Search This Blog

Showing posts with label wujud benda dan perubahan. Show all posts
Showing posts with label wujud benda dan perubahan. Show all posts
SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG WUJUD BENDA DAN PERUBAHANNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG WUJUD BENDA DAN PERUBAHANNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(KODE : PTK-0126) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG WUJUD BENDA DAN PERUBAHANNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (IPA KLS IV)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada masa kini dan masa depan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dalam metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal adalah pendekatan kontekstual.
Pada saat ini pembelajaran IPA hanya berorientasi pada guru (teacher centered) dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung hanya pada pencapaian target kurikulum dengan mengesampingkan kemampuan anak untuk dapat berdiskusi dan bekerja sama dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam menyampaikan materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan. Sedikit sekali peluang siswa untuk menjadi aktif dan berpartisipasi melakukan diskusi baik dengan guru maupun dengan teman, sehingga siswa menjadi pasif dan pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan kondisi serupa dialami pula pada siswa di kelas IV tempat penulis mengajar. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran IPA yang ditunjukkan oleh sikap mereka saat menerima pelajaran, siswa cenderung pasif di kelas seolah-olah belum siap untuk menerima pelajaran, siswa tidak mau bertanya walaupun mereka belum memperoleh kejelasan materi pelajaran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai hasil belajar siswa Kelas IV, terutama mata pelajaran IPA dari 30 siswa hanya ada 60% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 60. Nilai terendah di Kelas IV adalah 46, sedangkan nilai tertingginya adalah 78 dan untuk rata-rata kelasnya adalah 63. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil Ulangan Tengah Semester I.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi paradigma pembelajaran di sekolah ini pun telah banyak mengalami perubahan antara lain perubahan proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. Sebagai suatu konsep pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata serta mendorong siswa membangun antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan paradigma tersebut, pembelajaran IPA pada jenjang SD ditujukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan siswa dalam mempersiapkan, membina, dan mengoptimalkan kemampuan peserta didik, menguasai kemampuan dasar yang diperlukan bagi kehidupannya di masyarakat. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching Learning (CTL) dapat dijadikan salah satu alternatif agar siswa dapat belajar dengan kreatif dan lebih mudah memahami konsep-konsep IPA. sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, baik ketika mereka sekolah maupun ketika sudah di lingkungan masyarakat.
Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching Learning (CTL), memiliki kelebihan diantaranya, siswa dapat lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait dengan kehidupan sehari-hari. Juga merupakan sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. (Johnson, 2002) 
Pada intinya Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan upaya inovasi pendidikan yang menekankan pada meaningful learning atau pembelajaran yang bermakna dengan cara mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata {contextual). Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk mencoba memperbaiki proses pembelajaran yang dirasa belum optimal dilaksanakan oleh penulis di lapangan. Sehingga diharapkan dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual sebagai salah satu pendekatan pembelajaran di SD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, khususnya dalam konsep wujud benda dan perubahannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi secara umum adalah : "Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran IP A melalui penerapan Pendekatan Kontekstual di SD X ?".
Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut : 
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan pendekatan kontekstual ?
2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA tentang wujud benda dan perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan umum dari penelitian ini adalah memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual, sehingga pembelajaran IPA menjadi tidak verbalisme, tetapi dapat lebih menyenangkan, menimbulkan kreatifitas dan dapat lebih bermakna bagi siswa.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual/Contextual Teaching Learning (CTL).
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching Learning (CTL).

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena berkenaan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep yang bermanfaat bagi siswa dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD X dalam pembelajaran IPA.
2. Bagi Peneliti
a. Dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan memperluas wawasan pengetahuan mengenai pendekatan kontekstual.
b. Dapat menumbuhkan motivasi untuk melakukan inovasi-inovasi pembelajaran.
3. Bagi Guru
a. Memberikan pengalaman bagi guru dalam menggunakan pendekatan kontekstual untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPA.
b. Dapat menumbuhkan dan meningkatkan profesionalisme guru, dan pemahaman tentang penelitian tindakan kelas.
4. Bagi Sekolah
a. Memberikan Kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti berbagai diklat dan pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan pembelajaran.
b. Mendorong sekolah untuk dapat meningkatkan proses dengan pembelajaran.