Search This Blog

SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE IMLA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA

(KODE : PTK-0581) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE IMLA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA (BAHASA ARAB KELAS VII)


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran Wibowo (2001 : 3). Suatu kaum akan menyampaikan maksud atau tujuan mereka kepada kaum yang lain dengan melalui bahasa. Maka dilihat dari kedudukannya, bahasa adalah sesuatu yang harus dipelajari dan dipraktekkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam proses pembelajaran bahasa juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi baik secara lisan atau tertulis dalam pemahaman dan penggunaan.
Pembelajaran bahasa Arab yang ideal di Madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah adalah pembelajaran yang memungkinkan para siswa menguasai empat keterampilan berbahasa (Maharat al-Istima, al-Kalam, al-Qira'ah, dan al-Kitabah) secara proporsional. Hal ini dikarenakan bahasa Arab bukan hanya sekedar berfungsi pasif, yaitu sebagai media untuk memahami (al-fahm) apa yang dapat didengar, berita, teks, bacaan dan wacana, melainkan berfungsi aktif, yaitu memahamkan (al-ifham) orang lain melalui komunikasi lisan dan tulisan (Wahab 2004 : 1).
Belajar bahasa asing (termasuk Bahasa Arab) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (mahaarah al-istima'), kemampuan berbicara (mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (mahaarah al-qira'ah), dan kemampuan menulis (mahaarah al-kitaabah).
Keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dan lainnya. Keterampilan menulis mempunyai peranan penting sama dengan keterampilan lainnya dalam pembelajaran bahasa arab. Selain itu, keterampilan menulis digunakan manusia sebagai tempat untuk menuangkan segala imajinasi, gagasan, pikiran, pandangan hidup, dan pengalamannya untuk mencapai maksud.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung, keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih (Wagiran 2005 : 2).
Menurut Djuarie (2005 : 120), menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ebo (2005 : 1) bahwa setiap orang biasa menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang memerlukan perhatian khusus baik oleh guru mata pelajaran atau pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan kurikulum pembelajaran. Saat ini pembelajaran menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, tidak banyak melakukan praktik menulis. Menurut Tarigan (dalam Hasani 2005 : 1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut.
Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik menjadi salah satu faktor kurang trampilnya siswa dalam menulis. Siswa pada sekolah menengah atas seharusnya sudah lebih dapat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis. Hermawan(2011 : 151) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis (maharah al-kitabah) adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata-kata sampai pada aspek yang kompleks yaitu mengarang. Namun pada kenyataannya, kegiatan menulis belum sepenuhnya terlaksana. Menyusun suatu gagasan, pendapat, dan pengalaman menjadi suatu rangkaian berbahasa tulis yang teratur, sistematis, dan logis bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan pekerjaan yang memerlukan latihan terus-menerus.
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan minat serta ketekunannya mempelajari bahasa asing akan lebih sulit difahami daripada bahasa ibu (bahasa sendiri) karena selain kosakata yang jarang digunakan, struktur kata dan kalimat pun memerlukan waktu khusus untuk dipelajari. Oleh sebab itu, pengajaran Bahasa Asing dalam lembaga formal dan informal memerlukan metode pengajaran yang tepat sesuai dengan tujuan umum pengajaran bahasa itu sendiri.
Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode dalam pengajaran bahasa itu ada beberapa macam. Hal ini wajar dan merupakan akibat yang logis karena berbeda-bedanya asumsi. Dan tidak dapat dikatakan metode mana yang paling baik. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam penggunaan suatu metode harus diketahui tujuan apa yang akan dicapai dalam pengajaran bahasa arab.
Djamarah (2010 : 46) menyatakan bahwa, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode digunakan guru sebagai strategi untuk membuat siswa menjadi lebih aktif, lebih semangat, lebih inovatif, dan mempermudah siswa dalam mengikuti pelajaran. Metode latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dengan memberikan bantuan yang terus menerus dan sistematis dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada individu untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses pengajaran, atau bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah (Suryosubroto, 1997 : 148). Dalam pengajaran Bahasa Arab, metode merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut. Makin tepat metodenya, diharapkan efektif pula dalam pencapaian tujuan pengajaran tersebut.
Menurut Yusuf dan Anwar (1997 : 186) ada beberapa metode pengajaran Bahasa Arab, yakni metode bercakap-cakap, membaca, imla', mengarang, menghafal dan tata bahasa.
Metode imla' disebut juga metode dikte atau metode menulis dimana guru mengucapkan materi pelajaran dan siswa disuruh menulisnya di buku tulis. Imla juga dapat dilakukan dengan cara guru menuliskan materi pelajaran imla 'di papan tulis kemudian dihapus dan kemudian siswa disuruh untuk menulisnya kembali di buku tulis (Yusuf dan Anwar dalam Anshor 2009 : 135). Kesulitan menulis dengan metode imla' yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari bahasa Arab dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan bahasa Arab di kalangan siswa itu sendiri, hal ini disebabkan oleh karena kebanyakan dari mereka berasal dari SD yang belum mengenal bahasa Arab sama sekali dan belum pernah mempelajarinya. Di samping itu, ada juga yang berasal Madrasah Ibtidaiyyah, namun tidak semua dari mereka mampu menuliskan kosakata (mufradath) ataupun kalimat Bahasa Arab secara baik dan benar.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Arab kelas VII, diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran Bahasa Arab khususnya dalam keterampilan menulis, masih banyak mengalami kendala seperti (1) kurangnya pengetahuan tentang keterampilan menulis Bahasa Arab, (2) faktor latar belakang siswa yang beragam, beberapa siswa berasal dari SD yang belum memiliki dasar mengenal Bahasa Arab, (3) hasil prestasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab rata-rata mendapatkan nilai rendah, terutama dalam bidang keterampilan menulis.
Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi siswa tersebut, peneliti akan memfokuskan pada aspek keterampilan menulis melalui metode imla'. Dalam penelitian ini, peneliti memilih siswa kelas VII sebagai subjek penelitian.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »