(KODE : PTK-0156) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM DAN BASA (KIMIA KELAS XI)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan formal) sangat bergantung pada unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut belum terpenuhi dengan baik. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru dalam praktik pendidikan di sekolah selama ini lebih berpusat pada guru dan metode yang digunakan kurang bervariasi.
Ilmu kimia sebagai cabang ilmu pengetahuan alam mestinya mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan siswa. Saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran kimia bersifat abstrak dan sukar dipahami sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mempelajarinya.
Larutan asam dan basa merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia SMA. Dalam pokok bahasan larutan asam dan basa ini banyak konsep-konsep yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk menguasai konsep larutan asam dan basa sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi saat ini masih banyak guru yang kurang mengkaitkan materi dengan obyek nyata atau fenomena yang ada di sekitar siswa. Metode yang digunakan juga masih menggunakan metode ceramah.
Metode ini membuat siswa cenderung pasif dan hanya menerima saja materi -materi yang diajarkan guru sehingga pembelajaran bersifat verbal. Belajar secara verbal kurang membawa hasil bagi siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa sebab kesan yang didapatkan oleh siswa lebih tahan lama tersimpan dalam benak siswa. Beberapa dalil, konsep, atau suatu rumus akan mudah terlupakan apabila tidak dipraktekkan dan dibuktikan melalui perbuatan siswa sendiri.
Berdasarkan wawancara dengan guru kimia dan observasi yang dilaksanakan di kelas XI SMA X, dapat diketahui bahwa hasil belajar, aktivitas dan kreativitas siswa di kelas tersebut masih rendah. Berdasarkan data nilai Ulangan Harian Terprogram, nilai siswa pada mata pelajaran kimia masih kurang dari standar ketuntasan belajar di SMA Ibu Kartini (nilai > 60). Nilai rata-rata kelas 48,04 dengan persen ketuntasan klasikal hanya 24%. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya sekitar 20% dan siswa yang memiliki kreativitas tinggi hanya sekitar 16%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa rendah, diantaranya faktor guru, faktor siswa, dan faktor sarana prasarana di sekolah. Siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit dipahami, siswa masih malu bertanya, dan hanya mau menjawab pertanyaan jika ditunjuk guru. Guru hanya menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan jarang mengkaitkan materi dengan fenomena yang ada di sekitar siswa sehingga siswa kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran di kelas kurang efektif.
Proses pembelajaran kimia sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat merancang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir sehingga pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri siswa menjadi pengetahuan fungsional yang dapat diaplikasikan oleh siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan model pembelajaran Learning Cycle oleh Febriyanti (2006) diketahui bahwa penggunaan model belajar Learning Cycle dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang. Dalam penelitian Sarjana (2008), model pembelajaran Learning Cycle juga dapat meningkatkan hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1. Hasil penelitian Winarno (dalam Rochmah, 2005 : 12) mengemukakan bahwa penggunaan model Learning Cycle dapat mewujudkan keteraturan dalam proses pembelajaran kimia sehingga siswa lebih mudah memahami suatu konsep dan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara berperan aktif selama pembelajaran. Begitu juga Soebagio (2001 : 52), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Learning Cycle menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa secara langsung mengalami proses perolehan konsep dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan di kelas XI SMA X, ada beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar dan kreativitas siswa rendah diantaranya :
Kondisi guru :
1. Guru masih menggunakan pola lama, yaitu menyampaikan materi dengan ceramah.
2. Guru hanya mengajarkan materi yang ada di buku saja dan jarang mengaitkan materi dengan objek nyata/fenomena yang ada di sekitar siswa.
3. Guru jarang mengadakan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan selalu terpaku pada materi bukan aplikasi sehingga belum menuntun siswa untuk berkreasi.
4. Guru hanya menilai hasil belajar siswa berdasarkan aspek kognitif saja sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan.
Kondisi siswa kelas XI :
1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan cenderung hanya menerima materi yang diberikan guru.
2. Siswa kurang kreatif dalam pembelajaran, ditandai dengan siswa malu bertanya dan hanya mau menjawab jika ditunjuk guru.
3. Siswa menganggap kimia itu sulit.
4. Sebagian besar siswa berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
Kondisi sarana dan prasarana :
1. Pemanfaatan laboratorium belum maksimal.
2. Buku-buku kimia yang tersedia di perpustakaan masih kurang.
3. Peralatan dan bahan yang ada di laboratorium masih kurang sehingga tidak semua percobaan dapat dilakukan. Akibatnya pembelajaran kimia di SMA X kurang efektif artinya siswa belum benar-benar memahami materi yang diajarkan guru.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat disimpulkan akar permasalahannya adalah proses pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan asam dan basa siswa kelas XI SMA X dengan mengimplementasikan Learning Cycle 5E berorientasi CEP (Chemo Entrepreneurship). Yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran di sini yaitu hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa.
C. Permasalahan
Permasalahan penelitian adalah bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E berorientasi CEP dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di kelas XI SMA X ?
D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka pemecahan masalah yang dipilih adalah dengan cara :
1. Menganalisis penyebab mengapa para siswa cenderung memiliki hasil belajar rendah, kurang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E berorientasi CEP (Chemo Entrepreneurship) sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap konsep larutan asam dan basa.
2. Tujuan Khusus Pada akhir penelitian :
a. Sekurang-kurangnya 85% siswa mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai > 60).
b. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan aktivitas.
c. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan kreativitas.
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas dalam pembelajaran.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam memilih pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, memberikan perbaikan kondisi pembelajaran, sehingga dapat membantu menciptakan panduan pembelajaran dan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan penggunaan pendekatan yang akan diterapkan.