Search This Blog

Showing posts with label PKN kelas V. Show all posts
Showing posts with label PKN kelas V. Show all posts

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

(KODE : PEND-PKN-0024) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah masih rendahnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara". Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Untuk mengembangkan potensi diri peserta didik maka seorang pendidik perlu menguasai empat kompetensi guru, yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik, bukan hanya pembelajaran yang berbasis konvensional. Hal ini selaras dengan pendapat (Hamalik, 2012 : 32) Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Hal ini membuktikan bahwa peran guru dalam pendidikan atau proses pembelajaran lebih vital dibandingkan yang lain, maka kompetensi guru harus senantiasa ditingkatkan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Kenyataan di lapangan adalah berbanding terbalik dengan teori yang ada, kenyataannya saat ini profesi guru malah sering terkait dengan hal yang negatif, terutama dari segi kedisiplinan. Untuk masalah waktu atau kedisiplinan saja kurang, bagaimana dengan tanggung jawab seorang guru dalam merencanakan pembelajaran yang baik? Hal inilah yang mulai menjadi sorotan dari banyak pihak, maka dari itu kesadaran pihak guru sendiri akan pentingnya dirinya dalam kemajuan pendidikan Indonesia harus selalu tertanam, sehingga akan selalu berperan aktif dan memberikan yang terbaik dalam setiap perjalanannya.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan baik pula, namun kebanyakan yang terjadi adalah guru yang mendominasi dalam proses pembelajaran tersebut. Guru secara pasti menjadi sumber ilmu yang paling utama dalam proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa hanya menjadi pendengar setia, dan tentunya tidak akan terjadi komunikasi yang baik antara keduanya, karena segalanya dikuasai oleh guru. Hal ini serupa dengan pendapat (Trianto, 2007 : 1) "bahwa dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya". Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus di tuntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode, model, dan media mengajar secara bervariasi.
Belajar PKn pada umumnya terlihat mudah, karena mata pelajaran PKn tidak terdapat materi hitung menghitung. Dengan pandangan bahwa secara umum proses hitung menghitung kebanyakan adalah hal yang tidak disukai oleh siswa, padahal sebenarnya belajar PKn cenderung rumit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi, karena konsep pembelajaran PKn itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan nyata, jadi memerlukan konsentrasi dan pemahaman materi yang tinggi, dan juga menjadikan keharusan bagi guru untuk menyampaikan materi secara benar, sehingga tidak terjadi salah konsep dalam penyampaiannya kepada peserta didik. Kesalahan konsep dari guru dalam penyampaian materi PKn akan berakibat fatal bagi proses kehidupan dan interaksi sosial dari peserta didik, baik untuk saat itu maupun kehidupan siswa ke depan. Fakta yang ada, siswa bahkan guru sering menganggap remeh pelajaran PKn, masih menganggap sebagai mata pelajaran yang mudah. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan berbagai masalah.
Berdasarkan observasi di SDN X, hasil belajar mata pelajaran PKn masih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Menurut guru kelas V di SD tersebut, siswa seringkali merasa jenuh, terlebih di waktu menjelang akhir pembelajaran dan dengan otomatis kejenuhan tersebut menjadikan siswa menyepelekan pembelajaran. Banyak siswa acuh tak acuh, tidak memperhatikan guru dan pembelajaran, bahkan hanya tidur-tiduran sampai sibuk sendiri dengan teman sebangkunya. Saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian anak sering bercanda sendiri di belakang dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga pelajaran kurang efektif, secara otomatis akan mengganggu konsentrasi siswa yang lain. Hal ini dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh guru dengan pembelajaran yang berbasis ceramah saja, sehingga mengakibatkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Secara pasti hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran PKn.
Sebenarnya mata pelajaran PKn sangat membutuhkan konsentrasi yang lebih dibandingkan mata pelajaran yang lain baik dari pihak guru ataupun siswa sendiri, karena kebanyakan materi mata pelajaran PKn adalah sesuatu yang akan dialami dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya hak dan kewajiban sebagai warga negara, perilaku yang tepat dalam kehidupan, membahas tentang norma, adat istiadat dan sebagainya. Itu semua adalah materi penting, jadi harus dipelajari sefokus mungkin agar siswa tidak salah tangkap atau salah persepsi dengan materi yang diajarkan oleh guru.
Mengacu pada berbagai macam aspek pembelajaran tersebut guru harus memilih dan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan juga hasil belajar akan meningkat. Salah inovasi yang harus dilakukan guru yaitu dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik. Model dan media pembelajaran seharusnya tidak hanya disamakan semua, karena setiap media dan model pembelajaran mempunyai fokus dan tujuan pembelajaran yang berbeda. Tingkat ketertarikan yang rendah dalam mengikuti pembelajaran pada anak bukan semata-semata akibat dari guru atau komponen sekolah saja, namun dari pihak keluarga (orangtua) juga ikut berperan aktif dalam menumbuhkan atau menjaga ketertarikan, semangat, serta motivasi belajar anak-anak mereka. Peran aktif keluarga (orangtua) sendiri adalah dengan cara selalu menanyakan apa yang didapatkan anak saat berada di sekolah serta mendampingi anak-anaknya dalam belajar, hal ini selaras dengan pendapat Li em Hwie Nio dalam (Kartono, 1985 : 89) Pentingnya belajar di rumah setiap hari semakin terasa, yaitu saat anak-anak mulai menggunakan sebagian daya ingatnya, untuk belajar menghitung, menghafalkan sesuatu lebih banyak serta sedikit berfantasi untuk mempermudah menangkap nilai kehidupan yang belum terjangkau oleh panca inderanya.
Orangtua selayaknya selalu mendampingi anak-anak mereka dalam belajar, sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada anak-anak mereka setiap harinya. Memang bukan hal mudah bagi orangtua untuk mendampingi anaknya belajar di rumah, mungkin karena kesibukan masing-masing, namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini sangat penting untuk menjaga keinginan, semangat dan motivasi belajar anak baik di sekolah maupun di tempat lain. Jadi untuk menumbuhkan dan menjaga semangat belajar anak peran aktif orangtua dan guru sangat diperlukan.
Piaget (dalam Fatimah, 2006 : 25) menyatakan bahwa kecakapan intelektual yang diperoleh seseorang pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena bam sebagai pengalaman atau persoalan. Dari pendapat tersebut berarti bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam hidupnya.
Model pembelajaran mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan "memetakan" pikiran-pikiran kita (Buzan, 2009 A). Mind map sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai cara mencatat yang cerdas. Maksudnya adalah sistem menulis yang cerdas dengan cara memikirkan dan menulis sub bab atau hal-hal penting dalam suatu tema, sehingga dapat mengingat dengan mudah. Mengapa harus mind map? karena model pembelajaran ini dikira cukup baik dan cocok untuk digunakan dalam pembelajaran PKn, karena konsep dasar mind map sendiri adalah membuat cabang-cabang yang bertuliskan kalimat-kalimat penting atau kalimat pokok dari suatu tema yang ada atau ditentukan, jadi akan memudahkan siswa untuk mengembangkan pikirannya masing-masing, serta mengurangi kemungkinan siswa lupa tentang apa yang akan dikatakan atau dikembangkannya.
Pada kenyataannya ketertarikan siswa dalam belajar PKn rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, Hal ini mungkin karena ada anggapan dari guru bahwa pelajaran PKn adalah pembelajaran yang mudah, dengan cara sederhanapun siswa akan paham dengan materi yang dijelaskan, berbeda dengan mata pelajaran yang lain yang mungkin sedikit banyak sudah mendapatkan sentuhan-sentuhan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Mungkin ada anggapan mata pelajaran yang lain lebih penting, atau mungkin ada alasan yang lain. Cenderung ada pengecualian untuk mata pelajaran PKn sendiri. Anggapan seperti inilah yang seharusnya dihilangkan, pengecualian dalam sebuah pembelajaran itu tidak seharusnya ada, karena semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu sama pentingnya, sehingga harus mendapatkan porsi yang sama dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan rumusan di atas, penggunaan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran PKn, sangat membantu menumbuhkan kreativitas anak dalam berpikir dan mencatat, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh dengan hasil belajar yang akan dicapai siswa. Untuk itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran mind map untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SDN X.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN METODE PERMAINAN KUIS TIM BERBANTU CROSSWORD PUZZLE TERHADAP MINAT BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS V

(KODE : PEND-PKN-0013) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN METODE PERMAINAN KUIS TIM BERBANTU CROSSWORD PUZZLE TERHADAP MINAT BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS V

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya. masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003). Pendidikan tidak bisa dijauhkan dari proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran tersebut harus melibatkan aktivitas siswa secara keseluruhan, dari aktivitas fisik sampai mental siswa.
Suatu proses pembelajaran yang dilakukan harus memberi dampak positif bagi siswa. Tujuan pembelajaran yaitu adanya perubahan perkembangan siswa secara utuh-menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Hamdani (2011 : 21), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Proses pembelajaran harus dapat memberikan makna melalui pengalaman dan informasi yang berasal dari lingkungannya. Makna dibangun ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Membangun makna tersebut, proses belajar mengajar harus berpusat pada siswa.
Proses pembelajaran merupakan implementasi dari kurikulum, maka pendidik (guru) dituntut dapat mengembangkan program pembelajaran secara baik. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan murid yang memberikan hasil timbal-balik. Sekalipun program kegiatan pembelajaran sudah direncanakan sesuai dengan kurikulum, tidak sepenuhnya dapat diikuti siswa dengan baik. Kurikulum yang sudah disusun dengan baik, tidak menjamin minat siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Banyak hal/sebab yang melatarbelakangi hal tersebut.
Hasil observasi lapangan di SDN X di kelas V, pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagian siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dilihat dari siswa yang duduk di belakang bicara dengan teman sebangku, ada yang tiduran atau meletakkan kepala, ketika ditanya guru hanya sebagian siswa (terutama yang duduk di depan) yang menjawab pertanyaan guru, ada siswa yang enggan maju atau menjawab pertanyaan dari guru. Kurangnya semangat belajar siswa dikarenakan berbagai faktor yang melatarbelakangi. Faktor internal dan faktor eksternal, dan juga faktor lingkungan dapat mempengaruhinya. Faktor internal yang berasal dari diri siswa seperti sikap bawaan siswa yang malas, tingkat intelegensi, dan tidak mau belajar untuk bisa serta kurang percaya diri untuk bertanya kepada guru, kondisi fisik yang tidak sehat dapat juga menjadi penyebab kurangnya minat siswa untuk belajar. Faktor eksternal seperti materi pelajaran yang banyak, pengajaran guru kurang bervariasi, pengaruh teman-teman kelas. Faktor lingkungan dapat disebabkan oleh masalah keluarga, orang tua yang kurang peka terhadap perkembangan anak dan tidak tahu masalah yang dihadapi anak.
Didukung juga pernyataan dari guru kelas V yang menyatakan bahwa sebagian siswa kurang berminat saat pembelajaran PKn karena materinya banyak, susah dan tidak semua siswa dengan mudah memahami materi, siswa lebih tertarik pada mata pelajaran yang mudah seperti bahasa Indonesia terutama saat materi bercerita, IPA, dan matematika. Wawancara dengan beberapa siswa, mengatakan tidak terlalu suka terhadap pelajaran PKn, alasannya karena pelajaran tersebut susah dan materi banyak.
Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran PKn dikarenakan mata pelajaran tersebut sulit bagi siswa. Hal ini dikarenakan berbagai penyebab, diantaranya materi pelajaran yang banyak dan kompleks, informasinya harus tepat dan benar, proses pembelajaran yang kurang menarik dan monoton, dan banyak menghafal materi. Pembelajaran PKn yang selama ini yang berlangsung hanya menekankan pada penyerapan materi yang banyak bukan menekankan prinsip-prinsip yang ada di dalamnya. Pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Kegiatan pembelajaran PKn di kelas yang perlu dipersiapkan yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai materi dan kebutuhan siswa.
Peneliti tergerak untuk melakukan sebuah penelitian tentang proses pembelajaran PKn dengan menggunakan sebuah metode, yaitu metode Permainan Kuis Tim berbantu Crossword Puzzle. Alasan pemilihan metode ini untuk mencoba menerapkan permainan dalam pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk mengikutinya dan belum pernah digunakan di SDN X. Pendapat Zaini dkk (2007 : 56), kuis tim merupakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan tanggung jawab belajar siswa dalam suasana yang menyenangkan. Menyisipkan permainan dalam pembelajaran bertujuan menciptakan pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam diri siswa. Permainan akan menjadi lebih menarik jika ada unsur persaingan atau perlombaan di dalamnya, sekaligus unsur yang menghibur.
Permainan kuis tim dapat mendorong semangat siswa untuk belajar dan bersaing dalam mendapatkan nilai terbaik. Permainan kuis tim mengandung unsur bersaing antara kelompok dalam menjawab pertanyaan untuk mengumpulkan poin tertinggi. Permainan kuis tim ini, guru membacakan kata kunci sesuai materi dan siswa akan menjawab pertanyaan sesuai kata kunci yang diberikan, hal tersebut dapat membantu siswa mengingat materi-materi pelajaran. Memberi Crossword Puzzle (Teka-teki Silang) menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan, mengundang minat dalam pembelajaran, serta melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKN

(KODE : PEND-PKN-0009) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKN

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan di masa mendatang. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan dan tantangan kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang.
UUD RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Melalui proses belajar mengajar diharapkan dapat mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan dapat dicapai jika siswa melibatkan dirinya secara aktif dalam kegiatan belajar baik fisik, mental maupun emosional. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan utamanya ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan interaksi yang positif antara guru dengan siswa. Guru yang bertindak sebagai subjek pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak hanya memberikan bimbingan, pengetahuan, pesan, nilai-nilai yang baik kepada siswa tetapi juga harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, yaitu dengan cara menyampaikan materi pembelajaran dengan metode/strategi yang bervariasi, dan tentunya melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya dengan negara, demokrasi, HAM, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan humanis (Rosyada, 2005 : 9). Melalui mata pelajaran PKn di sekolah dasar diharapkan siswa dapat terbina menjadi warga negara Indonesia yang baik, demokratis, bertanggung jawab, serta cinta tanah air.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu guru kelas V SD Negeri X, ketika guru menerangkan materi keputusan bersama hanya beberapa siswa yang dapat menyerap materi tersebut, karena sebagian besar siswa belajar hanya di sekolah saja, kadang-kadang ada beberapa siswa yang berbicara sendiri saat guru menerangkan, siswa tidak aktif, dan kurangnya motivasi belajar dari orangtua. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Kenyataannya dapat dilihat dari 25 siswa dalam satu kelas yang sudah memenuhi ketuntasan belajar hanya 40% dan 60% siswa lainnya belum memenuhi ketuntasan belajar, sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SD Negeri X untuk mata pelajaran PKn adalah 75.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran dalam menyampaikan materi. Pembelajaran yang biasa dilakukan masih konvensional, yakni ceramah, pembelajaran masih didominasi guru, tidak ada interaksi antara guru dengan siswa. Keadaan seperti itu menciptakan interaksi belajar yang sifatnya masih satu arah sehingga kurang bermakna. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran yang diterapkan cenderung bersifat monoton tanpa adanya inovasi penggunaan strategi/metode pembelajaran dalam proses pembelajaran PKn di kelas, dan akibatnya siswa merasa bosan dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga dampaknya adalah hasil belajar PKn siswa kurang memuaskan dan tujuan pembelajaran kurang tercapai secara maksimal.
Masalah seperti tersebut di atas, perlu diberikan solusi agar tidak terjadi secara berkelanjutan. Guru harus menciptakan inovasi pembelajaran, memberikan variasi model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar. Banyak alternatif yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran PKn. Salah satunya ialah dengan menerapkan model pembelajaran NHT.
Model pembelajaran NHT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk menumbuhkan sikap kebersamaan siswa atau semangat kerjasama diantara siswa, sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa. Suprijono (2012 : 92) menyatakan bahwa model NHT diawali dengan numbering, yaitu guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Tiap-tiap orang dalam kelompok diberi nomor. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok, kemudian memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk menyatukan kepalanya "heads together" berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah terakhir adalah guru memanggil siswa yang memiliki nomor sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih dalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pengetahuan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
Penerapan model NHT dalam pembelajaran diharapkan dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan semangat siswa, meningkatkan kemampuan hubungan sosial, dan memberikan kesempatan siswa untuk menuangkan ide yang ia pikirkan sehingga hasil belajar siswa meningkat serta dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.