Search This Blog

Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CERITA BERGAMBAR MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING PADA MAPEL IPA KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0047) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CERITA BERGAMBAR MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING PADA MAPEL IPA KELAS V

contoh skripsi pgsd kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi tumpuan harapan untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan yang berlangsung di sekolah keberadaannya disengaja, direncanakan, serta diatur sedemikian rupa melalui tata cara dan mekanisme yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari hari. Sedangkan dalam Standar Isi kurikulum KTSP 2006 dinyatakan bahwa Standar Kompetensi IPA diberikan kepada peserta dengan pola pembelajaran interaktif, strategi pembelajaran dalam menyajikan materi secara verbal diubah menggunakan strategi pembelajaran yang lebih inovatif, munculnya kesadaran bahwa sumber belajar dan media pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai cara serta teknologi pembelajaran berbasis teknologi informasi (TI) sudah mulai diterapkan. 
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai beberapa mata pelajaran yang laksanakan di sekolah dasar, IPA dalam pelaksanaannya lebih mengedepankan keaktifan siswa baik aktif mencari, memproses dan mengolah perolehan belajarnya. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam Pelaksanaannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih mengedepankan keaktifan siswa baik aktif mencari, memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Selain itu menurut BSNP (2006 : 11) kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam terkembang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). 
Namun kenyataannya pembelajaran sampai sekarang ini guru yang masih menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan model mengajar yang inovatif, kreatif, serta penggunaan media yang sesuai belum dilakukan secara maksimal, guru masih mendominasi atau menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran (teacher centered). Sebagian besar siswa sangat pasif dan malas pada saat pembelajaran siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Pemilihan strategi pembelajaran yang kurang tepat oleh guru, siswa tidak diarahkan untuk bertukar pikiran dengan siswa lain yang menuntut mereka untuk berpikir kritis serta siswa cenderung cepat lupa dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini menjadikan pemahaman siswa kurang terhadap materi yang diajarkan oleh guru sehingga menjadikan hasil belajar rendah. 
Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran dan media yang tepat agar siswa menjadi aktif dan dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Peran guru dalam proses membelajarkan siswa semakin penting karena di masa depan guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian pengetahuan kepada siswa melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah siswa belajar. 
Cara-cara mengajar konvensional, sudah selayaknya untuk diperbarui dan dikembangkan seiring dengan kemajuan teknologi. Seiring berkembang pesatnya teknologi berbasis IT, guru dituntut untuk mampu menyajikan pembelajaran yang kreatif, penggunaan teknologi yang efisien yang bertujuan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, inovatif, menumbuhkan semangat siswa sehingga hasil belajar siswa tercapai secara optimal. Armstrong dalam Sudjana (1988 : 148) menjelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab guru digolongkan dalam 5 jenis, yaitu : 1) tanggung jawab dalam pengajaran, 2) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, 3) tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum, 4) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, 5) tanggung jawab dalam membina hubungan baik dengan masyarakat. 
Permasalahan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar di kelas khususnya pada mata pelajaran IPA di SD Negeri X. Rendahnya nilai hasil belajar siswa harus segera diatasi, hasil belajar siswa kelas V SDN X dikatakan belum berhasil. Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sudah mencapai standar yang ditentukan. Pembelajaran dengan metode ceramah ini sering digunakan oleh guru IPA di SD Negeri X pada siswa kelas V akibatnya proses pembelajarannya masih bersifat monoton dimana siswa kelihatan pasif hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dan hanya guru saja yang kelihatan aktif. Dari Hasil ulangan harian, menunjukan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian IPA masih dibawah KKM 70. Terbukti dari 15 siswa hanya 5 siswa atau 33,33% yang berhasil memenuhi KKM, sedangkan 10 siswa atau 63,67% belum memenuhi KKM. Ada lebih dari 50% siswa yang belum memenuhi KKM, berarti kegiatan pembelajaran ini belum berhasil. 
Melihat permasalahan yang muncul sebagai tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan tersebut akan dilakukan alternatif tindakan dengan menggunakan pembelajaran melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia interaktif. Pendekatan ini dapat digunakan sebagai variasi untuk merangsang siswa agar menumbuh kembangkan semangat siswa, dengan penyajian pembelajaran yang menarik. pendekatan inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan penyelidikan masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, serta membuat kesimpulan dari hasil yang telah didapatkan. Dalam pembelajaran inkuiri ini siswa dituntut aktif untuk menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas merangsang dan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. pembelajaran inkuiri dengan memanfaatkan multimedia interaktif diduga mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X. 
Dengan berbantuan multimedia interaktif diharapkan mampu mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih semangat dan lebih mandiri dalam belajar. memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama terhadap materi belajar. Juga dapat memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Dengan multimedia interaktif juga dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran karena adanya kumpulan objek atau gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga muncul pergerakan yang kelihatan hidup. 
Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SD NEGERI X"

SKRIPSI PGSD PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III

(KODE : PENDPGSD-0046) : SKRIPSI PGSD PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III

contoh skripsi pgsd kelas 3

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri (James dan James dalam Suherman, 2001). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Proses belajar mengajar dan interaksi antara guru dan siswa pada mata pelajaran matematika disebut sebagai pembelajaran matematika dimana keberhasilan pembelajaran matematika itu ditentukan oleh kemampuan guru dalam memahami tujuan pembelajaran matematika yang tercapai, dan keterlibatan orang tua dalam kegiatan pembelajaran baik secara langsung dan tidak langsung. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup melengkapi perubahan keadaan di dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, rasional, cermat, jujur, efisien dan efektif (Puskur, 2002 : 9). 
Lebih lanjut, Depdiknas (2006) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP tahun 2006 meliputi 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; serta 4) mengkomunikasikan gagasan dalam simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) merumuskan tujuan pembelajaran matematika yaitu belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection), dan belajar untuk merepresentasikan ide-ide (mathematical representation). Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami konsep, menyelesaikan masalah sistematis, mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, dan dapat mengungkapkan ide-ide matematisnya dengan baik secara lisan maupun tertulis. 
Indikator keberhasilan pencapaian dari suatu pembelajaran matematika adalah hasil belajar. Mulyasa (2008) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Hamalik (2008) mendefinisikan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, Bloom dalam Thabrani (2015 : 21), ranah hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal). Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan sekolah. Kondisi pembelajaran merupakan salah komponen dalam lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. 
Guru seyogyanya dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk dapat belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif, bermakna, dan siswa diberi kebebasan untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Belajar yang menyenangkan dapat terjadi ketika guru dan siswa dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang relevan dengan materi atau masalah yang dihadapi atau dipelajari sehingga guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan memiliki kebermaknaan. 
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru SD Gugus X diperoleh hasil bahwa terkadang siswa malas belajar matematika dan merasa bosan berada di dalam kelas bukan hanya karena pelajarannya yang sulit tetapi juga karena cara mengajar guru dianggap tidak menarik yakni guru dan siswa hanya berpegang pada buku saja. Biasanya siswa akan melampiaskan kebosanan mereka dengan cara ramai, dan mengobrol dengan temannya sehingga kelas tidak kondusif. Selain itu, siswa tidak aktif dalam bertanya, entah karena takut maupun karena mereka tidak tahu apa yang ingin mereka tanyakan, serta daya konsentrasi siswa mengikuti pelajaran sangat singkat dan cenderung aktif sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada mungkin tidaklah mengejutkan jika banyak siswa bosan dengan pelajaran matematika dan berusaha menghindarinya. 
Pada dasarnya menurut Mapina (2013), anak SD kelas rendah memiliki karakteristik yaitu 1) Belajar dari hal-hal yang kongkrit dan secara bertahap menuju ke arah yang abstrak; 2) Integratif, yaitu tahap anak SD kelas rendah anak masih memandang sesuatu sebagai satu keutuhan, mereka belum bisa memisahkan suatu konsep bagian demi bagian; 3) Hierarkis, yaitu cara belajar anak yang berkembang secara bertahap dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks; 4) Suka bermain dan lebih suka bergembira/riang karena mereka berada pada tahap peralihan dari TK yang penuh dengan permainan; 5) mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan; 6) Senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung ditinjau dari teori perkembangan kognitif anak SD memasuki tahap operasional kongkrit; 7) Siswa masih senang belajar bersama temannya atau berkelompok karena pergaulannya dengan kelompok sebaya; 8) Sebagian siswa tertentu misalnya yang paling kecil, besar, gemuk, ataupun kecacatan fisik lainnya biasanya suka mencari perhatian seperlunya, oleh karena itu pembelajarannya hendaknya diberikan perhatian khusus seperlunya dan diberikan kasih sayang tanpa pamrih; 9) Siswa usia ini sedang mengalami masa peka/sangat cepat untuk meniru, mendapat contoh/figure dari guru yang difavoritkan; 10) Bahasa digunakan anak usia ini masih dipengaruhi oleh usia ibu karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana tidak kompleks; serta 11) Rasa ingin tahu yang tinggi, anak-anak SD usia ini sangat kritis mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan di luar dugaan jadi alat pembelajaran. Lebih lanjut, Sudono (2001 : 1) menyatakan bahwa bermain selain menyenangkan juga membantu anak untuk mampu memahami konsep-konsep secara alami. Secara psikologis dalam tahap perkembangan manusia masa kanak-kanak (umur 0-12 tahun) adalah tahapan dimana dunia imajinasi berkembang dalam kognisinya sehingga para psikolog perkembangan menyebut permainan dan bermain adalah modal awal bagi pembinaan kecerdasan dan mental awal bagi anak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika supaya tidak membosankan dibutuhkan ice breaking. 
Ice breaking menurut Sunarto (2012 : 3) merupakan permainan atau kegiatan yang sederhana, ringan, dan ringkas yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan, kekakuan, rasa bosan atau mengantuk dalam pembelajaran sehingga dapat membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusias yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serius tapi santai. Disinilah peran ice breaking sangat diperlukan untuk menghilangkan situasi yang membosankan bagi pengajar dan siswa, serta kembali segar dan menyenangkan. Kelebihan ice breaking adalah membuat waktu panjang terasa cepat, membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran, dapat digunakan secara spontan atau terkonsep, membuat suasana kompak dan menyatu. 
Senada dengan pendapat tersebut, Suroharjuno (2012) mendefinisikan ice breaking sebagai peralihan situasi dari yang membosankan, membuat ngantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan. Oleh karena itu, melakukan ice breaking di tengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting dan dalam melakukan ice breaking, guru memerlukan panduan-panduan atau cara untuk menjalankannya agar ice breaking berjalan optimal yang hasilnya juga akan dirasakan oleh guru dan siswa. Ice breaking juga akan semakin optimal dampaknya jika disertai dengan musik karena musik dapat menambah kedinamisan dan keasyikan ice breaking itu sendiri. 
Ice breaking dapat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama siswa SD kelas rendah dan ini sesuai dengan penelitian Sumardani (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar matematika. Selain berpengaruh pada hasil belajar siswa, ice breaking dapat berpengaruh pada minat belajar siswa dan ini sesuai dengan penelitian Cahyani (2014) yang menyatakan bahwa ada pengaruh ice breaking terhadap minat belajar. Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa, penelitian Hidayatuloh (2015) menyatakan bahwa ice breaking tidak berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar dan hasil belajar karena prestasi belajar dan juga hasil belajar tergantung pada paham tidaknya siswa menyerap pembelajaran tersebut. Selain itu penelitian Khadiyanti (2014) juga menyatakan bahwa ice breaking tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Tampaklah bahwa kedua penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. Tampaklah bahwa terdapat dua hasil penelitian yang kontradiktif akan pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. 
Minat belajar menurut Widya (2006 : 19) merupakan rasa suka dan ketertarikan pada aktifitas belajar antara lain membaca, menulis, serta tugas praktek, tanpa ada yang menyuruh. Minat belajar adalah salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan judul penelitian ini adalah PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III GUGUS X. 

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) 1

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PGSD (1)

judul skripsi jurusan pgsd (1)


  • (KODE : PENDPGSD-0001) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIC DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0002) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD (IPS) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0003) : SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V (IPA) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0004) : SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0005) : SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0006) : SKRIPSI PENGARUH MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0007) : SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0008) : SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0009) : SKRIPSI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0010) : SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0011) : SKRIPSI PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN SISWA MELALUI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0012) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TK [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0013) : SKRIPSI KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGADAKAN VARIASI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0014) : SKRIPSI KOMPETENSI GURU DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0015) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANGTUA TERHADAP TANGGUNG JAWAB BELAJAR ANAK KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0016) : SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0017) : SKRIPSI STUDI KORELASI DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0018) : SKRIPSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH INKLUSI DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0019) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MAPEL MATEMATIKA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0020) : SKRIPSI PENERAPAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0021) : SKRIPSI ANALISIS SOAL TRY OUT MATEMATIKA SD DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) MATEMATIKA SD-MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0022) : SKRIPSI PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0023) : SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0024) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BAHAN-BAHAN MAKANAN (KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0025) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA HEWAN DAN TUMBUHAN DI LINGKUNGAN RUMAHKU (KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0026) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU (KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0027) : SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DENGAN SIMULASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TEMA EKOSISTEM (KLS V) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0028) : SKRIPSI PEMBELAJARAN BERBASIS PAKEM PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0029) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN MODEL WORD SQUARE DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI UANG TEMA PERMAINAN (KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0030) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0031) : SKRIPSI ASESMEN PEMBELAJARAN IPS KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0032) : SKRIPSI PGSD ANALISIS PERILAKU AKADEMIK SISWA KELAS IV PADA DISKUSI PEMBELAJARAN PKN SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0033) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KTSP PADA KELAS RENDAH [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0034) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN MODEL TIPE COURSE REVIEW HORAY  TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0035) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBASIS TEORI VAN HIELE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0036) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS (KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0037) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN STRATEGI CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN IPS (KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0038) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN TEKNIK QUICK ON THE DRAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SUMBER DAYA ALAM SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0039) : SKRIPSI PGSD KINERJA GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS KTSP KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0040) : SKRIPSI PGSD KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN SENI MUSIK KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0041) : SKRIPSI PGSD PENGARUH METODE SCRAMBLE TERHADAP HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK TERINTEGRASI KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0042) : SKRIPSI PGSD PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0043) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU SDN [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0044) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BERSATU DALAM KEBERAGAMAN [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0045) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0046) : SKRIPSI PGSD PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0047) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CERITA BERGAMBAR MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING PADA MAPEL IPA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0048) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0049) : SKRIPSI PGSD PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI KELAS I [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0050) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SUBTEMA HUBUNGAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0051) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]


SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III

(KODE : PENDPGSD-0045) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 dapat dikatakan sebagai batu loncatan bagi pendidikan Indonesia untuk menuju ke arah yang lebih maju, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Pembelajaran yang dulunya cukup dengan menggunakan metode konvensional seperti ceramah, mendengarkan dan mencatat, sekarang sudah mulai bergeser ke pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung tujuan dari kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan karakteristik siswa SD seperti : 1) Senang bergerak, berbeda dengan orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, anak- anak usia SD lebih senang bergerak. Anak-anak usia ini dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit. 2) Senang bermain, dunia anak memang dunia bermain yang penuh kegembiraan, demikian juga dengan anak-anak usia sekolah dasar, mereka masih sangat senang bermain. Apalagi anak-anak SD kelas rendah. 3) Senang melakukan sesuatu secara langsung, anak-anak usia SD akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru jika ia dapat mempraktikkan sendiri secara langsung pelajaran tersebut. 4) Senang bekerja dalam kelompok, pada usia SD anak-anak mulai intens bersosialisasi. Pergaulan dengan kelompok sebaya, akan membuat anak usia SD bisa belajar banyak hal, misalnya setia kawan, bekerja sama, dan bersaing secara sehat. (Permendikbud No. 57 Tahun 2014). 
Namun di sisi lain, pembelajaran yang penuh dengan kegiatan yang menyenangkan dan menekankan pada pengalaman belajar, tidak seterusnya membawa dampak yang menguntungkan dari segi perkembangan kognitif siswa, jika tidak didukung oleh pemantapan materi berupa ringkasan atau latihan soal yang dapat mereka baca atau kerjakan secara mandiri. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan mengasosiasikan materi dari pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan panduan dari buku siswa, apabila tidak diimbangi dengan ringkasan materi yang ada di buku atau yang mereka buat sendiri. Namun permasalahan yang muncul adalah siswa SD masih mengalami kesulitan untuk menulis sendiri materi yang sudah didapat, baik berupa catatan atau rangkuman. Juga ditambah lagi dengan tidak adanya latihan soal terstruktur yang sesuai dengan pembelajaran pada panduan buku siswa. Selain kesulitan mengasosiasikan pembelajaran, minimnya materi yang tertulis pada buku siswa, dan tidak adanya latihan soal yang sesuai pembelajaran, banyak pula ditemui latihan soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru maupun yang sudah ada pada buku guru yang diterbitkan pemerintah. 
Guru yang merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan metode sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu Saintifik, berisikan kompetensi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak (Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Tanpa adanya dukungan materi tambahan berupa ringkasan dan latihan soal, tidak akan cukup untuk syarat pemenuhan indikator pencapaian pembelajaran (Andi Prastowo, 2011). Tanpa adanya tindak lanjut berupa penambahan materi, ringkasan, dan latihan soal yang sewaktu-waktu dapat dibaca dan dikerjakan siswa secara mandiri, proses pembelajaran yang sudah dilangsungkan hasilnya pun akan kurang maksimal. 
Banyak guru yang tidak sempat untuk menulis materi pelengkap sehingga mereka hanya berpijak pada buku teks pelajaran Maman Suryaman dalam (Prastowo 2009 : 8), yang mana buku pedoman siswa di kurikulum 2013 yaitu, buku siswa sifatnya hanya gambaran secara umum dari pembelajaran. Di buku siswa tidak terdapat penjelasan materi secara detail dan terperinci, seperti yang sudah penulis buktikan dalam mata kuliah pembelajaran matematika, di mana penulis diberikan tugas untuk menganalisis buku guru dan siswa. Di dalam buku siswa masih banyak dijumpai materi yang terkesan sempit untuk dibaca atau ditelaah untuk siswa SD, sehingga diperlukan tambahan materi yang dapat membantu dalam penguatan materi. Menurut Depdiknas (2008 : 18), salah satu kelemahan buku teks jika dilihat dari strukturnya adalah tidak adanya komponen petunjuk belajar, informasi pendukung dan langkah kerja penyelesaian soal sehingga dalam penggunaannya, pemakaian buku teks hanya memungkinkan komunikasi satu arah yang berakibat pada kurangnya kesempatan siswa untuk mengembangkan pola pikir dan pembentukan konsep sehingga siswa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan bahan ajar selain buku teks pelajaran (dalam bentuk LKS). 
Selama ini memang LKS sering digunakan guru untuk mengembangkan dan menambah pemahaman pembelajaran untuk siswa, seperti yang sudah penulis amati saat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri X. Saat guru merasa materi yang didapat siswa sudah memadahi dan perlu adanya latihan secara mandiri, maka siswa langsung diminta untuk mengerjakan LKS yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Namun LKS yang dikerjakan siswa pada umumnya tidak dibuat sendiri oleh guru dan pada umumnya LKS yang mereka kerjakan, isinya sama sekali berbeda dengan materi pembelajaran yang terdapat pada buku siswa. Hal tersebut dapat membuat kerancuan berfikir siswa dalam memahami dan mengasosiasikan materi yang sudah mereka dapatkan dari proses pembelajaran. Ditambah lagi LKS yang sudah ada saat ini tidak tercantum petunjuk pengerjaan yang mudah untuk dipahami, yang mana sesungguhnya LKS diharapkan dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan membantu mereka dalam pendalaman materi pembelajaran. 
Pengerjaan LKS yang dijadikan pilihan terbaik untuk membantu pencapaian indikator pada akhirnya kurang maksimal, karena materi dan tugas yang dikerjakan siswa tidak dibahas secara rinci dan terstruktur sesuai pembelajaran yang sudah didapat siswa selama pembelajaran. Apabila siswa terus menerus dijejali dengan materi dan lembar kerja yang apa adanya, maka kreatifitas berfikir siswa tidak akan berkembang. Untuk meningkatkan kreatifitas berfikir siswa, diperlukan LKS yang menarik, terstruktur, petunjuk pengerjaan mudah dipahami dan disesuaikan tingkat berfikir siswa. Maka LKS yang sesuai dengan pembelajaran, yang dirancang dan dilaksanakan sesuai petunjuk dari buku guru maupun buku siswa, sangat dibutuhkan untuk memudahkan siswa untuk latihan berfikir secara mandiri dan kreatif. Pernyataan serupa terkait buku siswa dan LKS yang apa adanya, juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru kelas III, saat dilakukan wawancara mengenai implementasi dan sumber belajar pada K13 di SD tempat dilaksanakannya penelitian, yaitu SD Negeri X. 
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti tergerak untuk mengembangkan LKS yang dapat digunakan siswa kelas 3 SD, sebagai alternatif yang menarik untuk menambah penguasaan materi. Isi dari LKS juga disesuaikan dengan pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator pencapaian yang harus dipenuhi siswa, selain itu materi pada LKS juga disesuaikan dengan pembelajaran yang berbasis saintifik. Adapun isi dari LKS yaitu berupa ringkasan, tugas secara berkelompok maupun individu, dan latihan soal sesuai dengan pembelajaran, serta dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa. Sehingga diharapkan tingkat berfikir siswa lebih aktif, kritis dan kreatif dalam pemahaman materi ajar yang sudah mereka laksanakan. 

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BERSATU DALAM KEBERAGAMAN

(KODE : PENDPGSD-0044) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BERSATU DALAM KEBERAGAMAN

skripsi pgsd kurikulum 2013

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebuah lembaga pendidikan, baik dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi memiliki bentuk proses belajar-mengajar yang berbeda satu sama lain. Namun, pada dasarnya, semua lembaga pendidikan mengacu kepada satu hal yang sama, yaitu kurikulum. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Undang tersebut memiliki batasan bahwa dalam kurikulum terdapat dua aspek penting yang menjadi dasar. Aspek pertama adalah kurikulum dijadikan sebagai pegangan atau patokan bagi guru dalam proses belajar mengajar. Aspek kedua adalah kurikulum sebagai aturan dalam penentuan isi dan cara pelaksanaan proses belajar mengajar (Sanjaya, 2008 : 8). Kurikulum yang digunakan dalam lembaga pendidikan perlu digunakan dengan baik agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.
Kurikulum terbaru yang saat ini tengah dipergunakan di beberapa lembaga pendidikan adalah Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013 : 99). Kurikulum 2013 akan membuat para pelajar menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kurikulum, peranan jenis bahan ajar menjadi penting untuk menunjang proses belajar mengajar. Isi kurikulum atau bahan ajar adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada siswa sebagai pembelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan (Hidayat, 2013 : 62). Kurikulum memerlukan bahan ajar yang baik untuk diterapkan bagi siswa. Taba (dalam Hidayat, 2013 : 63) mengemukakan bahwa kriteria untuk memilih isi materi kurikulum haruslah menggambarkan pengetahuan yang sebenarnya, sesuai dengan kehidupan sosial dan budaya siswa, seimbang antara luas dan dalamnya materi, mencakup berbagai macam tujuan, sesuai dengan kemampuan dan pengalaman siswa dan sesuai kebutuhan juga minat siswa. Apabila semua unsur tersebut diperhatikan dalam penyusunannya, maka bahan ajar yang dihasilkan dapat menunjukkan bahwa bahan ajar tersebut baik dan dapat diterapkan di sebuah sekolah.
Uraian materi pokok pada bahan ajar menjadi dasar pengambilan dan penentuan materi ajar dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru (Hidayat, 2013 : 62). Guru memegang peranan penting dalam menentukan materi pokok dalam suatu bahan ajar yang akan digunakan oleh siswa dalam pembelajaran. Bagi calon guru hendaknya perlu mempelajari untuk menyusun bahan ajar yang baik sehingga bila siswa mempelajari bahan ajar tersebut, siswa mampu memahaminya dan tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.
Bahan ajar pada Kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif menggunakan tema-tema tertentu (Trianto, 2010 : 78). Tema-tema dalam pembelajaran dengan jenis pendekatan tersebut digunakan untuk mewadahi berbagai jenis materi pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda-beda. Tema-tema yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk membuat pemahaman siswa menjadi lebih jelas. Maka, diperlukan sifat kreativitas dalam diri guru dalam menyusun bahan ajar yang menggabungkan beberapa materi pembelajaran dalam satu tema.
Isi dari bahan ajar yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini menuai berbagai macam komentar yang muncul dari para pendidik. Kurikulum yang dibahas secara lebih mendalam dalam penelitian ini adalah Kurikulum SD.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV dan kepala sekolah dari suatu sekolah dasar yang telah menerapkan pembelajaran Kurikulum 2013. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV dan kepala SD X. Informasi yang didapatkan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam Kurikulum 2013 secara keseluruhan dapat dikatakan masih belum dikatakan sempurna secara keseluruhan. Guru kelas IV dan kepala sekolah melihat materi dalam Kurikulum SD lebih sederhana dan lebih mengutamakan siswa sebagai pembelajar yang aktif. Pendekatan sains dalam Kurikulum 2013 yang diketahui oleh kedua narasumber adalah proses belajar mengarahkan para pembelajar memiliki keterampilan layaknya seorang saintis di mana terdapat kegiatan seperti mengamati, melakukan eksperimen, diskusi sampai kegiatan mengambil kesimpulan.
Guru kelas IV dan kepala sekolah juga mengutarakan bahwa pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 pada dasarnya sangat baik untuk membentuk pribadi siswa. Informasi lain yang didapat adalah mengenai penilaian otentik, guru kelas IV maupun kepala sekolah menjelaskan penilaian otentik begitu terlihat dari proses pembelajaran Kurikulum 2013. Penilaian menekankan adanya proses dan juga hasil yang diperoleh siswa.
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 juga kerap kali dialami oleh para guru saat menerapkan Kurikulum 2013. Guru kelas IV menyadari begitu banyak jawaban siswa atas pertanyaan yang ada pada bahan ajar. Beliau cenderung tidak tahu bagaimana mengarahkan jawaban siswa atas pertanyaan berupa pendapat yang cenderung begitu luas.
Kesulitan lainnya yang ditemukan adalah materi yang ada di bahan ajar kurang urut dan membuat siswa kurang begitu memahami secara runtut. Materi dalam satu tema juga cenderung terlalu banyak dan belum mendalam. Kepala SKKK mengutarakan bahwa kesulitan lainnya adalah isi bahan ajar agar cenderung bertele-tele. Kunci jawaban untuk setiap pertanyaan bahan ajar juga belum tersedia.
Kepala sekolah pun juga menambahkan bahwa waktu pelatihan untuk Kurikulum 2013 ini cenderung terlalu singkat. Pelatihan yang singkat membuat guru sedikit mengalami kebingungan saat menerapkannya. Penilaian yang ada pun juga sulit, karena guru perlu mengajar dan menilai secara langsung.
Guru kelas IV dan kepala sekolah menganggap bahwa Kurikulum 2013 masih perlu disempurnakan. Penyempurnaannya pada bagian kegiatan pembelajaran dan materi pada bahan ajar. Narasumber juga mengutarakan masih diperlukan adanya suplemen dalam bahan ajar Kurikulum, terutama dalam hal pembuatan soal dan penjelasan materi yang lebih mendalam.
Sekolah ini telah mampu secara mandiri mengembangkan bahan ajar sesuai dengan Kurikulum 2013. Pihak sekolah menggunakan materi yang diberikan oleh pemerintah dan mengembangkannya dengan memperjelas materi. Bahan ajar Kurikulum 2013 menurut guru kelas IV dan kepala sekolah sudah cukup sesuai dengan budaya lokal yang ada, namun belum begitu mendalam.
Kurikulum 2013 identik dengan penanaman karakter dalam diri siswa. Berbagai karakter dalam Kurikulum 2013 yang ada memiliki makna positif bagi pribadi siswa sehingga perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dapat menanamkan karakter yang berbeda-beda dalam diri siswa. Pembelajaran yang dialami oleh siswa pun menjadi lebih bermakna, karena siswa dapat berkembang baik secara pengetahuan maupun karakter yang dimilikinya.
Saran yang disampaikan oleh guru kelas IV dan kepala sekolah terkait dengan bahan ajar Kurikulum 2013 adalah pada isi bahan ajar sendiri. Isi dalam bahan ajar yang menurut beliau perlu diperbaiki yaitu isi pertanyaan, bentuk kegiatan dalam pembelajaran dan cakupan materi. Bahan ajar yang digunakan oleh para siswa hendaknya sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil wawancara dari kepala sekolah dan guru kelas IV menunjukkan bahwa bahan ajar Kurikulum SD 2013 yang sekarang telah digunakan dalam pembelajaran, masih perlu disempurnakan. Beberapa bagian seperti materi, bentuk soal serta penilaiannya masih perlu dilengkapi dan dibuat menjadi lebih jelas. Maka, diharapkan bahan ajar yang disusun untuk siswa dapat menunjang pemahaman siswa akan materi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengembangkan bahan ajar mengacu kepada Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV SD.