A. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di SMPN X belumlah menggembirakan. Setidaknya itu tercermin dalam hasil tes tengah semester dan tes akhir semester kelas VIII masih di bawah memuaskan, terutama kelas VIII A yang nilai reratanya selalu berada di bawah nilai rerata kelas lain. Ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1: Rerata Nilai Tengah Semester dan Nilai Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII Tahun Pelajaran XXXX/XXXX
* Tabel sengaja tidak ditampilkan *
Data di atas menunjukkan bahwa rerata nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A selalu berada di bawah rerata nilai kelas lain bahkan nilai rerata tersebut masih berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah ini yaitu 66.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia diakui oleh guru kelas mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa di kelas ini mengalami kesulitan dalam memahami aspek kemampuan berbahasa, mengakibatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tidak berjalan secara optimal. Bahkan guru menilai proses pembelajaran masih jauh dari tujuan akhir pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
Siswa yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia rendah pada kelas VIII A, oleh guru kelas diidentifikasikan salah satu penyebabnya adalah kurangnya kemampuan siswa dalam mengintegrasikan aspek-aspek kebahasaan yang ada seperti yang diharapkan dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2004. Berdasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama, ada empat aspek kebahasaan yang harus dicapai nilai ketuntasan pembelajarannya. Empat aspek itu meliputi aspek: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Dari empat aspek kebahasaan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, ada keterkaitan yang erat antara keempat aspek tersebut.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Keempat aspek kebahasaan ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain, ada keterkaitan yang erat antara keempat aspek tersebut (Henry Guntur Tarigan, 1994: 1).
Pendapat senada disampaikan oleh Brown dalam Joko Nurkamto yang mengatakan bahwa proses belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam praktiknya, empat kemampuan berbahasa yang ada tidak digunakan satu persatu secara terpisah tetapi digunakan secara simultan dan terpadu. Kegiatan berbicara misalnya, mengimplikasikan perlunya kegiatan menyimak, demikian juga kegiatan menulis mengimplikasikan perlunya kegiatan membaca (2000: 3)
Berdasar pada karakteristik empat aspek tersebut, proses pembelajaran dengan pendekatan integratif antaraspek kemampuan berbahasa merupakan cara yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum Bahasa Indonesia adalah pendekatan integratif (Imam Syafi'ie, Mam'ur Saadie, Roekhan. 2001: 2.19)
Berdasar pada pandangan di atas, peneliti dan guru bidang studi mengadakan sharing ideas untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah lemahnya kemampuan berbahasa pada siswa kelas VIII A, sehingga kemampuan berbahasa siswa meningkat. Berdasar sharing ideas yang dilakukan ditemukan alternatif pemecahan, dalam proses belajar-mengajar guru diharapkan lebih menfokuskan pada pendekatan integratif antaraspek kemampuan berbahasa yang variatif sehingga dalam proses pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan mudah diterima oleh siswa.
Peningkatan kemampuan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A SMPN X dapat dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu dengan memadukan antaraspek berbahasa dalam sebuah pembelajaran. Misalnya meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan memadukan kemampuan berbahasa yang lain seperti mendengarkan dan membaca atau meningkatkan kemampuan menulis dengan memadukan kemampuan membaca dan berbicara. Pembelajaran bahasa dengan pendekatan integratif ini selain meningkatkan kemampuan menulis siswa akan mempengaruhi pula peningkatan kemampuan berbahasa lainnya. Pengintegrasian yang lain misalnya dalam mengukur kemampuan membaca siswa akan melibatkan aspek kemampuan mendengarkan, berbicara dan menulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dilakukan dapat dengan melalui ceramah, tanya jawab, diskusi dan inkuiri yang berhubungan dengan aspek kemampuan berbahasa. Seperti diungkapkan White (1997: 14) metode pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan audio lingualisme. Pembelajaran bahasa yang menggunakan metode ini akan menempatkan kegiatan berbicara (speaking) sebagai pembelajaran bahasa yang paling utama (speaking practice), sementara sebagai pendukung bahasa yang sudah dipraktikkan melalui berbicara diberikan membaca (reading) dan menulis (writing).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam proses pembelajaran mempunyai kebebasan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam pembelajaran bahasa secara terintegratif yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Konsep dasar dalam pembelajaran bahasa adalah guru melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam pembelajaran terpadu, agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai dengan harapan, ada persyaratan yang harus dimiliki, yaitu (a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan konseptual intra dan antar mata bidang studi dan (b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran integratif dapat dilakukan dengan dua cara, (1) yaitu pembelajaran integratif dengan cara memadukan antar aspek yang ada dalam satu bidang studi, dan (2) adalah pembelajaran integratif antar bidang studi, yaitu memadukan dua bidang studi dalam satu kajian misalnya bidang bahasa dengan sejarah, atau bidang studi lainnya. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/36/implementasi pendidikan budi pek.htm.
Integratif dalam proses pembelajaran bahasa dapat dikatakan sebagai rancangan kebijakan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran, sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah. Pendekatan integratif dalam pembelajaran bahasa ada dua macam:
(1) Integratif internal; keterkaitan yang terjadi antara bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada mata pelajaran bahasa dengan fokus menulis, kita bisa mengaitkan dengan membaca dan mendengarkan.
(2) Integratif eksternal; keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, misalnya: bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya sedang untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.
(http://www.scribd.com/doc/3294575/Pendekatan-terpadu-Imron-Nurdiansyah)
Sebuah proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak setelah dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran tersebut. Evaluasi yang paling tepat dalam menilai kemampuan berbahasa Indonesia siswa adalah evaluasi proses dengan memadukan antaraspek kebahasaan yang ada. Evaluasi proses merupakan evaluasi sulit dan membutuhkan kegiatan ekstra dari guru bidang studi. Jumlah siswa yang banyak dan karakter yang berbeda pula menjadi kendala dalam pelaksanaan evaluasi ini bagi seorang guru. Kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi guru dalam melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam melakukan peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia dengan pendekatan integratif akan terlihat dalam pelaksanaan tindakan kelas nanti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX?
2. Apakah penerapan pendekatan integratif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menanamkan konsep-konsep tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan melakukan pendekatan integratif dan mendeskripsikan tentang peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VIII A dengan pendekatan integratif yang dilakukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX?
2. Meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX ?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam peningkatan mutu pendidikan.
Manfaat teoritis, dalam penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang kebahasaan. Penelitian ini khusus mengkaji tentang kemampuan berbahasa Indonesia siswa dengan mengambil setting SMPN X.
Manfaat praktis, bahwa penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada guru dan siswa. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif.
2. Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif.