1.1 Latar Belakang Masalah
Situasi lingkungan internal dan eksternal perbankan saat ini yang belum kondusif terutama dengan munculnya krisis ekonomi dunia yang dimulai sejak bulan Oktober tahun 2008 mengakibatkan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola Bank yang sehat (Good Corporate Governance) dan penerapan manajemen risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus bank, kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem informasi, dan pengendalian risiko, serta sistem pengendalian internal.
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap awal bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank, termasuk risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya.
Secara umum terdapat 8 (delapan) jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan yaitu : Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategik dan Risiko Kepatuhan (PBI No.5/8/2003 tanggal 19 Mei 2003). Berbeda dengan risiko pasar dan risiko kredit, risiko operasional merupakan tipe risiko yang paling 'tua' tetapi paling sedikit dipahami dibandingkan dengan dua risiko di atas. Risiko operasional juga mempunyai karakteristik yang unik karena tidak terkait dengan ekspektasi tingkat pengembalian (return) namun terjadi secara alamiah yang muncul sebagai akibat dari aktivitas bisnisnya. Pengelolaan risiko operasional ini sejak lama telah dilakukan antara lain dengan cara dengan memperbaiki sistem, prosedur atau proses, memberikan training kepada karyawan dan lainnya.
Kasus-kasus yang berhubungan dengan risiko operasional perbankan dapat mengakibatkan kerugian bahkan kebangkrutan suatu bank seperti yang terjadi pada kasus Baring Bank. Beberapa kasus juga terjadi di industri perbankan di dalam negeri, baik bank BUMN maupun bank swasta yang menyebabkan kerugian tidak hanya pada bank tersebut dan nasabahnya namun bisa juga menyebabkan kerugian ekonomi secara menyeluruh (systemic risk).
Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian eksternal. Dalam Basel ini juga diatur mengenai model perhitungan standar dan internal. Pendekatan standar umumnya mendapatkan hasil perhitungan modal (capital charge) yang relatif lebih besar dibanding pendekatan internal. Untuk itu setiap bank didorong oleh otoritas atau pengawas perbankan untuk mencari pendekatan internal. Salah satu pendekatan internal yang dipakai dalam karya akhir ini adalah melalui pendekatan Advanced Measurement Approach (AMA) yang membutuhkan data historis (Loss Event Database) mengenai kejadian kerugian operasional. Dengan database tersebut, maka bank dapat membuat suatu model kuantifikasi risiko operasional sehingga proyeksi capital charge dapat menggambarkan estimasi kerugian yang sesungguhnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap manajemen risiko operasional Bank X ditemukan bahwa bahwa proses kuantifikasi risiko operasional Bank X belum benar dari sisi kualitas (memilih pendekatan model terbaik) maupun dari sisi kuantitas (mendapat hasil perhitungan capital charge terbaik). Model kuantifikasi yang kurang tepat dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah (mis-leading) dan dapat mengakibatkan hasil penggambaran economic value yang kurang akurat yang pada akhirnya berdampak terhadap modal bank.
Karya akhir ini akan diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana cara menentukan model estimasi probabilitas frequency of loss yang tepat dalam perhitungan risiko operasional di Bank X
2. Bagaimana cara menentukan model estimasi probabilitas severity of loss yang tepat dalam perhitungan risiko operasional di Bank X
3. Bagaimana cara menentukan model loss distribution yang tepat dalam perhitungan risiko operasional di Bank X
4. Bagaimana cara menghitung besarnya potensi kerugian operasional dengan pendekatan Value at Risk (OpVaR) untuk mendapatkan capital charge yang terbaik
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Bank X dapat menentukan model estimasi probabilitas frequency of loss yang tepat dalam perhitungan risiko operasional.
2. Bank X dapat menentukan model estimasi probabilitas severity of loss yang tepat dalam perhitungan risiko operasional.
3. Bank X dapat menentukan pendekatan loss distribution yang tepat dalam manajemen risiko operasional dengan metode aggregasi (aggregation method).
4. Bank X dapat menghitung besarnya potensi kerugian operasional dengan pendekatan Value at Risk (OpVaR) untuk mendapatkan capital charge yang terbaik.
1.4 Batasan Penelitian
Penulis membatasi penelitian dengan berusaha mencapai kualitas penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian di atas. Adapun pembatasan penelitian dilakukan pada beberapa ruang lingkup antara lain :
1. Loss Event Database yang digunakan merupakan actual loss yang diperoleh berdasarkan hasil temuan Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) di beberapa cabang.
2. Loss Event Database dalam penelitian ini dibatasi hanya pada 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya risiko operasional yaitu : people, system dan process. Sedangkan faktor eksternal dan faktor lainnya tidak dimasukkan karena keterbatasan data.
3. Lingkup perusahaan yang digunakan dalam penelitian adalah Bank X yang terlibat dalam industri perbankan
4. Penggunaan Aggregation Method untuk menghasikan Loss Distribution untuk mendapatkan nilai Operational Value at Risk (OpVaR) yang terbaik.
1.5 Kerangka Pemikiran
Masalah dalam karya akhir ini yaitu perhitungan risiko operasional Bank X yang belum benar dari sisi kualitas (memilih pendekatan model terbaik) maupun dari sisi kuantitas (mendapat hasil perhitungan capital charge terbaik). Masalah ini akan diselesaikan dengan mendapatkan hasil pengukuran risiko operasional dengan loss distribution approach-Aggregation Model. Pendekatan di atas merupakan bagian Advanced Measurement Approach (AMA) atau model internal yang bisa dikembangkan oleh perusahaan.
Model pengukuran risiko operasional yang diberikan oleh Bassel Committee menunjukkan perbandingan antara besarnya alokasi modal yang dihitung tiap-tiap metode dan tingkat kompleksitas perhitungannya. Ternyata pendekatan AMA yang meliputi : Internal Measurement Approach, Loss Distribution Approach, Scoreboard menghasilkan alokasi modal terendah dengan tingkat kompleksitas tertinggi dibandingkan dengan Basic Indicator Approach (BIA) dan Standardized Approach (SA). Dengan perbandingan ini dapat diestimasi bahwa hasil perhitungan dengan loss distribution approach-Aggregation Model akan memberikan hasil perhitungan capital charge yang lebih baik.
Pendekatan AMA ini lebih menekankan pada analisis kerugian operasional. Karena itu, bagi perusahaan yang ingin menerapkan harus mempunyai database kerugian operasional sekurang-kurangnya dua tahun sampai dengan lima tahun dengan menggunakan teknologi tinggi untuk membuat model. Kemudian data-data tersebut diolah dengan membuat model estimasi frequency of loss dan severity of loss. Hasil estimasi keduanya dilakukan uji Goodness of Fit dan akhirnya dilakukan backtesting dengan loglikelihood ratio. Semua hasil perhitungan dan pengujian yang cukup kompleks akan dapat menghasilkan besarnya nilai potensi kerugian operasional dengan pendekatan Value at Risk (OpVaR) untuk mendapatkan capital charge yang terbaik.
1.6 Manfaat Penelitian
Karya akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menyediakan berbagai alternatif solusi melalui beberapa metode yang ditawarkan, sehingga diperoleh pendekatan internal terbaik.
2. Dengan memperoleh cara dan nilai perhitungan Operational Value at Risk (OpVaR) sebagai batasan maksimal jumlah kerugian yang dapat ditolerir, maka manajemen bank dapat mengambil langkah-langkah selanjutnya dalam memitigasi risiko.
3. Bank X juga dapat memperoleh nilai modal (capital charge) yang lebih realistis dibanding hasil perhitungan dengan pendekatan standar.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya akhir dibagi dalam 5 (lima) bab dengan masing-masing pembahasan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, kerangka pemikiran, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini menerangkan antara lain mengenai Risiko Operasional, Konsep Manajemen Risiko Operasional, Pengukuran Risiko Operasional, Distribusi Probabilitas, Loss Distribution Approach Aggregation Method dengan perhitungan Operational Value at Risk (OpVaR)-nya. Pada bagian akhir juga dibahas mengenai backtesting dengan Looklikehood Ratio untuk memvalidasi model yang diperoleh.
Bab III Data dan Metodologi Penelitian
Bab ini menerangkan mengenai berbagai data yang diperlukan dan cara memperolehnya sebagai dasar analisa dan serangkaian proses pengolahan data sesuai dengan metode yang telah diuraikan dalam landasan teori. Bab ini juga menjelaskan tentang gambaran umum dari perusahaan dimana penelitian dilakukan.
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang cara pengukuran risiko operasional dengan menggunakan Aggregation Method setelah dilakukan uji Goodness of Fit atas data yang telah dikumpulkan. Pada bagian akhir juga digambarkan impact financial terhadap perusahaan.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini membahas kesimpulan berdasarkan hasil-hasil perhitungan dengan berbagai metodenya serta memberikan saran-saran untuk mengembangkan penelitian.