Search This Blog

Showing posts with label contoh skripsi pendidikan PKN. Show all posts
Showing posts with label contoh skripsi pendidikan PKN. Show all posts

SKRIPSI PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CASES-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS VIII

(KODE : PEND-PKN-0005) : SKRIPSI PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CASES-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS VIII

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hal-hal dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006). Oleh karena itu, tidak tepat bila dalam pembelajaran guru hanya menitik beratkan pada pengukuran pengetahuan saja, tetapi harus mengarahkan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang.
Arends (2008 : 243) menjelaskan, bahwa guru dalam mengajar harus selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang guru mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Terkait dengan hal itu model pembelajaran cases based learning atau pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi suatu acuan dalam mentransformasikan nilai-nilai yang ada di masyarakat, bangsa dan negara melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya terdapat nilai-nilai Pancasila sehingga dapat tertanam pada diri siswa. Diharapkan setiap diri anak atau peserta didik dapat memiliki konsep dan pandangan hidup kuat untuk menghindar dari perbuatan amoral.
Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi atau topik yang sudah dipelajari atau yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari serta dapat berinteraksi dengan baik bersama guru maupun sesama siswa dalam suasana yang menyenangkan. Sehingga guru perlu memberikan respon yang positif secara konkret dan obyektif yaitu berupa upaya membangkitkan partisipasi siswa baik dalam bentuk kontributif dan inisiatif. Bentuk kontributif dan inisiatif ini akan mampu membentuk siswa untuk selalu aktif dan kreatif agar siswa sadar bahwa ilmu pengetahuan hanya bisa diperoleh melalui kerja keras sekaligus menyadari dan mengerti makna dan arti pentingnya belajar.
Dari tujuan di atas siswa sebagai peserta didik sedini mungkin harus dibekali nilai-nilai Pancasila agar mereka mempunyai sikap dan kepribadian bermoral. Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran PKn kelas VIII di MTs X, kegiatan pembelajaran masih dilakukan dengan cara klasikal meskipun kadang diselingi dengan diskusi. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya diam, duduk, mendengarkan, mencatat dan hafal. Sehingga mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas untuk belajar.
Melihat kondisi demikian, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang "PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CASES BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS VIII DI MTS X".

SKRIPSI PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN PKN KELAS XI

(KODE : PEND-PKN-0004) : SKRIPSI PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN PKN KELAS XI

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Proses penyusunan perencanaan pengajaran memerlukan pemikiran-pemikiran sistematis untuk memproyeksikan/memperkirakan mengenai apa yang akan dilakukan dalam waktu melaksanakan pengajaran.
Pengajaran di ruang kelas merupakan salah satu usaha pendidikan kepada siswa, konsep, dan ketrampilan membaca, menulis, menghitung, dan sikap yang tepat sebagai alat untuk belajar lebih lanjut yang harus dibangun pada awal pendidikan siswa yang secara luas disebut ketrampilan pendidikan dasar. "Menyampaikan informasi-informasi yang terkandung pada pengetahuan dalam kegiatan pendidikan sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Guru harus menyiapkan pengalaman yang siap pakai, mengerjakan tugas-tugas administrasi, mengadakan pendekatan kepada siswa dan sebagainya".
Agar tercapai tujuan tersebut, maka guru harus betul-betul memahami konsep, petunjuk, serta nilai-nilai yang perlu diperhatikan pada penyusun silabus dan persiapan pengajaran. Sehingga guru dapat menjadikan bentuk pengalaman belajar yang diberikan menjadi bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, kurikulum nasional yang diwujudkan dalam kelas merupakan pengejawantahan dari kemampuan dan keahlian guru (Madjid, 2005 : 251-252).
Program studi "pendidikan seni" tentunya perlu dirancang sesuai dengan sasarannya, yaitu berupa kemampuan apa yang dimiliki oleh lulusannya. Akankah setelah lulus itu sesuai dengan kaidah bekerja sebagai guru di SD, ataukah SLTP, atau SMU, ataukah harus bisa dimana saja. Kalau demikian halnya, bahan-bahan ajar yang dikuasainya adalah khasanah teknik seni untuk dipraktikkan dan dihayati, teknik-teknik perangsangan untuk menimbulkan kepercayaan dan mengekspresikan ide seni. Serta teknik-teknik perangsangan untuk menghidupkan daya imajinasi dan kreasi (Sedyawati, 2006 : 307-308).
Menurut (Widaghdo, 2003 : 27) menyatakan bahwa budaya atau kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia dengan budinya berupa segenap sumber jiwa, yakni cipta, rasa, dan karsa. Adapun kultur berasal dari kata latin colere, yang dapat berarti mengolah tanah, menggarap sesuatu, menanam, memelihara, menghuni, menghormati, dan menyucikan. Alam digarap menjadi berbagai alat kerja manusia dan ini merupakan budaya yang bertujuan serta bermanfaat. Tetapi alam dapat juga dapat ditelaah oleh budi manusia dan digali dasar-dasarnya yang dalam di sini budaya yang tujuannya memperoleh pengetahuan. Di samping dua faktor itu yang berupa manfaat dan pengetahuan, budaya dapat diusahakan demi keindahan dan permainan, juga demi nilai-nilai dari realitas yang dikandung olehnya. Dengan demikian, seni, permainan, sport, magi, dan agama masuk ke dalam budaya. Di situlah nampak kerja spiritual manusia di dalam memberi bentuk kehidupannya. Itulah semua aspek etika dari daya menciptakan budaya.
Dalam bentangan Indonesia bam dewasa ini, maka yang dimaksud dengan kebudayaan "lokal" mestinya lebih tepat disebut kebudayaan "sub bangsa" atau “suku bangsa". Memang pada umumnya suatu suku bangsa (golongan etnik) itu mempunyai sesuatu "tanah asal" tertentu di Indonesia ini, yang bisa meliputi wilayah yang kecil sampai ke yang lebih luas atau yang bercabang-cabang. Namun kenyataan pun menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu terdapat mobilitas penduduk yang menyebabkan perluasan jelajah suatu suku bangsa keluar dari cara asalnya, dan menyelip diantara kawasan hunian suku-suku bangsa lain, munculnya kolonial Bugis di berbagai penjuru Indonesia adalah contoh yang paling tipikal. Fakta itulah yang menyebabkan istilah "lokal" untuk menjelaskan kebudayaan tidaklah tepat. Lebih tidak tepat lagi jika kesatuan kebudayaan itu dikaitkan sebagai penentu dalam penataan administrasi kewilayahan. Suatu suku bangsa dapat menghuni lebih dari satu kabupaten atau propinsi, dan sebaliknya di dalam satu propinsi, kabupaten, ataupun bahkan satu kecamatan bisa terdapat lebih dari satu suku bangsa yang sama-sama, asli, yang tinggal di wilayah yang bersangkutan (Sedyawati, 2006 : 381-382).
Budaya lokal sebagai sumber belajar siswa di sekolahan terkait belum melakukan pembelajaran dengan optimal. Padahal di daerah X sendiri terdapat budaya lokal sebagai sumber belajar yang berkaitan langsung dengan mata pelajaran seperti PKn, sejarah dan antropologi budaya. 
Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan yang ingin peneliti ungkapkan bagaimanakah pemanfaatan budaya lokal di atas, penulis menulis sebuah judul "PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN PKN KELAS XI DI MA X".

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK

(KODE : PEND-PKN-0003) : SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kita telah hidup dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Metodologi pembelajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada mereka sehingga siswa menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Media tidak lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu belaka dari guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, penulis buku, produser, dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar) (Arif S. 2009 : 10). Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan ajar yang disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan melalui media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik lebih muda mencerna bahan ajar daripada tanpa bantuan media. 
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan-pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi (Arif S, 2009 : 11). Pesan yang akan dikomunikasikan isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. (Onong Uchjana Efendy, 2006 : 11). Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media kedua. Agar komunikasi efektif , proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah-istilah pengalaman yang dimiliki masing-masing. Meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal.
Agar kegiatan proses belajar dan mengajar berlangsung lancar dan baik maka perlu kesatuan dan dukungan bagi komponen dalam kegiatan belajar mengajar seperti komponen tujuan, murid, guru, bahan pelajaran, metode belajar mengajar, media pengajaran, dan alat peraga.
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada SMK X khususnya kelas X AK menunjukkan sebagian besar peserta didik kurang berminat, kurang bergairah, dan cenderung tidak aktif. Beberapa asumsi kurangnya minat belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah guru kurangnya media yang menarik dalam proses pembelajaran. Proses pengajaran mata pelajaran ilmu sosial khususnya Pendidikan Kewarganegaraan secara umum lebih didominasi melalui metode ceramah tanpa media yang memadai, sehingga proses belajar mengajar terasa membosankan.
Power point adalah program aplikasi yang banyak digunakan untuk keperluan presentasi, seminar, promo produk, atau kegiatan ilmiah tertentu yang melibatkan banyak peserta. Namun, perkembangan akhir-akhir ini presentasi tidak hanya digunakan pada acara-acara penting yang melibatkan banyak peserta saja, tetapi sudah mulai person to person, misalnya antara mahasiswa dengan dosen, guru dengan murid, antara marketing dengan konsumen, dan lain sebagainya.
Presentasi power point itu sendiri adalah suatu cara yang digunakan untuk memperkenalkan atau menjelaskan tentang segala hal yang dirangkum dan dikemas ke dalam beberapa slide. Sehingga orang yang menyimak (peserta presentasi) dapat mudah memahami penjelasan melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide. Baik itu berupa teks, gambar/grafik, suara, film, dan lain sebagainya (Catur, 2008). Hal ini membuktikan bahwa cara presentasi dengan lisan saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan visualisasi salah satunya dapat dibuat menggunakan power point.
Berdasarkan kenyataan di atas guru dapat menggunakan media power point dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar lebih menarik dan menyenangkan serta pada gilirannya apa yang kita harapkan pada tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Menarik untuk diteliti, penggunaan media power point terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan.

SKRIPSI PERANAN GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN POKOK BAHASAN NORMA DAN HUKUM DI SMK

(KODE : PEND-PKN-0002) : SKRIPSI PERANAN GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN POKOK BAHASAN NORMA DAN HUKUM DI SMK

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bahasa Indonesia. Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari- hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwasanya tujuan bangsa Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menandaskan bahwa tujuan pendidikan kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sebagai manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, serta memiliki ketrampilan dan kemampuan, kesehatan jasmani dan rohani yang seimbang dan yang paling penting mempunyai semangat kebangsaan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pengembangan dalam bidang pendidikan adalah agar pendidik dapat melaksanakan peran utamanya, yaitu menyiapkan manusia-manusia yang cerdas, utuh, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani serta cinta tanah air dan bangsa. Dengan demikian diharapkan kelak mereka dapat menjadi generasi penerus bangsa.
Untuk mencapai tujuan itu semua maka pemerintah yang bertanggung jawab mengenai pendidikan di negara kita, memberikan satu mata pelajaran yang diberikan mulai sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, dan mata pelajaran itu adalah mata pelajaran PKn, mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban yang menjadi warga negara Indonesia yang terampil, cerdas dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 
Adapun selain pemerintah, yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, masyarakat dan guru. Guru merupakan sosok yang paling bertanggung jawab pada pendidikan, karena guru merupakan orang yang terjun secara langsung dalam dunia pendidikan dan bertanggung jawab secara langsung dalam mensukseskan jalannya pendidikan yang berlangsung.
Di dalam perkembangan dunia pendidikan, pemerintah telah melakukan penyempurnaan kurikulum. Terdapat banyak perbedaan dari kurikulum-kurikulum ini antara lain dari segi pokok bahasan, jumlah jam pelajaran, dan lain-lain. Mengingat adanya perbedaan antara kurikulum maka guru dan peserta didik dimungkinkan banyak menemui permasalahan, karena keterbatasan waktu dalam mengembangkan pokok bahasan norma dan hukum yang ada di SMKN X. Dan kurikulum baru yang diterapkan oleh SMKN X menyebabkan guru PKn tidak dapat memberikan penjelasan tentang pokok bahasan norma dan hukum secara jelas, sehingga peserta didik tidak mendapatkan pokok bahasan norma dan hukum secara optimal dan berakibat dapat mengurangi pengetahuan peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan pokok bahasan "PERANAN GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN POKOK BAHASAN NORMA DAN HUKUM PADA MATA PELAJARAN PKN DI SMKN X”.

SKRIPSI POLA PEMBINAAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH

(KODE : PEND-PKN-0001) : SKRIPSI POLA PEMBINAAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari tradisi budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks sosial, anak pasti hidup bermasyarakat dan bergumul dengan budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ni orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasyarakat dan hidup dengan budaya yang baik dalam masyarakat (Djamarah, 2004 : 20).
Anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada manusia, keberadaan anak merupakan faktor yang dianggap penting dalam keluarga. Anak juga merupakan penerus kelangsungan suatu keluarga. Oleh sebab itu diperlukan pembinaan yang benar-benar baik bagi anak di dalam menghadapi masa depan dan lingkungan masyarakat. Mengasuh dan membina anak merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua di mana dalam hal ini sangat berperan dalam membentuk dan mengembangkan tingkah laku anak terutama pada masa awal sampai remaja orang tualah yang pertama kali memperkenalkan nilai, norma, pada anak mereka dengan menggunakan pola asuh tertentu.
Berbahagialah bagi anak-anak yang memiliki kedua orang tua mereka karena mereka benar-benar mendapatkan kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tua mereka, terutama dalam hal membimbing, pengawasan, pendidikan dan perlindungan, berbeda dengan anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, tanpa suatu bimbingan, perhatian, pendidikan dan perlindungan.
Maka berdasarkan pasal 34 ayat (1) undang-undang dasar 1945 yang berbunyi "fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Pemerintah membuat suatu tempat untuk menampung anak-anak yang disebut dengan nama anti asuhan. Panti asuhan adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, bagi kesejahteraan sosial bagi anak-anak terlantar (Mahfani, 2009 : 63). Penyebab anak penghuni panti asuhan di antaranya anak dari orang tua fakir miskin, anak yatim piatu dan anak yang diabaikan oleh orang tuanya sendiri.
Di panti asuhan anak-anak akan menemukan keluarga baru, keluarga merupakan inti terkecil yang mempunyai peran yang strategi dalam pemahaman tingkah laku, keluarga dapat dipandang sebagai suatu organisasi budaya yang senantiasa dan sekaligus mengembangkan kebudayaan manusia. Oleh karena itu sebagai suatu organisasi keluarga perlu juga menciptakan yang berbudi pekerti luhur, tingkah laku yang baik untuk membantu anak-anaknya bersikap sesuai yang diharapkan.
Keluarga juga terdiri dari individu-individu yang dapat berfungsi sebagai barometer kehidupan yang berbudi pekerti luhur. Terutama oleh bapak ibu asuh yang ada dalam keluarga panti asuhan sebagai pengganti orang tua mereka. Peran bapak dan ibu asuh sangat besar pengaruh disiplin diri. Tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkembangkan dan diterapkan sesuai perbuatan para pelakunya. Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya suatu pola pembinaan disiplin yang diharapkan maka orang tua asuh memberikan teladan dan dituntut untuk menaati terlebih dulu nilai-nilai yang diupayakan kepada anak. Dengan demikian bantuan mereka ditangkap oleh anak-anak secara utuh, sehingga memudahkan untuk menangkap dan mengikutinya misalnya : orang tua asuh jika mendengar suatu azan dan segera mengambil air wudhu dan langsung mengerjakan sholat atau segera mengerjakan sholat. Teladan menjadi dasar timbulnya kepercayaan dan kewibawaan orang tua asuh dalam diri anak-anaknya.
Pada umumnya pola pembinaan ada 3 macam tipe yaitu : 
1. Pola otoriter
Ciri dari pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak-anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dikontrol oleh anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
2. Pola demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar, suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya.
3. Pola permisif
Segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena tanpa pengawasan orang tua. la bebas melakukan apa saja yang ia inginkan (Dariyo, 2004 : 97).
Pola pembinaan di panti asuhan berupa pembinaan disiplin, pembinaan moral, tata tertib, pembinaan agama dan pembinaan lain-lainnya. Dengan pembinaan itu diharapkan anak benar-benar telah siap untuk hidup bermasyarakat, bertanggung jawab, mampu hidup layak dan dapat berperilaku dan berperan serta dalam proses pembangunan.
Pembinaan yang dilaksanakan dalam panti Asuhan Muhammadiyah sangat demokratis, bila anak asuh membuat kesalahan maka mereka akan memanggil anak asuh itu dan memberikan peringatan-peringatan, kalau masih membuat kesalahan lagi maka anak tersebut akan mendapatkan sanksi-sanksi yang berupa sanksi fisik tapi bersifat positif dan mendidik.
Anak asuh tersebut mulai masuk panti asuhan dari sekolah dasar, sampai SMA yang kemudian mereka dibekali dengan keterampilan agar mereka setelah keluar dari panti asuhan tersebut sudah dapat bekerja dan hidup mandiri.
Adapun pola pembinaan di Panti Asuhan Muhammadiyah Desa X yaitu kegiatan diikuti anak panti asuhan, kegiatan tersebut dimulai hari senin sampai dengan hari minggu selepas pulang sekolah, kegiatan tersebut meliputi : pulang sekolah mereka melaksanakan sholat dhuhur, habis sholat dhuhur makan siang, sehabis makan siang mereka istirahat siang sampai pukul 15.30 mereka bangun mandi sehabis mandi mereka melaksanakan sholat ashar berjamaah dan setelah sholat ashar bagi mereka yang mendapat giliran piket mereka melaksanakan piket, yaitu menyapu dan mengepel. Pukul 18.00 mereka melaksanakan shalat magrib berjamaah. Sehabis mereka melaksanakan shalat magrib, sehabis sholat magrib mereka makan malam. Pukul 19.00 melaksanakan sholat Isya berjamaah, sehabis sholat berjamaah mereka mengikuti ekstra kurikuler semua mata pelajaran fiqih sampai malam, dari pukul 20.00 sampai 22.00 sehabis itu tidur malam. Kegiatan yang lain juga ada hari minggu khususnya mereka les montir.
Pola pembinaan yang ada di panti asuhan Muhammadiyah yaitu pola pembinaan demokratis. Anak diberi tanggung jawab artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Pembinaan disiplin di panti asuhan Muhammadiyah pembinaan yang menyangkut tata tertib/peraturan pola pembinaan kedisiplinan dan tata tertib anak yang dilakukan oleh orang tua asuh dengan cara menanamkan nilai-nilai moral, memberi nasehat dan dorongan serta memberi hukuman kepada anak yang ada di panti, sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar pada panti asuhan dalam mendidik anak khususnya untuk kedisiplinan dan mematuhi tata tertib.
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi judul penelitian ini adalah "POLA PEMBINAAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH DESA X".