Search This Blog

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DI TK

(KODE : PTK-0569) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DI TK (PGPAUD)


BAB II 
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 

A. Berhitung Pada Anak Usia Dini 
l. Pengertian Berhitung
Berhitung menurut Suyanto (2005 : 158) menghitung yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari angka satu. Jika sudah mahir anak dapat melanjutkan menghitung kelipatan, misalnya kelipatan dua, lima, atau sepuluh. Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat jangan sampai dapat merusak pola perkembangan anak
Menurut Sujiono (2004 : 112) banyak pendapat tentang definisi berhitung dari berbagai sumber rujukan, diantaranya menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasa berhitung adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan.
Sedangkan menurut Sumantri (2011 : 98) berhitung adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial, baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya tanpa itu matematika hanya sebuah kumpulan rumus-rumus yang mati.
Dari pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa berhitung merupakan sesuatu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep untuk melatih kecerdasan dan keterampilan anak dalam penyelesaian soal-soal yang memerlukan pecahan.

2. Manfaat Berhitung
Melihat paparan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya minat anak untuk belajar permainan melalui berhitung. Menurut Sisdiknas (2000 : 2) berhitung memiliki manfaat agar anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajarannya sebagai berikut; a) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, b) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat, c) Memiliki ketelitian, konsentrasi dan daya apresiasi yang tinggi, d) Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
Pembelajaran pada anak berdasarkan konsep berhitung yang benar. Manfaat pembelajaran berhitung meliputi : a) Menghindari ketakutan anak pada matematika sejak awal; b) Membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan bermain anak berdasarkan konsep matematika yang benar.
Dari uraian berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa manfaat berhitung antara lain : a) Anak mampu berfikir logis; b) Memiliki ketelitian, konsentrasi dan daya apresiasi yang tinggi; c) Menghindari ketakutan anak pada matematika sejak awal.
Permainan berhitung yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar di TK bermanfaat antara lain untuk : 
1. Membelajarkan anak berdasarkan konsep berhitung yang benar, menarik dan menyenangkan.
2. Menghindari ketakutan terhadap matematika berhitung sejak awal.
3. Membantu anak belajar matematika berhitung secara alami melalui kegiatan bermain.

3. Tahap-tahap Berhitung
Menurut Depdiknas, 2000 : 6 dalam Susanto, tahap yang dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung anak usia dini melalui tiga tahap yaitu : 
a) Tahap Konsep
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit, contoh : pengenalan warna, bentuk dan menghitung.
b) Tahap transmisi/peralihan
Proses berfikir merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual berbeda. Contoh : pengenalan lambang bilangan atau angka.
c) Tahap lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang. Contoh : pengenalan lambang angka disertai gambar jumlahnya. Menurut Ahmad Susanto, tahap berhitung meliputi : tahap konsep tahap transmisi/peralihan, tahap lambang.
a) Tahap konsep
Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan menghitung-hitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga benar-benar dipahami oleh anak.
b) Tahap transmisi/peralihan
Tahap transmisi merupakan masa peralihan dari kongkret ke lambang, tahap ini adalah saat anak mulai benar-benar memahami.
c) Tahap lambang
Tahap di mana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk.
Sedangkan menurut Reys dalam Susanto (2011 : 101) mengemukakan lima tahapan dalam berhitung, lima tahapan ini yaitu : 

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

(KODE : PTK-0568) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (BIMBINGAN KONSELING KELAS X)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Ada 5 penelitian yang akan dipaparkan sebagai penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain : 
Penelitian yang terkait dalam percaya diri adalah penelitian dari Andayani dalam tesisnya tentang "Konsep Diri, Harga Diri, Dan Kepercayaan Diri Remaja" membuktikan secara empiris bahwa hubungan antara konsep diri, harga diri, dan kepercayaan diri adalah variabel-variabel yang saling berkaitan. Keterkaitan variabel-variabel ini mungkin saja merupakan akibat aspek-aspek yang diungkap saling tumpang tindih. Namun, sejauh yang dapat diungkap tampak bahwa variabel konsep diri merupakan prediktor yang lebih kuat dari pada harga diri terhadap kepercayaan diri. (Andayani : 1996)
Penelitian dari Ahmad Jaelani tentang "Hubungan Antara Kepercayaan diri dengan Interaksi Sosial Siswa Kelas III Pada Sekolah Di SLTP Negeri Kota Tegal Tahun Pelajaran 2002/2003" menjelaskan kepercayaan diri adalah keberanian beraktivitas yang didasari atas keyakinan dan kemampuan yang dimilikinya dan kemandirian beraktivitas yang ditunjukkan dan diakui orang lain dalam meraih prestasi yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan teknik korelasi product moment diperoleh rxy = 0,701. Oleh karena itu r hitung sebesar 0,701 sedangkan pada r tabel 0,344 pada taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95%. Dalam hal ini kedua Variabel kepercayaan dengan interaksi sosial siswa sangat erat hubungannya. Siswa yang mempunyai interaksi sosial aktif mampu mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Keterkaitan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti bahwa kepercayaan diri mempunyai hubungan korelasional dengan hubungan interaksi sosial, individu yang semakin banyak berinteraksi dengan sesama cenderung mempunyai kepercayaan diri yang tinggi (Ahmad Jaelani, 2000 : viii).
Penelitian dari Susanti tentang "Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Santa Maria Fatima" menjelaskan bahwa hasil penelitian ini memberi gambaran bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial siswa VIII SMP Santa Maria Fatima. Kepercayaan diri memiliki peran yang cukup besar dalam penyesuaian sosial remaja (Susanti, 2008 : 21).
Penelitian dari Nissa Kurniawati tentang "Meningkatkan Rendahnya Kepercayaan Diri Siswa Saat Maju Di Depan Kelas Melalui Konseling Realita Pada Siswa Kelas VII SMP Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2011/2012" menjelaskan bahwa hasil uji Wilcoxon diperoleh Zhitung = 2, 201 dan Ztabel = 1,96 sehingga Zhitung > Ztabel. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan diri siswa saat maju di depan kelas pada siswa kelas VII SMP Teuku Umar meningkat setelah memperoleh konseling realita 47.44% tergolong dalam kategori rendah dan setelah memperoleh konseling realita 76.28%, masuk dalam kategori tinggi. Perbedaan tingkat penyesuaian diri klien sebelum dan sesudah konseling realita sebesar 28.84%. Selain itu siswa mengalami perkembangan prilaku yang lebih baik dilihat dari meningkatnya indikator cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berfikir positif, komunikasi, ketegasan, penampilan diri, pengendalian perasaan (Nissa Kurniawati, 2012 : viii).
Penelitian dari Kadek Suhardita tentang "Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa" menjelaskan bahwa program intervensi penggunaan teknik permainan dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan percaya diri siswa kelas XI SMA Laboratorium (percontohan) UPI Bandung tahun ajaran 2010/2011 ini terbukti bahwa pada setiap aspek percaya diri yang diteliti baik aspek percaya diri dalam bertingkah laku, percaya diri dalam mengekspresikan emosi, dan percaya diri dalam spiritual mengalami peningkatan prosentase yang signifikan setelah diberikan intervensi penggunaan teknik permainan dalam meningkatkan percaya diri siswa (Suhardita, 2011 : 127).
Dari beberapa penelitian terdahulu dapat dijadikan kajian untuk penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu peneliti berupaya meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam proses pembelajaran bahasa indonesia melalui bimbingan kelompok.

B. Kepercayaan Diri
Pada sub kepercayaan diri akan diuraikan beberapa hal, meliputi : pengertian kepercayaan diri, proses terbentuknya rasa percaya diri, ciri percaya diri, jenis-jenis kepercayaan diri, ciri-ciri orang yang tidak percaya diri, sumber rasa tidak percaya diri, dan cara mengembangkan kepercayaan diri.
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Orang yang dikatakan memiliki kepercayaan diri adalah orang yang puas dengan dirinya. Orang yang puas dengan dirinya ialah orang yang merasa mengetahui dan mengakui ketrampilan dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan bersosial (Lindenfield dalam Ediati. K, 1998 : 3)

SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

(KODE : PTK-0567) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK (PAI KELAS VII)


BAB II 
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 
1. Pengertian Belajar
Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indicator pada perubahan ini biasanya akan tampak pada proses belajarnya. "Pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan".
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut : 
a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki atau meningkatkan perilaku yang sudah ada.
c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).
Tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi".
Jadi belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita hidup dan belajar menurut yang kita pelajari, belajar itu bukan sekedar pengalaman. Semakin siswa berperan aktif terhadap PBM, maka akan semakin efektif materi yang disampaikan.

2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut : 
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau criteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulangulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamalamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Faktor lingkungan social baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti : keadaan suhu, kelembapan udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.
Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernapasan. Suhu udara yang terlalu panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar anak didik di sekolah.
Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Di samping itu, diantara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini efektifitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan instrument sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru.

TESIS PENGARUH MOTIVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PDAM

(KODE : PASCSARJ-0535) : TESIS PENGARUH MOTIVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PDAM (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN)

contoh tesis manajemen

BAB II 
URAIAN TEORITIS


A. Teori Tentang Motivasi
1. Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Maslow (1994) menyatakan motivasi berhubungan dengan lima macam kebutuhan penting yang secara bersama-sama membentuk sebuah hierarki. Hierarki tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan.
Flippo (1992), menyatakan bahwa “pada dasarnya motivasi adalah suatu ketrampilan dalam memadukan kepentingan karyawan dan kepentingan organisasi sehingga keinginan karyawan dipuaskan bersamaan dengan tercapainya sasaran organisasi”.
Sedangkan Robbins (2001), menyatakan bahwa “Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan adalah suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil tertentu tampak menarik, seperti kebutuhan aktualisasi diri : menggunakan kemampuan, skill, dan potensi dan kebutuhan penghargaan : status, titel.
Pemberian rangsangan motivasi kepada bawahan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Heidjrahman, 1990) : 
a. Motivasi tidak langsung
Motivasi tidak langsung merupakan kegiatan manajemen yang secara implisit mengarahkan kepada upaya memenuhi motivasi internal serta kepuasan kebutuhan individu dalam organisasi.
b. Motivasi langsung
Motivasi langsung merupakan pengaruh kemauan karyawan yang secara langsung atau sengaja diarahkan kepada internal motif pegawai dengan jelas memberikan rangsangan yang lebih terarah.
c. Motivasi negatif
Motivasi negatif merupakan macam kegiatan yang disertai ancaman dan hukuman terhadap pegawai yang tidak mau atau tidak mampu melaksanakan perintah yang diberikan.
d. Motivasi positif
Motivasi positif merupakan kegiatan dalam mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan penambahan kepuasan tertentu misalnya memberikan promosi, memberikan insentif dan kondisi kerja yang lebih baik dan sebagainya.
Sedangkan beberapa alternatif metode guna memotivasi seseorang adalah sebagai berikut : 
a. Ancaman
Ancaman bersikap baik merupakan metode pemberian motivasi sebagai usaha untuk meningkatkan semangat para pegawai dengan memberikan kondisi kerja yang baik, berbagai tunjangan, upah yang tinggi, dan pengawasan yang baik.
b. Tawar menawar
Tawar menawar secara impulsif dalam manajemen mendorong para pegawai menghasilkan sejumlah keluaran yang pantas, dengan membuat suatu persetujuan untuk memberikan sebagai imbalannya dan pengawasan yang pantas.
c. Persaingan
Persaingan untuk mendapatkan kenaikan upah, promosi yang diberikan kepada orang yang bekerja sangat baik, persaingan untuk memenuhi kepuasan beberapa bentuk kebutuhan.
d. Internalisasi motivasi
Internalisasi motivasi adalah pemberian rangsangan motivasi dengan cara memberikan peluang pemuasan kebutuhan melalui pekerjaan itu sendiri, sehingga pegawai akan senang melakukan pekerjaan dengan baik.
Setiap orang memerlukan 5 (lima) kebutuhan yang telah dikemukakan oleh Maslow sebagaimana diuraikan di atas sebagai sumber motivasi dalam rangka meningkatkan semangat kerja. Namun yang paling penting bagi seseorang adalah motivasi yang dimulai dari dalam dirinya sendiri (motivasi intrinsik), sesuai dengan pendapat Terry dalam Hasibuan (2003) bahwa “Motivasi yang paling berhasil adalah pengarahan diri sendiri oleh pekerja yang bersangkutan”. Keinginan atau dorongan tersebut harus datang dari individu itu sendiri dan bukanlah dari orang lain dalam bentuk kekuatan dari luar”.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah suatu perangsang keinginan dan daya gerak yang menyebabkan seseorang bersemangat dalam bekerja karena terpenuhi kebutuhannya. Pegawai yang bersemangat dalam bekerja disebabkan telah terpenuhinya kebutuhannya seperti gaji yang cukup, keamanan dalam bekerja, bebas dari tekanan dari pimpinan maupun rekan sekerja, dan kebutuhan lainnya, hal ini akan berdampak pada kepuasan kerja yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik.
Motivasi kerja adalah kekuatan yang mendorong semangat yang ada di dalam maupun di luar dirinya baik itu yang berupa reward maupun punishment, sehingga Herzberg dalam Luthans (2003) menyatakan bahwa pada manusia terdapat sepuluh faktor pemuas {motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation, yang meliputi : 1) Prestasi yang diraih (achievement), 2) Pengakuan orang lain (recognition), 3) Tanggung jawab (responsibility), 4) Peluang untuk maju (advancement), 5) Kepuasan kerja itu sendiri (the work itself), dan 6) Pengembangan karir (the possibility of growth). Sedangkan faktor pemeliharaan (maintenance factor) yang disebut dengan dissatisfies atau extrinsic motivation meliputi : 1) Kompensasi, 2) Keamanan dan keselamatan kerja, 3) Kondisi kerja, 4) Status, 5) Prosedur perusahaan, 6) Mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal diantara teman sejawat, atasan, dan bawahan.

TESIS ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN

(KODE : PASCSARJ-0534) : TESIS ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN)

contoh tesis manajemen

BAB II 
TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Tentang Pariwisata 
1. Pengertian Pariwisata
Margenroth dalam Yoeti (1996) menyatakan bahwa pariwisata adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk sementara waktu, untuk berpesiar ke tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup dan kebudayaan atau keinginan yang beranekaragam dari pribadinya.
McIntosh dan Gupta dalam Pendit (2002) menyatakan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses penarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.
Hunzieker dan Krapt dalam Yoeti (1996) menyatakan kepariwisataan adalah keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu.
Berdasarkan defmisi pariwisata yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata hanya untuk menikmati perjalanan tersebut, bertamasya atau berekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. 

2. Bentuk-Bentuk Pariwisata
Menurut Pendit (2002)bentuk-bentuk pariwisata dapat dibagi menurut : 
a. Asal wisatawan
Perlu diketahui apakah wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan, maka disebut pariwisata domestik, sedangkan ia datang dari luar negeri disebut pariwisata internasional.
b. Akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan luar dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, yang ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara keluar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri nya, disebut pariwisata pasif.
c. Jangka waktu
Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.
d. Jumlah wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.
e. Alat angkut yang digunakan
Dilihat dari segi penggunaan alat angkutan oleh wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api, pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil. 

3. Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata. Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan “tourism resourch dan tourist service”. Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata, antara lain : 
a. Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam. Contoh : iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna.
b. Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan religi.
c. Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat.
d. Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah objek wisata.
Untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik, maka kita harus mengembangkan tiga hal yaitu : 
a. Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat
b. Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas tersendiri untuk dibeli
c. Something to do, yaitu suatu aktifitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut.
Ketiga hal tersebut merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : 
a. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain
b. Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri
c. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang pembangunan dan pengembangan
d. Harus menarik

TESIS ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MEMILIH MAKAN DI RUMAH MAKAN MIE AYAM

(KODE : PASCSARJ-0533) : TESIS ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MEMILIH MAKAN DI RUMAH MAKAN MIE AYAM (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN)

contoh tesis manajemen

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Wijaya (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Studi Eksploratif Perilaku Mahasiswa Universitas Kristen Petra dalam Memilih Fast Food Restaurant dan Non Fast Food di Surabaya”. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif deskriptif, di mana penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana preferensi mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya dalam mengkonsumsi makanan dan minuman di rumah makan.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif studi dibagi dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jurusan di mana mereka menempuh studi. Besarnya sampel ditetapkan sebanyak 200 orang. Penyebaran kuesioner dilaksanakan selama 3 minggu, mulai akhir November 2004 sampai dengan awal Desember 2004. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sehubungan dengan frekuensi kunjungan dan dengan siapa responden berkunjung ke sebuah restoran. Selain itu, keputusan makan di fast food restaurant lebih dipengaruhi oleh faktor kualitas makanan, kecepatan layanan, dan harga yang relatif terjangkau. Sedangkan kualitas makanan, keramahan layanan dan kenyamanan restoran merupakan faktor yang lebih mempengaruhi pembelian di non fast food restaurant.
Penelitian lain dilakukan oleh Priyono (2004) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Memilih Kafe di Kota Surakarta”. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survei dengan penentuan sampel secara acak.
Metode analisis data yang digunakan dalam studi ini adalah analisis regresi berganda. Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa : iklan, hiburan live, suasana, kencan dan lokasi paling berpengaruh terhadap keputusan pemilihan kafe. Sedangkan secara simultan keseluruhan faktor (iklan, tata suara, hiburan live, suasana, keamanan, harga makanan dan minuman, variasi makanan dan minuman, kencan, lokasi dan meeting) berpengaruh terhadap keputusan pemilihan kafe. Dengan menggunakan uji determinasi keseluruhan faktor yang diajukan dapat menjelaskan alasan pemilihan kafe oleh konsumen.

B. Teori tentang Pemasaran dan Bauran Pemasaran 
1. Pengertian Pemasaran
Setiap perusahaan tidak lepas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan untuk dapat memasarkan produk yang dijualnya. Kegiatan pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Kotler dan Keller (2006), menyatakan bahwa “Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Selanjutnya Lamb, Hair, dan Me Daniel (2001), menyatakan bahwa “Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”.
Secara filosofis, pemasaran bertujuan untuk menciptakan hubungan-hubungan pertukaran yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat pertukaran. Pertukaran nilai tersebut bukan hanya dengan para konsumen. Kegiatan ini merupakan bagian dari masyarakat yang berkembang karena pertukaran nilai antara berbagai anggota masyarakat sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka. 

2. Pengertian Bauran Pemasaran
Kotler (2005), menyatakan bahwa “Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran, alat-alat pemasaran tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut “empat P” : Produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion)”.
Lamb, Hair dan McDaniel (2001) menyatakan bahwa, “Bauran pemasaran adalah paduan strategi produk, promosi, tempat dan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju”. Namun menurut Lupiyoadi (2001), definisi di atas menggambarkan pengertian bauran pemasaran untuk produk barang nyata. Bauran pemasaran untuk produk barang mencakup 4P; Product, Price, Place, Promotion. Namun untuk bauran pemasaran jasa para ahli pemasaran menambah tiga unsur lagi, yaitu : People, Process dan Customer Service. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa di mana produksi/operasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan mengikutsertakan konsumen dan pemberian jasa secara langsung.
Pendekatan pemasaran 4P berhasil dengan baik untuk barang, tetapi elemen-elemen tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa. Booms dan Bitmer (dalam Kotler, 2005) mengusulkan 3P tambahan untuk pemasaran jasa yaitu : orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process). Karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, pemilihan, pelatihan, dan motivasi karyawan dapat menghasilkan perbedaan yang sangat besar dalam kepuasan pelanggan. Perusahan-perusahan juga mencoba memperlihatkan mutu jasanya melalui bukti fisik dan dapat memilih diantara berbagai proses yang berbeda-beda untuk menyerahkan jasanya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka variabel bauran pemasaran jasa adalah sebagai berikut : 
1. Produk (Product)
Menurut Kotler (2005), “Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pasarnya. Yang dimaksud dengan produk dalam kaitan ini adalah seperangkat sifat-sifat yang nyata dan tidak nyata yang meliputi bahan-bahan yang dipergunakan, mutu, harga, kemasan, warna, merek, jasa, dan reputasi penjual”.
Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa “Produk merupakan keseluruhan konsep obyek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut”.
Stanton (1996), menyatakan “Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya”.

TESIS MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

(KODE : PASCSARJ-0532) : TESIS MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)

contoh tesis manajemen pendidikan

BAB II 
KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Pendidikan 
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Menurut Usman (2013), manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere (melakukan). Kata-kata itu digabung menjadi managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke Bahasa Inggris to manage (kata kerja), management (kata benda) dan manager untuk orang yang melakukannya. Management diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen (pengelolaan).
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti khusus adalah manajemen sekolah yang meliputi : perencanaan program sekolah, pelaksanaan program sekolah, dan pengawasan program sekolah (Wiyani, 2012 : 37)
Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya.
Manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien, mandiri dan akuntabel.
Menurut Aqib (2011 : 208), menyatakan bahwa menciptakan sekolah yang aman, nyaman dan disiplin dalam kaitannya dengan manajemen pendidikan sangatlah penting agar siswa dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Karena manajemen pendidikan harus terpusat pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini memberikan arti penting terhadap arah manajemen dalam waktu tertentu, karena hubungan antara tujuan pendidikan dan manajemen sangat dekat, sehingga pencapaian tujuan pendidikan melalui manajemen pendidikan ini harus disetujui oleh sekolah.
Menurut Sharma dalam Usman (2013 : 14), memberikan arti dari manajemen pendidikan adalah : “Educational management is a field of study and practice concern with the operational of educational organization”. Manajemen pendidikan adalah suatu bidang studi dan praktik yang menaruh perhatian pada pelaksanaan organisasi pendidikan.
Meski ditemukan pengertian manajemen yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Tujuan Manajemen Pendidikan
Menurut Nawawi (2008) tujuan manajemen pendidikan, adalah : 
a. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik
b. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya.
c. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
d. Tercapainya perencanaan pendidikan secara merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
e. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses pendidikan
f. Teratasinya masalah mutu pendidikan yang muncul karena proses pendidikan.
g. Terciptanya citra positif pendidikan.
Menurut Salam (2007 : 12) tujuan manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan organisasi, sebagai suatu usaha dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu yang mereka taati sedemikian rupa sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai sempurna, yaitu efektif dan efisien.
Dengan demikian manajemen melibatkan berbagai elemen organisasi baik internal, eksternal, sarana, prasarana, alat, barang, maupun fungsi dan kedudukan (jabatan) dalam organisasi yang diatur sedemikian rupa dalam mencapai tujuan organisasi.

3. Fungsi Manajemen Pendidikan
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen, menurut Siagian (2010), terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : 
a. Perencanaan {planning);
b. Pengorganisasian (organizing);
c. Pelaksanaan (actuating); dan
d. Pengawasan (controlling).

TESIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PADA SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(KODE : PASCSARJ-0531) : TESIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PADA SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN)

contoh tesis ilmu pemerintahan

BAB II 
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ruhmaniyati, mengenai Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan 2007 : Studi Kasus di Provinsi Jambi, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat diketahui bahwa : 
“Secara umum hasil kajian menunjukkan bahwa pelaksanaan sertifikasi guru mempunyai beberapa kelemahan. Koordinasi horizontal antar lembaga masih terkendala, sosialisasi program bervariasi, dan informasi yang disampaikan belum menyeluruh; jumlah kuota antar wilayah studi tidak sebanding dengan jumlah guru yang memenuhi persyaratan; dalam jumlah terbatas terdapat indikasi penyimpangan penetapan guru peserta; terdapat laporan penyimpangan pembuatan portofolio; peserta yang lulus belum menerima nomor registrasi dan hanya sedikit yang sudah memperoleh sertifikat pendidik; dan pembayaran tunjangan profesi tersendat.”
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarman (2007) mengenai Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai dasar tentang Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa batas nilai kelulusan sertifikasi guru dalam jabatan dirasakan oleh guru sangat berat. Hasil perhitungan skor nilai secara kasar dan diasumsikan mendapatkan penilaian maksimal, perolehan skor nilai antara 500 - 600. Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya perolehan skor nilai yang dicapai oleh guru disebabkan oleh rendahnya kinerja guru.

2. Implementasi Kebijakan
“Implementasi merupakan terjemahan dari kata “implementation”, berasal dari kata kerja “to implement”, mengandung arti (1) membawa ke suatu hasil (akibat), melengkapi dan menyelesaikan; (2) Menyediakan saranan (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan yang bersifat praktis terhadap sesuatu; (3) menyediakan atau melengkapi dengan alat.” 
Implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan/disetujui. Hubungan implementasi kebijakan dengan tujuan kebijakan yang akan dicapai adalah dengan menyatakan : 
“Implementasi kebijakan sebagai suatu tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang disarankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.”
Ndraha berpendapat bahwa : “Konsep implementasi kebijakan lebih luas ketimbang sekedar konsep pelaksanaan”. Dalam konsep implementasi kebijakan terkandung pengaturan dan pengelolaan lebih lanjut kebijakan (manajemen kebijakan) sedangkan yang dimaksud dengan pelaksanaan kebijakan adalah pelaksanaan operasional.
Implementasi kebijakan merupakan alat administrasi, dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerjasama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi pada posisi yang lain merupakan fenomena kompleks yang dapat dipahami sebagai proses, keluaran maupun hasil.
Pelaksanaan kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam proses kebijakan, tanpa pelaksanaan, suatu kebijakan hanyalah merupakan sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan masyarakat. Implementasi dipandang sebagai proses interaksi antara tujuan yang telah ditetapkan dan tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan “Implementation may be viewed as process of interaction between the setting of goal and action geared to achieving them”, implementasi kebijakan sebagai suatu mata rantai yang menghubungkan titik awal “setting of goal” dengan titik akhir “achieving them”
Kebijakan merupakan tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Sedangkan menurut Fidrick Pengertian Kebijakan adalah : 
“Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” 
Sedangkan definisi kebijakan menurut Harold D. Laswell dalam Islamy, mengartikan kebijakan adalah “A Projected program of goals, value and practices” (suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah).
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, kebijakan diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam upaya pencapaian tujuan tertentu.
Konsekwensi dari tindakan suatu kebijakan tidak pernah diketahui secara penuh, oleh karena itu memantau suatu tindakan kebijakan merupakan suatu keharusan. Jika tindakan A dilakukan pada waktu t1, maka hasil O akan muncul pada t2.
Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Di dalam pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Beban belajar pendidikan profesi untuk guru pada satuan pendidikan TK dan SD atau yang sederajat adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester. Sedangkan untuk satuan pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40 satuan kredit semester.

TESIS ANALISIS YURIDIS TERHADAP SERTIFIKASI GURU BERBASIS PORTOFOLIO

(KODE : PASCSARJ-0530) : TESIS ANALISIS YURIDIS TERHADAP SERTIFIKASI GURU BERBASIS PORTOFOLIO (PROGRAM STUDI : HUKUM)

contoh tesis hukum

BAB II
PENGATURAN SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL


A. Pengaturan Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Hampir setiap orang pernah memperoleh pendidikan, tetapi tidak semua orang mengerti makna kata pendidikan, pendidik, dan mendidik. Memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata paedagogie dan paedagogik. Paedagogie bermakna pendidikan sedangkan paedagogiek bermakna ilmu pendidikan atau ilmu mendidik. Tidaklah mengherankan apabila paedagogik (pedagogic) atau ilmu mendidik adalah ilmu menggunakan teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagai anak sampai pada anak mencapai kedewasaannya.
Secara estimologik, perkataan paedogogie berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedogogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paedogogos adalah hamba atau orang yang pekerjaannya menghantar dan mengambil budak-budak pulang pergi atau antar jemput sekolah. Perkataan “paid” merujuk kepada kanak-kanak, yang menjadikan sebab mengapa sebahagian orang cenderung membedakan antara pedagogi (mengajar kanak-kanak) dan androgogi (mengajar orang dewasa). Padegogi yang juga berasal dari bahasa Yunani Kuno dapat dipahami dari kata yang bermakna “anak”, dan “egogos” yang berarti membina atau membimbing. Apa yang dipraktikkan dalam pendidikan selama ini adalah konsep dari padegogi yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidik anak-anak.
Realitasnya, pendidikan pedogogi dalam dunia modern Menurut Taksonomi Bloom membagi fungsi pembelajaran menjadi tiga area, yakni : Pertama, bidang kognitif, yakni yang berkenaan dengan aktifitas mental seperti ingatan pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan mencipta; Kedua, bidang efektif, yakni berkenaan dengan sikap dan rahasia diri; dan Ketiga, bidang psikomotor, yakni berkenaan dengan aktivitas fisik seperti keterampilan hidup.
Ketiga wilayah tersebut memiliki sifat yang berbeda, tetapi dalam situasi pembelajaran semua menjadi satu. Contohnya apabila seorang Guru ingin mengajar seorang pelajar untuk menulis, Guru tersebut harus mengajar pelajar itu cara memegang pensil (bidang psikomotor); bentuk huruf dan maknanya (bidang kognitif); dan juga harus memupuk minat untuk belajar menulis (bidang efektif). Dengan demikian hakikat pendidikan adalah “handayani” seperti yang dikemukakan oleh Ki Mohammad Said R yang memiliki arti “memberi pengaruh”. Pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat yang bersangkutan berada.
Efek dari pendidikan adalah gejala perilaku dan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar-dasar primer bertahan hidup, agar lebih bermakna atau bernilai. Gejala pendidikan timbul seketika ketika sekumpulan individu ingin memenuhi kebutuhan makna yang lebih tinggi atau abstrak seperti pengetahuan, nilai keadilan, kemakmuran, dan keterampilan agar terbebas dari kondisi kekurangan seperti kemiskinan, penyakit, atau kurangnya kemampuan berinteraksi dengan alam sekitarnya. Hal demikian lah yang menjadi tanggung jawab pemerintah sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 yang ditentukan sebagai berikut : 
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Tanggung jawab pemerintah dalam hal ini dimaksud untuk menjamin kualitas pendidikan nasional bagi warga negara Indonesia melalui peran Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Mendidik adalah kata kunci dari pendidikan. Mengingat hal tersebut, bermakna luhur dalam proses pendidikan. Mendidik menurut Langevald adalah mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya mencapai kedewasaan. Mendidik dapat membantu anak supaya cakap dalam menyelenggarakan hidupnya.
Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar tumbuh sebagai anggota manusia dan anggota masyarakat dan mencapai keselamatan serat kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Mendidik memerlukan tanggung jawab yang lebih besar dari pada mengajar. Mendidik adalah membimbing pertumbuhan anak, jasmani maupun rohani dengan sengaja bukan saja untuk kepentingan pengajaran sekarang melainkan utamanya untuk kehidupan seterusnya di masa depan. Oleh sebab itu, Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (UU Sisdiknas) disebutkan dengan istilah “pendidikan” bukan “pengajaran”. Dasar pendidikan nasional termaktub dalam Pasal 31 UUD 1945 yang kemudian di atur dalam Pasal 2 UU Sisdiknas, yaitu “pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Plato berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah memberikan penyadaran terhadap apa yang seharusnya diketahuinya yang kemudian pengetahuan tersebut harus dapat direalisasikan sendiri sehingga dapat penelitian serta mengetahui hubungan kausal yaitu alasan dan alur pikirannya. Pembahasan tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang penting mengingat perjalanan suatu institusi penyelenggara memiliki visi yang jelas selalu dimulai dari tujuan.

JUDUL SKRIPSI BIMBINGAN KONSELING (1)

JUDUL SKRIPSI BIMBINGAN KONSELING (1)

judul skripsi bimbingan konseling (1)


  • (KODE : BIMBKONS-0001) SKRIPSI PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA 
  • (KODE : BIMBKONS-0002) SKRIPSI STUDI TENTANG FAKTOR PENYEBAB DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA SMA NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0003) SKRIPSI URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH DASAR STUDI KASUS SD X
  • (KODE : BIMBKONS-0004) SKRIPSI EFEKTIFITAS LAYANAN PEMBELAJARAN BIDANG BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SMP NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0006) SKRIPSI PERBEDAAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA MAHASISWA S1 YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0007) SKRIPSI PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA ANAK SULUNG DENGAN ANAK BUNGSU PADA SISWA KELAS II SMA NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0008) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MEROKOK DENGAN KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA (PENELITIAN PADA SISWA LAKI-LAKI DI SMA NEGERI X)
  • (KODE : BIMBKONS-0009) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA PADA SAAT LAYANAN PEMBELAJARAN DI KELAS II SMU NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0010) SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF PEMAHAMAN KONSELOR TENTANG LAYANAN KONSULTASI BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) X
  • (KODE : BIMBKONS-0011) SKRIPSI PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI KELAS II SLTP N X
  • (KODE : BIMBKONS-0012) SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0013) SKRIPSI KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA YANG TIDAK NAIK KELAS (PENELITIAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS 10 DAN XI SMA X
  • (KODE : BIMBKONS-0014) SKRIPSI KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS DENGAN TOPIK KESEHATAN REPRODUKSI DALAM MEMBENTUK SIKAP SISWA TERHADAP PERGAULAN BEBAS (PENELITIAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS 10 SMA NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0015) SKRIPSI KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN PERILAKU KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS 10 SMA NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0016) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS II DI SMA NEGERI X
  • (KODE : BIMBKONS-0017) SKRIPSI PERSEPSI KLIEN TENTANG KEEFEKTIFAN KONSELOR DALAM MELAKSANAKAN KONSELING INDIVIDUAL DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN GENDER KONSELOR DI SMA NEGERI SE-KOTA X
  • (KODE : BIMBKONS-0018) SKRIPSI PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI X 
  • (KODE : BIMBKONS-0019) : SKRIPSI DAMPAK LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP PROSES DAN HASIL BELAJAR DI SMAN
  • (KODE : BIMBKONS-0020) : SKRIPSI EFEKTIFITAS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENCEGAH PERILAKU SEKSUAL DALAM BERPACARAN PADA SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0021) : SKRIPSI EFEKTIFITAS TEKNIK MODELING SIMBOLIS DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V
  • (KODE : BIMBKONS-0022) : SKRIPSI EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0023) : SKRIPSI EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM BIDANG BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0024) : SKRIPSI EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK LIFE MODELING DALAM MENINGKATKAN SIKAP ENTREPRENEURSHIP SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0025) : SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER SISWA (KLS XI)
  • (KODE : BIMBKONS-0026) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN HARGA DIRI PADA SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0027) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA (KLS V)
  • (KODE : BIMBKONS-0028) : SKRIPSI HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0029) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PENGGUNA FACEBOOK PADA SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0030) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM UPAYA MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0031) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0032) : SKRIPSI KONTRIBUSI POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0033) : SKRIPSI MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN ANAK USIA DINI MELALUI METODE PEMBIASAAN DENGAN MEDIA PERMAINAN DI TK
  • (KODE : BIMBKONS-0034) : SKRIPSI MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA PADA ANAK USIA DINI DI TK
  • (KODE : BIMBKONS-0035) : SKRIPSI MENINGKATKAN KETERBUKAAN DIRI DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (KLS XI)
  • (KODE : BIMBKONS-0036) : SKRIPSI MENINGKATKAN KONSEP DIRI MELALUI LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA VISUAL (KLS XI)
  • (KODE : BIMBKONS-0037) : SKRIPSI MENINGKATKAN MINAT MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (KLS X)
  • (KODE : BIMBKONS-0038) : SKRIPSI MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI (SELF ACCEPTANCE) SISWA MELALUI KONSELING REALITA (KLS VIII)
  • (KODE : BIMBKONS-0039) : SKRIPSI PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENCEGAH BULLYING PADA PESERTA DIDIK KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0040) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0041) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KREATIVITAS MEMECAHKAN MASALAH PADA SISWA KELAS VIII
  • (KODE : BIMBKONS-0042) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0043) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0044) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS TERHADAP KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SISWA SMK KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0045) : SKRIPSI PENGARUH KEGIATAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERETIKA DALAM PERGAULAN DI SEKOLAH SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0046) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA FILM UNTUK MENGUBAH PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU BK PADA SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0047) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA DALAM PROSES BELAJAR DI SMA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0048) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA (KLS XI)
  • (KODE : BIMBKONS-0049) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII
  • (KODE : BIMBKONS-0050) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL TERHADAP SIKAP AGRESIVITAS PADA SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0051) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL TERHADAP MINAT KONSELING SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0052) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII
  • (KODE : BIMBKONS-0053) : SKRIPSI PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X
  • (KODE : BIMBKONS-0054) : SKRIPSI PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KONSELOR TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA KELAS XI
  • (KODE : BIMBKONS-0055) : SKRIPSI PENGARUH SIKAP SISWA TERHADAP GURU PEMBIMBING DENGAN PARTISIPASINYA PADA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA (KELAS XI)
  • (KODE : BIMBKONS-0056) : SKRIPSI PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA (KELAS X)
  • (KODE : BIMBKONS-0057) : SKRIPSI PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK USIA 1-4 TAHUN
  • (KODE : BIMBKONS-0058) : SKRIPSI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA (KLS VII)
  • (KODE : BIMBKONS-0059) : SKRIPSI TINGKAT PEMAHAMAN KONSELOR TERHADAP IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA
  • (KODE : BIMBKONS-0060) : SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI EXPERIENTIAL LEARNING DENGAN TEKNIK OUTBOUND (KLS VII)
  • (KODE : BIMBKONS-0061) : SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) (KLS V)
  • (KODE : BIMBKONS-0062) : SKRIPSI URGENSI BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS SISWA SMP