilmu Alam (IA) adalah 6,85. Apakah rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa jurusan ilmu sosial disebabkan oleh kemampuan awal yang tendah. Hal ini dapat dilihat dari angket yang peroleh dari 220 responden siswa jurusan ilmu sosial. 83 responden mengatakan bahwa mereka masuk program jurusan ilmu sosial karena tidak lolos pada seleksi jurusan ilmu alam. Ini disebabkan karena nilai-nilai mata pelajaran program ilmu alam yang didalamnya termasuk matematika tidak memenuhi syarat. Ini berati kemampuan awal siswa jurusan ilmu sosial lebih rendah dibanding dengan siswa jurusan ilmu alam.
Materi pelajaran matematika yang diajarkan di kelas XII ilmu sosial diantaranya; integral, program linier, matriks serta barisan dan deret. Dari keempat pokok bahasan tersebut yang paling mendukung dalam program ilmu sosial adalah barisan dan deret , alasanya adalah barisan dan deret digunakan sebagai dasar dalam menghitung buga tunggal maupun bunga majemuk pada dunia perbangkan. Pemahaman siswa pada pokok bahasan ini perlu ditingkatkan karena sangat mendukung peningkatan prestasi materi pelajaran ilmu- ilmu sosial.

B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka untuk memperoleh sebuah informasi dalam meningkatkan prestasi pembelajaran barisan dan deret dengan mempertimbangkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual dan kemampuan awal siswa. Berdasarkan latar belakang maka masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan pretasi belajar matematika rendah karena pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit, sehingga banyak siswa yang tidak tertarik pada pelajaran matematika, sehingga muncul pertanyaan apakah kalau pelajaran matematika disampaikan dengan konsep pembelajaran yang menarik maka dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan pembelajaran matematika yang menggukakan media pembelajara (LCD) dengan pembelajaran matematika yang tidak menggunakan media pembelajaran
2. Ada kemungkinan prestasi belajar matematika rendah karena masih banyaknyaguru yang menggunakan model pembelajaran yang tidak mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa sulit menerima dan memahami materi yang disampaikan guru, sehingga muncul pertanyaan apakah kalau pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dengan pembelajaran yang mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari (model pembelajaran Kontekstual).
3. Ada kemungkinan prestasi belajar matematika masih jauh dengan apa yang diharapkan, nilai rata-rata matematika masih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata pelajaran yang lain dikarenakan kemampuan awal yang dimiliki siswa dirasa masih rendah sehingga, sehingga muncul pertanyaan apakah jika kemampuan awal yang tinggi maka prestasi belajar matematika menjadi tinggi.
Untuk menjawab pertanyaan ini maka dilakukan penelitian yang membandingkan siswa yang berkemampuan awal tinggi dengan siswa yang berkemampuan awal rendah.

C. Pemilihan Masalah
Dari masalah-masalah yang diidentifikasi diatas, peneliti ingin melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dua,dan ketiga yakni terkait dengan pembelajaran yang mengaitkan pada kehidupan sehari-hari (model pembelajaran kontekstual) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan barisan dan deret.
Penulis mengambil permasalahan ini mempunyai alasan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan prestasi belajar siswa, sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan sarana untuk mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Jika sarana untuk mentransfer pengetahuan baik dan lancer maka pengetahuan yang ditransfer akan maksimal.
Prestasi belajar siswa juga dipenagaruhi oleh kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan bekal siswa dalam menerima materi pelajaran selanjutnya. Kesiapan dan kesanggupan dalam mengikuti pelajaran banyak ditentukan oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sehingga kemampuan awal merupakan pendukung keberhasilan belajar. Pelajaran matematika yang diberikan di sekolah telah disusun secara sistematis sehingga untuk masuk pada pokok bahasan lain, kemampuan awal siswa pada pokok bahasan sebelumnya akan dijadikan sebagai bahan pendukung.

D. Pembatasan Masalah
Untuk mempertegas ruang lingkup masalah yang akan diteliti diadakan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Permasalahan yang diteliti adalah prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan barisan dan deret aritmatika maupun geometri
2. Pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran langsung.
3. Kemampuan awal yang akan diambil adalah kemampuan yang dibutuhkan dalam pembelajaran barisan dan deret. Kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam menyelesaikan system persamaan linier dengan subtitusi dan eliminasi, kemampuan pola bilangan berpangkat, kemampuan memfaktorkan .
4. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas XII jurusan Sosial SMA Negeri se-Kabupaten X.

E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung ?
2. Apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah ?
3. Pada masing-masing klasifikasi kemampuan awal, apakah prestasi belajar siswa pada model pembelajaran kontekstual lebih dari pada model pembelajaran langsung?
4. Pada model pembelajaran kontekstual, apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah?, dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah ?
5. Pada model pembelajaran langsung, apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah?, dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti yang membandingkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan langsung dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar barisan dan deret adalah:
1. Ingin mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran langsung.
2. Ingin mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
3. Ingin mengetahui apakah prestasi belajar siswa pada model pembelajaran kontekstual lebih dari pada model pembelajaran langsung, pada masing-masing klasifikasi kemampuan awal
4. Ingin mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada model pembelajaran kontekstual.
5. Ingin mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada model pembelajaran langsung.

G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Menambah pengetahuan tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual apa kelebihannya dan kapan model pembelajaran kontekstual digunakan
2. Memberikan masukan kepada guru matematika dalam memilih model pembelajaran yang harus digunakan dalam pembelajaran matematika
3. Diharapkan siswa dapat memperoleh manfaat yang baik hubungannya dengan peningkatan prestasi belajar.
4. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lain yang prosedur penelitianya hamper sama.
JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

  • (KODE PTK-0001) : SKRIPSI PTK APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0002) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0003) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS NARASI (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0004) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PARAFRASE WACANA DIALOG (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0005) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0006X) : TESIS PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME ASSISTED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0007X) : TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0008X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KOOPERATIF INTEGRASI MEMBACA DAN KOMPOSISI (CIRC) (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0009X) : TESIS PTK USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0010X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0011) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DRAMA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0012X) : TESIS PTK PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS DALAM PEMBELAJARAN FIQH ZAKAT (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0013X) : TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI BELAJAR PQ4R UNTUK PENINGKATAN MINAT BACA AL-QUR’AN DAN PRESTASI SISWA DI SMPN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0014X) : TESIS PTK UPAYA PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR MEMBUAT DOKUMEN PENGOLAH ANGKA DENGAN VARIASI TEKS, TABEL, GRAFIK, GAMBAR DAN DIAGRAM MELALUI MODEL PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0015X) : TESIS PTK PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SD X (MATA PELAJARAN : MATEMATIKA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0016) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS READING ABILITY USING RECIPROCAL TEACHING (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0017) : SKRIPSI PTK IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN COMPREHENDING READING PASSAGE THROUGH GROUP WORK (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0018) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA KELAS XI TAV-B SMKN X (MATA DIKLAT : KOMPETENSI KEJURUAN 3) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0019) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN DLM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING SISWA KELAS VII 2 SMP X-1 (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0020) : SKRIPSI PTK PENGUASAAN TEKNIK DASAR LEMPAR CAKRAM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS XI IPS SMAN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0021X) : TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VIII SMPN (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0022X) : TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X SMKN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0023X) : TESIS PTK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS (MATA PELAJARAN : IPS) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0024) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN LKS MATA DIKLAT KOMPETENSI KEJURUAN 1 PADA KLS XI TAV-C (MATA DIKLAT : KOMPETENSI KEJURUAN 1) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0025) : SKRIPSI PTK PEMANFAATAN MULTIMEDIA POWER POINT UTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF DI SMP X (MATA PELAJARAN : BIOLOGI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0026) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERDISKUSI SISWA KELAS IX A SMPN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0027) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VII B SMP X MENGGUNAKAN MEDIA CERITA BERGAMBAR (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0028X) : TESIS PTK PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 7 SMAN X (MATA PELAJARAN : MATEMATIKA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0029X) : TESIS PTK PENERAPAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MODEL INKUIRI SEBAGAI USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMP (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0030X) : TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN METODE LATIHAN DISTRIBUTED PROGRESSIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA MATERI BOLA BASKET DI SMAN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0031X) : TESIS PTK PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMAN X (MATA PELAJARAN : GEOGRAFI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0032X) : TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMERANKAN TOKOH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERMAIN DRAMA RENDRA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]] 
  • (KODE PTK-0033X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0034X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN SISWA KELAS I MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0035) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS VIII B SMP X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0036) : SKRIPSI PTK PENERAPAN REMEDIAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS II SDN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0037) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0038) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII E SMPN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0039) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII SMPN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0040) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) BAGI SISWA KELAS VII C SMPN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0041X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0042X) : TESIS PTK PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS SURAT DINAS MELALUI PENERAPAN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA SISWA KELAS VIII (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0043) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS SPEAKING ABILITY THROUGH PROJECT WORK (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMK KELAS X) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0044) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS SPEAKING SKILL USING VIDEO (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) - (SMK KLS XI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0045) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA UNTUK MEMAHAMI WACANA BAHASA INGGRIS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN SCRABBLE PADA SISWA KELAS I SMP (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMP KELAS I) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0046) : SKRIPSI PTK THE USE OF REFLECTIVE LEARNING TO IMPROVE STUDENTS MOTIVATION IN LEARNING ENGLISH (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMK KELAS X) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0047) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS VOCABULARY MASTERY USING BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME METHOD – (PENDIDIKAN TK) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0048) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS VOCABULARY MASTERY USING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SD KELAS III) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0049) : SKRIPSI PTK TEACHING ENGLISH THROUGH FUN ACTIVITIES (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SD KELAS II) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0050) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KREATIFITAS ANAK DIDIK MELALUI PERCOBAAN SAINS DI TK – (PENDIDIKAN TK) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0051) : SKRIPSI PTK PTK-PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN (MATA PELAJARAN : PKN) – (SMP KELAS VII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0052) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KOOPERATIF INTEGRASI MEMBACA DAN KOMPOSISI (CIRC) (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) – (SD KELAS I) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0053) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS READING COMPREHENSION ON NARRATIVE TEXT USING NARRATIVE VIDEO (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMA KELAS X) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0054) : SKRIPSI PTK THE USE OF TEXT BASED TASK TO IMPROVE STUDENTS LISTENING ABILITY (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMP KELAS VIII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0055) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI (MATA PELAJARAN : GEOGRAFI) – (SMA KELAS X) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0056) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) (MATA PELAJARAN : IPS EKONOMI) – (SMA KELAS XI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE PTK-0057) : SKRIPSI PTK PENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) – (SDLB KELAS III) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0058) : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA BALOK CUISENAIRE – (PENDIDIKAN TK) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0059) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) – (SMP KELAS VII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0060) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (MATA PELAJARAN : FISIKA) – (SMP KELAS VIII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0061) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN LISAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI (MATA PELAJARAN : FISIKA) – (SMP KELAS VIII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0062) : SKRIPSI PTK PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK TEKA-TEKI SILANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (MATA PELAJARAN : SEJARAH) – (SMP KELAS VIII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0063) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (MATA PELAJARAN : SEJARAH) – (SMA KELAS XI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0064) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN NARASI FAKTUAL DENGAN METODE CURAH GAGASAN (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) – (SMP KELAS VII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0065) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK BERCERITA DI KELAS V (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) – (SD KELAS V) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0066) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA - (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VIII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0067) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP PENGENALAN HARDWARE (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0068) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0069) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SEDERHANA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0070) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0071) : SKRIPSI PTK LATIHAN BERCERITA TENTANG TOKOH IDOLANYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS VI) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0072) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS I) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0073) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS III (MATA PELAJARAN : IPA) - (KELAS III) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0074) : SKRIPSI PTK OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA PETA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS IV (MATA PELAJARAN : IPS) - (KELAS IV) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0075) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DI TK (MATA PELAJARAN : PAUD) - (PGPAUD) [[ LIHAT ISI BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0076) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK TK MELALUI METODE SIMULATION GAME DENGAN MEDIA FLASHCARD (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0077) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DEKORATIF PADA ANAK DI TK X (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0078) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0079) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PENGGUNAAN METODE DISCOVERY PADA ANAK TK (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0080) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK TK DALAM KEGIATAN BERMAIN RAGAM BENTUK GEOMETRI (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0081) : SKRIPSI PTK UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI MELALUI PERMAINAN KARTU KATA (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0082) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0083) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI ANAK TK DALAM PEMBELAJARAN GERAK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BERNYANYI (SINGING GAMES) (PGTK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0084) : SKRIPSI PTK APLIKASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF DAN PROYEK TERBUKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI (MAPEL PAI KLS VII) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0085) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA AKSELERASI (MAPEL PAI KLS XI) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0086) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA (MAPEL PAI KLS V) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0087) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK (MAPEL PAI KLS X SMK) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0088) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI READING GUIDE DAN INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TENTANG AKHLAK TERPUJI (PAI KLS V) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0089) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DG METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DLM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (PAI KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0090) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK (PAI KLS VI) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0091) : SKRIPSI PTK PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA (BIMBINGAN KONSELING KELAS XI) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0092) : SKRIPSI PTK PENDEKATAN KONSELING REALITA DLM MENGUBAH KONSEP DIRI NEGATIF SISWA BROKEN HOME (BIMBINGAN KONSELING SMP) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0093) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP (AKUNTANSI KELAS XI) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0094) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR (AKUNTANSI KELAS X) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0095) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (IPA KELAS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0096) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PAKEM (MATEMATIKA KELAS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0097) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA INTENSIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI (BAHASA INDONESIA KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0098) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI (BAHASA INDONESIA KELAS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0099) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KATA LEMBAGA (BAHASA INDONESIA KELAS II) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PTK-0100) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENGATASI KESULILTAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN (BAHASA INDONESIA KELAS I) [[ LIHAT BAB I ]]
SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DRAMA

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DRAMA

(KODE PTK-0011) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DRAMA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti dinyatakan pada alinea keempat pembukaan UUD 1945. Ol eh sebab itu, upaya meningkatan kualitas pembelajaran di kelas merupakan amalan mulia karena memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut melalui pengorbanan yang tidak sedikit. Hal tersebut didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengalami kemajuan sangat pesat. Teknologi komunikasi antara lain internet, telepon, radio, televisi, video dan komputer yang memberikan arti penting bagi proses komunikasi. Tuntutan masyarakat yang sangat besar terhadap pendidikan didukung kemajuan IPTEK sehingga pendidikan tidak mungkin lagi dikelola dengan pembelajaran yang konvensional tetapi perlu dilakukan pembelajaran yang lebih inovatif. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menuntut penggunaan IPTEK sebagai media pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Suasana pembelajaran yang didominasi guru dan keterampilan berbahasa siswa rendah. Siti Mariyah (2005:160) berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai guru di sekolah dasar, ternyata dalam penyajiannya guru belum menggunakan metode yang bervariasi, proses pembelajaran didominasi oleh guru, kurang memanfaatkan atau menggunakan media pembelajaran, yang pada akhirnya pembelajaran kurang menarik, dan siswa menjadi pasif. Dengan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia yang memprihatinkan, mengharuskan kita untuk melakukan pembenahan. Misalnya dengan pembelajaran yang lebih inovatif, penggunaan metode, serta media pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa.
Pembelajaran yang inovatif menuntut penggunaan media pembelajaran untuk menumbuhkan minat dan keterampilan siswa. Arief S. Sadiman (2008:7) mengungkapkan media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa terjadinya proses belajar. Media pembelajaran yang digunakan guru masih terbatas pada buku. Sedangkan metode yang digunakan guru masih cenderung ceramah dan penugasan. Apabila pembelajaran tersebut dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan minat dan keterampilan yang dimiliki siswa berkurang. Dengan penggunaan media pembelajaran yang sesuai, diharapkan minat dan keterampilan siswa akan meningkat. Suasana belajar dikelas akan menjadi lebih menarik. Contoh media yang dapat digunakan dalam pembelajaran misalnya gambar, foto, papan flannel, poster, radio, tape recorder, televisi, video dan sebagainya.
Ketepatan penggunaan media sangat menunjang keberhasilan pembelajaran. Sehingga pemilihan dan penggunaan media dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki siswa. Demikian pula halnya dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN X, penggunaan media yang terbatas pada buku. Padahal dalam meteri pembelajaran bahasa Indonesia kelas V banyak dibutuhkan penggunaan media pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk menggali dan meningkatkan keterampilan yang dimiliki siswa.
Adapun materi pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V salah satunya adalah bermain drama. Drama adalah sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh berisi konflik manusia (http://skripsi. dagdigdug. com). Ozdemir (2008:14) drama activities provide lots of opportunities for revealing, supporting and developing creativity. Dengan bermain drama sikap yang dapat menumbuhkan kreativitas, sikap budi pekerti, percaya diri, keberanian menghadapi banyak orang, bertanggung jawab, dan memiliki jiwa seni. Sedangkan keterampilan yang dapat dikembangkan, antara lain memahami, menghayati, menghafal, berkomunikasi, berperan, kemampuan mengaktualisasikan diri kedalam situasi sosial yang dihadapi.
Drama dapat digunakan sebagai sarana dalam menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan dalam berbahasa. Dalam kehidupan sehari - hari siswa sekolah dasar sudah mengaktualisasikan diri dengan teman sebaya. Hal yang sering terlihat pada siswa sekolah dasar, misalnya bermain dengan teman sebaya, bekerjasama, bercakap-cakap dan menirukan adegan di televisi. Dengan demikian pembelajaran drama merupakan wadah mengekspresikan dan menanamkan rasa sosial di diri siswa. Melalui pembelajaran drama diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, kepekaan sosial yang tinggi dan dapat memerankan tokoh drama sesui dengan perwatakannya. Keterampilan bermain drama siswa dapat dikuasai setelah mendapatkan bimbingan. Adanya latihan yang terarah, berencana, berkesinambungan siswa serta pengalaman yang nyata, maka keterampilan bermain drama siswa akan lebih baik. Tetapi guru tidak mengajarkan pengalaman yang nyata pada siswa, sehingga keterampilan bermain drama siswa sangat rendah.
Melalui penggunakan media dapat merangsang ide dan ekspresi siswa bermain drama sesuai dengan karakter yang dimainkan siswa. Melalui pemahaman intonasi, pelafalan, ekspresi, blocking, maupun teknik-teknik lain yang harus diterapkan saat memerankan tokoh yang ada dalam drama. Sehingga media yang dianggap tepat untuk pembelajaran drama adalah media video drama. Ketepatan pemilihan dan penggunaan media video drama dapat meningkatkan kemampuan bermain drama. Hal ini ditegaskan oleh Wibawa Basuki (2001:73) menyatakan pendapatnya bahwa media ini dapat menyampaikan pesan audio-visual-gerak. Kegiatan bermain drama siswa akan lebih terarah dan sesuai dengan karakter siswa. Media audio visual berupa video drama yang berisi contoh memerankan tokoh drama yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Diharapkan dengan adanya video drama, mampu memberikan inspirasi serta gambaran yang nyata bagi siswa untuk memerankan watak dan tokoh drama secara baik, sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan kata lain upaya untuk meningkatkan keterampilan bermain drama siswa melalui penggunakan media video drama sebagai media pembelajaran.

B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kurang tepatnya media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi bermain drama sehingga kemungkinan akan dapat mempengaruhi keterampilan beramin drama siswa.
2. Terbatasnya Kompetensi yang dimiliki guru menyebabkan proses penyampaian materi bermain drama terhadap siswa tidak tepat sasaran.
3. Kurang keprofesionalan Guru Kelas V SDN X belum menggunakan media video drama sehingga membawa dampak rendahnya keterampilan drama siswa.


C. Pembatasan Masalah
Pembatasan Masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan bermain drama yang dimaksud meliputi: lafal, intonasi, ekspresi, pantomimic, dan blocking.
2. Media video drama yang dimaksud adalah media berbentuk audio visual yang memberi gambaran nyata anak untuk memerankan dialog drama.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penggunaan media video drama dapat meningkatkan keterampilan bermain drama pada siswa kelas V SDN X ?


E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk meningkatan keterampilan bermain drama dengan menggunakan media video drama pada siswa kelas V SDN X.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatnya keterampilan bermain drama siswa.
b. Sebagai solusi alternatif bagi guru untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar terkait dengan media pembelajaran.
c. Sebagai acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatnya keterampilan bermain drama.
b. Manfaat bagi guru adalah dapat meningkatnya wawasan pengajaran drama.
c. Bagi sekolah adalah penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi sekolah dan instansi terkait dalam menyusun dan melaksanakan program pembinaan kepada guru.
TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MEDIA GAMBAR

TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MEDIA GAMBAR

(KODE PTK-0010X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dalam setiap proses pendidikan selalu melibatkan pendidik dan siswa. Maka diperlukan hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Suatu aktivitas pembelajaran melibatkan kemampuan fisik, kemampuan mental, dan kemampuan sosial. Cara guru mengajar melibatkan peranan, inisiatif, dan keikutsertaan siswa yang tinggi dalam menetapkan masalah, mencari informasi, dan menentukan cara pemecahan masalah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada salah satu Standar Kompetensi (SK) untuk siswa kelas V Semester satu khususnya aspek berbicara adalah sebagai berikut; mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara. Dalam hal ini dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD) yaitu "menceritakan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar" (Depdiknas, 2006: 327).
Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasasi oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil tidaknya ia berbicara. Untuk itulah, sudah seharusnya di sekolah-sekolah, terutama Sekolah Dasar, membekali peserta didiknya dengan memperbanyak latihan-latihan keterampilan berbicara. Bloomfield (1977:42) mengatakan bahwa semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bygate (1987:26) bahwa dalam berbicara seseorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif, maka agar dapat bercerita dengan baik, seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Diantaranya adalah lafal, intonasi, ejaan, kosa kata, dan sebagainya.
Namun, pencapaian kompetensi keterampilan berbicara pada umumnya belum maksimal, karena beberapa faktor yang menjadi penyebab, salah satunya adalah metode pembelajaran dan media pembelajaran. Penerapan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan akan mampu meningkatkan daya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Melihat faktor tersebut, maka dengan pemanfaatan metode dan media yang tepat siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri.
Namun, pada umumnya pembelajaran keterampilan berbicara di Sekolah Dasar (SD) Negeri X kurang maksimal, guru cenderung lebih dominan pada pembelajaran teori kebahasaan. Maka keterampilan berbicara belum tercapai secara optimal, terbukti siswa masih takut untuk mengemukakan pendapat, malu bertanya, kurang percaya diri dalam berkomunikasi, sulit untuk mengungkapkan kembali isi cerita dan sebagainya.
Kekurangmampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerita umumnya disebabkan karena daya imajinasi siswa untuk menangkap penjelasan guru secara menyeluruh masih rendah. Sehingga cerita yang disampaikan guru tidak dapat diceritakan kembali sepenuhnya oleh siswa. Oleh karena itu, guru mengembangkan media pembelajaran melalui penggunaan media gambar cerita dengan maksud agar siswa dapat menginterpretasikan isi cerita sesuai dengan imajinasinya yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan kembali isi cerita, mengungkapkan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna.
Penggunaan gambar cerita merupakan alat bantu (media) agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan terjadi bina suasana kelas. Dengan media ini diharapkan anak terangsang untuk menggunakan daya indera pendengarannya secara maksimal untuk menyimak cerita guru. Setelah anak menyimak cerita guru, daya imajinasi anak akan muncul selaras dengan alur dan tokoh cerita guru, dan akhirnya anak diharap mempunyai kemampuan menceritakan kembali apa yang telah diceritakan oleh gurunya dan juga dapat mengadopsi perilaku positif dari tokoh cerita. Kemampuan anak untuk menceritakan kembali isi cerita merupakan modal dasar anak dalam melatih aspek keterampilan berbicara.
Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara, karena tidak dipergunakannya alat peraga atau gambar yang membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya. Siswa juga kurang menguasai keterampilan berbicara dalarn Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara melalui media gambar perlu dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara.
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat teridentifikasi, antara lain:
1. Penerapan media yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu meningkatkan daya keaktifan siswa dalam belajar dan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri.
2. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh anak didik karena merupakan bagian yang turut menentukan prestasi belajar anak didik.
3. Penguasaan keterampilan berbicara tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan latihan dan kerja keras.
4. Agar siswa terampil berbicara, guru dituntut memiliki inovasi-inovasi yang diimplementasikan dalam pernbelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut antara lain penggunaan media gambar.
Agar pembahasan tidak terlalu meluas dan lebih terfokus pada pokok masalah perlu dilakukan pembatasan masalah. Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini hanya dibatasi pada pembahasan upaya untuk meningkatkan kemampuan bercerita atau berbicara melalui penggunaan media gambar cerita. Gambar cerita yang dimaksudkan di sini adalah terdiri dari beberapa gambar seri yang apabila dirangkai akan mempunyai sebuah makna cerita.

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penggunaan media gambar agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri X?
2. Apakah dengan menggunakan media gambar, keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri X dapat ditingkatkan?
3. Apakah dengan menggunakan media gambar sikap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri X dapat ditingkatkan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penggunaan atau peran media gambar dalam hal meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri X.
2. Meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri X.
3. Meningkatkan sikap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup aspek teoretis maupun praktis.
1. Manfaat teoretis dimaksudkan bahwa hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan salah satu teori belajar sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam upaya pelaksanaan penelitian lebih lanjut dalam aspek pengembangan teori yang sama namun dalam kelas yang berbeda.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian secara praktis diharapkan bermanfaat bagi :
a. Manfaat bagi siswa
1) Penguasaan bahan pelajaran akan lebih baik.
2) Siswa akan lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicra dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik.
3) Siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dengan adanya media gambar sebagai alat bantu pembelajaran. Dengan media gambar itulah siswa dapat ditumbuhkan kreativitas dan imajinasi berpikirnya dengan cara mendeskripsikan sesuatu melalui gambar tersebut menurut cara pandang sendiri.
4) Hasil pembelajaran lebih efektif bagi siswa karena siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan sehingga dapat menceritakan hasil pengamatan melalui media gambar dengan bahasa yang runtut, baik dan benar.
b. Manfaat bagi guru
1) Guru mendapatkan pengetahuan yang lebih konkrit mengenai penggunaan media gambar dalam meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara siswa.
2) Guru dapat mengefektifkan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa, khususnya dengan penggunaan media gambar.
TESIS PTK USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

TESIS PTK USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(KODE PTK-0009X) : TESIS PTK USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas membaca dan menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang dikuasai setelah kemampuan menyimak dan berbicara. Dibandingkan dengan kemampuan menyimak dan berbicara, ketrampilan membaca dan menulis jauh lebih sulit menguasainya. Hal ini disebabkan kemampuan membaca dan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan nonkebahasaan.
Di kelas 1 sekolah dasar, pengajaran membaca dan menulis diberikan dengan sederhana. Pengajaran ini dikenal dengan MMP (Membaca Menulis Permulaan) dengan tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis dengan teknik-teknik tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan dengan kalimat sederhana (Tarigan, 1997 : 20).
Sering guru yang mengajar membaca dan menulis permulaan pada kelas I Sekolah Dasar belum mempunyai strategi belajar mengajar secara efektif dan efisien. Nana Sudjana (1989 : 24) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas I SD yang tentunya berbeda dengan kondisi siswa pada kelas yang lebih tinggi.
Salah satu cara untuk mengatasi hal itu guru dapat melakukan terapi dengan penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas guru akan memperoleh manfaat praktis yaitu ia dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya, dan bagaimana cara mengatasi masalah itu (Modul Pelatihan Terintegrasi PTK, 2004 : 6).
Dalam penelitian ini peneliti menawarkan salah satu alternatit tindakan yang perlu diterapkan dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas I SD dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002 : 1). Guru merancang kegiatan agar siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan baru sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran membaca menulis permulaan unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan tanpa mempelajarinya.
2. Kesulitan-kesulitan dalam membaca menulis permulaan yang dialami siswa akan berakibat rendahnya hasil belajar siswa.
3. Guru hendaknya melakukan tindakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas 1 sekolah dasar dapat ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan yang sesuai.
5. Pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas 1 sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran membaca menulis permulaan dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri X?
2. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri X?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri X melalui pendekatan kontekstual.
2. Menjelaskan penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan salah satu teori belajar. Teori ini berisi bagaimana usaha agar kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa kelas 1 sekolah dasar dapat ditingkatkan. Dengan demikian pembelajaran lebih efektif dan efisien.
b. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti lain dalam upaya melaksanakan penelitian yang lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, khususnya guru kelas permulaan Sekolah Dasar. Dengan pertimbangan itu guru mengetahui pentingnya melakukan tindakan kelas dengan pendekatan kontekstual agar dapat mengubah dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis permulaan.
b. Bagi siswa, dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dapat dirasakan manfaatnya. Siswa akan cepat bisa membaca dan menulis kata atau kalimat sederhana dengan berbagai variasi karena mengalami dan menemukan sendiri dan bukan menghafal huruf atau kata.
c. Bagi sekolah, digunakan sebagai dasar dalam menyusun dan melaksanakan program pembinaan kepada guru khususnya guru bahasa Indonesia.
d. Bagi lembaga terkait (Cabang Dinas Pendidikan), sebagai bahan evaluasi dan pengembangan profesi bagi para pengawas atau kepala cabang dinas yang membawahi.
TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KOOPERATIF INTEGRASI MEMBACA DAN KOMPOSISI (CIRC)

TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KOOPERATIF INTEGRASI MEMBACA DAN KOMPOSISI (CIRC)

(KODE PTK-0008X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KOOPERATIF INTEGRASI MEMBACA DAN KOMPOSISI (CIRC) (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Membaca adalah modal bagi seseorang untuk mempelajari buku dan mencari informasi tertulis. Membaca bagi seorang siswa juga menjadi modal agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain membaca, menulis juga harus dikuasai oleh siswa agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar. Karena itu, kemampuan membaca dan menulis bagi siswa menjadi modal utama untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar atau kegiatan pembelajaran.
Membaca dan menulis merupakan dasar bagi seseorang untuk dapat melakukan komunikasi secara tertulis. Komunikasi merupakan satu hal yang penting bagi manusia untuk dapat tetap bertahan hidup dan bermasyarakat. Tanpa komunikasi, maka manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Karena itulah maka komunikasi sangat penting bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia ini. Salah satu bekal untuk dapat berkomunikasi tersebut manusia harus dapat membaca dan menulis.
Kemampuan membaca dan menulis tersebut dimaksudkan untuk dapat memahami bahasa komunikasi. Bahasa merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi dan sangat besar fungsinya. Karena pentingnya membaca dan menulis, maka hal tersebut diajarkan kepada siswa di sekolah. Dengan belajar dan menulis, maka siswa akan dapat melakukan komunikasi dalam kehidupan sosialnya sehari-hari.
Pentingnya kemampuan membaca dan menulis bagi siswa menjadikan pembelajaran membaca dan menulis menjadi pelajaran paling awal yang harus diikuti oleh siswa. Karena itu, pelajaran membaca dan menulis permulaan dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar pada kelas I. Namun demikian, adanya tuntutan jaman yang semakin canggih dan cepat, pelajaran membaca dan menulis telah dikenalkan kepada para peserta didik di TK. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa ketika masuk ke sekolah tingkat dasar.
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Bahasa merupakan alat penting bagi manusia untuk komunikasi (Gorys Keraf, 980: 1). Selain itu, bahasa merupakan sarana berpikir keilmuan (Herman J Waluyo, 2006: 30). Sebagai sarana komunikasi dan juga sebagai sarana berpikir keilmuan, maka bahasa menjadi vital dan penting untuk dipelajari. Pembelajaran bahasa dimulai dari pembelajaran membaca dan menulis.
Kurikulum sekolah di Indonesia saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006: 22) di dalamnya mencantumkan pelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Sebagai pelajaran wajib, maka semua siswa mendapatkan pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis.
Pembelajaran di sekolah memerlukan pengelolaan yang baik agar dapat diperoleh pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta membuat siswa senang (Dick E Reiser, 1998). Sementara itu Dunne & Wragg (1996) menjelaskan bahwa pembelajaran efektif memudahkan siswa belajar sesuatu yang bemanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Karena itulah untuk dapat memperoleh pembelajaran yang efektif guru harus dapat mengelola kegiatan belajar mengajar dengan sebaik-baiknya, yaitu kegiatan belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh A Malik Fajar bahwa secara umum KBM di sekolah harus menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, dan menguatkan daya pikir siswa, yang berpedoman pada tujuan, sehingga KBM akan lebih efektif (pengelolaan KBM, 2003. 1).
Pembelajaran yang efekti merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan saat ini merupakan suatu hal yang segera harus dilakukan. Mengingat mutu pendidikan saat ini mulai menurun, terutama pendidikan moral yang dapat dilihat dari hasil pendidikan yang saat ini banyak yang tidak memiliki moral. Banyaknya pejabat yang melakukan tindakan amoral merupakan salah satu petunjuk bahwa pendidikan di Indonesia belum memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan. Rendahnya mutu pendidikan dikarenakan oleh kegiatan pendidikan yang tidak berkualitas. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka hal tersebut hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas juga (Umaedi, 1999: 1).
Pembelajaran bahasa Indonesia hingga saat ini belum menampakkan hasil yang maksimal. Banyak siswa yang tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dapat dilihat di beberapa jenjang pendidikan termasuk pendidikan tinggi, bahkan para lulusan perguruan tinggi sering melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia sering terlihat pada kegiatan menulis. Rendahnya kemampuan lulusan sekolah dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dikarenakan pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang berhasil.
Kurangnya keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia dikarenakan guru tidak melakukan pengelolaan kegiatan pembelajar mengajar sebagaimana mestinya. Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran, terdapat tiga aspek dalam pembelajaran (Lindgren, 1976). Ketiga aspek tersebut, pertama, siswa yang merupakan faktor yang paling penting karena tanpa siswa tidak akan ada proses belajar. Kedua, proses belajar yaitu apa saja yang dihayati siswa apabila mereka belajar, bukan apa yang harus dilakukan pendidik untuk mengajarkan materi pelajaran melainkan apa yang dilakukan siswa untuk mempelajarinya. Ketiga, situasi belajar, yaitu lingkungan temapt terjadinya proses belajar dan semua factor yang mempengaruhi siswa atau proses belajar seperti pendidik, kelas dan interaksi di dalamnya.
Pembelajaran bahasa dimulai dari membaca dan menulis. Pembelajaran membaca dan menulis dimulai sejak anak masuk di kelas I sekolah dasar. Dalam hal ini, siswa belajar membaca dan menulis permulaan. Belajar membaca dan menulis permulaan yaitu belajar mengenal huruf, bunyi huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata, dan akhirnya merangkai kata menjadi kalimat. Pembelajaran membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I dimaksudkan agar siswa dapat memiliki keterampilan membaca dan menulis. Keterampilan membaca dan menulis dalam hal ini merupakan keterampilan dalam tingkat dasar, yaitu siswa dapat membaca dan menulis dengan lancar.
Agar keterampilan membaca dan menulis permulaan pada siswa SD dapat dilakukan dengan baik serta diperoleh hasil yang maksimal, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Mengingat pentingnya pelajaran membaca dan menulis permulaan sebagai dasar untuk memperoleh ilmu pengetahuan, maka perlu diupayakan suatu alternatif strategi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SD yang tepat. Keluhan tentang kekurang terampilan siswa dalam membaca dan menulis di SD pada pelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini masih dirasakan, bahkan dalam kenyataan ada keluhan guru yang mengajar di kelas II dan III SD masih ada siswa yang belum dapat membaca dan menulis. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut, namun utamanya adalah dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Keberhasilan pembelajaran membaca dan menulis permulaan memerlukan dukungan dari beberapa faktor, antara lain adalah faktor keluarga, fasilitas, motivasi, dan terutama adalah metode pembelajaran yang sesuai.
Kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I yang berada di daerah perkotaan dan pedesaan tentunya juga memiliki perbedaan. Kasus yang sama juga dapat terjadi antara sekolah dengan tingkatan menengah atas dengan sekolah pada tingkatan menengah bawah. Hal ini tentunya dapat menjadi perhatian tersendiri bagi pada praktisi pendidikan. Karena itu, sangat perlu dilakukan penelitian agar gap atau jarak antara sekolah dengan kategori menengah atas dengan menengah bawah tidak telalu jauh.
Berbagai metode dan pendekatan pembelajaran membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I cukup banyak. Banyaknya metode tersebut tentunya memerlukan kemampuan guru untuk memilih metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Karena setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda. Karena itulah maka guru harus dapat memahami kelasnya masing-masing agar dapat memilih metode yang tepat untuk kelasnya.
Siswa kelas I di Sekolah Dasar Negeri X selama ini masih memiliki kemampuan menulis dan membaca yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa tersebut adalah pada metode pembelajaran yang digunakan guru selama ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksperimen atau tindakan pembelajaran dengan metode yang berbeda. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan adalah dengan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC). Karena itulah maka penelitian ini dilakukan untuk mencoba menggunakan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC) dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa kelas I Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC) dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri X?
2. Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri X?


C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC) dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri X.
2. Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC) pada siswa kelas I SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan keaktifan, motivasi, minat, dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Hasil penelitian dapat menjadi wawasan bagi guru dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC).
b. Hasil penelitian dapat menjadi bahan inspirasi untuk menentukan metode lain dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi sekolah
Bagi sekolah diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi sekolah secara keseluruhan.
TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

(KODE PTK-0007X) : TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BSNP, 2006: 2)
Seperti diuaraikan dalam penjelasan Pasal 6 ayat 8 Undang-Undang RI No.29 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bahwa dalam pendidikan juga dikembangkan kemampuan siswa mengapresiasi dan kemampuan mengekspresikan keindahan serta harmoni yang mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun kehidupan bermasyarakat sehingga mampu menciptakan kebersamaan.
Pada pasal 7 ayat 2 dinyatakan bahwa muatan bahasa mencakup antara lain penanaman kemahiran berbahasa dan kemampuan dalam apresiasi terhadap karya sastra. Jika pembelajaran bahasa merupakan sarana untuk mengembangkan penanaman kemahiran yang menyangkut penalaran, pembelajaran apresiasi sastra merupakan sarana untuk mengembangkan sastra efektif, bukan kognitif (Boen S. Oemarjati, 2005: 7)
Pembelajaran apresiasi puisi dapat membantu siswa dalam mengembangkan kualitas kepribadian, antara lain ketekunan, kepandaian, pengimajinasian, dan penciptaan. Melalui kegiatan apresiasi puisi, siswa selalu dipertemukan dengan berbagai pengalaman terutama pengalaman batin. Misalnya pengalaman menginterprestasikan karya sastra, pengalaman mengikuti dan menganalisis puisi, sampai pada bagaimana siswa mengalami proses kreatif menciptakan puisi.
Faktor guru sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar. Keberhasilan proses pembelajaran tidak dapat lepas dari peran guru. Guru dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan profesional. Masalah profesionalisme guru selama ini banyak yang mempertanyakan. Guru profesional dituntut memiliki empat kompetensi yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Guru yang profesional yang telah memiliki empat kompetensi tersebut diharapkan mampu mengaplikasikan berbagai teori belajar di bidang pengajaran, mampu memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, mampu melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan mampu menciptakan suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Proses pembelajaran yang dilakukan tidak berpusat pada guru, tetapi berpusat pada siswa dengan menempatkan siswa sebagai subjek dalam belajar sehingga siswa yang aktif dengan guru sebagai fasilitator dalam belajar. Kemampuan guru untuk menerapkan metode pengajaran yang bervariasi yang sesuai dengan kondisi siswa, diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diajarkan setiap jenjang pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik, mampu menggunakan bahasa dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia masing-masing memiliki empat aspek dasar keterampilan kebahasaan dan kesastraan yang harus dikuasai oleh siswa. Keempat aspek tersebut meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini harus dikuasai oleh siswa karena merupakan keterampilan dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berbahasa dan bersastra memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini karena fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan bahasa akan lebih hidup dan bernilai dengan sastra. Kemampuan berbahasa yang baik dapat menentukan keberhasilan komunikasi sehingga siswa dapat beradaptasi dan dapat bertahan dalam suatu masyarakat. Sedangkan mempelajari sastra dapat memperhalus budi pekerti, saling menghargai sesama makluk Tuhan, sehingga hidup menjadi lebih bermakna.
Dalam kurikulum yang berlaku sekarang, kemampuan bersastra yang diharapkan dan dicapai oleh siswa meliputi (1) mendengarkan karya sastra, (2) melisankan karya sastra dan berbicara karya sastra, (3) membaca karya sastra, dan (4) menulis karya sastra (Depdiknas, 2006: 8). Oleh karena itu kurikulum menuntut kepada guru untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam apresiasi sastra, sehingga ia mampu melibatkan siswanya ke dalam pengalaman berapresiasi sastra seperti tercantum dalam kurikulum .
Pengajaran sastra di Indonesia merupakan gabungan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Baik disebut secara implisit yaitu pelajaran bahasa Indonesia pasti sudah mengandung pelajaran sastra. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah formal, biasanya diampu oleh seorang guru, yang disebut guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia dituntut untuk mampu melaksanakan pengajaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini karena memang bahasa dan sastra mempunyai hubungan yang sangat erat. Bahasa merupakan satu-satunya media pengungkapan bagi para sastrawan dalam menciptakan kreasi karya-karya sastra.
Banyak pengamat dan praktisi pendidikan yang masih banyak mempertanyakan keberhasilan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Terutama dalam pembelajaran sastra yang dianggap masih gagal. Penyebab kegagalan pembelajaran sastra bukan semata-mata karena faktor guru, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan sebagai penyebabnya. Namun, pada kenyataannya banyak guru yang lebih menekankan pada aspek kebahasaan dari pada sastra.
Program pengajaran apresiasi sastra Indonesia yang dipadukan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan sastra Indonesia dianggap masih kurang menarik bagi siswa. Penyebab kurang menariknya pelajaran apresiasi sastra Indonesia di antaranya cara guru mengajar yang tidak memotivasi siswa, kurang akrabnya siswa dengan karya sastra, juga adanya pandangan negatif sebagian masyarakat terhadap sastra. Hal itu disebabkan kurang terbinanya pengajaran apresiasi sastra Indonesia dengan baik.
Sastra adalah karya imajinatif yang lebih banyak bersentuhan dengan masalah perasaan, instuisi, dan kepekaan estetis. Maka, bukan tidak beralasan jika muncul mitos-mitos miring yang menyebabkan lemahnya minat untuk mendekati sastra secara intens. Pandangan negatif terhadap sastra (menurut Jalaludin, 2003: 70-71) dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Kehidupan para seniman identik dengan kehidupan yang tidak wajar, bebas, kasar, anarkhis, suka mengkritik, berpikir aneh, berbaju kumal, berambut gondrong, dan sikap eksentrik lainnya.
2. Menjadi ahli sastra bukanlah pekerjaan yang menguntungkan secara materiil,
3. Ada yang beranggapan bahwa sastra merupakan dunia para pengkhayal ulung, potret kehidupan para pekerja seni yang seolah-olah dipandang sebagai orang yang kekurangan pekerjaan.
4. Dalam hal keilmuan, sastra dipandang hanya menjadi urusan para pakar, kritikus, atau seniman sastra.
Pandangan negatif tersebut tidak sepenuhnya benar, karena sastra memiliki misi kemanusiaan yang hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung atau dinilai secara materiil. Pembelajaran sastra tidak dimaksudkan untuk mencetak para sastrawan atau ahli-ahli sastra.
Pandangan tersebut barangkali berkaitan dengan dialektika fungsi sastra, menurut Horace bahwa sastra bersifat dulce (indah) dan utile (berguna). Kekeliruan dalam menafsirkan kata utile, sifat kebergunaan tidak dapat diartikan seperti petunjuk praktis dalam membuat masakan, tetapi sastra dapat memberikan pengaruh sangat besar terhadap cara berpikir seseorang mengenai hidup, mengenai baik buruk, mengenai benar salah, dan mengenai cara hidup sendiri serta bangsa.
Selama ini dalam praktiknya pembelajaran sastra belum mendapat porsi yang sama dibandingkan dengan pembelajaran bahasa. Porsi waktu dan muatan materinya kurang mendukung siswa untuk belajar sastra dengan baik. Banyak kalangan yang menganggap bahwa pembelajaran sastra kurang penting. Padahal pembelajaran sastra apabila ditinjau dari fungsinya adalah untuk penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, imajinasi, dan ekspresi secara konstruktif baik secara lisan maupun secara tertulis (Depdiknas, 2004: 5).
Sastra dianggap mampu membuka pintu hati pembacanya untuk menjadi manusia berbudaya, yakni manusia yang responsif terhadap lingkungan komunitasnya, mengukuhi keluhuran budi dalam hidup, dan berusaha menghindari perilaku negatif yang bisa menodai citra keharmonisan hidup. Hal itu terwujud apabila seseorang mempunyai tingkat apresiasi sastra cukup tinggi.
Secara teoretis, peran sastra dalam kehidupan memang sangat penting, namun dilihat dalam kehidupan nyata, peran sastra tampak sering tidak penting. Pembelajaran sastra antara ada dan tiada, hal ini membuktikan bahwa posisi pengajaran sastra sangat terpinggirkan. Rendahnya tingkat apresiasi sastra siswa di sekolah sebagai indikator kegagalan pembelajaran sastra seperti yang sudah dilontarkan oleh banyak kalangan, baik dari kalangan pendidikan, baik guru, masyarakat umum, maupun para sastrawan.
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, begitu pula dunia hiburan semakin mudah diperoleh, mengakibatkan terpinggirnya puisi sebagai salah satu karya sastra yang menghibur dan mendidik. Daya apresiasi masyarakat terhadap puisi semakin menipis. Anak-anak tidak lagi mengenal puisi, misalnya puisi tradisional (lama) maupun puisi baru (modern) yang sebenarnya banyak mengandung pendidikan, fasafah, dan nilai-nilai positif yang sangat relevan dengan kehidupan.
Menurut siswa pembelajaran sastra khususnya puisi dianggap tidak menarik untuk dipelajari dan penyampaian pembelajaran sastra puisi kurang inovatif menyebabkan mereka bosan. Menurut siswa pembelajaran puisi sulit dan kurang menarik, sehingga mereka tidak tertarik untuk mempelajarinya. Hal demikian juga dibenarkan oleh guru kelas VI, Bapak Drs. Yoh Suparjo bahwa hasil belajar siswa pada sastra lebih rendah dari pada pembelajaran bahasa. Kurang tertariknya siswa pada sastra menjadi salah satu penyebabnya.
Keprihatinan berbagai pihak terhadap pembelajaran apresiasi sastra disebabkan pula oleh sejumlah keterbatasan yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut. Hal itu tampak pada terbatasnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran sastra, terbatasnya sosialisasi model-model pembelajaran sastra yang inovatif, dan terbatasnya materi sastra yang dimasukkan ke dalam buku ajar atau buku pelajaran sekolah, khususnya buku pelajaran bahasa Indonesia. (Andayani, 2008).
Berdasarkan hasil pra-survei yang dilakukan di SD Negeri X, penulis mencoba mengidentifikasikan permasalahan yang ada bahwa pembelajaran apresiasi puisi yang selama ini berlangsung di SD Negeri X, (1) masih bersifat individual belum memanfaatkan potensi interaksi dan kerja sama antar siswa, (2) minimnya umpan balik dari guru maupun teman sejawat atau sesama teman belajar, (3) penyusunan rencana pembelajaran apresiasi sastra puisi, (4) penyediaan bahan ajar apresiasi sastra puisi.
Juga diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi masih sangat rendah. Hal ini diketahui dari observasi dan data berupa nilai siswa. Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa juga didapatkan informasi bahwa sebenarnya siswa menyukai pelajaran tentang puisi, tetapi kurang tertarik karena dianggap kuno dan cara penyampaian guru yang terkesan membosankan. Hal ini dapat diketahui ketika disuruh oleh guru untuk membacakan puisi di depan kelas, tidak ada siswa yang berani. Hal ini dapat disebabkan oleh siswa itu sendiri yang belum mempunyai keberanian untuk tampil di depan kelas, dapat juga karena siswa enggan.
Hasil wawancara dengan guru, dikatakan bahwa memang selama ini anak-anak kurang tertarik dalam pembelajaran puisi. Guru telah mencoba berbagai metode yang dimiliki namun belum dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Proses belajar mengajar tergantung pada tiga unsur: (1) tingkat partisipasi dan jenis kegiatan belajar yang dihayati siswa, (2) peran guru dalam proses belajar belajar mengajar, (3) suasana proses belajar. Makin intensif partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar makin tinggi kualitas proses belajar itu.
Tingkat partisipasi siswa yang tinggi dapat dicapai apabila mereka memiliki kesempatan untuk secara langsung (1) melakukan berbagai bentuk pengkajian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, (2) berlatih berbagai keterampilan kognitif, personal-sosial, dan psikomotorik, baik yang berbentuk sebagai efek langsung pengajaran maupun sebagai dampak pengiring pelaksanaan berbagai kegiatan belajar, dan (3) menghayati berbagai peristiwa sarat nilai baik secara pasif dalam bentuk pengamatan dan pengkajian maupun secara aktif keterlibatan langsung di dalam berbagai kegiatan serta peristiwa sarat nilai.
Lebih lanjut dikatakan bahwa, pembelajaran apresiasi sastra menjadi hal yang penting untuk dikaji secara cermat karena pada hakikatnya dalam pembelajaran apresiasi sastra, khususnya di sekolah dasar, siswa seharusnya akan mendapat kesempatan mendalami karya-karya sastra berupa puisi, cerita dan drama anak-anak. Berkaitan dengan hal tersebut, diuraikan oleh Herman J.Waluyo (2002: 3) bahwa kekuatan karya sastra terletak pada pesan yang terkandung di dalamnya. Pesan yang disampaikan melalui karya sastra dapat sangat kuat dan lebih bersifat abadi jika dibandingkan dengan pesan secara harfiah. Karena itu, apresiasi sastra sebagai kegiatan pembelajaran menjadi hal yang penting.Guru dituntut pula memahami kurikulum pembelajaran sastra dengan fungsinya, ruang lingkup, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, serta mampu pula menggunakannya dalam penyusunan silabus, dalam menyusun bahan pelajaran, dan dalam menyajikan pelajaran di kelas. Permasalahan pembelajaran apresiasi sastra (puisi) membutuhkan kajian yang lebih spesifik untuk mencapai sasaran secara tepat. (Andayani, 2007).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mencoba menerapkan metode Student Achievement Team Division (STAD) dalam pembelajaran apresiasi puisi. Penerapan metode ini menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, dan konstruktif. Keterpaduan ini dapat terwujud dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan perolehan nilai atau kemampuan siswa pada suatu kegiatan belajar mengajar yang konsisten.
Alasan pemilihan metode ini karena diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan di atas. Metode ini termasuk ke dalam metode diskusi kelompok bebasis pembelajaran kooperatif dengan menempatkan siswa dalam tim campuran (heterogen) berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku. Hal ini sangat memungkinkan siswa untuk belajar mengapresiasi puisi secara berkelompok dengan memanfaatkan potensi interaksi dan kerja sama antar siswa. Namun demikian, kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa lebih ditekankan pada kompetensi individual meskipun dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelompok.
Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan siswa bekerja sama dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu. Saat belajar kelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Setiap siswa menggunakan nomor yang telah diberikan oleh guru, dalam satu kelompok memiliki nomor yang berbeda. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa lebih ditekankan pada kompetensi individual meskipun dilakukan dengan bentuk diskusi kelompok. Penggunaan nomor sebagai upaya untuk membangkitkan motivasi siswa secara individu dalam mengemukakan pendapat atau tanggapan secara lisan.
Setiap anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap permasalahan yang dibahas dalam forum diskusi. Dengan demikian anggota akan selalu siap jika sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru berdasarkan nomor yang dimilikinya. Guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan. Metode ini pun dibantu oleh metode pelatihan, penugasan, dan tanya jawab sesuai dengan satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat terwujud.
Penelitian tentang penerapan metode STAD untuk meningkatkan kemampuan apresiasi puisi belum pernah dilakukan di SD Negeri X. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Hal ini dipilih karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran, sehingga semua guru perlu mendalami dan berperilaku kritis terhadap apa yang sebenarnya dilakukan oleh siswa maupun guru.
Dengan demikian guru dapat mengubah sendiri strategi pembelajaran untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus mengubah proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Oleh karena penelitian ini berjudul "Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas VI SD Negeri X (Penelitian Tindakan Kelas)"

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan metode STAD dapat meningkatkan intensitas proses pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas VI SD Negeri X?
2. Apakah penerapan metode STAD dapat meningkatkan kemampuan apresiasi puisi pada siswa kelas VI SD Negeri X?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk:
1. Meningkatkan intensitas proses pelaksanaan pembelajaran puisi dengan penerapan metode STAD pada siswa kelas VI SD Negeri X.
2. Meningkatkan kemampuan apresiasi puisi dengan menerapkan metode STAD pada siswa kelas VI SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan kebahasaan dan kesastraan, terutama dalam penerapan metode pembelajaran STAD dalam pembelajaran sastra khususnya apresiasi puisi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya kemampuan mengapresiasi puisi siswa;
2) Memberikan kesempatan kepada siswa menjadi aktif dan kreatif;
3) Membantu siswa untuk dapat berinteraksi dengan baik antar sesama teman dan melatih kerja sama dalam tim, melatih tanggung jawab individu;
4) Membantu mengatasi kesulitan pembelajaran sastra khususnya pada apresiasi puisi;
b. Bagi Guru
1) Memperoleh informasi tentang tingkat kemampuan siswa dalam mempelajari apresiasi puisi untuk menjadikan acuan pada pembelajaran berikutnya;
2) Meningkatkan intensitas proses pembelajaran bahasa dan sastra khususnya Apresiasi puisi;
3) Mampu melaksanakan pembelajaran dengan metode yang inovatif terutama terhadap pelajaran sastra khususnya pada apresiasi puisi;
4) Memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran sastra khususnya pembelajaran puisi.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang konduksif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang baik, aktif, kreatif dan inovatif;
2) Sebagai masukan dalam rangka pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru;
3) Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi pada puisi.
TESIS PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME ASSISTED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI

TESIS PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME ASSISTED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI

(KODE PTK-0006X) : TESIS PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME ASSISTED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan komunikasi tertulis saat ini secara umum dapat dikatakan mengalami gejala penurunan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi seperti teknologi telepon seluler dan semakin berkembangnya internet hingga ke daerah-daerah pedesaan. Karena itu pulalah perusahaan jasa seperti kantor pos juga mulai mengalami penurunan pendapatan. Kemudahan komunikasi dengan adanya teknologi komunikasi yang modern menyebabkan orang lebih memilih untuk berkomunikasi secara langsung melalui sarana telepon. Selain dapat dikatakan secara lebih jelas, pembicaraan secara langsung melalui pesawat telepon dapat dilakukan secara timbal balik. Pembicaraan yang dilakukan secara langsung memungkinkan bila ada keinginan dari komunikator yang belum dapat dipahami oleh komunikan, akan dapat ditanyakan secara langsung. Dengan demikian, komunikasi melalui telepon dilakukan secara dialog.
Perkembangan teknologi komunikasi ternyata masih belum mampu menggeser penuh kegiatan komunikasi secara tertulis. Salah satunya adalah di lembaga pemerintahan. Lembaga pemerintah merupakan lembaga resmi atau sering disebut dengan lembaga formal, dalam kegiatannya masih menggunakan sarana komunikasi yang memiliki kekuatan hukum. Hal ini tentu sangat logis karena kegiatan lembaga pemerintah harus memiliki landasan yang kuat. Perlunya landasan yang kuat tersebut karena adanya tuntutan laporan pertanggung jawaban terhadap segala apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah. Termasuk pula dalam kegiatan komunikasi, baik antara individu dengan lembaga atau sebaliknya. Karena itulah maka kegiatan komunikasi secara tertulis tidak dapat ditinggalkan di lembaga pemerintahan.
Kegiatan komunikasi secara tertulis, apalagi komunikasi secara formal, memiliki etika dan aturan tersendiri. Karena itu, para pelaku komunikasi dalam kegiatan di lembaga pemerintah secara formal harus dapat mengikuti aturan yang ada. Kegiatan komunikasi secara formal di lembaga pemerintahan tidak dapat dilakukan sekehendak para pelaku komunikasi. Karena itu, para pelaku komunikasi dalam kegiatan komunikasi secara formal harus mempelajari aturan-aturan yang berlaku dalam komunikasi secara tertulis.
Salah satu pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan komunikasi adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa sebagai alat komunikasi perlu dipelajari sejak dini agar dalam kehidupannya, seseorang dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain dengan benar. Mengkomunikasikan gagasan dengan benar dapat menghindari salah pengertian yang dapat menyebabkan kesenjangan antar individu. Karena itulah, di sekolah dasar sudah diajarkan tentang komunikasi secara tertulis yang merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. Pada jenjang sekolah dasar, materi komunikasi secara tertulis termasuk bagian dari kurikulum sekolah dasar kelas VI pada pelajaran Bahasa Indonesia. Masuknya materi komunikasi pada jenjang sekolah dasar dimaksudkan agar siswa sejak dini mengenal cara komunikasi tertulis. Dengan pembekalan komunikasi sejak dini diharapkan siswa sudah mahir berkomunikasi ketika memasuki masa usia kerja.
Penggunaan komunikasi tertulis, terutama secara resmi masih dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi. Komunikasi tertulis tersebut dalam bentuk surat menyurat atau koresmpondensi. Selain fungsinya sebagai alat komunikasi, lembaga-atau organisasi menggunakan surat sebagai alat komunikasi juga digunakan sebagai alat dokumentasi. Dengan adanya surat yang dikomuntasikan, maka kegiatan organisasi dapat terpantau dengan baik. Apalagi bila berhubungan dengan organisasi lain, maka dokumentasi surat dapat dipergunakan sebagai alat bukti bahwa telah melakukan kegiatan komunikasi seperti transaksi, janji, atau penyerahan wewenang atau kekuasaan. Dengan demikian, urgensi surat resmi saat ini masih sangat penting dan diperlukan, meskipun perkembangan teknologi komunikasi sudah jauh lebih maju dan cepat.
Pembelajaran surat resmi di sekolah dasar termasuk bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran surat resmi tersebut dimaksudkan agar sejak dini siswa sudah mengenal surat resmi. Pembelajaran surat menyurat bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Dengan keterampilan menulis surat resmi, maka siswa dapat melakukan komunikasi tertulis dengan sebuah lembaga atau instansi baik negeri maupun swasta.
Sekolah Dasar Negeri X merupakan salah satu sekolah dasar yang telah membelajarkan tentang surat menyurat pada pelajaran Bahasa Indonesia pada siswanya yang duduk di kelas VI. Selain untuk memenuhi tuntutan kurikulum, Sekolah Dasar Negeri X ingin membekali siswanya tentang komunikasi, baik komunikasi tertulis maupun lisan. Namun pada kelas VI tahun pelajaran XXXX/XXXX hasil pembelajaran menulis surat belum menunjukkan keberhasilan.
Banyak siswa yang masih belum mampu mencapai nilai batas minimal yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 70. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes terhadap siswa Adanya fenomena tersebut tentunya perlu sekali diambil tindakan perbaikan agar siswa mampu menguasai pemahaman pada materi komunikasi tertulis dalam bentuk surat resmi. Kemampuan menulis surat resmi sangat diperlukan oleh siswa karena hampir semua orang akan berhubungan dengan pemerintah. Sehingga bila sewaktu-waktu memiliki keperluan dengan pemerintah dalam bentuk surat, maka ia akan dapat menulis surat secara resmi.
Sehubungan dengan hasil belajar menulis surat resmi yang belum mencapai batas minimal tersebut, maka diperlukan tindakan perbaikan agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan memenuhi batas minimal yang telah ditentukan. Untuk itu diperlukan tindakan kelas dengan pembelajaran yang berbeda. Sesuai dengan hasil pengamatan, maka tindakan kelas dilakukan melalui tindakan kelas dengan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis konstruktivisme assisted learning. Dengan pendekatan konstruktivisme assisted learning diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman dari teman-temannya, orang yang lebih dewasa dan berpengalaman, serta lingkungannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pendekatan konstruktivisme assisted learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis surat resmi siswa kelas VI SD Negeri X?
2. Apakah penerapan pendekatan konstruktivisme assisted learning dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas VI SD Negeri X?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran menulis surat resmi melalui pendekatan konstruktivisme assisted learning siswa kelas VI SD Negeri X.
2. Meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dengan pendekatan konstruktivisme assisted learning pada siswa kelas VI SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca, terutama bagi guru sehingga dapat meningkatkan kreativitas guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti yang akan datang dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan yang sama pada mata pelajaran yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, yaitu:
1) partisipasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar meningkat.
2) Keterampilan menulis surat resmi siswa meningkat.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru sehingga dapat menerapkan pendekatan konstruktivisme assisted learning, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, meningkatkan kemampuan guru dalam memberi penguatan, meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran, dan meningkatkan guru dalam mengadakan penelitian tindakan kelas.
c. Bagi sekolah
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa.