Search This Blog

Showing posts with label manajemen pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label manajemen pembelajaran. Show all posts

SKRIPSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH INKLUSI DI SD

(KODE : PENDPGSD-0018) : SKRIPSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH INKLUSI DI SD

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sebagaimana tertera dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi "setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan". Selain itu, pendidikan termasuk di dalam konsepsi Hak Asasi Manusia, yaitu hak atas pendidikan yang termasuk dalam wilayah hak atas ekonomi, sosial dan budaya. Dengan demikian, maka siapapun warga Negara dari berbagai budaya, kalangan ekonomi tinggi maupun rendah, baik itu yang terlahir normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Hak untuk mendapatkan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tertera dalam UU No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (2) berbunyi : warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.
Suparno (2007 : 1-1) menyatakan anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah Luar Biasa (SLB), namun program tersebut mengalami kendala. Istiningsih (2005 : 12-13) menyatakan bahwa pendidikan bagi anak yang berkelainan diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Lokasi SLB pada umumnya berada di ibu kota kabupaten. Akibatnya sebagian anak-anak berkelainan, karena faktor ekonomi terpaksa tidak disekolahkan oleh orang tuanya karena lokasi SLB jauh dari rumahnya, sedangkan SD terdekat tidak bersedia menerima karena tidak mampu melayaninya.
Memperhatikan hal tersebut di atas, dan juga guna menghindari adanya diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus, maka muncullah sekolah inklusi yang merupakan model terkini dari model pembelajaran bagi anak luar biasa yang secara formal. Kemudian ditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada konferensi dunia tentang pendidikan berkelainan pada bulan juni 1994. Misyad (dalam Saputra : 2011) mengemukakan bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Abdurrahman (2003 : 27) menyatakan bahwa tujuan pendidikan tidak selamanya terprogram, terkontrol, dan terukur. Menjadikan anak-anak saling menghargai, menjalin kerjasama, menghargai pikiran dan perasaan orang lain, tenggang rasa adalah beberapa contoh dari tujuan pendidikan yang tidak selamanya terprogram, terkontrol dan terukur. Untuk mencapai tujuan pendidikan semacam itu, sering diperlukan integrasi antara anak-anak luar biasa dengan anak-anak lain pada umumnya atau yang sering disebut 'anak normal'.
Salamanca (1994 : pasal 2) menyatakan bahwa : Sekolah regular dengan orientasi inklusi ini merupakan tempat yang paling efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun sebuah masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan untuk semua; lebih jauh, sekolah tersebut memberikan pendidikan yang efektif kepada sebagian besar anak dan meningkatkan efisiensi dan pada akhirnya akan menjadi sistem pendidikan yang paling ekonomis.
UNESCO (dalam Stubs 2002 : 40 ) mengemukakan bahwa sebuah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusi merupakan sekolah yang memperhatikan pengajaran dan pembelajaran, pencapaian, sikap, dan kesejahteraan setiap anak. Sekolah efektif adalah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusi.
Di dalam sekolah inklusi, anak normal dan anak berkebutuhan khusus belajar di satu kelas. Menurut Smith pendidikan inklusi (2006 : 18) adalah program pendidikan yang mengakomodasi seluruh siswa dalam kelas yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, termasuk di dalamnya siswa yang berlainan.
Rencana Strategis Depdiknas tahun 2010-2014 menyatakan bahwa dalam rangka pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, program pendidikan untuk semua yang inklusi diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal dengan sistem pendidikan terbuka dan demokratis serta berkesetaraan gender agar dapat menjangkau mereka yang berdomisili di tempat terpencil serta mereka yang mempunyai kendala ekonomi dan social. Paradigma ini menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik dan mental untuk mendapatkan pendidikan yang setara.
Menurut survey yang dilakukan penulis, sekolah yang menerapkan sekolah inklusi masih sangat sedikit, hal ini disebabkan karena guru belum mempunyai keterampilan khusus untuk menangani anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Selain itu, manajemen pembelajaran yang diterapkan juga harus memperhatikan kebutuhan siswa secara khusus.
Dari beberapa sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang MANAJEMEN PEMBELAJARAN SEKOLAH INKLUSI.
SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MI

SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MI

(KODE : PENDPGSD-0010) : SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MI



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Agar dapat berperan dalam persaingan global, maka sebagai suatu bangsa kita perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terus-menerus, terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin kalah bersaing dengan bangsa lain dalam menjalani era globalisasi ini.
Lembaga pendidikan Islam merupakan bagian integral dari masyarakat. Madrasah termasuk lembaga pendidikan Islam yang mempunyai ciri khas Islam. Lembaga ini memegang peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik, karena melalui pendidikan madrasah para orang tua berharap agar anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus, tidak hanya kemampuan umum, tetapi juga memiliki kepribadian dam komitmen yang tinggi terhadap agamanya. Oleh sebab itu jika kita memahami benar harapan orang tua ini maka sebenarnya madrasah memiliki prospek yang cerah.
Madrasah jika dilihat dari kesejahteraannya, madrasah memiliki akar budaya yang kuat di tengah-tengah masyarakat, sebab itu madrasah sudah menjadi milik masyarakat. Jika di lihat dari potensi yang ada, madrasah memiliki kekuatan yang cukup besar, tetapi para pemimpin lembaga belum bisa memanfaatkan sumber-sumber kekuatan tersebut secara maksimal, sementara itu di sisi lain madrasah mempunyai persoalan internal kelembagaan.
Menurut Malik Fajar "Dari sekian puluh ribu madrasah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air sebagian besar masih bergumul dengan persoalan berat yang sangat menentukan hidup dan matinya madrasah, sehingga nilai tawar semakin rendah dan semakin termarjinalkan."
Menurut Azyumardi Azra, Madrasah menghadapi persoalan Berat yaitu : madrasah mendapat beban yang cukup berat karena disamping memberikan kurikulum sekolah umum yang setingkat penuh, ia juga harus memberikan materi-materi esensial keislaman. Selain itu, madrasah masih ditambah rendahnya kualitas sumber-sumber daya pembelajaran. Disamping sumber daya guru yang umumnya masih belum sesuai dengan kualifikasi guru mata pelajaran (khususnya pelajaran-pelajaran umum), minimnya fasilitas pembelajaran dan persoalan tersebut belum tuntas untuk dicarikan jalan pemecahannya, madrasah juga menghadapi persoalan lain sebagaimana lembaga pendidikan yang lainnya yaitu : dihadapkan pada persoalan melakukan respon terhadap tuntutan yang berkembang di masyarakat.
Madrasah dalam mengatasi masalah tersebut tidak terlepas dari peranan kepala sekolah sebagai pimpinan dalam lembaga. Kepemimpinan sangat menopang keberhasilan suatu lembaga pendidikan formal dalam mengembangkan lembaga agar tidak dimarginalkan.
Peran kepala sekolah sangat menopang keberhasilan suatu lembaga pendidikan formal, namun di pihak lain untuk mencari pemimpin ini bukan hanya menjadi masalah bagi dunia usaha, akan tetapi juga merupakan masalah dunia pendidikan. Lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan diperankan oleh seorang kepala sekolah yang sekaligus bertindak sebagai seorang pendidik yang bertanggungjawab terhadap kemajuan sekolah. 
Menurut M. Ngalim Purwanto, Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan tiap-tiap sekolah dan tercapai tidaknya tujuan pendidikan itu, sangatlah tergantung kepada kebijakan dan kecakapan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen pembelajaran sangat ditentukan oleh penyelenggaraan pendidikan yang dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam.
Menurut Kartini Kartono, Kualitas kepemimpinan menentukan keberhasilan suatu lembaga, sebab kepemimpinan yang sukses itu mampu mengelola lembaga yang dipimpinnya, mampu mengantisipasi perubahan, mampu mengoreksi kekurangan dan kelemahan serta sanggup membawa lembaga pada tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan dibutuhkan untuk mengefisienkan setiap langkah atau kegiatan yang berarti di madrasah. Hanya kepemimpinan yang berkualitas dan yang bersedia mengakui bakat, kapasitas dan mampu bekerja sama dengan bawahannya dalam mengembangkan lembaga yang dipimpinnya. Oleh karena itu pemimpin merupakan faktor penting yang dapat menentukan maju mundurnya suatu lembaga.
Menjalankan tugas sebagai pemimpin formal maka seorang kepala sekolah di hadapkan pada persoalan-persoalan teknis manajerial sekolah serta dituntut untuk menjadi administrator yang handal untuk mengupayakan adanya kemajuan-kemajuan bagi sekolah yang dikelolanya. Kepala sekolah merupakan pemimpin sekolah yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan bertanggung jawab penuh dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pendidikan dalam sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya kegiatan sekolah, akan tetapi keadaan lingkungan sekolah dan situasi serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatifitas yang mengarah pada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tanggung jawab kepala sekolah terhadap lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Demikian halnya Madrasah Ibtidaiah X tidak terlepas dari peran kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah tersebut. Pola-pola kepemimpinan yang digunakan oleh kepala sekolah dalam mengelola sekolah ini terbukti memberikan kontribusi atau sumbangan yang positif bagi perkembangan dan kemajuan di kemudian hari.
Madrasah Ibtidaiah X merupakan sekolah yang telah berdiri selama 40 tahun, selama itu telah terjadi 6 kali pergantian kepala sekolah. Letak sekolah yang berada di lintasan desa dengan kapasitas siswa berasal dari golongan menengah ke bawah yang sangat membutuhkan perhatian khusus agar pembelajarannya dapat berjalan baik.
Kualifikasi peran kepala sekolah dapat dirumuskan secara lebih jelas setelah dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap aktivitas kepala sekolah sebagai pemimpin sebagai pemimpin formal yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup sekolah khususnya yang berkaitan dengan upaya pengembangan dan kemajuan sekolah tersebut.
Mengingat begitu pentingnya peran kepala sekolah dalam meningkatkan pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul : PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MI X.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 
1. Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen pembelajaran di MI X ?
2. Apa faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan manajemen pembelajaran di MI X ?
3. Apa usaha kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen pembelajaran di MI X ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen pembelajaran di MI X ?
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan manajemen pembelajaran di MI X ?
3. Untuk mengetahui usaha kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen pembelajaran di MI X ?

D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut : 
1. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan manajemen pembelajaran.
2. Bagi universitas dapat dijadikan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam hal pendidikan.
3. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di jenjang perkuliahan.