Search This Blog

Showing posts with label motivasi belajar siswa. Show all posts
Showing posts with label motivasi belajar siswa. Show all posts
SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TENTANG PERISTIWA PROKLAMASI

SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TENTANG PERISTIWA PROKLAMASI

(KODE : PTK-0168) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TENTANG PERISTIWA PROKLAMASI (IPS KELAS V)


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau bahkan pencapaian prestasi. Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi pendidik dan peserta didik, karena memberi motivasi kepada peserta didik merupakan hal yang perlu dan penting dalam proses pembelajaran. Di sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motivasi atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan, baik kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologis. Disamping itu anak juga memiliki sikap-sikap, minat-minat, penghargaan dan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu tugas guru adalah menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya.
Pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap bisa maju berkembang dan di kemudian hari bisa mendapatkan pekerjaan yang pantas. Lewat pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya. Sedang negara bisa maju bila semua warga negaranya berpendidikan, serta memperoleh kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator untuk mengukur kemajuan dan derajat kemakmuran Negara serta mengukur besarnya peranan setiap warga Negara dalam kegiatan-kegiatan membangun. 
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat di sediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut dengan sesuai perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. 
Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses belajar mengajar yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa, baik berupa alat, orang maupun bahan ajar, selain itu media pembelajaran merupakan salah satu cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan siswa agar lebih efektif. Oleh karena itu media pembelajaran saat proses belajar mengajar sangat diperlukan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di bidang informasi dan telekomunikasi. Dengan munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa di suatu negara atau daerah pada saat kejadian itu berlangsung. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik. Tidak dapat dipungkiri, munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi yang telah banyak membantu proses pendidikan. Ini terbukti sekarang ini dalam proses belajar mengajar seorang guru sering menggunakan media seperti komputer, tape recorder, dll.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas lembaga pendidikan berusaha meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran. Usaha-usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain mengembangkan media pembelajaran, menerapkan media pembelajaran serta memilih dan menetapkan jenis media pembelajaran yang akan digunakan. Pengembangan dan penerapan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan motivasi belajar terhadap siswa sehingga berdampak pula pada prestasi belajarnya.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lembaga pendidikan harus mampu menerapkan media pendidikan yang sudah ada. Media pendidikan yang diterapkan oleh lembaga pendidikan sekarang ini belum di daya gunakan secara optimal, melihat kenyataan yang ada di lapangan guru jarang sekali menggunakan media pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas, guru lebih sering menggunakan metode ceramah. sehingga proses belajar anak hanya sekedar merekam informasi dan murid mendengar, memperhatikan serta mencatat tanpa ada variasi yang lain, yang akhirnya membiasakan diri tidak kreatif dalam mengemukakan ide-ide dan pemecahan masalah yang efektif akan di bawa anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar di kelas yang hanya menggunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa adanya media, maka komunikasi antara guru dan siswa tidak akan berjalan secara lancar. Hal ini terkait dengan permasalahan dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang di hadapi suasana kelas ramai, penjelasan guru membosankan, materi cenderung bersifat umum dan kadang-kadang penyampaian guru terlalu cepat, hal ini siswa juga kurang konsentrasi bahkan menjadi malas mengikuti mata pelajaran di sekolah.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), tidak semua materi khususnya peristiwa proklamasi bisa diceritakan atau diterangkan saja. Melainkan harus diperlihatkan secara nyata agar materi (ilmu) yang didapat peserta didik tersebut akan selalu diingat dan dipahami. Dengan menggunakan media video cassette, anak-anak juga dapat termotivasi belajarnya. Anak akan dapat cepat memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan media tersebut. Anak juga akan senang dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilihatnya melalui media video cassette. Oleh karena itulah dasar adanya penggunaan media video cassette pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini diharapkan agar siswa dapat melihat, dan memahami objek yang dipelajari, sehingga kesenjangan yang ada dapat teratasi.
Berdasarkan paparan di atas di lihat dari pentingnya dalam hal pendidikan maka peneliti mengambil judul "PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TENTANG PERISTIWA PROKLAMASI PADA SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPS DI SD X". Dengan media tersebut diharapkan agar siswa lebih mudah memahami materi pelajaran sekaligus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan baik dan benar. Serta pembelajaran yang sebelumnya membosankan bagi siswa dan terkesan biasa-biasa saja kini dapat beralih peran menjadi pembelajaran yang lebih menyenangkan dan sangat mengena pada siswa, karena siswa dihadapkan pada situasi yang berbeda dari sebelumnya sehingga dari pengalaman tersebut siswa bisa menemukan pengetahuan baru.

B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan rumusan masalah PTK sebagai berikut : 
1. Bagaimanakah perencanaan penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi pada siswa kelas V mata pelajaran IPS di SD X ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi pada siswa kelas V mata pelajaran IPS di SD X ?
3. Bagaimanakah penilaian penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi pada siswa kelas V mata pelajaran IPS di SD X ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas V di SD X. Dari tujuan umum di atas bisa di temukan tujuan khusus sebagai berikut : 
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi pada siswa kelas V mata pelajaran IPS di SD X.
2. Untuk mendeskripsikan melaksanakan penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi pada siswa kelas V mata pelajaran IPS di SD X.
3. Untuk mendeskripsikan penilaian penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar tentang peristiwa proklamasi pada siswa kelas V mata pelajaran IPS di SD X.
Setelah penulis melakukan penelitian dan mengetahui hasilnya, maka yang di harapkan dari penulis semoga dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi di dunia pendidikan pada umumnya dan SD X pada khususnya, dan guru sebagai peneliti di dorong untuk berani mencoba menerapkan media dalam proses belajar mengajar serta menilai apakah media itu efektif atau tidak dalam meningkatkan motivasi belajar para siswa.
Secara khusus dapat memberikan manfaat bagi : 
1. Bagi peneliti
Dengan dilaksanakan PTK maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran.
2. Bagi Guru
Sebagai modal dalam mendesain kegiatan belajar mengajar dalam memberikan latihan secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi pada siswa.
3. Bagi siswa
Dengan dilaksanakan PTK akan sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari guru akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, mampu berfikir kreatif sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran.

D. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
BAB I : Pada bab ini menerangkan tentang pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian pustaka dibahas pada bab ini. Yaitu membahas tentang Pembelajaran IPS, Pengertian peristiwa proklamasi media pembelajaran yang meliputi pengertian media pembelajaran, jenis-jenis media pembelajaran, kriteria pemilihan media, manfaat media dalam pembelajaran, prinsip-prinsip penggunaan media dan motivasi belajar yang meliputi, pengertian motivasi, macam-macam motivasi unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi, fungsi dan nilai motivasi dan bentuk-bentuk motivasi, penerapan media audio visual dalam meningkatkan motivasi belajar.
BAB III : Metodologi penelitian : membahas pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV : Pembahasan hasil penelitian, memaparkan deskripsi lokasi penelitian yang meliputi sejarah SD X, sarana dan prasarana, visi dan misi madrasah, deskripsi kelas V, siklus penelitian yang siklus I, dan siklus II, Temuan penelitian.
BAB V : Pembahasan hasil penelitian
BAB VI : Kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian beserta saran-saran sebagai bahan pertimbangan.

SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

(KODE : PTK-0164) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR (EKONOMI KELAS VII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun negara. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang dapat meningkatkan kualtias sumber daya manusianya.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan-pendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang mempunyai aturan-aturan jelas atau lebih dikenal dengan GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) sebagai acuan proses pembelajaran dan guru sebagai fasilisator yang berperan dalam keberhasilan seorang siswa, sehingga guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan.
Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung menggunakan strategi pembelajaran tradisional. Artinya guru mentransformasi ilmu pengetahuannya dengan menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered).
Kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Seperti halnya di SMPN X, dalam penyampaian materi guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Salah satu aspek penting dalam mengajar termasuk mengajar ekonomi ialah membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Berbagai cara telah dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk mencapai hal itu. Hal ini penting karena motivasi seseorang adalah bagian internal manusia. Seseorang menetapkan alasan dan membuat keputusannya sendiri berdasarkan penglihatannya (perception) terhadap lingkungannya. Tentang bagaimana guru mempengaruhi motivasi siswa adalah dengan menciptakan situasi eksternal sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas belajar. Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai dengan motivasi dari sekarang. Motivasi merupakan alat yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa dalam rentan waktu tertentu.
Motivasi adalah prasyarat utama dalam pembelajaran, tanpa itu hasil belajar yang dicapai tidak akan optimal, dan motivasi sendiri merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri sendiri atau ditimbulkan oleh lingkungan sekitar. Faktor-faktor psikologi dalam belajar yang menyebabkan pembelajaran akan berhasil baik, jika didukung oleh faktor-faktor psikologi dari peserta didik, Salah satu faktor psikologi itu adalah motivasi. Hampir semua guru setuju akan pentingnya motivasi dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah untuk : (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan belajar sehingga anak mengubah cara belajarnya lebih tekun, (4) membesarkan semangat belajar, seperti mempertinggi semangat untuk lulus tepat waktu dengan hasil yang memuaskan; dan (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil. Di SMPN X siswanya belum menyadari pentingnya motivasi belajar, karena ketika belajar motivasi siswanya kurang terlihat.
Dalam proses belajar mengajar peserta didik harus diberi rangsangan melalui teknik dan cara pengajaran yang tepat agar mereka merasa senang dan tertarik terhadap pelajaran yang diajarkan. Kebanyakan di sekolah-sekolah menunjukkan bahwa kurangnya motivasi belajar akan menimbulkan penurunan pada hasil belajar siswa. Kurangnya motivasi belajar dalam proses
pembelajaran ekonomi dilatarbelakangi oleh adanya beberapa faktor yaitu : (1) Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru; (2) Kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam pembelajaran, (3) Konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran, dan (4) Kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran.
Hasil belajar yang baik dapat ditunjang dengan berbagai faktor, antara lain motivasi belajar dan kemampuan guru dalam penerapan metode maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila guru mempunyai kemampuan dasar yang baik. Seorang guru ekonomi dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa saat proses belajar mengajar. Cara mengajar yang mempergunakan teknik atau metode yang dilakukan secara tepat akan memperbesar motivasi belajar siswa dan karena itu pula diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu alasan peneliti memilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) model REACT adalah karena model ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan metode pembelajaran kontekstual, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, dimana siswa belajar mengkonstruksikan sendiri, karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik, maka akan memperoleh hasil yang baik pula.
Selain itu ada beberapa alasan lagi mengapa pendekatan kontekstual menjadi pilihan yaitu : (1) Pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa untuk menghafal tetapi strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. (2) Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi belajar pendekatan kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui "mengalami" bukan "menghafal".
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Nunin Ni'mah, Tahun 2007. Hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) mampu diterapkan dan sudah bisa dikatakan cukup berhasil. Walaupun pada siklus I masih banyak kendala namun pada siklus II kendala-kendala sudah berkurang. Hal itu ditunjukkan pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 59,06% sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar adalah 76,97%. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari selisih nilai rata-rata siklus I dan siklus II yaitu 17,91%. Berdasarkan hasil respon siswa cukup baik dan proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan menggunakan pembelajaran kontekstual strategi REACT bisa dimengerti dan mudah dipahami. Yang membedakan penelitian ini yaitu pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah meneliti peningkatan motivasi belajar siswa.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Zulaikha, 2004, tentang efektifitas pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT terhadap prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan sistem koloid. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwasanya peningkatan prestasi belajar kimia pada kelompok eksperimen yang menggunakan strategi REACT mempunyai peningkatan rata-rata nilai sebesar 7,566 sedangkan pada kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional peningkatannya hanya sebesar 3, jadi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar kimia pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Yang membedakan penelitian ini yaitu pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah meneliti peningkatan motivasi belajar siswa.
Oleh karena itu, maka peneliti mengangkat sebuah judul yang relevan dengan masalah tersebut yaitu : "PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN X".

B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X ?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X ?
3. Bagaimanakah hasil penilaian pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X
3. Mendeskripsikan hasil penilaian pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
- Meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran ekonomi. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 
- Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep ekonomi karena materi dikaitkan dengan konteks keseharian siswa dan lingkungan dunia nyata siswa.
2. Bagi Peneliti dan Guru
- Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. 
- Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik minat siswa.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, guna meningkatkan kualitas pembelajaran ekonomi.

E. Sistematika Pembahasan
Sistematika adalah tata urutan yang beraturan dan berkesesuaian. Sistematika ini memuat kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam pelaporan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan menjelaskan tentang pokok-pokok pemikiran yang melatarbelakangi penulisan skripsi, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan. 
BAB II Kajian Pustaka
Kajian pustaka menguraikan tentang kajian teori yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual dengan model Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) yang mendasari penelitian tindakan kelas ini. 
BAB III Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian (siklus penelitian : perencanaan, implementasi, pengamatan dan refleksi). 
BAB IV Hasil Penelitian
Hasil penelitian menjelaskan data-data yang diperoleh di lapangan (rencana pembelajaran dan hasil pembelajaran) yaitu gambaran umum SMPN X dan deskripsi data sesuai dengan rumusan masalah. 
BAB V Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan menjelaskan hasil penelitian dikaitkan dengan teori-teori yang sudah ada yang berisi tentang perencanaan dan penerapan pembelajaran kontekstual model Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT), proses dan hasil penelitian. 
BAB VI Penutup
Penutup berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang akan diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.

SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(KODE : PTK-0163) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (SOSIOLOGI KELAS X)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas, oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai, sebab hakikat dari manusia itu sendiri selalu berkembang dan mengikuti dinamika kehidupan.
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan kekuatan sentral dalam pembangunan, sehingga mutu dan sistem pendidikan akan dapat ditentukan keberhasilannya melalui peningkatan motivasi belajar siswa.
Beberapa usaha dalam rangka menciptakan keberhasilan motivasi belajar siswa yang efektif dan kondusif, salah satunya adalah kedekatan dari seorang guru dalam memilih sebuah metode dan pendekatan emosional terhadap siswa. Untuk seorang guru bukan hanya dituntut untuk bisa menguasai beberapa metode dan pendekatan emosional yang akan di terapkan saja, tetapi guru juga harus bisa menguasai teknik pengelolaan kelas, keterampilan mengajar, pemanfaatan sumber belajar, penguasaan emosional siswa penguasaan kondisi kelas, dan sebagainya.
Oleh karena itu, guru harus bisa mengoptimalkan keaktifan dan motivasi siswa di saat sebuah metode di terapkan. Dengan diaplikasikannya sebuah metode pembelajaran aktif (Active Learning) yang mana metode ini dalam proses belajar mengajar siswa dapat berperan aktif dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Faktor -faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam peningkatan keaktifan dan motivasi siswa khususnya pada pembelajaran mata pelajaran sosiologi, Faktor tersebut antara lain adalah kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran sosiologi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Pembelajaran yang ada di dalam kelas yang dilakukan oleh guru sosiologi pada umumnya kurang bervariasi dan menggunakan metode yang monoton dalam kegiatan belajar mengajarnya tersebut, penggunaan metode yang sama secara terus menerus akan membuat siswa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran sosiologi.
Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari sosiologi yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas. Salah satu alternatif yang bisa dikembangkan adalah dengan penerapan metode everyone is teacher here.
Alternatif pembelajaran sosiologi yang kondusif dengan menggunakan metode Every One Is Teacher Here sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Nur Hadi. Dimana, berdasarkan penelitian yang dilaksanakan tersebut menunjukkan hasil pembelajaran pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan metode Everyone Is a Teacher Here dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas XI MA Al-Falah. Yang menyatakan bahwa penerapan Strategi Everyone Is a Teacher Here pada mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Falah adalah termasuk dalam kategori baik, dengan perolehan rata-rata pada dua kali pertemuan adalah 3,69 dan juga terbukti dari hasil prosentase responden sebesar 81,66%. 
Masalah belajar merupakan proses ke arah terbentuknya tingkah laku yang baru. Perbuatan belajar dilakukan manusia sepanjang hidupnya secara terus menerus dan dilakukan berulang-ulang, sehingga terbentuklah kebiasaan belajar, melalui belajar manusia berusaha mengaktualkan potensi dirinya dan juga lingkungan secara optimal.
Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan salah satu komponennya.
Maka dari itu untuk mempelajari dan juga memahami isi pelajaran sosiologi melalui metode Everyone Is Teacher Here karena sangat mendukung sekali karena siswa dapat memahami pengertian isi materi sedikit demi sedikit secara rutin yaitu melalui sebuah metode Everyone Is Teacher Here Dimana guru dapat secara langsung menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dalam proses belajar mengajar khususnya tentang penguasaan dan juga pemahaman materi. Penggunaan metode Everyone Is Teacher Here sebagai bentuk instruksional pada mata pelajaran sosiologi diharapkan dapat memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu metode Everyone Is Teacher Here dapat digunakan dengan cara yang relative misalnya dalam proses belajar berlangsung, yaitu guru memberikan kesempatan belajar pada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau Tanya jawab yang kemudian dapat dijawab dan dapat langsung diberi nilai. Maka penulis mencoba untuk mengkaji dan juga meneliti pendidikan khususnya berkenaan dengan pemberian motivasi terhadap siswa, untuk itu penulis mengangkat judul : 
"PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DI KELAS X SMAN X DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI".

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan fenomena diatas, maka ada permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu : 
1. Apakah metode Everyone Is Teacher Here dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi di kelas X SMAN X ?
2. Bagaimana cara kerja metode Everyone Is Teacher Here dalam motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah metode Everyone Is Teacher Here dapat meningkatkan motivasi belajar di kelas X SMAN X.
2. Untuk mengetahui cara kerja metode Everyone Is Teacher Here sebagai motivasi untuk meningkatkan proses belajar siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi. 

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya untuk meningkatkan pembelajaran sosiologi di SMAN X Khususnya pada kegiatan pengajaran Sosiologi di kelas X SMAN X
Adapun untuk mengetahui secara detail kegunaan-kegunaan tersebut adalah : 
1. Lembaga atau Sekolah
Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan metode Everyone Is Teacher Here untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang lebih baik sehingga merasa aman dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Penggunaan metode Everyone Is Teacher Here ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas bagi peserta didik dan juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang diharapkan.
3. Siswa
Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap mempelajari materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa terfokus pada pelajaran yang diajarkan oleh guru.
4. Peneliti.
Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode Everyone Is Teacher Here sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. 

TESIS PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD

TESIS PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD

(KODE : PASCSARJ-0226) : TESIS PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan mutu sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan system evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pemberian pendidikan dan pelatihan bagi guru. Tetapi upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu indikator kekurangberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM (UAN) siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Rendahnya mutu pendidikan selama bertahun-tahun beberapa pendapat menyatakan kurikulum sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994. kemudian diganti kurikulum 1999, timbul lagi kurikulum 1999 edisi 2004. Bahkan pembaharuan kurikulum menjadi kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum) merupakan suatu terobosan terhadap kurikulum konvensional, hingga saat ini kurikulum 2004 di revisi kembali menjadi kurikulum model KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Nasanius (1988 : 1-2) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam Melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru. Sedang menurut Sumargi (1996 : 9-11), profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak bermutu dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bermutu.
Berhubungan dengan profesionalisme guru terdapat permasalahan yang merupakan masalah yang usang dan terus terjadi dalam proses pembelajaran selama ini, permasalahan kinerja mengajar guru tersebut diantaranya adalah : 
1. Guru mengajar cenderung monoton dengan menggunakan metode yang kurang inovatif.
2. Keengganan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui banyak membaca dan melakukan penelitian tindakan kelas.
3. Guru hanya menggunakan satu sumber belajar, dan pengetahuan yang diberikan hanya dari satu buku sumber.
Fakta tersebut mengungkapkan betapa guru punya peranan terhadap keberhasilan pendidikan. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan di samping tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kemampuan, gaya kepemimpinan yang baik dan upaya-upaya lainnya yang relevan. Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan mengetahui apa yang diharapkan dan kapan bisa menetapkan harapan-harapan yang diakui hasil kerjanya.
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam Melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah Melaksanakan unsur-unsur yang terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggungjawab terhadap tugasnya.
Mutu pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, yang menjadi tanggung jawab sekolah. Namun demikian konsep manajemen mutu pendidikan sering diabaikan dalam dunia pendidikan, padahal konsep ini dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adanya output sekolah yang tidak bermutu menunjukkan adanya kinerja guru dan tidak jelasnya sikap terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Konsep manajemen mutu pendidikan yang sudah dilaksanakan oleh sekolah belum sepenuhnya disikapi oleh guru dengan baik, ini dapat mempengaruhi kinerja guru tentunya.
Keberadaan guru sebagai unsur utama tenaga kependidikan merupakan faktor yang sangat strategis dan keseluruhan penggerak pendidikan, dimana sumber daya pendidikan meliputi : sarana, anggaran, sumber daya manusia, organisasi dan lingkungan (Nanang Fattah, 1988), kinerja guru sebagai komponen pendidikan terhadap peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh pada kecakapan tamatan (competence), tanggungjawab sosial (compassion) dan berakhlak mulia (conscience).
Kepala Sekolah sebagai pemegang komando di lembaga sekolah. Kepala sekolah harus menguasai dan mampu mengambil kebijaksanaan serta keputusan yang bersifat memperlancar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara langsung kepala sekolah berhubungan erat terhadap kelangsungan belajar mengajar. Dalam prosesnya kepala sekolah harus dekat dengan guru-gum dan kepada siswa.
Penguasaan bidang manajemen adalah salah satu kunci sukses dalam mengemban suatu jabatan pemimpin. Manajemen tidak hanya dijumpai di perusahaan, atau instansi tertentu, melainkan di lembaga sekolah, manajemen juga sangat besar peranannya, terutama untuk menyusun program atau mengambil keputusan yang harus diterapkan dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Salah satu peranan manajemen yang sangat penting adalah untuk menyusun program belajar mengajar dan menempatkan tugas masing-masing guru. Guru sebagai pelaksana pendidik, untuk itu kepala sekolah harus benar-benar menjalin komunikasi aktif dan setiap saat mengadakan evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka sedikit banyaknya kepala sekolah harus mengetahui dan memberikan motivasi.
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, baik negeri maupun swasta, masih banyak kepala sekolah yang belum dapat melaksanakan manajemen dengan baik dan optimal. Kehadiran mereka di sekolah tidak jauh berbeda dengan kehadiran guru-guru lainnya, yaitu untuk mengajar dan mengisi daftar hadir. Padahal selain kepala sekolah masih banyak tugas lain, seperti menata program pendidikan, baik yang menyangkut dengan administrasi, supervise maupun keperluan yang lainnya. Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab, didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan kepala sekolah dengan guru-guru lainnya harus berlangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah dengan anak.
Rendahnya kinerja manajemen kepala sekolah dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : 
1. Proses rekrutmen kepala sekolah yang belum mengikuti aturan yang seharusnya.
2. Minimnya pengetahuan tentang manajemen sehingga kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya hanya menggunakan kebiasaan dan alamiah belaka.
Kemampuan seorang pemimpin akan memberikan dampak yang nyata terhadap mutu produk yang dihasilkan. Dalam hal ini mutu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan akan berdampak terhadap mutu produk pendidikan di sekolah tersebut. Mortimer J. Adler dalam Dadi Permadi (1998 : 24) menegaskan bahwa "The quality of teaching and learning that goes in a school is largely determined by the quality of principals leadership" (mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah) dengan demikian seorang pemimpin bisa dikatakan ruh sebuah lembaga atau institusi.
Kenyataan di lapangan khususnya di Kecamatan X kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru dapat dikatakan masih rendah sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi siswa untuk belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian sekolah selama 5 (lima) tahun terakhir yang terus menurun. Nilai rata-rata ujian sekolah terus menurun selama lima tahun terakhir. Ujian sekolah merupakan salah satu tujuan akhir dari sebuah lembaga maupun tujuan (goal) siswa belajar, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rendahnya rata-rata nilai ujian itu adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Karena menurut Barlia (2004 : 6) mengatakan bahwa "motivasi didefinisikan sebagai aktifitas siswa (proses) dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan atas dorongan perlunya pencapaian tujuan (goal) dari pengerjaan tugas tersebut."
Selain masalah menurunnya nilai rata-rata ujian sekolah terdapat juga permasalahan lain yang merupakan dampak dari kurangnya motivasi siswa untuk belajar, salah satu indikator kurangnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah apabila siswa tidak naik kelas lebih memilih drop out (DO) dari pada mengulang belajar di kelas tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang : "PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR" (PENELITIAN DESKRIPTIF KEPADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN X).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan figur kepala sekolah yang benar-benar mempunyai kapabilitas dan kredibilitas serta daya juang yang tinggi untuk dapat memberdayakan semua komponen sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu diperlukan kesamaan persepsi untuk secara bersama-sama selalu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal lain yang perlu mendapat perhatian dan dipertimbangkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah analisis terhadap proses kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru sekolah dasar di Kecamatan X.
Peningkatan motivasi belajar siswa memberikan harapan baru terhadap peningkatan mutu pendidikan yang saat ini sedang terpuruk, sehingga dalam implementasinya kepala sekolah sebagai manajer sekolah dan guru sebagai kunci utama dalam pembelajaran di kelas agar selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya. Atas dasar kenyataan tersebut maka masalah-masalah yang hendak diteliti adalah sebagai berikut : 
1. Bagaimana kondisi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar X.
2. Bagaimana persepsi kepala sekolah dan guru terhadap motivasi belajar siswa ?
3. Bagaimana kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan X ?
4. Bagaimana persepsi guru terhadap kesiapan kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru itu sendiri terhadap peningkatan motivasi belajar siswa ?
5. Bagaimana pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan X ?
6. Bagaimana pengaruh kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan X ?
7. Bagaimana pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan X ?

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dapat dijabarkan ke dalam rumusan-rumusan masalah, yaitu : 
1. Seberapa besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru ?
2. Seberapa besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa ?
3. Seberapa besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa ?
4. Seberapa besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa ?

D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin diperoleh adalah untuk mendapatkan gambaran tentang : 
1. Besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru.
2. Besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa
3. Besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa.
4. Besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru dan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa.

E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat berguna untuk : 
1. Kegunaan Teoritis
Yaitu sebagai bahan masukan dan informasi yang berguna untuk memverifikasi dan pengembangan konsep-konsep Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar guru serta Motivasi Belajar Siswa dalam kerangka pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan serta kontribusi terhadap pihak kepala sekolah dan guru dalam kerangka pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan.
3. Kegunaan Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks pengembangan dan proses generalisasi.

TESIS PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI

TESIS PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI

(KODE : PASCSARJ-0184) : TESIS PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN OLAHRAGA)


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian pasal 1.20, menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Banyak hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pembelajaran serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.
Namun demikian mutu pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak akan ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang tua, siswa, dan masyarakat. Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dengan proses belajar mengajar. Di mana dalam proses belajar mengajar guru harus mampu menjalankan tugas dan peranannya.
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Di dalam pendidikan jasmani siswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar digabung dengan nilai persentase kehadiran siswa. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi yang tinggi, baik siswa, guru, sekolah, maupun orang tua hingga masyarakat. Namun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar. Ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa yang rendah prestasi belajarnya, ada yang bisa tuntas tepat waktu dan ada pula tuntas setelah proses remedial. Sedangkan prestasi belajar yang tinggi hanya bisa dicapai jika tuntas tanpa proses remedial.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mewajibkan pembelajaran pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun untuk memenuhi kekurangan dalam pembelajaran ini, sekolah biasanya mengadakan kegiatan olahraga di luar jam pelajaran yang biasanya disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan di luar jam pelajaran, jadi sifatnya tidak terlalu dibatasi oleh waktu seperti halnya dalam intra kurikuler yang hanya 2 jam pelajaran saja dalam se-minggu. Artinya seorang guru atau pelatih bisa mengembangkan kegiatan secara menyeluruh dan terperinci, misalnya dalam pengembangan permainan bola voli, sepak bola dan cabang olahraga lainnya, baik itu cabang olahraga yang menjadi bagian dari kompetensi dasar pada kurikulum pendidikan jasmani maupun cabang olahraga yang tidak menjadi kompetensi dasar pada kurikulum pendidikan jasmani. Guru atau pelatih bisa lebih banyak menjelaskan mengenai teknik, taktik, dan strategi serta berbagai komponen mengenai pembinaan kondisi fisik, atau bahkan sampai peraturan-peraturannya secara mendetail dan terperinci.
Sehingga memungkinkan berpengaruh kepada perkembangan kesehatan jasmani bagi siswa yang mengikutinya. Hal itu dikarenakan siswa mendapatkan pengetahuan dan tugas gerak yang lebih banyak daripada yang diajarkan di sekolah. Faktor prestasi juga sangat berpengaruh karena prestasi belajar merupakan seluruh kecakapan hasil yang dicapai {achievement) dan diperoleh melalui hasil belajar yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan nilai rapor.
Selain itu kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga juga memungkinkan siswa untuk dapat meningkatkan minatnya terhadap suatu cabang olahraga, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dan prestasi mereka dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolahnya. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan, ini dikarenakan oleh fungsi kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Techonlyib (2009 : 2-3) : 
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa, banyak keuntungan yang bisa didapat dari kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga di antaranya yaitu untuk pengembangan diri siswa baik dari sisi akademis maupun non akademis, dan nilai sikap. Semua bakat dan minat siswa bisa disalurkan dan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, sehingga kemampuan atau bakat tidak hanya dijadikan hobi, melainkan bisa membuahkan prestasi.
Kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga di sekolah pada dasarnya semua cabang olahraga bisa menjadi bagian kegiatan ekstrakurikuler, akan tetapi cabang olahraga yang menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler biasanya yaitu cabang olahraga yang cukup populer dan banyak digemari oleh siswa serta didukung oleh ketersediaan SDM dan sarana prasarana di sekolah. 
Cabang olahraga yang menjadi bagian dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut merupakan cabang olahraga yang cukup populer dan banyak digemari oleh siswa serta didukung oleh ketersediaan SDM dan sarana prasarana di sekolah. Selain itu cabang olahraga tersebut merupakan salah satu Sub Kompetensi yang terdapat di dalam kurikulum pendidikan jasmani.
Oleh karena itu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini, siswa akan mendapat jam belajar lebih banyak, sehingga diharapkan siswa yang berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler ini akan lebih memahami dan menguasai cabang olahraga yang dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler dan tambahan proses pembelajaran bagi siswa tersebut.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Mengenai belajar pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu seperti yang dikemukakan Ridwan (2008) yakni "setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya". Dengan belajar, maka akan terjadi suatu perubahan yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak mampu menjadi mampu.
Tujuan belajar di atas menunjang siswa untuk berprestasi pada bidang studi di sekolahnya. Prestasi belajar diartikan sebagai gambaran keberhasilan seseorang dalam upaya mengoptimalisasikan kemampuan yang dimilikinya melalui suatu kegiatan yang diikutinya. Hal ini sejalan dengan definisi prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru". Makmun (1998 : 111-112) mengemukakan tentang prestasi belajar dapat dimanifestasikan ke dalam bentuk perubahan perilaku belajar berupa : 
a. Pertambahan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, informasi, prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah, prosedur-prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai.
b. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor.
c. Perubahan dalam sikap-sikap kepribadian.
Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai gambaran keberhasilan seseorang dalam mewujudkan kemampuan yang dimilikinya. Prestasi belajar tersebut dapat berupa perubahan perilaku, perubahan dalam pola kepribadian dan nilai atau angka-angka sebagai wujud konkrit yang dapat dilihat seperti halnya dalam laporan hasil prestasi belajar siswa (rapor). Prinsip belajar tuntas yang berlaku pada saat sekarang ini merupakan gambaran awal dari prestasi belajar minimal yang harus dicapai oleh siswa pada tiap semesternya yakni dengan adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap mata pelajaran, begitu pula dengan pelajaran Pendidikan Jasmani.
KKM tersebut muncul tidak begitu saja, KKM muncul berdasarkan in-take siswa dari SMP sebelumnya, ketersediaan sarana prasarana dan guru yang ada di sekolah pada saat itu, serta bobot materi (Kompetensi Dasar dan Sub Kompetensi) yang diberikan terhadap siswa.
Sedangkan prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis. Yang termasuk faktor fisiologis adalah kesehatan siswa dan yang termasuk faktor psikologis salah satunya adalah motivasi siswa untuk mencapai prestasi.
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang, motivasi dapat disebabkan oleh adanya sesuatu yang dapat membuat seseorang tersebut berbuat sesuai dengan kehendaknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto (1990 : 73) yang mengemukakan : 
- Motivasi yaitu suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
- Motivasi untuk menampilkan suatu perilaku dilandasi oleh adanya keinginan untuk mencapai atau memuaskan suatu kebutuhan.
Motivasi untuk melakukan sesuatu dapat datang dari diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi intrinsik, serta dapat pula datang dari lingkungan yang disebut motivasi ekstrinsik. Dengan adanya motivasi yang merupakan dorongan bagi siswa untuk belajar, maka siswa tersebut diharapkan bisa belajar dengan baik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi).
seseorang. Begitu pula dengan prestasi belajar siswa di sekolahnya, faktor motivasi pada siswa bisa saja terkait dengan kegiatan tambahan yang diikuti oleh siswa itu sendiri, sehingga bisa saja ada keterkaitan antara ketiga faktor tersebut dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Maka dari itu, berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin mengetahui dampak kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga akan berpengaruh terhadap pemahaman belajar yang diberikan oleh guru melalui proses pembelajaran yang nantinya mengarah kepada prestasi belajar siswa itu sendiri. Di sisi lain, motivasi yang merupakan dorongan bagi seseorang agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu, juga bisa berdampak terhadap hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, penulis bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani di kalangan siswa SMK.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, bahwa prestasi belajar tidaklah datang dengan begitu saja tanpa ada dorongan atau motivasi dan kegiatan tambahan penunjang pembelajaran seperti kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Dengan adanya motivasi belajar dan kegiatan tambahan penunjang pembelajaran diharapkan supaya dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar yang akan didapat oleh siswa. Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tersusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : 
1. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMKN X ?
2. Apakah terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMKN X ?
3. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMKN X ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis ajukan maka penelitian ini tidak lain bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruh dari motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga terhadap prestasi belajar di kalangan siswa SMKN X pada umumnya. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengungkap perbedaan pengaruh dari motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMKN X.
2. Untuk mengungkap perbedaan pengaruh dari kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMKN X.
3. Untuk mengungkap perbedaan pengaruh dari motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMKN X.
Adapun hasil dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri akan bermanfaat bagi peneliti dalam penyelesaian studi pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Beberapa manfaat yang dapat disumbangkan untuk dunia pendidikan antara lain yaitu : 
1. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti di dunia pendidikan serta menjadi suatu informasi dalam usaha pengembangan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga pada khususnya.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, baik di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan serta di kalangan pengambil kebijakan.
3. Diharapkan menjadi bahan informasi dan referensi dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan peneliti-peneliti lain yang hendak meneliti hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.