Search This Blog

Showing posts with label efektivitas pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label efektivitas pembelajaran. Show all posts

TESIS KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA SMP

(KODE : PASCSARJ-0316) : TESIS KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA SMP (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)


BAB II
LANDASAN TEORI


A. Konsep Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran
1. Posisi Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu yang bersifat substansi maupun teknis, baik pengelolaan personal, spiritual dan material sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan (Syaiful Sagala, 2008 : 20).Sedangkan Banghart dan Trull (Syaiful Sagala, 2008 : 22) menyatakan bahwa : "Sistem kegiatan administrasi pendidikan mencangkup perencanaan dan penyediaan lingkungan fisik, perencanaan kurikulum, perencanaan sumber, program dan strategi pengajaran, kerjasama sekolah dan masyarakat, pelatihan guru dalam jabatan dan evaluasi ". Berdasarkan kutipan diatas menunjukkan bahwa administrasi pendidikan merupakan proses kerjasama orang dalam penataan dan pengelolaan sumber daya dengan menerapkan fungsi-fungsi administrasi sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan.
Engkoswara (1999 : 26) membagi ruang lingkup atau wilayah kerja atau bidang garapan administrasi pendidikan menjadi tiga yaitu :
a. Sumber Daya Manusia (SDM), terdiri atas : peserta didik; tenaga kependidikan dan masyarakat pemakai jasa pendidikan.
b. Sumber Belajar (SB), ialah alat atau rencana kegiatan yang akan dipergunakan sebagai media diantaranya kurikulum.
c. Sumber Fasilitas dan Dana (SFD), adalah faktor pendukung yang memungkinkan pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pengelolaan terhadap berbagai bidang tersebut bertujuan agar tujuan pendidikan secara produktif tercapai. Salah satu bidang garapan yang bersangkutan dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah pengelolaan SDM dalam hal ini adalah guru. Menurut Syaiful Sagala (2007 : 99) :
Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering dikatakan ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan edukatif, tetapi harus memiliki juga kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat.
TESIS MANAJEMEN PENDIDIKAN
Guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya pencapaian produktivitas pendidikan. Oleh karena itu yang berkaitan dengan perkembangan karier guru, kesejahteraan dan peningkatan kualitas mengajar guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator sekolah. Menurut Syaiful Sagala (2007 : 88) : "Kepala sekolah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah, menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan". Lipham dan Hoeh (1974 : 10) mengelompokkan tugas-tugas kepala sekolah berdasarkan lima katagori, yaitu :
a. Instructional program
b. Staff personnel
c. Student personel
d. Financial and physical resources
e. School-community relationships
Kepala sekolah sebagai seorang manajemen instruksional (pembelajaran), memiliki tanggung jawab dalam mengatur kelancaran pembelajaran sehingga tercapai situasi belajar mengajar yang baik, membantu guru dalam merumuskan perbaikan pengajaran, membangkitkan kepercayaan dan mendorong guru-guru agar penuh kesadaran dan tanggung jawab berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah.
Perubahan yang dilakukan kepala sekolah akan berdampak positif pada guru, terutama dalam meningkatkan proses pembelajaran secara maksimal. Fullan (1991 : 145) menjelaskan bahwa : ".. Principals key to change....". Sedangkan Lipham dan Hoeh (1974 : 11) menyatakan bahwa :
Activities of the principal relating to the instructional program include assessing the community context for education, determination educational needs, stating educational objectives, planning and implementing instructional change, and evaluating program outcomes.
Sedangkan Bosser dan Williams (Moedjiarto, 2002 : 86) menyatakan :
Manajemen instruksional (pembelajaran) mengembangkan misi sekolah secara jelas, secara sistematis memantau kemajuan siswa. Secara aktif mengkoordinasi kurikulum, melindungi jam pelajaran dari gangguan dan menetapkan standar yang tinggi untuk guru dan siswa.
Tim peneliti dari Seattle Public School, Washington (Moerdjiarto, 2002 : 88) menguraikan :
Kepala sekolah sebagai manajemen pembelajaran, merupakan pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan dan mampu menggerakkan dan mengupayakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan tersebut, sumber-sumber sarana dan prasarana serta sumber daya manusia digerakkan untuk mencapai tujuan pembelajaran sekolah.
Moerdjiarto (2002 : 81) menyatakan bahwa : "Kemampuan manajemen pembelajaran diinterpretasikan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan perkembangan belajar siswa. Kelancaran proses belajar mengajar menjadi titik perhatian terpenting".
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sangat berperan dalam mengatur terlaksananya proses pembelajaran yang lancar dan efektif, sehingga mutu pendidikan dapat meningkat.

Selain itu peran kepala sekolah adalah melakukan supervisi sehingga kemampuan guru-guru meningkat dalam membimbing perkembangan siswa. Supervisi merupakan cara kepala sekolah dalam melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan sistem formal yang mengukur atau menilai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan apa kendalanya. Penilaian terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan penting dalam organisasi sekolah. Hal ini berguna dalam memperoleh informasi sejauh mana tingkat efektivitas pelaksanaan pembelajaran bila dibandingkan dengan standar yang diharapkan. Dan sekaligus sebagai dasar untuk mengadakan pembinaan dan perbaikan kinerja guru, terutama dalam efektivitas pelaksanaan pembelajaran di masa yang akan datang.

2. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari kata instruction. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (Wina Sanjaya, 2008 : 213), yang menyatakan bahwa : Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated'. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction) di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Menurut Wina Sanjaya (2008 : 216) : "Pembelajaran itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru".
Syaiful Sagala (2008 : 61-64) mengemukakan beberapa definisi tentang pembelajaran, yaitu :
a) Pembelajaran menurut Corey (1986 : 195) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
b) Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
c) Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
d) Knirk dan Gustafon (1986 : 18) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Sedangkan Hamzah B. Uno (2008 : 5) mengatakan bahwa : "Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau rancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa". Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa : "Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar".
Sutikno (2005 : 27-28) mengemukakan beberapa definisi tentang pembelajaran, yaitu :
a) Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Arief S. Sadirman et al., 1990).
b) Iskandar et al. (1995) mengartikan pembelajaran sebagai upaya-upaya untuk membelajarkan siswa.
c) Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.
Sedangkan Gagne & Brig (Suryosubroto, 2002 : 18) mengemukakan bahwa :
Pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar yang baik. Instruction is the means employed by teacher, designer of materials, curriculum specialist, and promote whose purpose is to develop and organized plan top promote learning.
Dari definisi-definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli yang disebut sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah aktivitas dalam mengatur kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan lingkungan yang ada di kelas maupun di luar kelas dan memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan yang serta dorongan kepada siswa yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar.

TESIS KONTRIBUSI MANAJEMEN BOS DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

(KODE : PASCSARJ-0315) : TESIS KONTRIBUSI MANAJEMEN BOS DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran dalam Konteks Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan menduduki peranan sentral dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan kegiatan dari sekelompok orang dalam usaha untuk mencapai tujuan. Pengelompokan yang dilakukan secara sadar memerlukan usaha-usaha pembinaan dan pengendalian secara sistematis.
Secara umum administrasi pendidikan berfungsi untuk menjalankan roda sesuai usaha atau kegiatan agar usaha atau kegiatan yang dirumuskan sebelumnya dapat berjalan secara efektif, efisien, produktif dan rasional. Secara luas administrasi dapat diartikan sebagai " keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasional tertentu untuk mencapai tujuan yang direncanakan sebelumnya." (Siagian, 1998 : 13).
TESIS MANAJEMEN PENDIDIKAN
Sedangkan menurut Rifa'i (1982 : 57) dijelaskan bahwa administrasi merupakan : "keseluruhan proses yang mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi yang tersedia dan yang sesuai, baik potensi personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan seefektif dan seefisien mungkin.
Fungsi administrasi sebagai suatu karakteristik dari pendidikan muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah kepada perkembangan dan operasi sekolah. Sejauhmana peranan sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh pengadministrasian dan penataan pendidikan di sekolah itu sendiri.
Pengelolaan administrasi dilaksanakan pada setiap kelompok atau sejumlah orang dalam berbagai bidang kehidupan termasuk di dalam ruang pendidikan, sehingga dapat diartikan bahwa administrasi pendidikan pada dasarnya adalah penerapan kegiatan-kegiatan administrasi dalam berbagai usaha pengendalian dalam rangkaian kegiatan kependidikan yang terarah pada pencapaian tujuan pendidikan.
Dengan demikian administrasi pendidikan adalah 1) suatu peristiwa mengkoordinasikan kegiatan yang saling ketergantungan dari orang-orang serta kelompok-kelompok dalam mencapai tujuan bersama pendidikan anak; 2) administrasi pendidikan adalah suatu peristiwa yang membuat kegiatan-kegiatan terselenggara dengan efisien bersama dengan dan melalui orang atau oran lain."

Dalam ilmu administrasi pendidikan terdapat delapan dimensi administrasi yaitu :
1. konteks sosiologis dan budaya dalam manajemen pendidikan,
2. proses belajar mengajar,
3. ekonomi dan pembiayaan pendidikan,
4. studi dan teori organisasi
5. kepemimpinan dan manajemen
6. pengembangan SDM pendidikan
7. kebijakan dan politik dalam manajemen pendidikan
8. legal dan etik dalam manajemen pendidikan
Efektivitas pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam administrasi pendidikan. Efektivitas pembelajaran berarti tingkat keberhasilan. Menurut Popham (2003 : 7) menjelaskan "Efektivitas pengajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu."
Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang telah direncanakan dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat pula diartikan sebagai tingkat keberhasilan.
Pembelajaran (instruction) merupakan upaya/kegiatan terencana untuk mengkondisikan seseorang atau sekelompok orang terangsang untuk belajar atau membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui berbagai upaya dan strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang direncanakan.
Dunne (1996 : 12) berpendapat bahwa Efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik. karakteristik pertama ialah "memudahkan murid belajar" sesuatu yang "bermanfaat", seperti fakta keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Karakteristik kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru-guru, pelatih guru-guru, pengawas, tutor dan pemandu mata pelajaran atau murid-murid sendiri.
Lebih jauh, Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sedangkan menurut Purwadarminta (1982 : 32) "di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai.
Selanjutnya konsep keefektifan pengajaran dikaitkan dengan peranan guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Usman, 2000 : 21).
Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif menurut Wotruba dan Wright dapat menggunakan 7 indikator berikut :
1. Pengorganisasian materi yang baik
2. Komunikasi yang efektif
3. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran
4. Sikap positif terhadap siswa
5. Pemberian nilai yang adil
6. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran

Efektivitas pembelajaran menurut (Baumert, Artelt, Klieme, Neubrand, Prenzel, Schiefele, Schneider, Tillmann, & Weiss, 2003) dalam Hermann Astleitner terdiri dari 13 indikator. Indikator-indikator itu adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran didesain untuk menciptakan pelajaran yang refleksif.
2. Memberikan dukungan, motivasi karakteristik-karakteristik secara emosional.
3. Mempertimbangkan kekuatan/kemampuan para siswa.
4. Pengetahuan yang memperoleh dapat diterapkan di dalam bermacam-macam konteks-konteks.
5. Mendukung dan mengevaluasi langkah-langkah keterampilan-keterampilan secara berurutan.
6. Merangsang menampilkan ketrampilan-ketrampilan berargumentasi.
7. Mengatur dan memandu siswa belajar mandiri.
8. Meningkatkan efisiensi dalam belajar.
9. Membangkitkan dan mendukung perkembangan minat.
10. Meningkatkan perasaan positif.
11. Menghindari perasaan negatif.
12. Menerapkan rasa hormat dan tanggung jawab.
13. Menggunakan bahan-bahan pelajaran pembelajaran di lingkungan diri sendiri.
Dengan demikian maka keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Kriteria efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :
a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.
c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Belajar Siswa antara lain :
1. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari faktor siswa terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Faktor internal siswa
b. Faktor pendekatan belajar
2. Selain faktor internal yang mempengaruhi belajar efektif adalah keadaan fisik, tingkat kecerdasan, sikap, dan bakat.
3. Faktor pendekatan belajar merupakan kemampuan siswa dalam menerima dan mengelola belajarnya dan meminimalkan munculnya hambatan belajar seperti lupa dan kejenuhan.
4. Siswa perlu didorong untuk mampu mengorganisasikan belajarnya, karena pada dasarnya siswa :
a. memperbaiki kemampuan belajarnya sendiri melalui refleksi dan monitoring belajarnya
b. siswa mampu untuk dapat memilih, menyusun dan bahkan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
c. mampu secara aktif memilih bentuk dan materi pembelajaran yang sesuai.
5. Pengorganisasian belajar yang salah merupakan penyebab munculnya hambatan dalam belajar seperti lupa dan kejenuhan.
6. Usaha menciptakan pembelajaran yang efektif memerlukan kondisi yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran secara efektif. Efektivitas seorang guru dapat diamati dari bagaimana cara ia membelajarkan siswanya melalui kemampuan dalam
1. menciptakan iklim belajar di kelas;
2. strategi pengelolaan pembelajaran;
3. memberikan umpan balik dan penguatan;
4. meningkatkan kemampuan dirinya.
Guru dapat dikatakan mengajar efektif jika ia tidak hanya menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya, tetapi juga dapat menjalankan perannya sebagai pengolah pesan, organisator, motivator, mediator, moderator, fasilitator, administrator dan evaluator.
TESIS KONTRIBUSI PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

TESIS KONTRIBUSI PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

(KODE : PASCSARJ-0305) : TESIS KONTRIBUSI PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)



BAB II 
KAJIAN PUSTAKA

A. Efektifitas Pembelajaran Di Dalam Kerangka Administrasi Pendidikan
Seluruh kegiatan lembaga ataupun organisasi terpusat pada kegiatan administrasi . salah satu administrasi yang harus diperhatikan adalah administrasi pendidikan. Administrasi merupakan suatu ilmu/aturan untuk menggerakkan berbagai pihak/tingkat untuk mencapai tujuan pendidikan yang produktif dan pendidikan yang berkualitas dengan mengoptimalkan dan mengintegrasikan sumber-sumber daya material, sumber daya manusia.
Sumber informasi komunikasi, sumber fasilitas serta sumber dana pendidikan baik dengan cara merencanakan, mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, mengelola, mengimplementasikan dan mengevaluasi tugas-tugas administrasi. Untuk memahami lebih jauh tentang administrasi, ada beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai administrasi diantaranya yaitu :  
1. Achmad Sanusi (2002 : 123) mengemukakan bahwa istilah administrasi mengacu pada seluruh proses (administrative) yang diperlakukan untuk menyelesaikan tugas (administrative) tanpa menunjuk kepada kedudukan atau orang tertentu. Artinya proses menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan mengambil keputusan, merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi, mengkomunikasikan dan seterusnya yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas pokok administrasi secara efisien dengan melalui orang tanpa melihat hirarki jabatan. Sehingga administrasi bukan hanya urusan keuangan ataupun tata usaha saja tetapi mempunyai arti yang lebih luas yakni proses membantu kelancaran dalam pengelolaan sekolah hingga tujuan sekolah tercapai. 
2. The Liang Gie (1980 : 9) administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu.
3. Administrasi pendidikan menurut Nasution dalam Idochi Anwar (2003 : 71) memandang administrasi pendidikan sebagai proses keseluruhan semua kegiatan bersama dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia baik personal material maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini mengoptimalisasikan sumber-sumber daya dalam manajemen pendidikan material dan spiritual dengan menjalankan tiga hal fungsi utama lainnya yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
4. Menurut Idochi Anwar (2003 : 7) menyatakan bahwa : Administrasi pendidikan memadukan berbagai fungsi potensial dan segenap sumber daya lain dan mengintegrasikan sumberdaya baik personal maupun material pendidikan melalui kegiatan pengarahan, pengendalian dan pengolahan yang tepat.
5. Sugiyono mengemukakan bahwa antara manajemen dan administrasi dapat diartikan sama namun dapat pula diartikan berbeda (2004 : 21). Administrasi dan manajemen merupakan kata sinonim yang dalam penggunaannya dapat dipakai secara bergantian. Sedangkan dalam arti yang berbeda, kedudukan administrasi lebih tinggi dari manajemen. Administrasi menentukan arah kebijakan yang akan menentukan kemana organisasi itu akan dibawa. Sedangkan manajemen tentang bagaimana merumuskan, bagaimana melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh seorang administrator. Administrasi menentukan "what” dan "policy making” sedangkan manajemen menentukan "how" dan "policy executing".
Dari semua pengertian di muka, dapat dirangkum bahwa administrasi paling tidak mengandung tiga aspek, yaitu proses, fungsi dan kelembagaan. Disebut sebagai proses karena mengandung pengertian bahwa administrasi adalah suatu keseluruhan tingkatan yang dilaksanakan dari mulai proses pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pembagian tugas, dan juga pelaksanaan sampai pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Disebut sebagai fungsi karena memiliki makna suatu tugas yang dilaksanakan atau dikerjakan individu, atau kelompok yang dimulai dari pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pelaksanaan dan pembagian tugas sampai pada realisasi perwujudan tujuan yang telah disepakati. Disebut sebagai kelembagaan, karena administrasi dapat pula dimaknai individu atau kelompok yang mengerjakan tugas dimulai dari pengambilan keputusan, penentuan, pelaksanaan dan pembagian tugas sampai perwujudan tujuan yang telah dirumuskan.
Efektifitas pembelajaran di dalam administrasi pendidikan pada tujuan pendidikan produktif berarti bahwa pendidikan yang produktif akan selalu berbanding lurus dengan efektifitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang efektif merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan sekolah yang produktif.

B. Efektifitas Pembelajaran
Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Diantara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar di satu pihak dan siswa belajar di lain pihak.
Untuk mempermudah pemahaman tentang konsep efektifitas pembelajaran, maka peneliti akan merumuskan penjabaran konsepnya yang dimulai dengan apa efektifitas pembelajaran; bagaimana menciptakan suasana yang efektif dalam pembelajaran.
1. Definisi efektifitas pembelajaran
Efektifitas merupakan indikator dari produktivitas. Efektifitas mengacu pada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas sasaran. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai, makin tinggi tingkat efektifitasnya.
Efektifitas berkaitan dengan kualitas. Efektifitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektifan layanan belajar menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses layanan belajar. Jadi keefektifan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas.
Penyelenggaraan pembelajaran di sekolah merupakan tugas utama dari sekian tugas pendidik. Layanan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan peserta didik (Dimyati dan Mujiono, 1999).
Pengertian yang lain, pembelajaran adalah usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Arief S. Sadiman, et al. 1990). Sedangkan Iskandar berpendapat bahwa pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Di dalam pembelajaran terdapat proses mengajar. Nasution (1999) mengartikan pengajaran adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungannya, termasuk guru dan alat pelajaran yang disebut proses belajar sehingga tujuan pelajaran yang telah ditetapkan tercapai.
Sekolah merupakan tempat belajar yang memberikan layanan pembelajaran yang bermutu melalui strategi yang bervariasi, penilaian kontinu, dengan follow up yang cepat dan tepat, mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran, serta memperhatikan kehadiran siswa, memeriksa tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, dan berkelanjutan tugas-tugasnya.
Sekolah yang efektif menekankan pada strategi pembelajaran yang dipusatkan pada aktivitas siswa karena tanggung jawab belajar ada pada siswa. Sekolah tentunya bertanggungjawab dalam mengakomodasi setiap kegiatan siswa agar siswa sendiri mau dan semangat belajar. Hal diatas berpatokan pada arti belajar sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Untuk itu guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun ide dan menciptakan suasana yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggungjawab untuk siswa dapat belajar sepanjang hayat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Di dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jadi pelayanan pembelajaran merupakan pelayanan yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik, dimana dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dari kesimpulan tentang efektifitas dan pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran merupakan suatu ketercapaian strategi belajar yang mengkondisikan peserta didik dalam mengeksplorasi sumber-sumber belajar untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Wina Sanjaya (2009 : 50) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran; diantaranya adalah faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia serta faktor lingkungan.
Dimyati dan Mujiono (2002 : 132) mengemukakan bahwa faktor penentu kegiatan pembelajaran meliputi : 
a. Karakteristik tujuan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
b. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan dan cara mempelajarinya.
c. Karakteristik siswa mencakup karakteristik prilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin dan yang lain. 
d. Karakteristik lingkungan/seting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan dan yang lainnya
e. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman pendidikannya dan yang lain.
f. Karakteristik bahan/alat pembelajaran yang mencakup sarana, Alat pelajaran, Alat peraga, Media pendidikan dan yang lain
Faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Hal ini berarti guru tidak terbatas pada kewajibannya untuk selalu memperhatikan faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran agar memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Hubungan faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran dapat dilihat dalam gambar berikut : 

SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

(KODE : PTK-0160) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (IPS EKONOMI KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya, sebab pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada pada manusia. Dalam pendidikan juga terdapat bimbingan dan pengalaman kepribadian, sehingga peserta didik dapat menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya selaku individu yang menjalani pendidikan, dan masyarakat sebagai tempat interaksi keluarga, bangsa dan negara sebagai tempat tinggal peserta didik itu sendiri.
Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing peserta didik dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa : 
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya, "pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat".
Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia serta menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini. Berikut ini merupakan alasan mengapa manusia membutuhkan pendidikan : 
l. Dasar Biologis
Kaitan dengan dasar biologis pendidikan menurut Redja Mudyahardjo, bahwa pendidikan adalah perlu karena manusia dilahirkan tidak berdaya, sebab : 
a. Manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.
b. Manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
c. Awal pendidikan terjadi setelah manusia mencapai penyesuaian jasmani (manusia dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
2. Implikasi
a. Manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan menjadi manusia yang tidak berbudaya atau bahkan mati.
b. Manusia memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa persiapan pendidikan.
c. Kemampuan pendidikan terbatas.
d. Orang dewasa yang tidak berhasil dididik perlu pendidikan kembali atau reedukasi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa hams berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri dan bertanggung jawab serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Lebih lanjut Redja Mudyahardjo menyatakan bahwa : 
Dalam definisi luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan, segala situasi hidup dan sepanjang hidup, yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam definisi sempit, pendidikan adalah sekolah, pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Karena pada kenyataannya, seorang anak atau peserta didik nantinya akan berhubungan dan berkontribusi untuk masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari tugas sosial individu.
Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata oikonomia, kata ini berasal dari kata oikos dan nomos, oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi Ekonomi mengandung arti tentang hubungan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Umasih, "manusia adalah makhluk Ekonomi (homo economicus) yang selalu bertindak dengan penuh perhitungan dan berusaha mencari keuntungan bagi dirinya". Sebagai makhluk Ekonomi, manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang rasional, karena ia yakin bahwa dengan memenuhi kebutuhannya akan dapat tercapai kesejahteraan. Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencari kepuasan tertinggi dari nilai guna barang yang menjadi kebutuhannya tersebut.
Ekonomi menurut kamus bahasa Indonesia yaitu "pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan pemakaian (konsumsi) barang-barang serta kekayaan, penghematan, tempat dimana ia tinggal hal ini demikian merupakan tuntutan dasar untuk memenuhi kebutuhan". Manusia dalam kegiatan ekonominya melalui tahapan-tahapan, yang pertama adalah melakukan kegiatan produksi, distribusi hingga konsumsi. Kegiatan tersebut dalam sehari-harinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam belajar ilmu Ekonomi diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar Ekonomi adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar mengajar Ekonomi yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja, tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam mewujudkan nilai-nilai positif, sehingga belajar Ekonomi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari, mengatur hidupnya sendiri dan mampu merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik lagi. Efektivitas proses belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya.
Guru sebagai pendidik dan seorang yang merencanakan pembelajaran di sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran tersebut. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar yang efektif, sebaiknya guru juga mengawasi dan membimbing siswa sewaktu mereka belajar di sekolah. Akan lebih baik lagi, apabila cara-cara belajar efektif tersebut dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan. Namun ada kalanya terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan. Kekeliruan itu contohnya dalam bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar dan/atau cara pencapaiannya tidak tepat.
Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai pribadi, warga, dan hamba Allah. Suatu pendidikan dikatakan benar apabila berhasil membantu individu dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup. Hal ini dapat terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang tepat.
Bukan hanya guru yang berperan sebagai motivator dan fasilitator saja yang dapat mempengaruhi proses belajar, namun pemilihan model pembelajaran yang sesuai juga dapat berpengaruh pada kelangsungan proses belajar. Dimana dalam pengajaran, bukan hanya dalam mata pelajaran ilmu Ekonomi saja namun juga pada mata pelajaran yang lainnya model dan cara pengajarannya harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa dapat dengan mudah dan menerima serta memahami materi yang disampaikan.
Strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam menyajikan mata pelajaran Ekonomi, umumnya adalah strategi belajar mengajar yang kurang mementingkan kebutuhan dan kepentingan siswa, bahkan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Metode pengajaran yang dipakai pun hanya terbatas pada metode ceramah dan demonstrasi sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan membosankan, pengetahuan yang didapat oleh siswa pun hanya sebatas hafalan dan apa yang dipelajari oleh siswa tidak dapat diserap secara bermakna. Dengan begitu siswa tidak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik. Selain itu para guru terjebak dengan target kurikulum yang harus dicapai, sehingga kurang memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak dengan materi yang diterimanya.
Padahal dalam proses belajar mengajar diharapkan terjadi transfer belajar, yakni materi yang disajikan guru dapat diterapkan ke dalam struktur kognitif siswa. Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang.
Dengan terjadinya transfer belajar yang diterapkan ke dalam struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran tidak hanya terbatas pada tahap ingatan tanpa pemahaman, namun juga bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna. Demikian pula dengan tujuan pembelajaran Ekonomi, yang akan tercapai dengan pembelajaran yang bermakna.
Saat ini kenyataan yang terjadi di kelas adalah pembelajaran yang disajikan guru hanya bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit dimengerti peserta didik secara utuh dan mendalam. Untuk itu agar peserta didik belajar lebih aktif, guru harus memunculkan teknik pengajaran yang tepat dalam memotivasi peserta didik. Guru sebagai fasilitator harus memfasilitasi peserta didik agar mendapat informasi yang bermakna, agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan ide mereka sendiri. Agar siswa dapat memahami konsep ekonomi dengan baik maka perlu dikembangkan suatu cara atau teknik pengajaran Ekonomi guna membantu siswa dalam memahami konsep dan menentukan hubungan yang bermakna. Kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran akan menjadi penghalang proses pembelajaran sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Pemilihan model pembelajaran diharapkan sesuai dan cocok terhadap suatu materi pelajaran.
Menurut Robert E. Slavin, model pembelajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik "harus dapat menarik perhatian siswa dan tidak membosankan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran pertama dad Johns Hopkins".
Model pembelajaran TGT ini menggunakan tim kerja seperti pembelajaran kooperatif pada umumnya, namun yang membedakannya adalah terdapat kuis dengan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya
Dalam model pembelajaran TGT ini menurut Robert E. Slavin : 
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Mereka dalam kelompok saling bekerjasama, saling berdiskusi dan tolong menolong dalam mengerjakan tugas kelompok dan memahami suatu konsep pelajaran serta mereka saling berkompetisi antar kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut memberikan kontribusi untuk pencapaian skor kelompok. Kelompok yang memiliki nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Di dalam kegiatan pembelajaran dengan model TGT ini semua siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh prestasi, baik sebagai individu maupun anggota kelompok.
Pembelajaran dengan menggunakan model TGT ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. Pembelajaran Ekonomi yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Dilihat dari pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik di kelas, terdapat kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada buku teks pegangan siswa dengan model pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari pada pemahaman konsep, sehingga tidak tercapai hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model TGT diharapkan dapat membantu para siswa agar lebih memahami secara mendalam tentang materi yang dipelajarinya serta dapat membantu proses belajar mengajar yang berlangsung lebih menarik dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan konsep siswa terhadap pelajaran Ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan efektifitas belajar. Adapun konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang pajak, yaitu pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar pajak. Banyak siswa gagal atau tidak mendapat hasil belajar yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Para siswa biasanya hanya menghafal pelajaran.
Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Kecakapan, ketangkasan serta kemampuan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, guru dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efektif.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan. Namun ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk umum tersebut dengan sendirinya akan menjamin kesuksesan siswa. Banyak aspek yang mempengaruhi dalam proses tercapainya kesuksesan tersebut.
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)".

B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 
1. Model pembelajaran Ekonomi yang diterapkan para pendidik saat ini belum dapat meningkatkan kemampuan siswa.
2. Model pembelajaran Ekonomi yang digunakan para pendidik belum dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
3. Belum diketahuinya pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap penguasaan konsep pajak.
4. Belum diketahuinya efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
5. Belum diketahuinya respon siswa terhadap model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Ekonomi.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah agar pemecahannya terfokus dan jelas. Masalah yang akan diteliti adalah mengenai tingkat efektivitas pembelajaran Ekonomi siswa di SMPN X dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : "Apakah dengan digunakannya model pembelajaran TGT akan meningkatkan efektivitas belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 
1. Mengetahui tingkat pemahaman konsep Ekonomi siswa pada materi pajak dengan menggunakan model pembelajaran TGT. 
2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran TGT. 
3. Mengetahui efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT.

F. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang masalah diatas, kemampuan pemahaman Ekonomi siswa sangat penting untuk ditingkatkan. Oleh karena itu model pembelajaran TGT perlu dicoba sebagai alternatif strategi pembelajaran Ekonomi guna meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak.
1. Bagi Siswa : 
a. Siswa akan lebih mengenal model-model pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya dengan satu model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa akan terangsang untuk dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, dapat berfikir kritis dan terlatih untuk dapat mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa dalam mata pelajaran lainnya dan mata pelajaran Ekonomi khususnya.
2. Bagi Guru : 
a. Menjadi bahan masukan bagi guru untuk lebih mengetahui alternatif-alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa.
b. Meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian yang dilakukan.
3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran Ekonomi.
4. Bagi Peneliti Lanjut, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk mengadakan perbaikan kualitas pendidikan dan menjadi acuan bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran yang sejenis namun dengan pokok bahasan yang berbeda.