Search This Blog

Showing posts with label Penelitian Tindakan Kelas. Show all posts
Showing posts with label Penelitian Tindakan Kelas. Show all posts
SKRIPSI PTK EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MAPEL PKN

SKRIPSI PTK EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MAPEL PKN

(KODE : PTK-0159) : SKRIPSI PTK EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MAPEL PKN (PKN KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cooperative Learning adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dengan pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai moral dan keterampilan sosial (Etin Solihatin, 2005 : 4).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota dalam satu kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif disamping mengembangkan siswa untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang dianggap sulit.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain.
Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan kewarganegaraan harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran.
Pada umumnya Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dianggap pelajaran yang cukup mudah, sehingga hal ini mengakibatkan perhatian siswa pada mata pelajaran ini menjadi rendah. Tetapi apabila materi pelajaran yang disajikan menarik, siswa dengan tekun dan antusias akan memperhatikan guru pada saat pelajaran. Tapi perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan pada saat proses belajar mengajar masih rendah, salah satu penyebabnya adalah sikap siswa yang pasif saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan informasi dari Guru MTs X belum menggunakan model pembelajaran kooperatif. Padahal model pembelajaran kooperatif memiliki banyak kelebihan antara lain sebagai suatu alternative dalam memecahkan salah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar, siswa akan lebih mudah menyampaikan ide, maupun gagasannya, dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan kerja sama, banyak siswa yang pilih-pilih dalam setiap pembentukan kelompok belajar yang mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa akan pentingnya kebersamaan dan kerjasama diantara sesamanya dalam menyelesaikan materi pelajaran yang sulit. Nilai rata-rata kelas baru mencapai 61,02 dan prosentase ketuntasan klasikalnya mencapai 75%.
Hal ini perlu adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar, keaktifan siswa dalam belajar, dan akan terjalin sikap saling mengenal, belajar menghargai pendapat satu sama lainnya sehingga akan timbul hubungan kerja sama yang positif dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang dianggap sulit. Berdasarkan uraian diatas maka disusunlah skripsi dengan judul "EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII MTS X”.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan adalah : Apakah model Cooperative Learning efektif digunakan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII MTs X ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan model cooperative learning pada mata pelajaran PKn kelas VIII MTs X.
2. Manfaat penelitian
a. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang efektifitas penggunaan model cooperative learning pada mata pelajaran PKn kelas VIII MTs X.
b. Bagi guru MTs X
Dapat dijadikan informasi mengenai efektifitas penggunaan model cooperative learning pada mata pelajaran PKn kelas VIII..

D. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan sebagai berikut : 
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari : 
A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Tujuan dan manfaat penulisan
D. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA terdiri dari : 
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian model pembelajaran
2. Jenis-jenis model pembelajaran
B. Model Cooperative Learning
1. Pengertian model Cooperative Learning
2. Tujuan model Cooperative learning
3. Kelebihan dan kelemahan model Cooperative learning
4. Ciri-ciri model Cooperative learning
5. Unsur-unsur dasar model Cooperative learning
6. Prinsip-prinsip dasar model Cooperative learning
7. Langkah-langkah model Cooperative learning
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 PKn SMP/MTs
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
2. Tujuan dan manfaat Pendidikan Kewarganegaraan
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
4. Kajian Materi PKn Kelas VIII semester genap dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
D. Uraian Materi Pembelajaran Kedaulatan rakyat dan sistem Pemerintahan di Indonesia
E. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
2. Pengukuran Efektifitas
3. Efektifitas penggunaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN berisi tentang : 
A. Jenis Penelitian
B. Subyek Penelitian
C. Rancangan Penelitian
D. Indikator Keberhasilan
E. Sumber Data
F. Metode Pengumpulan Data
G. Analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian
B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus I
C. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus II
D. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN-LAMPIRAN

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MELALUI STRATEGI TANDUR

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MELALUI STRATEGI TANDUR

(KODE : PTK-0158) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MELALUI STRATEGI TANDUR (BIOLOGI KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Keberhasilan komunikasi dua arah antara subyek tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain kondisi pengajaran, fasilitas, kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh guru, motivasi belajar siswa, dan lingkungan masyarakat di sekitar tempat belajar. Kegiatan pembelajaran diarahkan kepada kegiatan yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif baik secara fisik, sosial maupun psikis untuk memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Biologi hendaknya guru menggunakan suatu strategi pengajaran yang memberikan kesempatan siswa banyak beraktivitas.
Dari observasi awal yang dilakukan di SMPN X, melalui diskusi dengan guru mata pelajaran Biologi, didapatkan fakta bahwa pembelajaran Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan di kelas VIII belum optimal, terutama di kelas VIII C. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru karena guru masih menjadi sumber utama pembelajaran, partisipasi siswa masih perlu ditingkatkan karena semestinya siswa tidak hanya mencatat dan mendengarkan melainkan harus responsif dalam pembelajaran. Motivasi siswa juga masih perlu ditingkatkan karena perhatian siswa dalam pembelajaran masih kurang. Guru juga masih kesulitan menerapkan metode pembelajaran yang menarik, inovatif, dan lebih mengaktifkan siswa juga variasi metode, media, model pembelajaran yang kurang optimal dalam pelaksanaannya. Dari hal tersebut di atas, menyebabkan pemahaman siswa menjadi rendah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa juga rendah. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata hasil ulangan harian materi pertumbuhan dan perkembangan kelas VIII C yaitu 49,5. Juga dilihat dari nilai akhir mata pelajaran Biologi yang hanya 43,18% siswa kelas VIII C yang mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65.
Masalah-masalah pembelajaran tersebut, menjelaskan kualitas pembelajaran khususnya materi pertumbuhan dan perkembangan belum optimal sehingga diperlukan suatu upaya untuk dapat memecahkan masalah tersebut, antara lain dengan mengembangkan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang saat ini diperlukan adalah metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menuntut keaktifan siswa. 
Salah satu metode pembelajaran yang dipilih yaitu menerapkan strategi TANDUR yang terdapat dalam pembelajaran quantum teaching. Quantum teaching adalah suatu metode pembelajaran yang menyenangkan, dengan interaksi antara siswa dan guru terjalin dengan baik. Metode quantum teaching membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi-interaksi yang terjadi di dalam kelas. 
Menurut Rudiono (2006) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa secara keseluruhan mutu proses belajar mengajar pada kajian sistem ekskresi pada manusia dengan penerapan strategi TANDUR adalah baik dengan nilai 78,9.
Strategi TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dirancang untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan pemberian pengalaman belajar melalui pengamatan, penyelidikan, maupun diskusi atas permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar tersebut dikemas dalam skenario pembelajaran yang menyenangkan.
Beberapa alasan mengapa penelitian ini menerapkan strategi TANDUR pada materi pertumbuhan dan perkembangan yaitu;
1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar,
2. Metode pembelajaran yang menguraikan tentang cara-cara baru yang mempermudah proses pembelajaran dan menekankan pada terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (De Porter, 2000). Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terhadap materi pertumbuhan dan perkembangan dengan menerapkan strategi TANDUR.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : "Apakah dengan menerapkan strategi TANDUR dapat meningkatkan kualitas pembelajaran materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas VIII SMPN X?"

C. Penegasan Istilah
Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian. Istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.
1. Kualitas pembelajaran
Pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar serta menguasai kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar (Mulyasa 2002). Partisipasi aktif siswa dalam penelitian ini yaitu, aktif mendiskusikan LDS, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat.
2. Strategi TANDUR
TANDUR adalah kependekan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, Demonstrasikan, dan Rayakan. Strategi TANDUR yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan rencana dan cara-cara membawakan pengajaran yang tersusun dalam suatu rangkaian dengan tahapan sebagai berikut.
a. Tumbuhkan, yaitu penumbuhan motivasi dengan menghadirkan permasalahan atau fakta dalam kehidupan sehari-hari siswa yang terkait dengan materi pertumbuhan dan perkembangan,
b. Alami, yaitu pemberian pengalaman belajar dengan eksperimen, penyelidikan maupun kajian pustaka,
c. Namai, yaitu penamaan konsep atas permasalahan atau fakta yang dialami oleh siswa dengan bimbingan guru,
d. Demonstrasikan, yaitu pengetahuan yang telah dikuasai siswa dengan mempresentasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas,
e. Ulangi, yaitu tahap pelurusan dan penegasan konsep yang telah diperoleh siswa olah guru,
f. Rayakan, yaitu perayaan atau penghargaan atas pengetahuan yang telah diperoleh,
3. Materi pertumbuhan dan perkembangan
Materi pertumbuhan dan perkembangan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII semester gasal. Standar kompetensinya adalah memahami berbagai sistem dalam kehidupan. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.
Materi pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan berbunga
c. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan
d. Metamorfosis dan metagenesis

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas VIII SMPN X melalui strategi TANDUR.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran siswa.
1. Manfaat bagi siswa
a. Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
b. Mendorong minat siswa untuk belajar Biologi
c. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa
2. Manfaat bagi guru
a. Mendapatkan alternatif model pembelajaran Biologi yang menarik dalam upaya meningkatkan proses belajar dan mengaktifkan siswa dalam belajar
b. Guru memiliki pengalaman untuk lebih meningkatkan kinerja dalam menjalankan tugasnya
3. Manfaat bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan akan memperbaiki, meningkatkan, dan memberi masukan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan proses belajar mata pelajaran Biologi.

SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH

SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH

(KODE : PTK-0157) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (IPS SEJARAH KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut pendidikan menempati urutan pertama yang mendapatkan perhatian khusus, karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh berhasil atau tidaknya bangsa itu dalam mendidik seluruh generasi mudanya.
Mengutip Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3, bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi sebagai berikut : 
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan kurikulum yang sesuai dengan keadaan, kebutuhan lingkungan, dan dapat mengantisipasi keadaan yang akan datang. Kurikulum diartikan sebagai program mengenai sejumlah pengalaman yang ditaati melalui kegiatan pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran sangat bergantung pada tiga unsur, yaitu : kurikulum, guru dan siswa. Walaupun kurikulum tersebut saling bergantung dan menentukan, namun unsur guru paling menentukan diantara ketiganya.
Guru memegang peranan yang penting di dalam proses pendidikan salah satu kode etik yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah ia harus mampu menggunakan alat atau media pembelajaran. Dan dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yang diterapkan dalam kegiatan belajar I Motivasi belajar memegang peranan sangat penting dalam hal memberikan gairah/semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga mempunyai motivasi tinggi mempunyai tenaga yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dimana menurut Hamzah B. Uno "motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya".
Faktor lain yang tak kalah penting yakni hasil belajar, dimana hasil belajar merupakan salah satu alat tolak ukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu materi. Tidak dapat dipungkiri lagi dalam setiap proses pembelajaran terjadi hambatan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran sejarah. Faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran sejarah diantaranya yakni motivasi belajar siswa rendah karena adanya anggapan siswa bahwa mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang cenderung membosankan karena berisi tentang materi saja, media yang digunakan kurang bervariasi sehingga siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran sejarah, terkadang guru kurang memvariasikan metode ataupun penggunaan media dalam proses pembelajaran, rendahnya hasil belajar siswa. Terkadang siswa malas-malasan dalam belajar, dan siswa mengantuk saat pelajaran sejarah dimulai.
Hal tersebut merupakan masalah yang terjadi di SMP X dimana motivasi siswa rendah terhadap mata pelajaran sejarah, tentu saja hal tersebut berpengaruh pada rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran sejarah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Agar pendidikan tidak tertinggal perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama yang berkaitan dengan faktor-j faktor pengajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik berdaya guna dan berhasil.
Untuk itu media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Keberadaan media sangat membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dad bahan pelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dipahami oleh setiap peserta didik terutama bahan pelajaran yang sangat kompleks dan rumit.
Media memiliki peranan penting di dalam tercapainya proses pembelajaran. Dunia sekarang boleh dikatakan sebagai dunia yang hidup dengan menggunakan media. Kegiatan pembelajaran sekarang bergerak maju seiring kemajuan teknologi, sehingga secara tidak langsung membawa dampak yang baik bagi kemajuan dalam hal penyampaian materi. Yang pada awalnya materi disampaikan dengan menggunakan ceramah saat ini dunia pembelajaran bergerak maju dan banyak menggunakan media.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dad sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Adakalanya penerima pesan (siswa) benar dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh guru, tetapi adakalanya mereka salah dalam menafsirkannya. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi, di antaranya hambatan psikologis, hambatan kultural, dan hambatan lingkungan.
Media pendidikan sebagai salah-satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Nurbayati dalam skripsinya menyatakan bahwa "media audio visual dapat memudahkan belajar, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi dan mampu memberikan stimulus".
Dan seiring dengan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mengharuskan dunia pendidikan untuk menerapkan pembelajaran berbasis komputer. Guru harus dapat menciptakan suatu pembelajaran yang berpotensi menciptakan suasana belajar mandiri, serta membawa kelas bagaikan magnet yang mampu memikat dan menarik siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan, salah satunya dengan memanfaatkan video pembelajaran.
Pemanfaatan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran, selain dapat digunakan media presentasi dan CD multimedia interaktif, ia juga dapat dimanfaatkan untuk memutar video pembelajaran. Video pembelajaran yang bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi.
Penggunaan media juga harus sesuai dengan pedoman kurikulum yang ada. Media pembelajaran yang digunakan pun jangan terlalu banyak dan berlebihan karena bila belebihan dapat membingungkan siswa dan tidak memperjelas konsep yang diajarkan.
Upaya guru dalam proses belajar mengajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya untuk mengajar menjadikan siswa lebih bergairah dalam belajar. Guru yang bersungguh-sungguh menyampaikan materi menjadikan tingginya motivasi siswa dalam belajar dan tentunya berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Berangkat dari permasalahan diatas, mendorong penulis untuk meneliti "EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH".

B. Identifikasi Area Dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 
1. Motivasi belajar siswa pembelajaran sejarah.
2. Hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran sejarah.
3. Media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa.
4. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton.
5. Materi pembelajaran yang cenderung membosankan di mata siswa.

C. Pembatasan Penelitian
Karena terlalu luasnya masalah yang teridentifikasi dan untuk memberi arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu diadakan pembatasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut adalah : 
1. Motivasi belajar siswa rendah dalam pembelajaran sejarah.
2. Hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran sejarah.
Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual video pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah.

D. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas berikut ini dirumuskan permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian : 
1. Bagaimanakah efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah ?
2. Bagaimanakah efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah ?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pemanfaatan media audio visual video pembelajaran. Secara rinci tujuan dibagi menjadi beberapa poin sebagai berikut : 
1. Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memperkuat teori-teori tentang pembelajaran aktif (active learning), pemanfaatan media pembelajaran terutama pada pembelajaran sejarah.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : 
a. Bagi peneliti, menerapkan ilmu pendidikan yang selama ini didapat pada perkuliahan.
b. Bagi guru, dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, riset ini mendukung teori media, motivasi dan hasil belajar sehingga dapat menjadi landasan untuk melakukan riset.
d. Bagi peserta didik, memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga mempermudah peserta didik untuk membangun dan menemukan konsep-konsep dalam pembelajaran.

SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM DAN BASA

SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM DAN BASA

(KODE : PTK-0156) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM DAN BASA (KIMIA KELAS XI)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan formal) sangat bergantung pada unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut belum terpenuhi dengan baik. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru dalam praktik pendidikan di sekolah selama ini lebih berpusat pada guru dan metode yang digunakan kurang bervariasi.
Ilmu kimia sebagai cabang ilmu pengetahuan alam mestinya mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan siswa. Saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran kimia bersifat abstrak dan sukar dipahami sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mempelajarinya.
Larutan asam dan basa merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia SMA. Dalam pokok bahasan larutan asam dan basa ini banyak konsep-konsep yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk menguasai konsep larutan asam dan basa sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi saat ini masih banyak guru yang kurang mengkaitkan materi dengan obyek nyata atau fenomena yang ada di sekitar siswa. Metode yang digunakan juga masih menggunakan metode ceramah.
Metode ini membuat siswa cenderung pasif dan hanya menerima saja materi -materi yang diajarkan guru sehingga pembelajaran bersifat verbal. Belajar secara verbal kurang membawa hasil bagi siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa sebab kesan yang didapatkan oleh siswa lebih tahan lama tersimpan dalam benak siswa. Beberapa dalil, konsep, atau suatu rumus akan mudah terlupakan apabila tidak dipraktekkan dan dibuktikan melalui perbuatan siswa sendiri.
Berdasarkan wawancara dengan guru kimia dan observasi yang dilaksanakan di kelas XI SMA X, dapat diketahui bahwa hasil belajar, aktivitas dan kreativitas siswa di kelas tersebut masih rendah. Berdasarkan data nilai Ulangan Harian Terprogram, nilai siswa pada mata pelajaran kimia masih kurang dari standar ketuntasan belajar di SMA Ibu Kartini (nilai > 60). Nilai rata-rata kelas 48,04 dengan persen ketuntasan klasikal hanya 24%. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya sekitar 20% dan siswa yang memiliki kreativitas tinggi hanya sekitar 16%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa rendah, diantaranya faktor guru, faktor siswa, dan faktor sarana prasarana di sekolah. Siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit dipahami, siswa masih malu bertanya, dan hanya mau menjawab pertanyaan jika ditunjuk guru. Guru hanya menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan jarang mengkaitkan materi dengan fenomena yang ada di sekitar siswa sehingga siswa kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran di kelas kurang efektif.
Proses pembelajaran kimia sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat merancang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir sehingga pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri siswa menjadi pengetahuan fungsional yang dapat diaplikasikan oleh siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan model pembelajaran Learning Cycle oleh Febriyanti (2006) diketahui bahwa penggunaan model belajar Learning Cycle dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang. Dalam penelitian Sarjana (2008), model pembelajaran Learning Cycle juga dapat meningkatkan hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1. Hasil penelitian Winarno (dalam Rochmah, 2005 : 12) mengemukakan bahwa penggunaan model Learning Cycle dapat mewujudkan keteraturan dalam proses pembelajaran kimia sehingga siswa lebih mudah memahami suatu konsep dan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara berperan aktif selama pembelajaran. Begitu juga Soebagio (2001 : 52), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Learning Cycle menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa secara langsung mengalami proses perolehan konsep dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan di kelas XI SMA X, ada beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar dan kreativitas siswa rendah diantaranya : 
Kondisi guru : 
1. Guru masih menggunakan pola lama, yaitu menyampaikan materi dengan ceramah.
2. Guru hanya mengajarkan materi yang ada di buku saja dan jarang mengaitkan materi dengan objek nyata/fenomena yang ada di sekitar siswa.
3. Guru jarang mengadakan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan selalu terpaku pada materi bukan aplikasi sehingga belum menuntun siswa untuk berkreasi.
4. Guru hanya menilai hasil belajar siswa berdasarkan aspek kognitif saja sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan. 
Kondisi siswa kelas XI : 
1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan cenderung hanya menerima materi yang diberikan guru.
2. Siswa kurang kreatif dalam pembelajaran, ditandai dengan siswa malu bertanya dan hanya mau menjawab jika ditunjuk guru.
3. Siswa menganggap kimia itu sulit.
4. Sebagian besar siswa berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. 
Kondisi sarana dan prasarana : 
1. Pemanfaatan laboratorium belum maksimal.
2. Buku-buku kimia yang tersedia di perpustakaan masih kurang.
3. Peralatan dan bahan yang ada di laboratorium masih kurang sehingga tidak semua percobaan dapat dilakukan. Akibatnya pembelajaran kimia di SMA X kurang efektif artinya siswa belum benar-benar memahami materi yang diajarkan guru.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat disimpulkan akar permasalahannya adalah proses pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan asam dan basa siswa kelas XI SMA X dengan mengimplementasikan Learning Cycle 5E berorientasi CEP (Chemo Entrepreneurship). Yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran di sini yaitu hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa.

C. Permasalahan
Permasalahan penelitian adalah bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E berorientasi CEP dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di kelas XI SMA X ?

D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka pemecahan masalah yang dipilih adalah dengan cara : 
1. Menganalisis penyebab mengapa para siswa cenderung memiliki hasil belajar rendah, kurang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. 
2. Menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E berorientasi CEP (Chemo Entrepreneurship) sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap konsep larutan asam dan basa.
2. Tujuan Khusus Pada akhir penelitian : 
a. Sekurang-kurangnya 85% siswa mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai > 60).
b. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan aktivitas.
c. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan kreativitas.

F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut : 
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas dalam pembelajaran.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam memilih pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, memberikan perbaikan kondisi pembelajaran, sehingga dapat membantu menciptakan panduan pembelajaran dan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan penggunaan pendekatan yang akan diterapkan.

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MEDIA DONGENG

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MEDIA DONGENG

(KODE : PTK-0155) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MEDIA DONGENG (FISIKA KELAS VII)-L 



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDA). Pembelajaran yang terjadi di dalamnya merupakan sebuah interaksi antara guru dan siswa. Dan pembelajaran tersebut dikatakan berhasil jika terjadi proses perubahan siswa dari yang belum paham menjadi paham.
Minat anak dalam belajar sangat menentukan proses dan hasil belajar anak. Anak yang berminat belajar cenderung akan bersemangat dalam pembelajaran, suka memperhatikan penjelasan dari guru, mencatat dan memiliki prestasi belajar yang baik. Hal ini berlawanan dengan siswa yang tidak berminat untuk belajar, mereka cenderung malas untuk belajar.
SMPN X merupakan salah satu sekolah berprestasi di X. Namun sebagian besar siswa disana masih menjadikan mata pelajaran fisika sebagai momok atau hal yang membosankan. dan hal ini dipengaruhi oleh rendahnya minat belajar fisika siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru mata pelajaran IPA (fisika) kelas VIIA dan VIIB SMP Negeri X bahwa minat belajar siswa dalam belajar IPA (fisika) masih sangat rendah dengan indikator-indikator sebagai berikut : kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa malas mencatat konsep-konsep materi, banyak siswa yang ramai dengan aktivitas di luar instruksi guru dan sikap duduk siswa yang kelihatan malas-malasan.
Minat belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencangkup kebutuhan, tipe-tipe khusus orang dan usia. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat.
Dengan melihat kondisi sosial dan kultur yang berkembang dalam masyarakat X, dimana keyakinan terhadap mitos masih melekat kuat dan letak daerah yang jauh dari perkotaan. Maka media dongeng sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap fisika perlu diterapkan.

B. Penegasan Istilah
1. Upaya
Upaya merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini adalah suatu usaha dalam meningkatkan belajar siswa.
2. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Rooijakkers, 1990 : 180)
3. Tinjauan Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi antara lain : 
a. Menurut B.F. Skinner
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
b. Menurut Chaplain
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, serta proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
c. Hintzman
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran fisika adalah proses atau cara orang dalam belajar fisika.
4. Tinjauan Tentang Media
Media berasal dari bahasa latin "Medius" yang berarti di tengah, sarana, bahan-bahan atau alat-alat ungkapan dalam suatu bidang seni. Dalam proses komunikasi media dapat dijadikan media untuk dapat saling memahamkan antara penyampai dengan penerima informasi. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran.
5. Tinjauan Tentang Dongeng
Dongeng adalah cerita singkat tentang hal-hal yang aneh dan tidak masuk akal, berbagai keajaiban dan kesaktian; biasanya mengisahkan dewa, raja, pangeran dan puteri. Dongeng terbagi beberapa tipe; dongeng kosmogoni tentang penciptaan alam semesta, dongeng etiologi tentang asal-usul sesuatu, dongeng mitologi, dongeng hewan (fabula), dongeng jenaka, dan sebagainya. Dongeng merupakan pengungkapan diri manusia, tempat mencari hiburan dan memenuhi angan-angannya (ensiklopedi Indonesia 1987 : 854).

C. Perumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah "Apakah pembelajaran melalui media dongeng dapat meningkatkan minat belajar fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri X".

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan minat belajar siswa dengan pembelajaran melalui media dongeng pada siswa kelas VII SMP Negeri X.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 
1. Bagi Siswa
Dengan pembelajaran melalui media dongeng, diharapkan : 
a. Siswa dapat lebih siap dalam mengikuti proses belajar mengajar.
b. Meningkatkan kepekaan sosial bagi siswa.
2. Bagi Guru
Dengan melakukan pembelajaran melalui media dongeng, guru dapat mendeskripsikan materi pelajaran dengan jelas. Hal ini didukung penerapan materi dalam dongeng.
3. Bagi Sekolah
Untuk mendapatkan kontribusi guna memperbaiki media pembelajaran guna meningkatkan kualitas siswa sebagai subyek didik.

SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

(KODE : PTK-0154) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (IPS KLS VII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain : peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai.
Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Rahmawati yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovative Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMPN X, penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran Inovatif (innovative Learning) Metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar siswa, berikut ini hasil dari metode talking stick yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu, Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 44.63% yang tergolong cukup dan Pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi sebesar 66.11% yang tergolong baik.
Dari pernyataan di atas dapat di mengerti bahwa Fungsi dari penelitian terdahulu yang telah di paparkan di atas yakni untuk memperkuat judul serta sebagai bukti bahwasanya metode talking stik tepat untuk mengukur aktivitas belajar siswa. dan dalam kegiatan mengajar, untuk mencapai untuk mencapai hasil dan tujuan hasil yang diinginkan tanggung jawab yang di bebankan pada guru bagaimana harus mengatur dan mengelola kelas dan bagaimana memilih metode yang relevan dengan bahan materi yang di ajarkan.
Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas.
Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan tetapi penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak dapat berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri.
Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan keaktifan proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakukan pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick sesuai dengan penerapan misi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Konsep pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick akan mendorong guru dan peserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.
Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardinian A.M mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif. Burton misalnya mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan bahwa "teaching is the stimulation, guidance, direction and encouragement of learning" .
SMPN X hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (Metode Pembelajaran Konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak menghafal maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Guru mempunyai peranan yang sangat penting sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus mengevaluasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru sebagai pelaksana utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dan siswa diharapkan mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan sesuatu kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan menggambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang ini maka penulis mengambil judul "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMPN X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu : 
1. Bagaimanakah Proses Perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN X ?
2. Bagaimanakah Proses Pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN X ?
3. Bagaimanakah Proses Penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPNX ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian khususnya adalah untuk Mendeskripsikan : 
1. Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN X.
2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN X.
3. Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN X.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan pemahaman dari hasil belajar pada seluruh mata pelajaran. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk : 
1. Lembaga
Dengan metode Talking stick ini akan menjadi bahan pertimbangan lembaga atau sekolah dalam menentukan yang lebih baik dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Penggunaan metode Talking stick ini akan mempermudah para guru dalam mengaktifkan pembelajaran di kelas.
3. Siswa.
Dengan metode Talking stick siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.
4. Peneliti
Dengan metode Talking stick diharapkan menambah wawasan pengetahuan penulis, sebagai bahan untuk memperluas peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.

E. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas serta dapat meng- arahkan jalannya penulis, maka penulis memberikan ruang lingkup sebagai berikut : 
1. Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII-H pada Mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN X
2. Sasaran penelitian tindakan ini tertuju pada kegiatan penerapan model pembelajaran inovatif (innovative Learning) metode Talking Stick
3. Penelitian ini difokuskan pada masalah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN X 

SKRIPSI PTK PENERAPAN MULTI METODE DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI PTK PENERAPAN MULTI METODE DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

(KODE : PTK-0153) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MULTI METODE DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR (EKONOMI KLS VII)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wacana yang selalu mengalami perubahan dan metode-metode baru dalam pengembangannya ke depan. Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan dan peradaban suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka secara tidak langsung akan merubah pemikiran masyarakat/bangsa itu sendiri.
Dalam pengertian yang luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan, menurut undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional bab 1 Pasal 1, adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan agar peserta didik tersebut berperan dalam kehidupan mas a depannya.
Berbicara tentang metode pembelajaran, maka penerapan multi metode kombinasi dalam hal ini metode inquiry, card sort, dan jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang berguna untuk mengatasi kesulitan belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pembelajaran terutama mata pelajaran Ekonomi.
Dalam pemilihan dan penggunaan metode harus mempertimbangkan aspek efektifitasnya dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Keterampilan menggunakan variasi merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru. Dalam proses pembelajaran, tidak jarang rutinitas yang dilakukan oleh guru seperti ceramah, tanya jawab, kemudian berdiskusi dengan kelompok membuat siswa jenuh dan bosan. Dalam kondisi seperti ini guru harus pandai menggunakan metode mengajar yaitu dengan mengubah gaya mengajar, dengan menggunakan metode inquiry, card sort, dan jigsaw. Sehingga siswa tidak merasa bosan dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Metode inquiry merupakan suatu metode yang merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan sehingga menemukan permasalahannya. Dalam bahasa Inggris disebut problem solving method. Metode ini membina kecakapan untuk melihat alasan-alasan yang tepat dari suatu persoalan sehingga pada akhirnya dapat ditemukan bagaimana cara penyelesaiannya. Metode ini pun adalah metode yang membina murid-murid untuk dapat berfikir ilmiah yaitu cara berfikir yang mengikuti jenjang-jenjang tertentu di dalam penyelesaian, kemampuannya untuk memperoleh pendidikan, dapat dilatih dan dikembangkan dengan metode semacam ini. Selain itu informasi, konsep dan generalisasi menuntut guru untuk membantu siswa untuk menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut sebagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa.
Metode card sort merupakan metode yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. metode card sort merupakan model pembelajaran aktif (active learning) yang memberdayakan peserta didik untuk aktif dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang dipelajari. Disamping itu, untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisik peserta didik.
Metode jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik "pertukaran dari kelompok ke kelompok" (group-to-group) dengan suatu perbedaan penting; setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah kumpulan pengetahuan yang bertalian.
Pembahasan dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis white board. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksud untuk mengaktifkan
skema atau struktur kognitif peserta didik agar siap menghadapi kegiatan pembelajaran yang baru.
Pada penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Ike Nurfadilah. 2006. Dengan judul "Efektifitas Penggunaan Metode Jigsaw Learning Dalam Pembelajaran Agama Islam (PAI)". Hasil penelitian tersebut adalah : 
Efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning selain didukung oleh prosedur penerapan yang baik, hasil belajar yang memuaskan juga merupakan salah satu pendukung keefektifan penggunaan metode ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP sudah cukup efektif. Metode ini sangat membantu guru PAI karena dapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan kerjasama siswa. Penerapan metode ini didukung oleh beberapa sarana yang cukup lengkap yang disediakan oleh SMP. Dan ada beberapa penghambat yang dihadapi oleh guru-guru khususnya guru PAI yaitu kurangnya waktu dan banyaknya siswa dalam satu kelas. Akan tetapi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan sendiri yaitu keterampilan menggunakan metode jigsaw.
Pada penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Aminah 2009 dengan judul "Penerapan Strategi Card Sort dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII A Pada Pelajaran Aqidah Akhlak di MTS. Hasil penelitian tersebut adalah : 
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode card sort dengan menggunakan metode berkelompok, diskusi, mencari pasangan kartu dan tim kuis serta media yang menarik sangat mampu membuat motivasi belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak menjadi meningkat. Motivasi belajar siswa makin meningkat dari setiap pertemuan mulai dari adu cepat menempelkan kartu, mencari pasangan kartu, cerita bergambar dan terutama memakai metode kuis/tebak-tebakan antar kelompok dengan menggunakan kartu, hal itu membuat siswa semakin paham dengan materi dan semakin bersemangat belajar.
Pada penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Ifa Miming Agustin. 2008. Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran PAI Dan Dampaknya Terhadap motivasi belajar siswa di SMP.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode inquiry dalam pembelajaran PAI yang ada di SMP dengan penerapan strategi pembelajaran dengan penerapan metode inquiry berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya semangat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan siswa tidak akan bosan belajar, serta anak cenderung lebih berusaha mencari jawaban dengan caranya sendiri, hal ini terbukti dari hasil angket yang menyatakan 99% siswa lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. 
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam hal pelaksanaannya yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Dengan adanya penerapan multi metode diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Ekonomi siswa kelas VII SMPN X. Kehadiran metode ini dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar ekonomi lebih menyenangkan karena model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil, mempelajari materi pembelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif.
Melalui Multi Metode ini, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan ini dapat menimbulkan adanya saling ketergantungan positif yang menuntut adanya interaksi yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil prestasi yang optimal.
Berdasarkan beberapa uraian diatas penulis kemudian bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul "PENERAPAN MULTI METODE DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VII SMPN X".

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan Multi Metode untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN X ?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan Multi Metode untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN X ?
3. Bagaimanakah hasil penilaian pembelajaran dengan menggunakan penerapan Multi Metode untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN X ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan Multi Metode untuk Meningkatkan Motivasi dan prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN X ? 
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan Multi Metode untuk Meningkatkan Motivasi dan prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN X ?
3. Mendeskripsikan hasil penilaian pembelajaran dengan menggunakan penerapan Multi Metode untuk Meningkatkan motivasi dan prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN X ?

D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan motivasi siswi Kelas VII SMPN X" terhadap mata pelajaran ekonomi Adapun manfaat tersebut, antara lain bagi : 
1. Lembaga
Sebagai sumbangan pemikiran bahwa dengan menggunakan Multi Metode ini, dalam upaya meningkatkan motivasi siswa kelas VII SMPN X.
2. Peneliti
Sebagai pengalaman membuat karya tulis ilmiah dan sekaligus menambah pengetahuan penulis bahwasanya dengan menerapkan Multi Metode ini akan dapat mempermudah para guru dalam menyampaikan materi Ekonomi, khususnya untuk meningkatkan belajar.
3. Siswa
Sebagai tambahan pengetahuan bahwasanya dengan menggunakan Multi Metode ini lebih efektif, maka siswa akan dapat dengan mudah menerima dan memahami materi serta hasil belajarnya akan meningkat.

E. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian tindakan kelas ini hanya akan meneliti atau menerapkan pembelajaran kontekstual model inquiry, card sort, dan jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Ekonomi pada siswa kelas VII SMPN X.

F. Definisi Operasional
1. Motivasi Belajar
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya kebutuhan untuk masa depan siswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini motivasi belajar yang digunakan adalah motivasi intrinsik.
2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan. Diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Jadi prestasi belajar adalah hasil dari belajar baik secara individu maupun kelompok.
3. Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan sehingga menemukan permasalahannya.
4. Card sort
Card sort adalah metode yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran dengan menggunakan kartu.
5. Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/sub topik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap sub topik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang. 

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika adalah tata urutan yang beraturan dan berkesesuaian. Sistematika ini memuat kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam pelaporan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan menjelaskan tentang pokok-pokok pemikiran yang melatarbelakangi penulisan skripsi, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, manfaat penelitian, sistematika pembahasan. 
BAB II Kajian Pustaka
Kajian pustaka menguraikan tentang kajian teori yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual dengan Penerapan Multi Metode yang mendasari penelitian tindakan kelas ini.
BAB III : Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yang berisi lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, sumber dan jenis data, pengumpulan data, analisis data, tahap-tahap penelitian (siklus penelitian : perencanaan, implementasi, pengamatan dan refleksi). 
BAB IV Hasil Penelitian
Hasil penelitian menjelaskan data-data yang diperoleh di lapangan (rencana pembelajaran dan hasil pembelajaran) yaitu gambaran umum SMPN X dan deskripsi data sesuai dengan rumusan masalah. 
BAB V Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan menjelaskan hasil penelitian dikaitkan dengan teori-teori yang sudah ada yang berisi tentang Penerapan Multi Metode Dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa, proses dan hasil penelitian. 
BAB VI Penutup
Penutup berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang akan diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELAPORKAN DENGAN MEDIA FILM ANIMASI

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELAPORKAN DENGAN MEDIA FILM ANIMASI

(KODE : PTK-0152) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELAPORKAN DENGAN MEDIA FILM ANIMASI (BHS INDO KLS VIII)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berbicara merupakan aktivitas penting dalam kehidupan karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sering kali kita menemui seseorang yang memiliki kemampuan berbicara yang baik tapi belum tentu memiliki kemampuan yang baik pula dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Dengan kata lain, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam menyelaraskan apa yang ada di dalam pikirannya dengan yang diucapkannya. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan dengan baik dibutuhkan keterampilan dan kemampuan melalui proses yang cukup. Dengan memiliki keterampilan berbicara yang baik, kita akan mudah pula dalam berkomunikasi untuk menyampaikan ide atau pendapat kita tentang suatu hal.
Menurut Arsyad dan Mukti (1991 : 15), keterampilan berbicara dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu eksternal dan internal. Faktor internal adalah segala potensi yang ada di dalam diri seseorang, baik fisik maupun nonfisik. Faktor fisik menyangkut kesempurnaan organ-organ berbicara seperti lidah, gigi, pita suara, bibir, dan Iain-lain. Faktor-faktor nonfisik meliputi kepribadian, cara berpikir, intelektualitas, dan sebagainya.
Tampil berbicara di depan umum sampai saat ini tampaknya masih menjadi momok bagi sebagian anak. Bahkan, di depan kelas saja tidak semua anak memiliki keberanian untuk berbicara. Oleh sebab itu, perlu banyak latihan untuk meningkatkan keterampilan ini. Menurut Tarigan (1981 : 16) tujuan berbicara ada tiga, yaitu (1) memberitahukan, melaporkan (to inform), (2) menjamu, menghibur (to entertain), dan (3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Singkatnya, semua orang dalam setiap kegiatan yang menggunakan komunikasi sebagai sarananya perlu memiliki keterampilan berbicara. Terlebih lagi seorang pelajar dan pengajar dalam dunia pendidikan selalu membutuhkan komunikasi yang baik agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.
Terampil berbicara merupakan salah satu keterampilan yang diajarkan dalam kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menghadirkan suatu metode yang bisa menumbuhkan interaksi antara guru dengan siswa. Harapannya metode tersebut dapat mengembangkan kekritisan, kreativitas, keberanian, responsivitas, dan keaktifan dalam belajar sehingga tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan observasi, sebagian besar siswa di SMPN X, terutama kelas VIII kemampuan berbicara melaporkannya masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa cenderung malu dan belum memiliki kepercayaan diri untuk mengungkapkan pikirannya. Selain itu, siswa sering kali merasa bingung jika harus memberikan penilaian secara lisan terhadap suatu hal. Di sisi lain, kemampuan berbicara merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa selain membaca, menyimak, dan menulis.
Guru yang dalam hal ini berperan sebagai fasilitator sebaiknya memiliki model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswanya. Penentuan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar merupakan modal awal dalam keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang cocok dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan pendidik untuk mengajar peserta didik di dalam kelas. Agar pembelajaran berjalan optimal seorang guru harus bisa menentukan model pembelajaran yang cocok sesuai dengan realitas dan kondisi sekolah tersebut. Dengan kata lain, guru harus memiliki model yang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki peserta didik.
Dalam perkembangan industri film tanah air yang semakin maju dewasa ini, film animasi tampaknya mendapat perhatian tersendiri baik para pelaku insan perfilman maupun para penonton. Hal ini dapat kita ketahui dengan maraknya tampilan film-film animasi di televisi. Sebagai contoh, film-film yang sudah cukup akrab di telinga kita seperti Shaun The Sheep, Pinguin Madagascar, Sponge Bob and His Friends, Oscar Oasis, dan lain sebagainya. Film-film animasi tersebut disukai oleh para pemirsa televisi karena ceritanya yang bersifat menghibur. Selain itu, tokoh-tokoh yang ada dalam film tersebut memiliki tingkah-tingkah yang unik dan lucu. Film-film animasi tersebut juga mengandung nilai-nilai pendidikan tentang kehidupan sehari-hari yang disajikan dengan ringan sehingga mudah dipahami oleh penontonnya. Bahkan, bukan hanya anak-anak yang menyukai film-film tersebut, tetapi juga orang dewasa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba mengangkat film animasi yang awalnya hanya dinikmati sebagai hiburan sebagai salah satu media dalam pembelajaran keterampilan berbahasa.
Model pembelajaran berbicara dengan media film animasi adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada upaya memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya melalui media film. Dengan model ini diharapkan siswa kelas VIII SMPN X akan lebih tertarik terhadap pelajaran dan memunculkan keberanian berbicara dalam mengeluarkan ide dan pendapatnya berdasar objek yang dilihatnya. Jadi, dalam proses pembelajaran ini guru bersifat sebagai fasilitator yang menguatkan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat dengan memberikan dorongan untuk mengeluarkan ekspresi. Guru sekaligus dapat memotivasi siswa untuk berani berbicara mengenai masalah yang sedang dibahas secara bebas dan bertanggung jawab. Pembelajaran dengan media film animasi diharapkan dapat menjadi satu cara untuk mengatasi permasalahan para siswa agar berani berbicara melaporkan di depan kelas dengan baik. Media ini diharapkan menjawab pula permasalahan guru dalam menentukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah seperti di bawah ini :
1. Kurangnya model pembelajaran dalam pengajaran keterampilan berbicara.
2. Kurangnya keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya di depan umum.
3. Rendahnya kemampuan siswa untuk berbicara di muka umum terutama berbicara melaporkan pada kelas VIII SMPN X.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membahas permasalahan yang terkait dengan peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan media film animasi pada kelas VIII SMPN X. Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih cermat, mendalam, dan lebih tuntas, tidak semua persoalan dalam identifikasi masalah dikaji, tetapi dibatasi pada beberapa masalah saja. Objek kajian penelitian ini terpusat pada peningkatan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam hal melaporkan melalui media film animasi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini seperti di bawah ini.
1. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan berbicara melaporkan melalui media film animasi pada siswa kelas VIII SMPN X ?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara melaporkan melalui media film animasi pada siswa kelas VIII SMPN X ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian seperti di bawah ini.
1. Mengetahui upaya peningkatan kemampuan berbicara melalui media film animasi kelas VIII SMPN X.
2. Mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara melalui media film animasi kelas VIII SMPN X.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan keilmuan dan pengajaran kemampuan berbahasa, khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara melaporkan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teknik pembelajaran menjadi lebih variatif.
2. Manfaat praktis
a. Siswa diharapkan dapat terpacu untuk meningkatkan prestasi akademiknya dengan belajar melalui media film animasi dan menjadikan siswa kritis terhadap hasil karya belajarnya.
b. Mahasiswa sebagai peneliti, memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran dengan media film animasi.
c. Gum bahasa Indonesia, memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran khususnya pembelajaran keterampilan berbicara.
d. Bagi sekolah, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi siswa dengan pengadaan media yang bervariasi sehingga minat belajar siswa meningkat.

G. Batasan Istilah
1. Peningkatan diartikan sebagai suatu perubahan dari keadaan kurang baik menjadi keadaan yang lebih baik.
2. Kemampuan berbicara melaporkan adalah kemampuan untuk melaporkan secara lisan yang bersifat informatif (informatif speaking). Jenis berbicara ini dilakukan jika seseorang ingin menanamkan pengetahuan, menetapkan atau menentukan hubungan antara benda-benda, menerangkan atau menjelaskan suatu proses, dan menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan atau menyemaikan isi tulisan kepada pendengar.
3. Model pembelajaran adalah landasan praktik pembelajaran dan teori belajar yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas.
4. Media film animasi adalah media audio visual yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak hidup di layar.

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

(KODE : PTK-0151) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (MATEMATIKA KELAS VIII)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Mutu sumber daya manusia suatu bangsa tergantung pada mutu pendidikan. Dengan berbagai strategi, peningkatan mutu diarahkan untuk meningkatkan mutu siswa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dasar, penguasaan bahasa asing, dan penanaman sikap dan perilaku yang mencerminkan budi pekerti.
Era globalisasi memberikan inspirasi positif dalam masyarakat internasional. Sebagai bagian dari masyarakat internasional, masyarakat Indonesia sangat membutuhkan kemampuan kompetitif di kalangan pelajar untuk bersaing secara sehat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperti diketahui bersama bahwa matematika merupakan induk banyak ilmu lain yang berkembang saat ini, mulai dari statistik, fisika, ekonomi, keuangan, teknik, kedokteran, industri, listrik, konstruksi, komputer, teknologi informasi, antariksa sampai kepada desain grafis, dan masih banyak ilmu lain, serta derivatif dan penerapan ilmu tersebut. Dukungan dan peran matematika dalam berbagai ilmu sangat besar, baik dalam eksistensi maupun dalam pengembangan keilmuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa matematika berbagai ilmu akan sulit dikembangkan dan diterapkan (Kurniawan 2004 : 98).
Sudah saatnya proses pembelajaran sebanyak mungkin melibatkan para siswa secara aktif dengan suasana kondusif, berdialog, berdiskusi secara bersama atau kelompok untuk membahas dan mengerjakan perhitungan matematika. Melalui contoh yang nyata dan relevan kehidupan dan keterlibatan para siswa secara aktif akan membuat para siswa merasa nyaman untuk mempelajari sehingga akan meningkatkan mutu pembelajaran. Guru matematika harus selalu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, nyaman sesuai konsep pembelajaran tertentu secara optimal sehingga siswa tertarik dan menyenangi pelajaran matematika.
Di SMPN X, sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran cukup memadai begitu pula prestasi akademik maupun non akademik. Tahun ajaran 2004/2005 sekolah ini mendapat kesempatan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah membuka kelas imersi. Kesempatan tersebut memacu sekolah untuk semakin berkembang menjadi lebih maju dari tahun ke tahun.
Situasi pembelajaran pada SMPN X adalah pembelajaran cooperative learning. Anggapan tentang matematika adalah pelajaran yang sukar membuat pembelajaran menjadi tidak optimal. Masalah nyata yang terjadi pada siswa kelas VIII tidak seperti yang diharapkan. Siswa pada kelas VIII yang berjumlah 24 siswa terdapat 4 siswa yang ikut dalam siswa teladan. Di setiap pembelajaran yang aktif dalam menerima pelajaran hanya siswa teladan tersebut dan beberapa siswa lainnya yang jumlahnya kurang dari jumlah siswa kelas VIII. Di awal materi pokok baru siswa belum menguasai materi prasyarat. Pada awal pembelajaran guru melakukan tanya jawab materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya hanya 60% siswa yaitu siswa khusus bimbingan Olimpiade dan beberapa siswa lain yang merespon pertanyaan tersebut. Selain itu, dari diskusi yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru matematika kelas VIII SMPN X hasil belajar siswa belum memenuhi KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah. Hal ini didasarkan pada nilai ulangan harian dan ujian tengah semester siswa masih dibawah standar yaitu 71 sebanyak 60% padahal KKM yang sudah ditentukan adalah 75.
Realita yang terjadi pada kelas VIII ini menjadikan guru tergugah hati untuk menggunakan lembar kerja siswa dan suatu pendekatan khusus. Penggunaan LKS didalamnya terdapat uraian singkat materi prasyarat yang bisa mengingatkan siswa pada materi sebelumnya. Pendekatan khusus yang cocok untuk menyelesaikan keaktifan siswa adalah pendekatan konstruktivisme. Melalui konstruktivisme ini guru mengolaborasikannya dengan diskusi soal-soal olimpiade. Diskusi soal-soal olimpiade ini dilakukan karena ada beberapa siswa yang mungkin bisa menyelesaikan soal-soal ini dengan membantu siswa lain yang belum mengerti akan karakteristik soal-soal tersebut. Penerapan konstruktivisme dengan membentuk siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen bisa menyelesaikan soal-soal Olimpiade yang hasil akhir diskusi yaitu presentasi hasil diskusi itu.
Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kegagalan pada aktivitas siswa dan hasil belajar siswa diantaranya : kemampuan siswa terbatas, sehingga hanya siswa dengan kecerdasan tinggi menjadi dominan di kelas; kemauan belajar siswa kurang, sehingga menyebabkan hasil belajar mereka kurang memuaskan; dan siswa yang masih tidak disiplin pada saat pembelajaran berlangsung.
Sesuai masalah nyata yang terjadi di atas maka pemilihan alternatif penyelesaian sebagai tindakan adalah :
a. Dengan penggunaan pendekatan konstruktivisme disertai LKS dan lembar diskusi soal-soal olimpiade yang cara penyelesaiannya siswa dituntun.
b. Dengan penggunaan pendekatan konstruktivisme disertai LKS dan lembar diskusi soal-soal olimpiade yang cara penyelesaiannya siswa tidak dituntun.
c. Dengan penggunaan pendekatan konstruktivisme disertai LKS dan lembar tugas soal-soal olimpiade yang cara penyelesaiannya siswa tidak dituntun.
Permasalahan di atas harus segera diatasi karena hasil belajar yang kurang memuaskan akan memperlambat pembelajaran ke materi berikutnya karena siswa akan sering melakukan remidi. Aktivitas siswa yang kurang memuaskan akan membuat siswa belum bisa memahami dan menerapkan materi yang ada. Sedangkan kurikulum sekolah menuntut guru untuk menyelesaikan materi sesuai dengan waktunya, sehingga guru tidak selalu mengulang materi yang telah diajarkan dan waktu yang diperlukan guru menjadi lebih lama.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade matematika SMP kelas VIII di SMPN X bidang geometri melalui pendekatan konstruktivisme ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade matematika SMP kelas VIII SMPN X bidang geometri.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa
Meningkatkan bakat dan minat di bidang Matematika dan Sains sehingga dapat berkreasi serta melakukan inovasi sesuai kemampuan serta memperkaya pengetahuan siswa mengenai soal-soal Olimpiade beserta penyelesaiannya.
2. Bagi Guru
a. Memperkaya berbagai jenis soal-soal Olimpiade di bidang Geometri.
b. Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran melalui konstruktivisme.
c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan strategi pembelajaran yang bervariatif dan inovatif.
3. Bagi Sekolah
Dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah dan sekolah yang menjadi objek dalam penelitian tindakan kelas akan memperoleh hasil pengembangan ilmu.
4. Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman dan dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme.