A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai komponen, bersifat timbal balik, dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya baik tidaknya pembelajaran yang berlangsung sangat menentukan perolehan hasil belajar, yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah.
Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas. Kelas dalam hal ini dapat berarti ruangan yang digunakan oleh guru dan anak didiknya dalam melakukan segala kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Salah satu upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah pembaharuan metode mengajar. Metode mengajar dapat dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pendidikan kewarganegaraan pada khususnya.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) Pendidikan agama; (b) Pendidikan kewarganegaraan; (c) Bahasa; (d) Matematika; (e) Ilmu pengetahuan alam; (f) Ilmu pengetahuan sosial; (g) Seni dan budaya; (h) Pendidikan jasmani dan olahraga; (i) Ketrampilan/kejuruan; dan (j) Muatan lokal dan ayat (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: (a) Pendidikan agama; (b) Pendidikan kewarganegaraan; dan (c) Bahasa.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa (Kardiyat Wiharyanto, 2005 : 3).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang pengusaannya menuntut siswa menghafal materi yang telah disampaikan, sehingga terkadang siswa merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya, siswa menampakkan sikap acuh dan malas. Perilaku siswa yang demikian tentu saja menunjukkan motivasi mereka terhadap pembelajaran PKn masih rendah. Motivasi yang masih rendah tersebut mungkin juga dipengaruhi oleh faktor gaya mengajar atau metode mengajar yang diterapkan oleh guru.
Guru dituntut dapat mengkomunikasikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik agar materi dapat dipahami sepenuhnya oleh siswa. Tetapi guru juga harus bisa membangkitkan motivasi siswa, karena bagaimanapun motivasi akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran PKn saat ini dirasa masih banyak menggunakan metode mengajar konvensional. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang termotivasi dalam belajar. Dalam metode ini, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan kurang melibatkan peran serta siswa, sehingga siswa cenderung jenuh dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Demikian pula yang terjadi di SMPN X.
SMPN X adalah merupakan sekolah yang sekarang telah mengalami berbagai perubahan. Adanya pergantian pemimpin yang semakin lama bergerak kearah perbaikan. Keadaan sekolah terletak strategis di tepi jalan raya menyebabkan kondisi belajar mengajar sedikit tergganggu. Sehingga diperlukan suatu kondisi pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan wawancara dengan seorang guru PKn kelas VII SMPN X pada bulan Januari XXXX dilaporkan bahwa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung ada sebagian siswa yang ramai, tidak serius, dan tidak berkonsentrasi. Sikap siswa yang demikian menunjukkan bahwa motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran PKn masih rendah.
Guru memaparkan bahwa motivasi siswa yang rendah disebabkan karena beberapa kemungkinan, diantaranya: siswa lebih tertarik dengan mata pelajaran yang lain, siswa menganggap mudah mata pelajaran PKn, metode yang selama ini diterapkan oleh guru masih konvensional.
Berdasarkan hasil wawancara di atas terdapat tiga kemungkinan penyebab rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran PKn. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki model pembelajaran. Ada berbagai model pembelajaran, diantaranya: "model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran langsung dan model pembelajaran induktif" (Mohammad Faiq, XXXX).
Dalam usaha untuk meningkatkan motivasi siswa maka dapat digunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan interaksi siswa sehingga menumbuhkan kemampuan kerja sama dan mengembangkan sikap sosial siswa. Di samping itu model pembelajaran kooperatif bisa membantu meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran di kelas, sehingga siswa tidak mudah jenuh. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam metode, yaitu: " Student Teams Achievement Division (STAD), Group Investigation (GI,) Jigsaw, Structural Approach (Numbered Heads Together dan Think Pare Share)" (Richard I. Arends, 2000: 323-326).
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah metode Numbered Heads Together. Diantara metode pembelajaran kooperatif yang lain metode Numbered Heads Together lebih mudah untuk diterapkan. Selain itu metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi siswa, sebagaimana dipaparkan oleh Suci Intan Sari (2007) dalam sebuah penelitian yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X-B SMA Negeri 1 Lembang)". Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
Metode Numbered Heads Together adalah suatu metode mengajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian secara acak guru memanggil salah satu nomor dari siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Guru menunjuk siswa lain untuk memberikan tanggapannya, kemudian guru memberi kesimpulan. Metode ini dikembangkan untuk membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa. Hal ini disebabkan dalam metode pembelajaran Numbered Heads Together, semua siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang mereka pahami. Kelebihan Metode Numbered Heads Together yaitu setiap siswa siap, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Melalui metode Numbered Heads Together diharapkan siswa akan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran PKn. Siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kelompoknya sehingga tidak mudah merasa bosan dan tetap berkonsentrasi selama pembelajaran berlangsung.
Berdasar uraian dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul " Penerapan Metode Numbered Heads Together Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PKn kelas VII E SMPN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX".
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Motivasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas VII E SMPN X masih rendah.
2. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru, karena guru masih menggunakan metode konvensional.
3. Pengelolaan kelas kurang kondusif.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta identifikasi di atas maka masalah dapat dibatasi agar lebih jelas.
Masalah dalam penelitian ini adalah tentang motivasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas VII E SMPN X tahun ajaran XXXX/XXXX yang rendah. Rendahnya motivasi akan ditingkatkan melalui penerapan metode Numbered Heads Together
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah disampaikan di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
"Apakah metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas VII E SMPN X?"
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah serta perumusan masalah di atas maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
"Untuk mengetahui apakah metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas VII E SMPN X".
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Dapat menemukan teori atau pengetahuan baru tentang peningkatan motivasi belajar melalui penggunaan metode Number Heads Together
b. Sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat menikmati model pembelajaran yang tidak seperti biasanya sehingga mereka tidak jenuh dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
b. Bagi guru, dapat mengembangkan metode dalam pembelajaran PKn agar lebih bervariatif sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didiknya.
c. Bagi sekolah, hasil pengembangan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran PKn bagi para guru PKn yang lain
d. Bagi peneliti, memberikan masukan bagi calon guru dalam memilih dan menggunakan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang tepat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn.