Search This Blog

Showing posts with label panti asuhan. Show all posts
Showing posts with label panti asuhan. Show all posts

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN POLA PEMBINAAN BUDI PEKERTI ANAK DI PANTI ASUHAN

(KODE : PEND-PKN-0011) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN POLA PEMBINAAN BUDI PEKERTI ANAK DI PANTI ASUHAN

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini di tengah-tengah masyarakat sedang berlangsung krisis dalam segala aspek kehidupan antara lain kemiskinan, kebodohan, kezaliman, penindasan, ketidakadilan, kemerosotan moral, meningkatnya tindak kriminal dan berbagai bentuk penyakit sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kenyataan yang dapat kita lihat saat ini, bahwa generasi muda yang menjadi tumpuan harapan bangsa sangat jauh dari sosok generasi dambaan, mulai dari perilaku siswa, mahasiswa sampai demonstrasi yang bersifat anarkis dan para buruh kerja yang menuntut dinaikkannya gaji serta tunjangan mereka.
Dalam kehidupan masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat besar karena keluarga mempunyai fungsi penting di dalam kelangsungan kehidupan bermasyarakat. Fungsi penting ini dapat dilihat pada peranan keluarga untuk melakukan sosialisasi yang bertujuan mendidik warga masyarakat (anak) agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mengenal niai-nilai kebudayaan dari anggota-anggotanya (keluarganya). 
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Supriyoko, 2000 : 6) pendidikan keluarga adalah tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan sosial dan budi pekerti sebagai bekal hidup bermasyarakat. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan dalam suatu keluarga. Pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan keluarga dapat memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral, dan aturan-aturan pergaulan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.
Pendidikan moral dalam keluarga dapat menjadi basis awal pendidikan budi pekerti yang dapat melatih perbuatan, ucapan, dan cara pikir anak yang bersifat positif, dengan tujuan agar anak tetap berbuat baik dan tidak melakukan kesalahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi sesama. Dalam keluarga-keluarga yang harmonis, anak akan cenderung berperilaku positif dan sebaliknya dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home), anak akan berperilaku negatif.
Masa yang penting dan paling kritis dalam pendidikan anak adalah tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak (usia pra-sekolah) karena pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang atau berubah. Dari sini, anak diwariskan norma-norma atau aturan-aturan serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Anak dilatih untuk mengenal, menghargai serta mengikuti norma hidup masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga. Disini keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat karena keluarga merupakan pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan masa depan anak.
Anak merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa dan negara karena anak merupakan generasi penerus perjuangan yang akan menghadapi tantangan masa depan. Anak adalah karunia Allah SWT yang tidak dapat dinilai dengan apapun dan dia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tuanya. Dalam Hadis Riwayat Bukhari Rasul SAW bersabda bahwa : 
"Tiap anak yang dilahirkan keadaannya masih suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari)" (Bukhari dalam Ulwan, 2007 : 187).
Dalam hadis di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya, orang tua bisa menentukan keadaan anaknya kelak di masa datang. Oleh karena itu, seharusnya para orang tua bersungguh-sungguh dan berhati-hati dalam mendidik anak. Orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku bagi anak-anaknya. sikap dan perilaku serta kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak yang kemudian semua itu akan diresapi dan secara sadar atau tidak semua yang dilihat anak akan menjadi kebiasaan. hal ini disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain.
Pada masa sekarang ini, dapat kita lihat banyak orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya, sehingga anak harus putus sekolah. Akibatnya kebodohan dan tindak kriminal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Anak yang tidak mampu sekolah ini muncul di jalanan menjadi pengemis, pengamen maupun pedagang asongan. Bahkan, banyak dari mereka menjadi pelaku tindak kriminal, mencopet, terlibat narkoba, mabuk-mabukan, pembunuhan dan perbuatan asusila lainnya.
Sebagai generasi penerus yang sedang berkembang, anak sangat membutuhkan pengarahan, perhatian dan pendamping dalam menjalani hidupnya agar tetap terarah pada jalur yang benar. Disini keutuhan keluarga sangat diperlukan karena kehadiran orang tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan orang tua untuk mewariskan nilai-nilai moral yang ditaati dalam berperilaku di masyarakat.
Keadaan tersebut diatas, akan berbeda bagi anak yang tidak mempunyai keluarga secara utuh atau disorganisasi keluarga seperti perceraian kedua orang tua, masalah ekonomi keluarga, meninggalnya salah satu atau kedua orang tua yang menyebabkan terputusnya interaksi sosial antara orang tua dan anak. Akibatnya, anak menjadi kurang mendapat perhatian dan pendidikan terabaikan.
Anak yang mempunyai orang tua lengkap akan merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Berbeda dengan anak yang kehilangan orang tua, mereka akan cenderung murung, merasa tidak ada yang memperhatikan dan merasa bahwa masa depannya tidak jelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka adalah dengan di masukkan ke dalam suatu lembaga sosial yaitu panti asuhan, guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat, membimbing, dan mengarahkan seperti yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga.
Panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap anak-anak sehingga anak dapat hidup dengan normal sesuai dengan usianya. Selain itu panti asuhan juga merupakan suatu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memberikan kesempatan pada anak telantar untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Panti Asuhan X berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak yatim, piatu, dan yatim piatu dan menjadikan mereka anak yang sholih-sholihah. Anak yang di tampung dalam panti asuhan tersebut adalah anak yatim, piatu dan yatim piatu. Jumlah anak yang ada di panti asuhan ada 28 anak yang terdiri dari 22 putri dan 6 laki-laki yang semuanya di sekolahkan oleh pihak panti. Panti asuhan berfungsi sebagai lembaga sosial dimana dalam kehidupan sehari-hari anak asuh, dididik, dibimbing, diarahkan dan diberi kasih sayang sebagai keluarga pengganti bagi anak.
Panti Asuhan bertujuan memberikan pelayanan kesejahteraan kepada semua anak yang ada di panti dengan kebutuhan fisik, psikologi, mental dan keterampilan. Dalam hal ini pembinaan mental agama dan kepribadian merupakan salah satu pendidikan pokok bagi anak, karena dengan pembinaan agama dan kepribadian anak akan dapat membedakan sesuatu yang benar dan salah.
Salah satu bentuk pembinaan budi pekerti di panti, diharapkan anak dapat menjadi anggota masyarakat yang sholih-sholihah, berakhlak mulia, mampu hidup layak, disiplin dan mematuhi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka peneliti menyusun skripsi yang berjudul "POLA PEMBINAAN BUDI PEKERTI ANAK DI PANTI ASUHAN X".

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERANAN PANTI ASUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL, SPIRITUAL, DAN SOSIAL ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

(KODE : PEND-PKN-0007) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERANAN PANTI ASUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL, SPIRITUAL, DAN SOSIAL ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di masyarakat. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan saudara kandung menjadi tempat utama bagi individu mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya, agar dapat tumbuh utuh secara mental, spiritual dan sosial. Orang tua mempunyai peran penting untuk menumbuhkan faktor psikologis anak yang terdiri atas rasa aman, kasih sayang dan harga diri.
Terpenuhinya kebutuhan psikologis anak akan membantu perkembangan psikologis secara baik dan sehat. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus terpisah dari keluarga karena alasan tertentu, seperti menjadi yatim piatu, tidak mampu dan terlantar, sehingga kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi secara wajar. Permasalahan tersebut membuat anak menjadi lemah dan tidak berdaya. Hal tersebut diperparah dengan kondisi tidak adanya orang yang dapat diajak berbagi cerita atau dijadikan panutan dalam menyelesaikan masalah.
Masalah yang terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan anak tersebut terganggu dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak terlantar inilah yang dipelihara oleh pemerintah maupun swasta dalam suatu lembaga yang disebut panti asuhan. Tempat itulah yang selanjutnya dianggap sebagai pengganti keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak dalam proses perkembangannya. Pada saat anak melewati masa remaja, pemenuhan kebutuhan fisik, psikis dan sosial juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan kepribadiannya karena pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa transisi tersebut, remaja mengalami berbagai masalah yang ada karena adanya perubahan fisik, psikis dan sosial.
Anak adalah pewaris dari generasi tua yang menjadi tumpuan keluarga, bangsa dan agama. Dalam keluarga anak akan terbentuk kepribadiannya, anak-anak kelak akan hidup sesuai dengan norma-norma yang telah diperoleh. Masa kecil anak adalah masa yang sangat menentukan, karena itu masa kecil yang tidak bahagia akan dibawa sampai dewasa, kebahagiaan masa kecil anak ini biasanya ditemukan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan baik dalam arti keluarga yang utuh dan ada bapak dan ibu.
Anak-anak yang tidak memiliki keluarga inilah nantinya yang akan menjadi tanggungan negara sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) Undang-undang 1945 yang berbunyi "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara" dan Undang-undang Nomor : 4 Tahun 1979 tentang "Kesejahteraan Anak". Penyelesaian masalah sosial yang terkait dengan masalah anak, dalam hal ini pemerintah dalam menangani masalah-masalah sosial memerlukan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk uluran tangan untuk membantu anak-anak yang membutuhkan kasih sayang, dapat juga berupa kesediaan menjadi orang tua asuh dari anak-anak terlantar/tidak mampu.
Menurut Muzamil (2000 : 5) panti asuhan adalah suatu lembaga usaha Kesejahteraan Sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan serta pelayanan pengganti orang tua/wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental serta sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, cepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya.
Panti Asuhan berupaya untuk mendidik dan mengurusi anak agar perkembangan mental, spiritual dan sosial anak dapat berkembang dengan baik. Mental adalah suatu kemampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya yang mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian tertentu (Kamus Psikologi I), upaya yang dilakukan panti asuhan untuk meningkatkan perkembangan mental anak adalah dengan memberikan pendidikan agama, sehingga meningkatkan Keimanan anak asuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material (Hasan, 288). Hal yang bersifat kerohanian yang dimaksud adalah Tuhan Yang Maha Esa, jadi yang dilakukan panti untuk meningkatkan perkembangan spiritual adalah sama dengan perkembangan mental yaitu dengan memberikan pendidikan agama sesuai dengan agama dari anak asuh.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagi aspek kehidupan sosial, norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Yusuf 2012 : 122). Untuk itu bimbingan yang diberikan panti asuhan terhadap anak asuh dalam perkembangan sosial anak adalah dengan memberikan suri tauladan yang baik bagaimana cara bersosialisasi dengan lingkungan, baik lingkungan panti asuhan maupun masyarakat sekitar. Misalnya dengan tegur sapa apabila bertemu dengan orang lain, bersikap sopan dimana saja dan lain sebagainya.
Berdasarkan data yang ada di Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga, baik swasta maupun dari pemerintah terdapat 92 Panti Asuhan yatim piatu di Kota X. Dari sekian panti asuhan tersebut ada yang berbasis agama islam maupun non islam. Salah satu panti asuhan yang islam yaitu Panti Asuhan Z.
Panti Asuhan Z adalah tempat untuk menampung, mengasuh dan membimbing anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak terlantar agar mampu hidup mandiri dan religius agar dapat berfungsi sosial secara wajar setelah dikembalikan lagi ke masyarakat. Saat ini panti asuhan Z dihuni sekitar 79 anak asuh dengan jenjang pendidikan TK : 5 anak, SD : 21 anak, SMP/MTS : 8 anak, SMA 32 Anak, Pasca SMA 8 anak dan yang berada di Pondok Pesantren 8 anak. Panti asuhan ini berusaha agar anak yang di asuh sehat jasmani dan rohani serta dapat melaksanakan peran sosial secara wajar dan memiliki kesanggupan untuk berpartisipasi dalam keluarga, masyarakat dan dalam pembangunan nasional.
Panti asuhan Z mendidik anak asuhnya selayaknya seperti orang tua dari anak-anak asuhnya agar anak asuh dapat berkembang secara baik, baik perkembangan mental, spiritual maupun sosialnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi judul penelitian adalah "PERANAN PANTI ASUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL, SPIRITUAL DAN SOSIAL ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS)".

SKRIPSI POLA PEMBINAAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH

(KODE : PEND-PKN-0001) : SKRIPSI POLA PEMBINAAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari tradisi budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks sosial, anak pasti hidup bermasyarakat dan bergumul dengan budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ni orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasyarakat dan hidup dengan budaya yang baik dalam masyarakat (Djamarah, 2004 : 20).
Anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada manusia, keberadaan anak merupakan faktor yang dianggap penting dalam keluarga. Anak juga merupakan penerus kelangsungan suatu keluarga. Oleh sebab itu diperlukan pembinaan yang benar-benar baik bagi anak di dalam menghadapi masa depan dan lingkungan masyarakat. Mengasuh dan membina anak merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua di mana dalam hal ini sangat berperan dalam membentuk dan mengembangkan tingkah laku anak terutama pada masa awal sampai remaja orang tualah yang pertama kali memperkenalkan nilai, norma, pada anak mereka dengan menggunakan pola asuh tertentu.
Berbahagialah bagi anak-anak yang memiliki kedua orang tua mereka karena mereka benar-benar mendapatkan kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tua mereka, terutama dalam hal membimbing, pengawasan, pendidikan dan perlindungan, berbeda dengan anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, tanpa suatu bimbingan, perhatian, pendidikan dan perlindungan.
Maka berdasarkan pasal 34 ayat (1) undang-undang dasar 1945 yang berbunyi "fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Pemerintah membuat suatu tempat untuk menampung anak-anak yang disebut dengan nama anti asuhan. Panti asuhan adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, bagi kesejahteraan sosial bagi anak-anak terlantar (Mahfani, 2009 : 63). Penyebab anak penghuni panti asuhan di antaranya anak dari orang tua fakir miskin, anak yatim piatu dan anak yang diabaikan oleh orang tuanya sendiri.
Di panti asuhan anak-anak akan menemukan keluarga baru, keluarga merupakan inti terkecil yang mempunyai peran yang strategi dalam pemahaman tingkah laku, keluarga dapat dipandang sebagai suatu organisasi budaya yang senantiasa dan sekaligus mengembangkan kebudayaan manusia. Oleh karena itu sebagai suatu organisasi keluarga perlu juga menciptakan yang berbudi pekerti luhur, tingkah laku yang baik untuk membantu anak-anaknya bersikap sesuai yang diharapkan.
Keluarga juga terdiri dari individu-individu yang dapat berfungsi sebagai barometer kehidupan yang berbudi pekerti luhur. Terutama oleh bapak ibu asuh yang ada dalam keluarga panti asuhan sebagai pengganti orang tua mereka. Peran bapak dan ibu asuh sangat besar pengaruh disiplin diri. Tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkembangkan dan diterapkan sesuai perbuatan para pelakunya. Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya suatu pola pembinaan disiplin yang diharapkan maka orang tua asuh memberikan teladan dan dituntut untuk menaati terlebih dulu nilai-nilai yang diupayakan kepada anak. Dengan demikian bantuan mereka ditangkap oleh anak-anak secara utuh, sehingga memudahkan untuk menangkap dan mengikutinya misalnya : orang tua asuh jika mendengar suatu azan dan segera mengambil air wudhu dan langsung mengerjakan sholat atau segera mengerjakan sholat. Teladan menjadi dasar timbulnya kepercayaan dan kewibawaan orang tua asuh dalam diri anak-anaknya.
Pada umumnya pola pembinaan ada 3 macam tipe yaitu : 
1. Pola otoriter
Ciri dari pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak-anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dikontrol oleh anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
2. Pola demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar, suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya.
3. Pola permisif
Segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena tanpa pengawasan orang tua. la bebas melakukan apa saja yang ia inginkan (Dariyo, 2004 : 97).
Pola pembinaan di panti asuhan berupa pembinaan disiplin, pembinaan moral, tata tertib, pembinaan agama dan pembinaan lain-lainnya. Dengan pembinaan itu diharapkan anak benar-benar telah siap untuk hidup bermasyarakat, bertanggung jawab, mampu hidup layak dan dapat berperilaku dan berperan serta dalam proses pembangunan.
Pembinaan yang dilaksanakan dalam panti Asuhan Muhammadiyah sangat demokratis, bila anak asuh membuat kesalahan maka mereka akan memanggil anak asuh itu dan memberikan peringatan-peringatan, kalau masih membuat kesalahan lagi maka anak tersebut akan mendapatkan sanksi-sanksi yang berupa sanksi fisik tapi bersifat positif dan mendidik.
Anak asuh tersebut mulai masuk panti asuhan dari sekolah dasar, sampai SMA yang kemudian mereka dibekali dengan keterampilan agar mereka setelah keluar dari panti asuhan tersebut sudah dapat bekerja dan hidup mandiri.
Adapun pola pembinaan di Panti Asuhan Muhammadiyah Desa X yaitu kegiatan diikuti anak panti asuhan, kegiatan tersebut dimulai hari senin sampai dengan hari minggu selepas pulang sekolah, kegiatan tersebut meliputi : pulang sekolah mereka melaksanakan sholat dhuhur, habis sholat dhuhur makan siang, sehabis makan siang mereka istirahat siang sampai pukul 15.30 mereka bangun mandi sehabis mandi mereka melaksanakan sholat ashar berjamaah dan setelah sholat ashar bagi mereka yang mendapat giliran piket mereka melaksanakan piket, yaitu menyapu dan mengepel. Pukul 18.00 mereka melaksanakan shalat magrib berjamaah. Sehabis mereka melaksanakan shalat magrib, sehabis sholat magrib mereka makan malam. Pukul 19.00 melaksanakan sholat Isya berjamaah, sehabis sholat berjamaah mereka mengikuti ekstra kurikuler semua mata pelajaran fiqih sampai malam, dari pukul 20.00 sampai 22.00 sehabis itu tidur malam. Kegiatan yang lain juga ada hari minggu khususnya mereka les montir.
Pola pembinaan yang ada di panti asuhan Muhammadiyah yaitu pola pembinaan demokratis. Anak diberi tanggung jawab artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Pembinaan disiplin di panti asuhan Muhammadiyah pembinaan yang menyangkut tata tertib/peraturan pola pembinaan kedisiplinan dan tata tertib anak yang dilakukan oleh orang tua asuh dengan cara menanamkan nilai-nilai moral, memberi nasehat dan dorongan serta memberi hukuman kepada anak yang ada di panti, sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar pada panti asuhan dalam mendidik anak khususnya untuk kedisiplinan dan mematuhi tata tertib.
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi judul penelitian ini adalah "POLA PEMBINAAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH DESA X".