Search This Blog

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(KODE : PTK-0109) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (FISIKA KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah hams interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itulah proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dikemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Berarti pendidikan IPA seharusnya dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA hendaknya diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Proses pembelajaran IPA sebaiknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat masih mengajar IPA di kelas yang akan diteliti (kelas VIII), banyak sekali masalah-masalah yang dirasakan oleh peneliti sendiri ketika proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa yang dicapai masih belum sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah rencanakan. Proses pembelajaran IPA yang dilakukan masih berpusat pada guru, guru seringkali melakukan pembelajaran dengan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan masih banyak siswa yang prestasi belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah. Sedangkan rencana awal pembelajaran IPA adalah menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan harian mereka, konteks pribadi, sosial dan budaya mereka, sehingga lebih bermakna.
Hal serupa juga dialami guru pengganti, selama peneliti melanjutkan pendidikan. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika diperoleh informasi dari guru pengganti, bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa pada pokok bahasan getaran dan gelombang (KD 6.1) yang terdiri dari 7 soal adalah sebesar 60 yang masih berada di bawah KKM (sebesar 65), sedangkan dari 29 siswa yang nilainya mencapai KKM adalah 16 siswa (ketuntasan klasikalnya 55,17%). Selain itu, pada saat guru pengganti mengajar pokok bahasan cahaya pada tahun pelajaran 2009-2010 mengungkapkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk mengaitkan dalam kehidupan mereka, terutama kemampuan pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
Berdasarkan hasil wawancara non formal dengan siswa, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, guru seringkali menggunakan metode ceramah, guru tidak menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan harian mereka, dan kurang mengkaitkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh dengan untuk belajar fisika.
Ketuntasan belajar menurut Panduan Penyusunan KTSP & Silabus (BSNP, 2006) setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Sementara itu, hasil perhitungan KKM di Madrasah yang bersangkutan menetapkan bahwa untuk mata pelajaran IPA pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa telah memperoleh nilai yang mencapai KKM.
Pemaparan tersebut mendorong peneliti untuk memberikan suatu tindakan pada kelas yang bersangkutan agar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan, yang akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan, adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual, alternatif tersebut dipilih pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan dalam konteks kehidupan siswa serta pembentukan pengetahuan secara aktif oleh siswa, sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. Selain itu, CTL juga berorientasi pada masalah-masalah yang biasa dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bentuk penelitian yang memfokuskan pada pendekatan kontekstual (CTL) dengan judul penelitian : "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian disini adalah : Lemahnya kemampuan Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah dalam aspek pemahaman (C2) dan penerapan (C3) pada pokok materi cahaya, sehingga KKM pada pokok materi tersebut tidak dapat tercapai.

C. Tujuan Penelitian
Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs X dalam ranah kognitif C2 (pemahaman) dan C3 (penerapan) pada pokok materi cahaya, agar mencapai KKM yang telah ditetapkan, yaitu 65 serta ketuntasan klasikal siswa minimal 75%.
D. Pembatasan Masalah
Supaya masalah tidak terlalu luas dan kompleks, peningkatan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan IPK yang semakin besar sehingga mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu minimal 75%.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Bagi Guru
Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam memperluas pengetahuan dan wawasan serta pengalaman mengenai pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), sehingga dapat diharapkan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Manfaat Peneliti Bagi Siswa
a. Agar siswa dapat merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, jawaban, ide, gagasan dan pertanyaan. 
b. Siswa juga dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
c. Mendapatkan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) yang memudahkan siswa dalam memahami materi.
d. Hasil penelitian ini dapat memperbaiki cara berfikir dan belajar sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif.
3. Manfaat Peneliti Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman baik pada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.
4. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan berkaitan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »