Search This Blog

Showing posts with label pengenalan konsep geometri. Show all posts
Showing posts with label pengenalan konsep geometri. Show all posts
SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ANAK MELALUI BENTUK DASAR GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ANAK MELALUI BENTUK DASAR GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK

(KODE : PTK-0586) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ANAK MELALUI BENTUK DASAR GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK 


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kunci perubahan, karena mendidik adalah memberi tuntutan, bantuan dan pertolongan kepada peserta didik. Pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat, baik dalam komunitas yang luas maupun dalam komunitas terbatas dalam lingkungan keluarga. Banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan. salah satunya adalah peran pendidik. Pendidik pertama dan utama adalah orangtua, kemudian disusul oleh guru prasekolah atau guru PAUD.
Tahap awal proses pendidikan yang diselenggarakan secara terstruktural dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang akan melahirkan generasi yang mampu bersaing dengan bangsa lain adalah Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial emosional, kemandirian, kognitif, bahasa fisik motorik, dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar. Inilah mengapa pada masa kanak-kanak disebut dengan masa keemasan. Pada masa inilah menuntut adanya kepekaan dan kepedulian dari generasi dewasa untuk memfasilitasi potensi, bakat dan minat kreatifitas mereka. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 9 yang menyatakan bahwa : Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Memberikan kesempatan bagi anak untuk menyalurkan kreatifitas dan hobi mereka, ini merupakan salah satu tanda kepedulian dan empati generasi dewasa dalam dunia pendidikan khususnya mengenai bakat dan minat anak.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu bentuk kegiatan berekspresi yang cukup populer bagi anak usia dini. Menggambar adalah sebuah ketrampilan yang disukai oleh banyak anak. Sejauh ini menggambar telah menjadi media bagi anak untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang pernah mereka alami. Realita di lapangan sesungguhnya menunjukkan bahwa pendidikan seni yang berkaitan dengan motorik halus, misalnya menggambar sangat penting keberadaannya. 
Pendidikan seni yang bermanfaat bagi perkembangan motorik halus anak, khususnya dalam kegiatan menggambar di TK X masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa peserta didik di TK X belum mampu menggambar dengan tahapan-tahapan yang jelas dan tepat. Banyak peserta didik yang sudah dapat menggambar dari rumah, namun pendidik masih perlu memperkenalkan tahapan-tahapan menggambar yang jelas dan tepat. Guru dapat memulainya dari memperkenalkan alat-alat menggambar yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebagian besar anak-anak di TK X hanya mengetahui bahwa alat gambar itu hanya sekedar pensil dan kertas putih atau buku gambar.
Kegiatan menggambar anak didik, di TK X masih juga perlu ditingkatkan, karena sebagian besar peserta didik belum mengenal bentuk geometri sebagai bentuk dasar untuk menggambar. Hal ini disebabkan oleh pendidik Di TK X belum mengenal bentuk-bentuk geometri sebagai bentuk dasar untuk menggambar lebih efektif.
Peserta didik di TK X dalam kegiatan menggambar masih dikatakan kurang, hal ini disebabkan juga oleh kurangnya kreativitas anak dalam menggambar. Dari 24 peserta didik hanya sebagian kecil anak yang mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan imajinasi dan menggunakan berbagai media untuk menghasilkan gambar. Sebagian besar dari mereka mengikuti gambar yang dibuat oleh guru atau contoh gambar yang diperlihatkan oleh guru, bahkan ada beberapa dari peserta didik tersebut yang menganggap bahwa menggambar itu hal yang sulit. Ini dapat kita lihat pada saat kegiatan menggambar. Pada saat guru meminta anak-anak untuk menggambar gajah misalnya, maka beberapa dari mereka ada yang berseru "gambar itu susah bu". Semua ini terjadi karena mereka belum mengetahui bahwa gambar gajah itu hanya terdiri dari beberapa gabungan bentuk geometri. Peserta didik yang berpendapat demikian, mereka termasuk anak yang belum mampu menggambar sederhana dengan menggunakan berbagai media, yang termasuk dalam kategori tersebut terdiri dari 20 anak. Menggambar bebas dari bentuk dasar geometri seperti titik, lingkaran, segitiga, segiempat, dan Iain-lain itu merupakan indikator dari aspek perkembangan motorik halus untuk anak Taman Kanak-Kanak kelompok B .
Terkait dengan realita yang ada maka penulis berupaya untuk menerapkan pembelajaran menggambar dengan menggunakan bentuk dasar geometri. Ada beragam cara untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan bentuk dasar geometri. Anak usia TK mencoba melimpahkan segala perasaannya salah satunya melalui media coretan. Mulai dari coretan titik, garis lurus, garis tegak, garis miring, garis lengkung, garis putus-putus dan Iain-lain. Coretan-coretan yang dibuat oleh anak itu adalah unsur-unsur dari bentuk dasar geometri. Geometri itu terdiri dari beberapa unsur, diantaranya adalah titik dan garis. Semua pola itu adalah dasar bagi anak untuk membuat gambar yang utuh dan dapat didefinisikan.
Sebelum anak melakukan aktivitas menggambar, anak perlu membuat garis-garis bebas, bentuk-bentuk geometri dan menyusun bentuk-bentuk geometri terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar terbiasa menggores atau menggunakan alat tulis, sehingga hasil gambarnya tidak terkesan kaku. Bentuk-bentuk geometri dapat terbentuk dari macam-macam garis, maka akan terbentuk beberapa bentuk geometri. Pada saat anak telah mengenali macam-macam garis dan mampu membuat garis dengan baik, maka itu akan membantu anak untuk membuat beberapa bentuk geometri. Bentuk-bentuk geometri yang mereka buat, dapat mereka kembangkan menjadi sebuah gambar. Jadi bentuk geometri itu menjadi dasar untuk membuat sebuah gambar.
Untuk itu guru atau pendidik PAUD harus memperkenalkan gambar objek yang baku kepada anak. Gambar baku yang dimaksud adalah gambar yang lebih sedikit perspektif nya. Contohnya gambar garis, lengkung, titik, lingkaran, segi tiga, persegi, segi lima dan Iain-lain. Guru sebaiknya tegas dalam mengenalkan hal itu kepada anak-anak. Ketegasan dalam penyampaian gambar baku tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tidak kaku. Guru dapat melakukan pengenalan gambar yang baku dengan cara membuat gambar papan tulis yang menggunakan media garis tegak, lurus, miring dan Iain-lain. Masih banyak lagi yang dapat dikembangkan oleh guru dan anak dengan menggunakan media garis. segi tiga, persegi dan Iain-lain.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ANAK MELALUI BENTUK DASAR GEOMETRI PADA KELOMPOK B".
SKRIPSI PTK PENGENALAN KONSEP BENTUK GEOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MENCARI PASANGAN

SKRIPSI PTK PENGENALAN KONSEP BENTUK GEOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MENCARI PASANGAN

(KODE : PTK-0127) : SKRIPSI PTK PENGENALAN KONSEP BENTUK GEOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MENCARI PASANGAN (PGTK)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun atau disebut usia keemasan {Golden Age), yaitu masa ini merupakan masa kritis bagi anak yang apabila kebutuhan tumbuh kembangnya tidak dipenuhi dengan baik niscaya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap selanjutnya berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak harus mendapatkan stimulus yang baik agar dapat berkembang secara optimal karena setiap aspek perkembangan saling berhubungan dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Salah satu aspek perkembangan yang perlu mendapatkan stimulus dengan baik adalah aspek perkembangan kognitif anak (Musliddin 2007 : 29).
Menurut Cavanagh (Muslihuddin & Agustin, 2008 : 11) kognitif merupakan bagian intelegensi yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan, pengkhayalan, pengambilan keputusan, dan penalaran dengan kemampuan kognitif inilah individu mampu memberikan respon terhadap kejadian yang terjadi secara internal dan eksternal. Sejalan pendapat Witherington (Sujino, dkk 2004 : 1.12) mengemukakan bahwa "kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah". Sedangkan perkembangan kognitif (perkembangan mental, adalah perkembangan pikiran.
Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak. Pikiran untuk mengenali, mengetahui dan memahami. Salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan aspek kognitif adalah pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika terdapat materi tentang pengenalan bentuk geometri. Pengenalan bentuk geometri merupakan salah satu standar isi pembelajaran matematika yang direkomendasikan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM). Lebih lanjut disebutkan bahwa pembelajaran untuk anak prasekolah pada standar geometri bertujuan agar anak dapat menganalisa karakteristik dan sifat-sifat bentuk geometri dua atau tiga dimensi dan mengembangkan argumentasi matematika mengenai hubungan-hubungan geometri (Sriningsih, 2008 : 56).
Menurut Solehuddin (2000 : 46) Anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin tahu yang antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak TK, ia akan banyak memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Maka dengan demikian anak TK akan diberikan pengenalan konsep bentuk geometri melalui kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak atau belajar dengan pengalaman anak misalnya pada saat anak mengenal bentuk lingkaran, persegi panjang, segi empat, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, trapesium. Namun, pengenalan geometri masih merupakan kesulitan yang dihadapi bagi anak TK. Sedangkan menurut Ruseffendi (Nirmala 2009 : 58) upaya pengajian pembelajaran geometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu caranya dengan menggunakan media pembelajaran yang beranekaragam. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran menjelaskan konsep bentuk geometri pada anak dapat mengembangkan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan, agar pemahaman anak tentang konsep bentuk geometri akan semakin meningkat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai suatu upaya meningkatkan pengenalan anak TK tentang konsep bentuk geometri, yakni melalui model pembelajaran kooperatif yang mana menurut Soleh (Karti dan Yuliariatiningsih, 2009 : 17) merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif ini memiliki beragam teknik, yang mana satu diantaranya yang dapat digunakan dalam rangka upaya meningkatkan pengenalan anak TK mengenai konsep bentuk geometri adalah pembelajaran kooperatif dengan teknik mencari pasangan.
Pentingnya pembelajaran geometri dikaitkan dengan teknik mencari pasangan yang dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif dapat memacu semangat siswa untuk saling membantu untuk mengenalkan halnya dengan pengenalan konsep bentuk geometri, pada pembelajaran pengenalan konsep bentuk geometri anak mengenal beberapa bentuk seperti : lingkaran, bujur sangkar, segitiga, bujur sangkar panjang, belah ketupat, segi lima, jajar genjang. Pengenalan geometri tersebut dirasakan sangat penting karena, merupakan pengenalan bentuk-bentuk yang dirancang untuk mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep geometri.
Menurut Yudha & Rudianto (2005 : 69) Model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan adalah suatu pembelajaran kelompok yang beranggotakan empat orang yang heterogen. Konsep pembelajaran diberikan kepada setiap kelompok dalam bentuk kartu pasangan berupa gambar yang menunjukan bentuk geometri lingkaran, segitiga, segi empat, persegi panjang, jajar genjang, dan belah ketupat. Setiap kelompok harus mampu memasangkan kartu tersebut dengan benar sesuai dengan pasangan kartunya.
Hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan telah menghasilkan temuan-temuan yang positif dalam proses belajar mengajar yaitu adanya peningkatan pengenalan materi tentang konsep bentuk geometri. Sebagaimana hasil penelitian Mulryan (1992) dalam penelitiannya bahwa pembelajaran kooperatif memberikan dampak yang baik, pada mata pelajaran matematika, yakni siswa lebih aktif dilihat dari keterlibatan dan keikutsertaannya di kelompok kecil dibandingkan belajar dalam kelas secara utuh, (Rosliyanti, Lena, 2008 : 45). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Nirmala (2009) di TK Angkasa I, bahwa hasil penelitian tersebut menunjukan pemahaman konsep bentuk geometri anak TK tersebut dapat meningkatkan aspek perkembangan kognitif anak sebanyak 73%, dimana hasil penelitian ini juga menunjukan hampir semua anak memahami bentuk geometri melalui media realita. Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa pemahaman konsep bentuk geometri pada anak taman kanak-kanak dapat ditingkatkan melalui media pembelajaran yang salah satunya adalah media realita. Dengan demikian secara tidak langsung anak TK dapat mengenal, mengetahui, dan mengaplikasikan dalam kehidupan anak sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut penelitian ini difokuskan pada pengenalan konsep bentuk geometri melalui model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan.
Berdasarkan observasi di TK X model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan khususnya dalam pengenalan konsep bentuk geometri proses pembelajaran dilihat dari media yang digunakan dalam proses pembelajaran kognitif di TK ini menggunakan media yang masih terbatas dan kurang menarik sehingga anak sulit untuk memahaminya, selain itu guru juga hanya menggunakan metode ceramah yang membuat anak bosan dan tidak tertarik dalam mempelajari bentuk geometri, kemampuan anak dalam pengenalan konsep bentuk geometri masih kurang, seperti anak merasa kesulitan mengingat dan mengenal bentuk geometri, (mengenal dan membedakan lingkaran, segitiga, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang, belah ketupat, trapesium). Berdasarkan kondisi tersebut, maka proses pembelajaran bentuk geometri yang sudah sering dilakukan di TK ini kurang dapat meningkatkan pemahaman anak mengenai konsep bentuk geometri. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai konsep bentuk geometri harus lebih menarik dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan.
Untuk mengetahui sejauh mana anak TK X mampu mengenal materi pembelajaran tentang konsep bentuk geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan, yang diterapkan dalam proses pembelajaran, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “PENINGKATAN PENGENALAN KONSEP BENTUK GEOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MENCARI PASANGAN”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, bahwa permasalahan yang paling utama muncul yaitu rendahnya kemampuan dalam mengenal anak mengenalkan konsep bentuk geometri maka dari itu penulis akan mencoba memecahkan masalah tersebut melalui model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan. Agar permasalahan lebih fokus, maka penulis mencoba mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut : 
1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran bentuk geometri di TK X ?
2. Bagaimana kondisi awal kemampuan anak TK X dalam mengenal bentuk geometri ?
3. Bagaimana pelaksanaan model kooperatif dalam pembelajaran bentuk geometri di TK X ?
4. Bagaimana peningkatan pengenalan bentuk geometri melalui model kooperatif teknik mencari pasangan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengenalan anak terhadap konsep bentuk geometri dan meningkatkan pemahaman guru dalam mengadaptasi keragaman model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan untuk mengajarkan konsep geometri di TK X. 
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran bentuk geometri di TK X.
b. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan anak TK X dalam mengenal bentuk geometri.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan model kooperatif dalam pembelajaran bentuk geometri di TK X
d. Untuk mengetahui peningkatan pengenalan bentuk geometri melalui model kooperatif teknik mencari pasangan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Memperoleh gambaran tentang pengenalan konsep bentuk geometri anak
Taman Kanak-kanak di TK X.
b. Memperoleh gambaran tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif, teknik mencari pasangan untuk meningkatkan pengenalan konsep bentuk geometri di TK X.
2. Bagi Guru
a. Mengembangkan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat mengenal konsep bentuk geometri dengan baik.
b. Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian dalam upaya pengembangan profesionalisme guru.
3. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di lembaga penyelenggaraan pendidikan pada umumnya dan TK X pada khususnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai hal yang sama secara lebih mendalam.