Search This Blog

Showing posts with label metode talking stick. Show all posts
Showing posts with label metode talking stick. Show all posts

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU MEDIA BENDERA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0019) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU MEDIA BENDERA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Namun hingga saat ini penerapan UU tersebut belum diterapkan pada kenyataannya, sebagian besar peserta didik merasa bosan oleh pembelajaran konvensional yang membatasi pendidik untuk mengeksplorasi potensi yang ada di dalam di dirinya, realita yang ada di lapangan, guru masih bertindak sebagai peran utama dalam pembelajaran dengan menjadikan peserta didik sebagai penerima informasi dari guru, akhirnya hasil lulusan peserta didik tidak sesuai yang di harapkan
Selain hal tersebut munculnya peristiwa sosial dan budaya yang terjadi di dunia pendidikan cukup menjadi pukulan yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan dan masyarakat, tindakan kekerasan serta berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan pelajar misalnya tawuran antar pelajar itu menunjukan turunnya perilaku moral dan runtuhnya semangat budi pekerti, kedisiplinan tergambarkan dalam berbagai media masa baik elektronik maupun media cetak sehingga Kemendiknas menekankan pentingnya pendidikan karakter peserta didik dan juga karakter bangsa Indonesia melalui pendidikan karakter. untuk menuju bangsa Indonesia yang bermartabat.
Kondisi demikian dengan menurunnya kualitas pendidikan, pendidikan karakter peserta didik dan karakter bangsa harus bisa menjadi tantangan guru profesional untuk menumbuhkan kembali kualitas pendidikan juga pendidikan karakter peserta didik, Pembelajaran yang diterapkan guru secara inovasi dan kreasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, sistem pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan diharapkan merubah pembelajaran konvensional yang sering dilaksanakan guru.
Keadaan pembelajaran konvensional yang telah diuraikan terkesan kaku dan cenderung membosankan peserta didik, Guru menjadi peran utama yaitu menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku sementara peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat tanpa adanya interaksi dalam proses pembelajaran. Kondisi seperti ini sering terlihat di dalam proses pembelajaran di sekolah dasar khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, saat guru menyajikan materi PKn terlihat membosankan dan kurang menarik dan peserta didik memandang PKn sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Padahal pelajaran PKn mengajarkan tentang perilaku peserta didik sebagai warga negara.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Hal ini yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar PKn agar dengan cermat bisa menyampaikan tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn bukan tugas yang mudah, tugas ini memerlukan kecermatan dari guru untuk merancang pembelajaran supaya berjalan dengan cukup baik, di sisi lain kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kurikulum kurang berjalan dengan baik (KTSP, 2011).
Peneliti sebagai mahasiswa PGSD merasa tergerak untuk membantu guru dalam mengefektifkan pembelajaran PKn di sekolah dasar. Hal ini disebabkan perolehan hasil belajar peserta didik yang belum optimal berdasarkan wawancara yang sudah peneliti lakukan dengan guru kelas IVA dan Kelas VIB SDN X didapat bahwa perolehan hasil belajar PKn pada nilai rata-rata ulangan tengah semester 1 akhir bulan november kelas IV sebesar 65 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran PKn sebesar 70.
Dalam kenyataan sekarang ini pembelajaran PKn guru harus mempunyai kompetensi untuk mengajar PKn. Guru harus melakukan perubahan dalam pembelajaran dengan menggunakan atau memodifikasi metode pembelajaran inovasi. Metode pembelajaran merupakan komponen yang sangat berpengaruh di dalam proses pembelajaran yang menjadi salah satu faktor penentu berhasil atau tidak berhasilnya pembelajaran yang sudah dilaksanakan untuk tersampaikannya tujuan pembelajaran kepada peserta didik. Pada saat ini banyak berbagai metode inovasi pembelajaran yang bertujuan untuk menunjang proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Peneliti menggunakan pembelajaran Talking Stick berdasarkan kelebihan metode Talking Stick dan berdasarkan pada penelitian yang relevan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Pembelajaran menggunakan metode Talking Stick hasil belajarnya meningkat. Kelebihan metode Talking Stick yang digunakan diharapkan peserta didik bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan peserta didik juga menikmati pembelajaran yang sedang dilaksanakan melalui bantuan media bendera gambar membuat peserta didik akan lebih tertarik dalam pembelajaran yang dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran dari guru akan tercapai dengan baik.
Penelitian yang relevan yang sudah dilakukan peneliti sebelumnya juga mendasari peneliti untuk menggunakan metode Talking Stick pada pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang mendasari penelitian yang akan dilaksanakan peneliti melihat dari Penelitian yang dilakukan Purwaningtias mengenai Metode Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) penerapan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu, (2) hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan prestasi belajar. Metode pembelajaran Talking Stick juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Melalui pre test dan post test diperoleh hasil : (1) rata-rata skor test siswa pada siklus I adalah 68,28 dengan skor tertinggi 80 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 27 siswa, rata-rata skor post test meningkat menjadi 89,71 dengan skor tertinggi sebesar 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (skor > 70) sebanyak 33 siswa. (2) rata-rata skor pre test siswa pada siklus II adalah 80 dengan skor tertinggi 90 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 33 siswa, rata-rata skor post test siswa meningkat menjadi 86,57 dengan skor tertinggi 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 34 siswa.. (http://karya-ilmiah.um.ac.id).
Penelitian yang dilakukan Putri dengan judul Penggunaan Metode Pembelajaran Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa Kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang menunjukan penelitian yang berhasil yakni : pada tahap siklus I penggunaan metode pembelajaran Talking Stick secara individu sedangkan pada siklus II menggunakan metode pembelajaran Talking Stick secara kelompok. Pada siklus I untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran PKn di kelas VII-D yaitu pada akhir pelajaran, peneliti memberikan post test dan siswa yang sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu berjumlah 10 orang (23,3%) sedangkan yang tidak memenuhi berjumlah 33 orang (76,7%). Hasil belajar pada penelitian siklus II secara kelompok sudah meningkat, yaitu dengan siswa yang memenuhi KKM berjumlah 42 orang sedangkan siswa yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah 1 orang. Pada siklus II siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan percaya diri mencapai 71,4% atau 10 kelompok dari 14 kelompok yang menjawab pertanyaan sedangkan yang tidak menjawab yaitu dengan prosentase 28,5% atau berjumlah 4 kelompok. Hasil belajar pada siklus II sudah mengalami peningkatan yaitu dengan prosentase 48,1%. (http://karya-ilmiah.um.ac.id)

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0012) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN KELAS IV

contoh skripsi pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Pendidikan itu lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (Hamalik, 2011 : 55). Menurut Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa : Pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (http://inherent-dikti.net/files/sisdiknas).
Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik untuk di pelajari, ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran, belajar dilakukan oleh siswa sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi (Dimyati, 2009 : 5). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2).
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. 
Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran pengetahuan tentang kewarganegaraan serta moral dan perilaku bangsa, tetapi banyak siswa di Sekolah Dasar (SD) yang kurang memahami mata pelajaran tersebut. PKn juga berfungsi membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional atau tujuan negara. Pembelajaran PKn tentang Globalisasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan perkembangan teknologi berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil ilmu teknologi manusia.
Banyak siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru, minat belajar siswa juga kurang sekali dalam belajar maka dari itu, rata-rata nilai sekolah siswa banyak dibawah rata-rata kelas. Berbagai latar belakang siswa, banyak dari orang tua siswa yang kurang memperhatikan pendidikan siswa, maka dari itu guru tidaklah mudah dalam mengemas suatu bahan pelajaran agar materi tersebut mampu diterima oleh siswa. Guru harus bisa memahami siswa agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena siswa yang mau benar-benar mengikuti kegiatan belajar masih dikatakan sedikit, sebagian siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Realita di lapangan berdasarkan hasil observasi di SDN X telah menunjukkan bahwa selama ini pelaksanaan proses pembelajaran yang terjadi di SDN X banyak sekali masalah yang terjadi. Bermacam-macam tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru dan para orang tua, pada waktu proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas ramai, mereka sering bergurau, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran, bicara dengan temannya, hanya diam saat diberi pertanyaan, siswa cenderung pasif. Orang tua hanya mengandalkan belajar di sekolah saja dan tidak menyediakan fasilitas yang baik untuk siswa dengan les di rumah. Minat belajar siswa juga kurang karena tidak diperhatikan oleh orang tua, padahal pantauan orang tua sangat berpengaruh terhadap siswa tersebut. Akibatnya pada waktu proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas ramai, siswa sering bergurau, masih banyak yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran.
Permasalahan yang terjadi di SDN X menurut guru kelas IV dalam proses pembelajaran metode yang digunakan kurang bervariasi, minat belajar siswa menjadi kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Bermacam-macam tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru dan para orang tua, pada waktu proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas ramai, mereka sering bergurau, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran, bicara dengan temannya, hanya diam saat diberi pertanyaan, siswa cenderung pasif. Pada kenyataannya saat diadakan ulangan harian hasilnya jauh dad yang diharapkan, sebagian besar siswa masih banyak yang nilainya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu di bawah 70. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanya 56,5 siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya 9 orang dari 20 siswa lainnya nilainya dibawah KKM dan yang mendapat nilai terendah adalah 49.
Supaya minat belajar siswa dapat meningkat dan hasil belajar siswa dapat mencapai nilai diatas KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, dan tentunya agar siswa memperhatikan guru menerangkan senang, tidak cepat bosan, jenuh, selalu bersemangat, dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik atau materi pelajaran selain itu juga membuat siswa bersemangat serta memperhatikan penjelasan dari guru, karena dalam pembelajaran Talking Stick masing-masing siswa dalam proses pembelajaran tidak jenuh karena model ini membuat siswa lebih menyenangkan saat belajar, tidak monoton karena dalam pembelajaran siswa juga bermain tetapi sambil belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick juga mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV SDN X.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II

(KODE : KEBIDANN-0076) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II


BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satunya adalah sektor pendidikan. Posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun (Rosyada, 2007). Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, anak di paksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya sehingga anak didik ketika lulus sekolah mereka pintar secara teoritis, namun mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh tersebut (Sanjaya, 2011).
Pendidikan yang seharusnya mampu menanamkan kemandirian kerja keras dan kreativitas peserta didik agar dapat berhasil dan berguna dalam masyarakat, malah menghasilkan peserta didik yang bermental benalu, yakni lulusan pendidik formal hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan formal semata. Hal ini dilatarbelakangi sistem pendidikan kita yang top down (dari atas ke bawah) menganggap bahwa pendidikan sebagai proses pemindahan ilmu dari dosen kepada mahasiswa. Kognitif mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, yakni pengetahuan dianggap berasal dari dosen dan ditransfer kepada mahasiswa. Dalam arti lain mahasiswa hanya menampung apa yang disampaikan dosen (Elmubarok, 2009).
Di samping keteladanan sebagai dosen yang utama pengajaran di universitas perlu juga menggunakan metode pembelajaran yang menyentuh emosi dan keterlibatan para mahasiswa seperti permainan, stimulasi dan imajinasi. Dosen hendaknya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga timbul kebutuhan dari dirinya untuk memperoleh keterampilan dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya (Elmubarok, 2009).
Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar mahasiswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajaran. Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap mated pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok berbasis dosen {teacher centered learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh dosen, mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30% (Warsono & Haryanto, 2012). Universitas sebagai suatu tempat pendidikan seharusnya mengajarkan pembelajaran cooperative learning melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan menjadikan mahasiswa sebagai sumber belajar bagi teman lainnya (Wena, 2011).
Menurut hasil penelitian Wirahana (2012) menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41% (sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi 87.5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53.06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.
Dalam konteks ini kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu jigsaw, number head together, group investigation, student teams achievement division dan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif seperti talking stick, snowball drilling, everyone is teacher here dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengambil pembelajaran talking sticky ang bertujuan lebih efektif dan bermakna. Karena dengan pembelajaran talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam hal ini peserta didik harus mampu mengerti makna belajar, manfaat pembelajaran, dan bagaimana para peserta didik mampu mencapai proses pembelajaran dengan baik. Seyogyanya diharapkan kepada peserta didik selain terdapat peningkatan hasil belajar secara kognitif dan afektif, juga terdapat nilai-nila yang bisa diaplikasikan atau diterapkan peserta didik ke dalam kehidupan sehari-hari.

SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

(KODE : PTK-0154) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (IPS KLS VII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain : peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai.
Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Rahmawati yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovative Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMPN X, penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran Inovatif (innovative Learning) Metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar siswa, berikut ini hasil dari metode talking stick yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu, Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 44.63% yang tergolong cukup dan Pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi sebesar 66.11% yang tergolong baik.
Dari pernyataan di atas dapat di mengerti bahwa Fungsi dari penelitian terdahulu yang telah di paparkan di atas yakni untuk memperkuat judul serta sebagai bukti bahwasanya metode talking stik tepat untuk mengukur aktivitas belajar siswa. dan dalam kegiatan mengajar, untuk mencapai untuk mencapai hasil dan tujuan hasil yang diinginkan tanggung jawab yang di bebankan pada guru bagaimana harus mengatur dan mengelola kelas dan bagaimana memilih metode yang relevan dengan bahan materi yang di ajarkan.
Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas.
Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan tetapi penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak dapat berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri.
Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan keaktifan proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakukan pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick sesuai dengan penerapan misi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Konsep pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick akan mendorong guru dan peserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.
Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardinian A.M mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif. Burton misalnya mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan bahwa "teaching is the stimulation, guidance, direction and encouragement of learning" .
SMPN X hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (Metode Pembelajaran Konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak menghafal maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Guru mempunyai peranan yang sangat penting sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus mengevaluasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru sebagai pelaksana utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dan siswa diharapkan mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan sesuatu kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan menggambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang ini maka penulis mengambil judul "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMPN X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu : 
1. Bagaimanakah Proses Perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN X ?
2. Bagaimanakah Proses Pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN X ?
3. Bagaimanakah Proses Penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPNX ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian khususnya adalah untuk Mendeskripsikan : 
1. Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN X.
2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN X.
3. Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN X.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan pemahaman dari hasil belajar pada seluruh mata pelajaran. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk : 
1. Lembaga
Dengan metode Talking stick ini akan menjadi bahan pertimbangan lembaga atau sekolah dalam menentukan yang lebih baik dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Penggunaan metode Talking stick ini akan mempermudah para guru dalam mengaktifkan pembelajaran di kelas.
3. Siswa.
Dengan metode Talking stick siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.
4. Peneliti
Dengan metode Talking stick diharapkan menambah wawasan pengetahuan penulis, sebagai bahan untuk memperluas peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.

E. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas serta dapat meng- arahkan jalannya penulis, maka penulis memberikan ruang lingkup sebagai berikut : 
1. Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII-H pada Mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN X
2. Sasaran penelitian tindakan ini tertuju pada kegiatan penerapan model pembelajaran inovatif (innovative Learning) metode Talking Stick
3. Penelitian ini difokuskan pada masalah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN X