Search This Blog

SKRIPSI PTK OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA PETA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS IV (MATA PELAJARAN : IPS) - (KELAS IV)

SKRIPSI PTK OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA PETA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS IV (MATA PELAJARAN : IPS) - (KELAS IV)

(KODE : PTK-0074) : SKRIPSI PTK OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA PETA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS IV (MATA PELAJARAN : IPS) - (KELAS IV)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
SDN X adalah salah satu SD di Kabupaten X. Secara keseluruhan SDN X memiliki jumlah murid 179 anak. Sedangkan di Kelas IV tempat kami melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terdapat 26 siswa, terdiri 10 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Prestasi dari siswa Kelas IV SDN X dapat dikatakan rata-rata. Antara siswa satu dengan siswa yang lain prestasi belajarnya tidak terpaut terlalu jauh. Namun berdasarkan hasil pembelajaran di Kelas IV semester II mata pelajaran IPS (membaca peta lingkungan setempat), belum mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 64, terbukti nilai rata-rata kelas prestasi hasil belajarnya hanya 51,33. Setelah direnungkan (refleksi diri) selama proses pembelajaran di Kelas IV yang telah berlangsung selama ini, kami temukan beberapa fakta di kelas yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Diantaranya guru belum menggunakan media pembelajaran yang optimal,beranggapan mata pelajaran IPS adalah mudah karena isinya sudah terbiasa dilakukan sehari-hari serta banyak juga yang beralasan tidak diujikan secara nasional. Dengan temuan-temuan di atas maka penulis merasa tergugah hatinya untuk melakukan solusi konkrit dalam hal ini mengadakan Penelitian Tindakan Kelas. Meskipun mata pelajaran IPS belum diujikan dalam UASBN bagi kami tidak kalah penting untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan tujuan agar prestasi belajar siswa dapat meningkat sesuai target kurikulum yang ditetapkan sekolah.
1. Proses pembelajaran yang berlangsung/dilaksanakan di SDN X selama ini, termasuk didalamnya kekurangan-kekurangan yang dihadapi adalah sebagai berikut :
Proses pembelajaran yang berlangsung di SDN X cenderung masih Konvensional, artinya dalam melaksanakan pembelajaran masih banyak menggunakan metode ceramah saja. Pada awal pembelajaran guru tidak menggunakan apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi siswa terhadap pembelajaran, model pembelajaran kurang menarik, guru juga jarang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam menjelaskan atau menyampaikan pelajaran yang bersifat abstrak agar menjadi konkrit sehingga siswa lebih mudah paham. Hal ini mungkin dapat dimaklumi karena SDN X sendiri merupakan SD pelosok serba kurang baik dalam sarana prasarana maupun tenaga pendidiknya.
2. Permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran selama ini adalah sebagai berikut :
a) Guru dalam pembelajaran belum optimal mempergunakan alat peraga hanya kadang-kadang.
b) Guru belum mempergunakan model pembelajaran yang inovatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan tugas.
c) Pembelajaran masih bersifat text book oriented atau hafalan, .
d) Proses pembelajaran masih didominasi guru, siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
e) Metode yang digunakan masih ceramah saja (monoton).
Hasil dari wawancara/jajak pendapat yang dilakukan seminggu sebelum pelaksanaan siklus ,ternyata siswa yang masih mempunyai semangat tinggi dalam belajar IPS hanya 9 dari 26 siswa.
Dengan kata lain siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran. Permasalahan tersebut,penulis ingin segera mencari jalan keluarnya, yaitu melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengoptimalkan penggunaan media peta untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1) Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di SDN X diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah optimalisasi penggunaan media peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN X Kab. X ?"
2) Pemecahan masalah
Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti akan mencoba mengoptimalkan penggunaan media peta untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN X.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS melalui penggunaan media peta pada siswa kelas IV SDN X kecamatan X, kabupaten X.

D. Manfaat Hasil Penelitian
1 . Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi seseorang yang akan meneliti tentang peningkatan prestasi belajar siswa melalui optimalisasi penggunaan media peta.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Siswa
1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran IPS.
2. Meningkatnya hasil belajar.
b. Bagi Guru
1. Dapat memberikan pengalaman langsung tentang penggunaan media peta.
2. Meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS.
c. Bagi Sekolah
1. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa dengan penggunaan media peta.
2. Meningkatnya kreatifitas dalam pembelajaran IPS.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini dengan mengoptimalisasi penggunaan media Peta, diduga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN X Kab. X.
SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS III (MATA PELAJARAN : IPA) - (KELAS III)

SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS III (MATA PELAJARAN : IPA) - (KELAS III)

(KODE : PTK-0073) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS III (MATA PELAJARAN : IPA) - (KELAS III)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Setelah mengajar di SDN X penulis memperoleh beberapa masalah dan temuan yaitu potensi dan motivasi siswa belum muncul, motivasi pembelajaran siswa terhadap suatu pembelajaran kurang bahkan tidak muncul, sehingga pada proses pembelajaran siswa hanya diam tanpa ada keinginan untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran seperti ini jelas menjadi kurang bermakna sehingga anak setelah keluar kelas, mereka akan cepat lupa dengan apa yang telah dipelajarinya di kelas tadi. Hasil belajar siswa pun rendah tidak adanya alat peraga yang dapat membuat siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan semangat.
Menurut Redja M. (Depdikbud : IKIP X, 1991), pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan (motivasi). Seperti tercantum dalam GBHN tahun 1973 mengemukakan bahwa "Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup".
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi semua manusia karena manusia lahir dalam keadaan yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak tahu apapun, dengan pendidikanlah manusia dapat memilih kemampuan pengetahuan dan juga kepribadian yang selalu berkembang. Henderson (Uyoh dan Bambang, 2007 : 4) mengemukakan bahwa "pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlansung sepanjang hayat sejak manusia lahir. " dari uraian diatas bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan mutu kehidupan, dapat meningkatkan harkat, derajat manusia itu sendiri di dalam lingkungan masyarakat.
Di dalam Undang-Undan Republik Indonesia No 20 Tahun2003 tentang SistemPendidikanNasional dikatakan bahwa :
" Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. "
Pendidikan merupakan proses penerapan ilmu pengatahuan kepada siswa, dan dalam proses pendidikan tersebut diperlukan adanya suatu strategi pembelajaran, penggunaan metode, media dan mosel pembelajaran yang tepat sehingga dapat menciptakan suatu suasana belajar yang nyaman dan dapaat membangkitkan semangat belajar pada siswa di semua bidang pelajaran terutama pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar
"Pada dasarnya pendidikan IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : mampu memahami konsep-konsep IPA di SD, memiliki keterampilan proses, memiliki minat untuk mempelajari alam sekitar, dapat bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan dapaat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya" (Margaretha dan Dede, 2008 : 27).
Dari tujuan pengajaran IPA yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa betapa pentingnya penerapan ilmu pengetahuan alam yang sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Terutama untuk anak usia SD karena dengan mempelajari IPA ini siswa dapat menyakini kebesaran Tuhan Yang Maha Esa atas adanya ciptaan-Nya, selain itu juga dengan belajar IPA siswa akan lebih menghargai alam, dan dapat melestarikanlingkungan di sekitarnya sehingga lingkungan alam itupun akan sangat berguna sekali bagi kehidupan manusia, oleh karena itu mata pelajaran IPA sangat penting di terapkan sejak dini atau usia SD.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan jugaa perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempinyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan Warga Negara yang melek IPA.
Menurut Erikon, anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasif yang mau begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya. (Fawzia Aswin Hadis, 1996 : 34).
Dalam pembelajaran IPA di kelas yang penulis teliti, pembelajaran masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Tidak dilengkapi dengan alat peraga, metode yang digunakan oleh guru tidak berpareasi, dan guru tidak berorientasi pada hasil belajar siswa tetapi pada target penyelesaian. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. guru menjelaskan IPA hanya sebatas produk dan sedikit proses. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Pada pembelajaran IPA dengan tema cuaca, siswa hanya mengetahui konsep tanpa mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana konsep itu ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi kurang memahami pembelajaran yang diberikan sehingga akhirnya hasil belajarnyapun tidak memuaskan. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh dikuasainya materi pelajaran oleh siswa sehingga berdampak terhadap hasil belajar yang baik.
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Pada semester pertama, hasil ulangan IPA tengah semester menunjukkan rendahnya tingkat peguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, jarang siswa mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru. Dari hasil diskusi dengan rekan-rekan terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
1. rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
3. Sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA sangat membosankan.
Melihat hasil diskusi dengan rekan peneliti bahwa masalah siswa yang ditemui adalah siswa sering lupa konsep yang telah dipelajari sebelumnya, siswa kurang percaya diri sehingga dapat mengakibatkan siswa sulit dalam mengemukakan pendapat atau sulit untuk mengajukkan pertanyaan pada guru, selain itu kurang bermaknanya di dalam proses belajar mengajar karena kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi langsung pada benda-benda yang konkrit maupun menggunakan model atau media belajar yang menarik, sehingga hasil belajar kurang memuaskan.
Sesuai dengan tahap perkembangan siswa, cara siswa belajar, dan konsep pembelajaran, maka proses pembelajaran yang cocok bagi siswa sebaiknya dapatdilakukan dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. Melalui pembelajaran kontruktivis, guru membimbing para siswa untuk meluapkan gagasan tentang materi yang dipelajari dan diselidiki pada proses eksplorasi melalui tema yang telah disepakati antara guru dan siswa. Pelaksanaan dalam pembelajaran ini memberikan kesempatan belajar dan bekerja pada anak secara kooperatif dalam kelompok serta memiliki suatu kebebasan.
Menurut (Margaretha dan Dede, 2008 : 27) "Model belajar konstruktivisadalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal sebagai tolak ukur dala belajar. Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan dari luar sekolah bukan dari bangku sekolah".
Model konstruktivis ini lebih menekankan pada penerapan konsep (learning By Doing), maksudnya adalah siswa belajar sesuatu melalui kegiatan manual. Dengan demikian model konstmktivis ini lebih menekankan pada bagaimana siswa belajar melalui interaksi sosial, dan pada model ini anak menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, penginterprestasian data melalui suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Dan dalam model pembelajaran konstruktivis ini siswa dapat mencari pengetahuan sendiri melalui suatu kegiatan pembelajaran seperti pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, membaca buku, bahkan surfing di internet.
Guru harus dapat mengembangkannya dengan menguasai pendekatan, metoda dan model pembelajaran yang sesuai. Agar dapat mendukung siswa dalam mengemukakan ide-ide, menumbuhkan rasa percaya diri Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan manual.
Dengan melihat kenyataan paparan di atas maka peneliti memperbaiki pembelajaran IPA di kelas III SD dengan pendekatan kontruktivis pada pembelajaran cuaca dengan memadukan mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, dan SBK. Oleh karena itu, penulis mengajukan penelitian yang berjudul : "Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Di Kelas III Sekolah Dasar Negri X Kecamatan X Kabupaten X" sehingga akan menghasilkan kegiatan proses belajar mengajar akan terasa menyenangkan dan bermakna.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti secara umum adalah hasil pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Permasalahan tersebut di jabarkan ke dalam rumusan yang lebih khusus, yaitu :
1. Bagaimana penerapan pendekatan konstruktivisme pada tema Cuaca di kelas III SD?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada tema Cuaca dengan menggunakan pendekatan konstruktivis di kelas III SD?
3. Bagaimana hambatan pada pelaksanaan penerapan pendekatan konstruktivisme di kelas III SD?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA dengan tema cuaca dengan menggunakan penddekatan konstruktivisme, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memahami cara penerapan pendekatan konstruktivisme pada tema Cuaca di kelas III SD.
2. Memperoleh gambaran hasil belajar siswa yang maksimal pada pelajaran IPA.
3. Memperoleh gambaran hambatan pembelajaran IPA dengan tema Cuaca pada pelaksanaan peneapan pendekatan konstruktivisme.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian pembelajaran IPA tentang penggunaan pendekatan konstruktivisme pada tema cuaca pada iswa kelas III Sekolah Dasar Negri X Kecamatan X Kabupaten X diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan minat serta pemahaman dalam pembelajaran IPA tentang pengunaan pendekatan konstruktivisme sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta kualitas siswa dalam pembelajaran sain.
2. Bagi guru
Memberikan dasar ilmiah bagi guru sekolah guna mengembangkan dan melakanakan pembeljaran berorientasi pada siswa aktif dan kreatif.
3. Bagi Lembaga
Sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan yang lebih profesional.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap masalah yang diteliti maka :
1. Hasil belajar adalah tujuan standar kopetensi dan kopetensi dasar tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan di atas guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan standar kopetensi dan kopetensi dasar yang ingin dicapai. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus.
2. Anak Didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Dan dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
3. Konstruktivisme adalah merupakan suatu model pembelajaran yang menentukan siswa aktif untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan melalui pengetahuan keterampilan atau pengalaman yang telah ada dalam diri siswa. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain

F. Hipotesis Tindakan
Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA di kelas III pada tema pengaruh cuaca menggunakan pendekatan konstruktivisme.

G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Guna menghasilkan rencana pembelajaran serta memperoleh data aktivitas belajar serta hasil belajar siswa tentang cuaca melalui pendekatan konstruktivisme.
SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS I)

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS I)

(KODE : PTK-0072) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS I)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah.
Fokus utama tujuan pengajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan menulis. Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan erat, sehingga merupakan satu kesatuan dan bersifat hirarkis, artinya ketrampilan berbahasa yang satu akan mendasari ketrampilan berbahasa yang lain.
Di sekolah pembelajaran bahasa Indonesia memang memiliki peranan yang sangat penting dibandingkan dengan pembelajaran yang lain. Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001 : 57), bahwa pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia.
Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan, kenusantaraan dan kepariwisataan. Selain itu, melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik.
Pembelajaran membaca di kelas I merupakan pembelajaran membaca tahap awal, salah satuya adalah membaca nyaring. Dengan membaca nyaring siswa akan mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana.
Kemampuan membaca nyaring siswa SDN X belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang di tetapkan yaitu sebesar 6,5 dan indicator keberhasilan 75 % jumlah siswa mencapai KKM. Pada Kompetensi Dasar 3. 1 membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya mencapai 57,50. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dari 20 siswa kelas I SDN X 2 anak mendapat nilai 80 sebanyak 10%, 5 anak mendapat nilai 70 sebanyak 25%, 4 anak mendapat nilai 60 sebanyak 20%, 5 anak mendapat nilai 50 sebanyak 25%, dan 4 anak mendapat nilai 40 sebanyak 20 % dan aktivitas belajar siswa rendah.
Setelah peneliti mencermati ternyata siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan oleh guru yang dalam pembelajaran membaca nyaring sering menggunakan metode ceramah, dan belum menggunakan metode, sehingga siswa mendapat pemahaman yang masih abstrak.
Upaya meningkatkan kemampuan membaca nyaring merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Langkah yang peneliti tempuh adalah menyediakan alat peraga kongkrit yaitu media pias-pias kata. Media pias-pias kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengalaman kongkrit, meningkatakan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap siswa serta siswa dapat memusatkan perhaiannya dalam belajar. Melalui penggunaan media pias-pias kata diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar sehingga hasilnya akan lebih baik.
Untuk mengetahui seberapa banyak siswa kelas I SDN X yang belum lancar membaca, guru memberikan ulangan atau tes tentang membaca. Melalui tes membaca dapat diketahui baik tidaknya kemampuan membaca nyaring. Pengaruh penggunaan media pada proses pembelajaran memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran membaca nyaring. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran membaca nyaring adalah penggunaan media pias-pias kata. Penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan misalnya kartu nama, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata atau pias-pias kata dan kartu kalimat. Media tersebut digunakan dalam pembelajaran membaca nyaring pada siswa kelas I Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya.
1. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas I SDN X?
2. Rencana Pemecahan Masalah.
a. Membuat RPP yang menggunakan media pias-pias kata untuk meningkatkan ketrampilan membaca nyaring pada siswa kelas I
b. Membelajarkan siswa membaca nyaring dengan menggunakan media pias-pias kata.
c. Membuat lembar pengamatan siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca nyaring.
d. Mengukur pemahaman siswa tentang membaca nyaring sesudah proses pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian.
Dalam proposal penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan membaca nyaring melalui media pias-pias kata pada siswa kelas I SD X.

D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengambil kebijakan yang dapat menunjang proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, menemukan solusi untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas I.
b. Bagi siswa, siswa menjadi lebih terampil dalam membaca nyaring.
Bagi institusi, kepala sekolah dapat mensosialisasikan kepada rekan guru sehingga terinspirasi untuk menggunakan media pias-pias kata dalam pembelajaran membaca nyaring siswa kelas I.
SKRIPSI PTK LATIHAN BERCERITA TENTANG TOKOH IDOLANYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS VI)

SKRIPSI PTK LATIHAN BERCERITA TENTANG TOKOH IDOLANYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS VI)

(KODE : PTK-0071) : SKRIPSI PTK LATIHAN BERCERITA TENTANG TOKOH IDOLANYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS VI)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan latihan yang banyak.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara, memang harus dipelajari dengan serius karena manusia lebih banyak berkomunikasi bahasa lisan daripada bahasa tulis. Seseorang dapat bertukar pikiran, perasaan, gagasan dan keinginannya melalui kegiatan berbicara, dengan demikian kegiatan berbicara dapat membangun hubungan mental emosional antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam pembelajaran bahasa harus mengajarkan atau melatih agar siswa dapat berbicara dengan baik dan benar, berbicara yang baik adalah berbicara yang cocok dengan kaidah-kaidah kebahasaan. Hal ini bertujuan supaya seseorang ketika berbicara dapat menyampaikan apa yang disampaikan secara jelas dan lawan bicaranya dapat menerima pesan tersebut secara jelas pula.
Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah menjadikan siswa terampil dalam berbahasa Indonesia. Kepandaian berbahasa ini tercermin dalam aktivitas menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan demikian siswa dikatakan pandai berbahasa Indonesia jika terampil dalam kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berbicara sebagai salah satu indikator kemahiran berbahasa. Masih dianggap sebagai sesuatu pembelajaran yang mudah. Pembelajaran berbicara tidak dilakukan secara serius padahal pada kenyataannya di lapangan, masih banyak siswa yang kurang mampu mengekspresikan lewat kegiatan berbicara. Siswa sering kali malu ketika diminta berbicara atau bercerita di depan kelas. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya penguasaan siswa akan topik yang dibahas atau karena luasnya topik bahasa sehingga siswa tidak mampu memfokuskan hal-hal yang ingin diucapkan. Akibatnya, arah pembicaraan siswa kurang jelas sehingga inti dari bahasa tersebut tidak tersampaikan. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa keterampilan berbicara siswa masih rendah karena rata-rata kelas hanya 54,00. Siswa kelas VI SDN X siswa yang 40-50 terdapat 6 siswa, mendapat nilai 60-70 terdapat 8 siswa, mendapat nilai 80-90 terdapat 1 siswa. Data tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara masih tergolong rendah. Karena Kriteria Ketentuan Minimal (KKM) 60,00. Hal ini jika didasarkan faktor di lapangan yang menyebabkan ada beberapa hal yang melatar belakangi tersebut.
1. Siswa kurang berminat dalam kegiatan berbicara. Mereka masih kesulitan dalam menentukan batasan topik yang ingin disampaikan. Misalnya siswa ingin membicarakan masalah bencana alam atau tanah longsor, yang terjadi siswa akan berbicara terlalu panjang lebar (meluas) sehingga inti pembicaraan tidak tersampaikan.
2. Ketepatan siswa dalam menggunakan kata dan istilah masih kurang. Ketika siswa berbicara di depan kelas rasa gugup, grogi dan ketakutan keliru tentu saja ada. Sehingga kata yang seharusnya keluar diucapkan menjadi tersendat-sendat atau diulang-ulang.
3. Siswa kurang bisa memilih kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan.
4. Dalam berbicara di depan kelas siswa kurang mampu mengorganisasi perkataannya sehingga pembicaraannya belum tepat sasaran.
5. Ada sikap ketika berbicara, dalam kegiatan berbicara siswa kelihatan tegang dan kurang rileks. Dengan situasi tersebut akan mempengaruhi mutu bicaranya (tuturannya)
Penyebab kesulitan berbicara di atas tidak terlepas dari akibat penggunaan metode dan media yang digunakan oleh guru. Metode mengajar guru yang masih konvensional membuat pembelajaran berbahasa menjadi sesuatu yang membosankan. Kurangnya pemnafaatan dan media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif. Kenyataan yang terjadi di lapangan, siswa mendengarkan ceramah guru mengenai teori kebahasaan termasuk di dalamnya teori berbicara, tetapi presentasi kegiatan praktiknya masih kurang. Hal itu juga karena guru kurang memberdayakan media pembelajaran yang ada yaitu tidak menggunakan media yang sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diperlukan suatu pemecahan yang dirasa efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X. Dalam hal ini peneliti menggunakan tokoh idola dalam pembelajaran berbicara tokoh idolaku dapat diasumsikan sebagai alat bantu yang mampu memperkonkret masalah yang dibicarakan. Dengan menggunakan tokoh idola ini diharapkan siswa mampu membicarakan masalah sesuai dengan apa yang dilihatnya, mampu meningkatkan daya kreasi dan motivasinya dalam pembelajaran berbicara.
Peneliti ini menggunakan gambar tokoh idola sebagai alat bantu pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu memfokuskan pikiran dan pengetahuan yang mereka miliki sehingga akan lebihmudah mengorganisasikan ide-ide dan gagasannya kepada bahasa lisan. Selain itu, agar siswa tidak berbicara yang menyimpang dari kompetensi dasar yang telah ditentukan. Dengan demikian, siswa akan mampu mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, yaitu berminat dalam pembelajaran berbicara dan terampil dalam kegaiatan berbicara.
Penggunaan gambar/foto tokoh idola, seperti artis, penyanyi dan olahragawan dimaksudkan agar siswa menjadi tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran berbicara. Hal ini juga dimaksudkan untuk lebih manyita perhatian siswa ketika mengikuti pembelajaran berbicara, serta menjadikan pembelajaran berbicara lebih bermakna dan terus diingat oleh siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, untuk mengatasi permasalahan yang ada berkaitan dengan upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas VI SDN X yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul "Latihan Bercerita Tentang Tokoh Idolanya untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas VI SDN X, Kecamatan X, Kabupaten X.
Rendahnya kemampuan berbicara salah satu sebab utamanya adalah kurangnya latihan berbicara. Berkenaan dengan latihan berbicara dapat dianalogikan dengan latihan bahasa asing lisan permulaan. Belajar bahasa asing lisan permulaan agar lebih fasih harus berlatih minimal enam kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan minimal latihan enam kali. Jeda waktu antar pertemuan minimal satu hari maksimal enam hari. Memberikan pujian dan kritikan merupakan salah satu keterampilan berbicara. Keterampilan tersebut perlu dipelajari dan dilatih agar mampu mengemukakan ide. Banyak orang pintar tetapi tidak dapat mengemukakan ide. Apalagi berbicara didepan banyak orang. Mengapa ? Alasannya sederhana, ia tidak begitu terampil berbicara.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengatasi rendahnya kemampuan berbicara, peneliti melakukan tindakan kelas dengan latihan bercerita tentang tokoh idolanya.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
"Apakah latihan bercerita tentang tokoh idolanya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X ?"

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan siswa berbicara dengan menggunakan media gambar tokoh idola siswa kelas VI SDN X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi Guru
1) Dapat memberikan sumbangan kepada guru dalam pembelajaran khususnya pelajaran Bahasa Indonesia.
2) Dapat memperluas wawasan guru dalam melaksanakan pembelajaran
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan keterampilan berbicara.
2) Mendapatkan motivasi untuk terus belajar Bahasa Indonesia.
c. Bagi Sekolah
1) Mendapatkan pembelajaran yang berkualitas sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
2) Pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara.
2) Mendapat pengalaman dalam menggunakan media pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) Mendapat motivasi belajar agar kemampuan berbicara meningkat.
2) Mendapatkan pembelajaran yang sesuai tingkat perkembangannya.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan keterampilan berbicara.
SKRIPSI PTK PENGGUNAAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III)

SKRIPSI PTK PENGGUNAAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III)

(KODE : PTK-0070) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Bahasa Indonesia harus dikuasai oleh seluruh masyarakat pemakai bahasa Indonesia, Sehingga bisa memperoleh berbagai kesempatan untuk mempertinggi kualitas kehidupannya. Mengingat sangat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia baik bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia maupun dalam kehidupan warga negara Indonesia maupun dalam kehidupan warga negara secara individual, maka peningkatan dan penguasannya sangat penting.
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar masyarakat Indonesia diperoleh dengan dua cara, yaitu pemerolehan secara formal dan informal. Secara formal yaitu melalui lembaga pendidikan sedangkan secara informal melalui membaca buku, koran, majalah, siaran radio, televisi, bergaul dengan yang lain yang menggunakan bahasa Indonesia ataupun dalam dunia kerja.
Bahasa Indonesia di dunia pendidikan atau di Sekolah digunakan sebagai bahasa pengantar sejak SD sampai Perguruan Tinggi, sedangkan sebagai mata pelajaran pokok diajarkan sejak SD sampai SMA. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi diajarkan sebagai Mata Kuliah dasar umum pada jurusan non bahasa Indonesia. Walaupun Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar, akan tetapi di daerah masih dipakai bahasa ibu sebagai alat berinteraksi dalam proses belajar mengajar di kelas, terutama di kelas rendah seperti kelas satu, kelas dua, atau kelas tiga. Hal tersebut terjadi karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa daerah (bahasa ibu).
Untuk dapat berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik siswa harus mampu menulis kalimat dengan baik. Menulis kalimat merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa Indonesia dalam bidang menulis. Maka dari itu pembelajaran menulis kalimat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting.
Namun, pada kenyataannya keadaan di lapangan, tempat peneliti melakukan observasi awal menunjukkan hasil belajar menulis kalimat di kelas III sekolah Dasar Negeri X masih sangat kurang dan belum memuaskan dari 29 orang siswa kelas III SDN X hanya 11 orang yang mampu menulis kalimat dengan baik dan benar. Apabila dipersentasikan hanya 37,93% siswa yang mampu menulis kalimat dengan benar, sedangkan 62,07% masih belum mampu menulis kalimat dengan baik dan benar. Siswa yang belum mampu tersebut masih menganggap pelajaran bahasa Indonesia dalam menulis kalimat sangat sulit, tidak menarik dan membosankan. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami tentang menulis kalimat dan tidak menguasai tentang struktur kalimat yang benar serta kurangnya pembendaharaan kata yang dimiliki oleh siswa.
Dalam hal ini, peran guru sangat penting. Seorang guru bukan hanya harus menguasai materi ajar, tetapi juga harus memiliki dan mengusai teknik-teknik pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan karakteristik anak dan berbagai teori belajar mengajar yang dikemukakan oleh para ahli, serta penggunaan alat peraga yang sesuai dengan materi ajar sehingga dapat tercipta pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.
Menurut penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Samroh Fuadi (2008) teknik reka cerita gambar dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dan terbukti dapat dijadikan salah satu alternatif teknik pembelajaran dalam menulis kalimat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang timbul perlu ditelusuri dengan menggunakan tindakan-tindakan khusus yang mengacu kepada penelitian. Adapun penelitiannya akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), selain memperoleh gambaran mengenai pemecahan masalah tersebut, juga berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis kalimat dan mengembangkan imajinasi siswa dalam membuat kalimat melalui teknik reka cerita gambar.
Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul "Penggunaaan Teknik Reka Cerita Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X Kabupaten X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah upaya-upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam menulis kalimat melalui penggunaan teknik reka cerita gambar pada siswa kelas III SDN X ?
2. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis kalimat melalui penggunaan Teknik Reka Cerita Gambar di Kelas III SDN X?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang :
a. Upaya-upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam menulis kalimat melalui Penggunaan Teknik Reka Cerita Gambar di Kelas III SDN X?
b. Hasil Pembelajaran Menulis Kalimat melalui Penggunaan Teknik Reka Cerita Gambar di Kelas III SDN X?
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi guru
1. Untuk menambah pengetahuan tentang teknik pembelajaran guru dapat mengetahui teknik-teknik pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. guru menjadi lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4. guru dapat mengetahui alat evaluasi yang sesuai untuk mengukur kemampuan menulis kalimat dengan baik.
b. Bagi Siswa
1. Siswa lebih semangat dalam belajar
2. Siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran
3. Mengatasi siswa dalam pembelajaran menulis kalimat
4. Meingkatkan kemampuan siswa dalam menulis kalimat
5. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis kalimat.
c. Bagi Peneliti
1. Menambah wawasan keilmuan tentang penggunaan teknik pembelajaran sehingga mampu diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
2. Menambah wawasan dan penglaman bam mengenai pembelajaran dengan menggunakan teknik reka cerita gambar.

D. Definisi Operasional
1. Penggunaan adalah penerapan atau pelaksanaan sesuatu hal.
2. Metode adalah suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi pemilihan bahan, urutan bahan, penyajian bahan, dan pengulangan bahan.
3. Teknik mengandung makna upaya, usaha-usaha atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada saat itu.
4. Teknik reka cerita gambar merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar. Gambar yang digunakan dapat berupa gambar satuan (terpisah) atau gambar berseri atau berurutan. Teknik reka cerita gambar adalah teknik yang bertujuan untuk melatih megembangkan imajinasi siswa.
5. Gambar adalah penyajian visual dua dimensi sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari misalnya manusia, peristiwa, benda-benda, tempat dan sebagainya.
6. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu maka mereka memahami.
7. Kalimat adalah satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian-bagian ujaran itu sudah lengkap dan bermakna.
SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SEDERHANA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III)

SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SEDERHANA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III)

(KODE : PTK-0069) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SEDERHANA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) - (KELAS III)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Semua kegiatan dalam masyarakat tidak terlepas dari bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi sesama manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat berekspresi, menyampaikan pesan, ide, gagasan, atau pendapat. Tidak berlebihan apabila kita mengatakan bahwa bagian dari kehidupan.
Dalam kehidupan berbahasa kita mengenal empat kemampuan berbahasa, yakni : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menunjang. Dalam hal ini seorang ahli mengemukakan : "Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui hubungan urutan teratur mula-mula pada waktu kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum masuk sekolah. Keempat keterampilan itu pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal" (Tarigan, 1985 : 1).
Setiap keterampilan berbahasa erat pula hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa mencerminkan pikiran seseorang. Semakin terampil berbahasa akan semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Untuk memperoleh keterampilan itu, kita perlu memperbanyak latihan, karena hanya melalui latihan, keterampilan itu dapat dimiliki. Melatih keterampilan berbahasa sama dengan melatih keterampilan berfikir.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan tahapan yang teratur pada masa pra sekolah biasanya anak sudah mulai belajar menyimak dan berbicara, sesudah memasuki usia sekolah barulah anak belajar membaca dan menulis (Tarigan, 1981 : 1).
Bahasa tulis memiliki kelebihan terutama untuk hal-hal yang bersifat ilmiah. Pembuatan makalah, skripsi, dan karya ilmiah lainnya tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa tulis. Untuk itu, keterampilan menulis sering dijadikan objek penelitian. Hal ini tidak berarti mengabaikan keterampilan berbahasa yang lainnya. Melalui tulisan dapat diperoleh gambaran keleluasaan wawasan dan kemampuan seseorang dalam disiplin ilmu tertentu, baik dalam bidang ilmu bahasa maupun ilmu lainnya.
Mengingat pentingnya keterampilan menulis dalam kehidupan masyarakat, maka tidak heran jika pakar-pakar bahasa melalui kurikulum yang mereka susun menggiring siswa agar menguasai bidang tersebut. Hal ini terlihat dalam rumusan tujuan pengajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan pengajaran menulis, yakni siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk menulis. Tujuan ini dijabarkan untuk setiap jenjang pendidikan. Jelaslah bahwa dalam tujuan tersebut diharapkan siswa dapat menyampaikan ide atau pesan secara tertulis melalui tulisan.
Kemampuan keterampilan menulis untuk kelas III Sekolah Dasar, seperti tuntutan kurikulum; tidak hanya mereka terampil membuat kalimat yang runtut dan mudah dipahami tapi siswa kelas III SD juga dituntut dapat menyusun beberapa kalimat sehingga membentuk satu paragraf.
Meskipun berbagai teori menulis diajarkan disetiap jenjang pendidikan, pada umumnya siswa belum mampu menulis dengan baik sesuai jenjang, terutama dalam menulis paragraf. Ini semua penulis temukan di lapangan ketika mengajar di kelas III SDN X. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, dimana dalam observasi awal menunjukkan keterampilan menulis paragraf sederhana di kelas III SDN X masih sangat kurang dan belum memuaskan dengan rata-rata nilai dibawah nilai ketuntasan yang ditetapkan yaitu 65.
Dalam hal ini, peran guru sangat penting. Seorang guru bukan hanya harus menguasai materi ajar tetapi juga harus memilki dan menguasai teknik-teknik pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan karakteristik anak dan berbagai teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, serta penggunaan alat peraga yang sesuai dengan materi ajar sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien. Menurut Wijaya dan Rusyan (1994 : 37) "media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraihtujuan-tujuan belajar".
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf sederhana di kelas III SDN X, Kabupaten X.

B. Rumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan kajian studi ini, permasalahan penelitian yang akan diungkapkan melalui studi ini, maka permasalahan tersebut dijabarkan dengan pertanyaan penelitian diarahkan pada aspek-aspek sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis paragraf sederhana melalui media gambar pada siswa kelas III SDN X?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam menulis paragraf sederhana setelah menggunakan media gambar pada siswa kelas III SDN X?


C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah dan uji literatur yang telah ditemukan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Sederhana di Kelas III SDN X, Kabupaten X.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan fokus studi, peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran menulis paragraf sederhana melalui media gambar pada siswa kelas III SDN X
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis paragraf sederhana dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas III SDN X
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat secara :
1. Teoritis, untuk mengkaji ilmu pendidikan khususnya mengenai media pembelajaran efektif yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf yang dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2. Praktis, bermanfaat bagi :
a. Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan serta sebagai bahan masukan guru dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pembelajaran menulis paragraf sederhana dapat menggunakan media gambar.
b. Sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SDN X, Kabupaten X dapat lebih meningkatkan pemberdayaan alat peraga yang menarik agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan pelajaran lain.
c. Siswa
Penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuan, meningkatkan kreatifitas serta melatih keterampilan menulis paragraf dengan menggunakan alat peraga berupa gambar.


E. Penjelasan Istilah
Agar mudah memahami istilah yang digunakan serta tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda. Penulis akan menjelaskan istilah yang digunakan sebagai berikut :
1. Media gambar adalah media yang mengkombinasikan pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar.
2. Meningkatkan adalah proses upaya-upaya kegiatan yang dilakukan supaya terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan atau bertambahnya sesuatu perubahan dari segi jumlah/kuantitas.
3. Menulis dalam penelitian ini adalah menulis paragraf sederhana adalah proses belajar mengajar dengan materi pembelajaran berupa menulis paragraf sederhana.
4. Kemampuan menulis adalam keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
5. Paragraf sederhana adalah deretan dua kalimat atau lebih yang memiliki satu ide pokok atau gagasan pokok, diikuti beberapa kalimat penjelas.

F. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang diadaptasi dari model Kemmis dan Taggart, 1998. Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang diarahkan pada pemecahan masalah atau perbaikan. guru-guru mengadakan pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas. Penelitian tindakan kelas difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas mengacu pada apa yang dilakukan guru di dalam kelas untuk melihat kembali, mengkaji secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta memperbaiki proses pembelajaran yang kurang atau diarasakan kekurangan agar menjadi lebih berhasil atau lebih efektif, efisien dan menarik. Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah (a) meningkatkan kualitas praktik belajar di Sekolah Dasar, (b) relevansi pendidikan, (c) mutu hasil pendidikan, dan (d) efisiensi pengolahan pendidikan.
SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII)

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII)

(KODE : PTK-0068) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latarbelakang Masalah
Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran disekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berprestasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan tersebut. Melalui pendidikan juga dapat dikembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan tingkah laku yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa :
"Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan darinya, bangsa, dan Negara".
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan suatu usaha sadar dan terencana, maka dari itu dalam suatu pendidikan, agar tercapai tujuan dengan baik sangatlah perlu suatu perencanaan yang baik pula, baik itu persiapan pembelajaran yang terencana maupun pelaksanaan pembelajaran yang sesuai.
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Namun, tidak semua sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung perkembangan dunia pendidikan. Seorang guru yang mengajar di sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang minim harus mampu mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media, misalnya media gambar. Dengan menggunakan media gambar diharapkan siswa dapat mengetahui pembelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di MTs X Kec. X Kab. X, pada aspek siswa menjadi perhatian lebih karena kognitif siswa kurang memadai yang disebabkan belum banyak tersentuh oleh teknologi, informasi dan komunikasi. Selain siswa, guru juga berpengaruh besar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang keilmuannya, agar pembelajaran bias terlaksana dengan maksimal. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sangatlah dibutuhkan, seperti kita ketahui mata pelajaran TIK sulit terlaksana jika sarana dan prasarana tidak memadai.
Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja terdidik. Di samping itu pendidikan dipandang mempunyai peranan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menghantarkan peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang dimilkinya. Sekolah juga dipercaya sebagai satu-satunya cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup mantap di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada proses pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum dan lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut juga sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran. (Sudjana 2001 : 2).
Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode dan media pembelajaran yang tepat. Ketidaktepatan dalam memilih metode dan media akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan siswa menjadi apatis.
Prinsip pengajaran yang baik adalah jika dalam proses pembelajaran mampu mengembangkan konsep generalisasi dari bahan abstrak menjadi hal yang jelas dan nyata. Maksudnya, proses pembelajaran dapat membawa perubahan pada diri anak dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari pemahaman yang bersifat umum menjadi khusus. Media pembelajaran dapat membantu menjelaskan bahan yang abstrak menjadi realistik. (Kasmadi 2001 : 213).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menggunakan media gambar atau foto. Dengan media ini siswa akan lebih paham, karena pembelajaran menjadi lebih konkrit dan realistis. Media gambar merupakan sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan pikiran (Rumampuk 1988 : 8). Sejumlah gambar, baik dari majalah, buku, Koran dan lain-lain yang ada hubungannya dengan pelajaran dapat dipergunakan sebagai alat peraga pembelajaran. Penggunaan media gambar diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan guru.
Berdasarkan penjelasan di atas tergambar bahwa diperlukan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar, khususnya pada mata pelajaran TIK pada siswa MTs. Oleh karena itu penelitian ini ingin menemukan alternatif "Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran TIK di MTs X Kec. X Kab. X melalui Penggunaan Media Gambar".

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VII MTs X Kec. X Kab. X pada pelajaran TIK dalam materi komponen perangkat keras komputer setelah menggunakan media gambar ?
2. Bagaimana aktifitas belajar siswa kelas VII MTs X Kec. X Kab. X pada pelajaran TIK dalam materi komponen perangkat keras komputer dengan menggunakan media gambar ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan diperoleh melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII MTs X Kec. X Kab. X pada pelajaran TIK dalam materi komponen perangkat keras komputer dengan menggunakan media gambar.
2. Mengetahui aktifitas belajar siswa kelas VII MTs X Kec. X Kab. X pada pelajaran TIK dalam materi komponen perangkat keras komputer dengan menggunakan media gambar.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitin ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran TIK.
2. Manfaat Praktis
a. Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa kelas VII MTs X Kec. X Kab. X dalam pembelajaran TIK sehingga hasil belajar lebih baik.
b. Guru
Melalui PTK guru dapat mengetahui media pembelajaran khususnya media gambar untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi siswa.
c. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah serta dijadikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP PENGENALAN HARDWARE (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII)

SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP PENGENALAN HARDWARE (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII)

(KODE : PTK-0067) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP PENGENALAN HARDWARE (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VII)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan (teacher centered), ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar, yang berakibat kurangnya pengalaman belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar, pembelajaran menjadi sesuatu yang bersifat mtinitas sehingga cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk and talk).
Secara umum, pendidikan saat ini mengalami kendala dalam hal belajar dan pembejalarannya. Pembelajaran dikelas yang dilakukan guru secara konvensional atau masih tradisional dengan beberapa metode dan model belajar tertentu seperti ceramah dan sebagainya, akan membuat para siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran tersebut. Atas dasar itu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi yang sudah merambah ke dunia pendidikan khususnya madrasah, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memamfaatkan teknologi yang ada.
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pikiran sebagai berikut :
Menurut pendapat Piaget (dalam Lie 2002 : 5), "Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yangsewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut".
Menurut pendapat Anderson (dalam Lie 2002 : 5), "Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa".
Menurut pendapat Maslow (dalam Lie, 2002 : 5) bahwa pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses daripada hasil :
1. Paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi belajar seperti dalam penilaian ranking dan hasil-hasil .
2. Paradigma baru mengembangkan kompetensi, dan potensi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa meningkatkan kemampuan-kemampuan mereka.
Model pembelajaran ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.
Sedangkan Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada sal ah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.
Selain itu, kendala lain yang timbul dalam kegiatan pembelajaran adalah sarana belajar dan fasilitas yang ada di madrasah. Sarana belajar di madrasah yang kurang lengkap dan nyaman menyebabkan siswa kesulitan dalam meningkatkan prestasi belajarnya karena sarana yang kurang lengkap tersebut. Madrasah sebagai institusi pencetak generasi yang hidup dimasa mendatang harus mempunyai keperdulian terhadap perkembangan teknologi yang terjadi. Jika tidak, maka peserta didik akan tertinggal dengan perkembangan zaman. Teknologi Informasi dan Komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga interaksi dan penyampaian infomasi akan berlangsung dengan cepat (Rusman, 2009 : 47). Karena perkembangan informasi dan komunikasi ini sangat cepat dan terus berkembang, pilihannya hanya dua, yaitu mampu beradaptasi dan mengadopsi atau tertinggal ke belakang.
Berdasarkan hasil pengamatan dan dan berdasarkan refleksi awal melalui diskusi dengan guru di MTs X kelas VII, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi masih belum optimal. Dapat dilihat hasil rata-rata skornya 6,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 7,00. Siswa kurang memahami pelajaran TIK dikarenakan dalam proses pembelajarannya kurang menarik, membosankan, kurang memberikan kesempatan siswa aktif serta kurang mewujudkan interaksi antar siswa sehingga siswa terlihat jenuh ketika proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran di kelas di jaman yang semakin modern ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu cara memanfaatkan teknologi atau khususnya komputer untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa adalah dengan cara penggunaan komputer sebagai pelengkap atau pendamping dalam penyampaian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe picture and picture dengan menggunakan computer akan memberikan dampak positif bagi kemajuan belajar siswa. Dengan model belajar tersebut siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan guru hanya sebagai pendamping dan mengarahkan saja. Model Picture and picture untuk kalangan SMA memang paling cocok untuk pembelajaran beberapa pelajaran, sedangkan di tingkat SD dan SMP hampir semua mata pelajaran dapat menggunakan model ini. (Sahrudin dan Iriani, 2010 : 1)
Untuk meningkatkan hasil belajar, guru dalam mengajar dapat menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Atas dasar inilah maka peneliti ingin menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture dalam konsep pengenalan hardware diajarkan di kelas tujuh MTs X Kota X berdasarkan kurikulum 2006, supaya siswa belajar lebih aktif dan hasil belajar lebih meningkat.
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, apabila mereka belajar aktif berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.
Pendapat Zaini (2004 : XVII) bahwa belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.
Tiga pernyataan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar aktif.
Silberman (2004 : 15) telah memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak Konfisius itu menjadi apa yang saya sebut paham belajar aktif.
- Yang saya dengar, saya lupa.
- Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
- Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
- Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
- Yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Cara pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem "pembelajaran gotong-royong" atau "coopertive learning”. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Guru perlu menguasai dan menerapkan berbagai model pembelajaran dan siswa belajar lebih aktif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran salah satunya menggunakan picture and picture. Dengan picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan (Sahrudin dan Iriani, 2010 : 2).
Berdasarkan hasil pengamatan di MTs X siswa kelas VII pembelajaran konsep pengenalan hardware, hasil belajar siswa belum optimal hal ini disebabkan metode pembelajaran yang digunakan masih beroreintasi pada guru kurang melibatkan aktivitas siswa. Melalui refleksi awal dan diskusi dengan guru sebagai solusi tindakan untuk memecahkan masalah tersebut, disepakati menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipepicture and picture.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and picture pada Konsep Pengenalan Hardware (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII MTs X Kota X).

B. Fokus Masalah
Agar memperoleh kejelasan sasaran dan batasan-batasan tertentu dalam penelitian ini, maka diadakan pemfokusan masalah. Adapun batasan masalah adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di kelas VII MTs X Kota X.
2. Hasil belajar diperoleh dari tes hasil ulangan harian mata pelajaran TIK pada konsep pengenalan hardware.
3. Model yang digunakan dalam pembelajaran TIK adalah model pembelajaran kooperatif tipepicture and picture.
4. Pengukuran hasil belajar diambil dari tes tulis dengan bentuk soal pilihan ganda yang diukur dari domain kognitif saja dan dibatasi hanya pada domain pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan secara umum : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK konsep Hardware di kelas VII MTs X?
Berdasarkan rumusan umum diatas, secara khusus masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Konsep Hardware di MTs X?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe picture and picture?
3. Bagaimana langkah pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe picture and picture?
4. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK konsep Hardware di kelas VII MTs X
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Konsep Hardware di MTs X
b. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe picture and picture
c. Untuk mengetahui langkah pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe picture and picture
d. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran TIK.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi sekolah
Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan serta memberikan penjelasan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe picturere and picture terhadap hasil belajar.
b. Bagi guru
Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam menentukan langkah-langkah atau metode mengajar sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar TIK.
c. Bagi Siswa
Memberikan motivasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar serta memperkaya pengalaman dengan belajar yang lebih aktif dan kreatif.
SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA - (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VIII)

SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA - (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VIII)

(KODE : PTK-0066) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA - (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) - (KELAS VIII)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan dari tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi. Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah agar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku stabil belajar (Oemar Hamalik : 1993).
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan yang mencakup tiga aspek di atas, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor pembaharuan dalam pendidikan. Salah satu upaya pembaharuan di bidang pendidikan adalah pembaharuan strategi atau meningkatkan relevansi metode mengajar (Nana Sudjana, 2000).
Seorang siswa dinyatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan yang dikehendaki sebagai hasil belajar mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek pikomotorik. Aspek kognitif berkenaan dengan panguasaan pengetahuan baru atau penambahan pengetahuan yang telah ada, aspek afektif berkenaan dengan pengembangan sikap dan minat baru atau penyempurnaan sikap dan minat yang telah dimiliki, sedangkan aspek psikomotorik berhubungan dengan penguasaan keterampilan bam atau penyempurnaan keterampilan yang dimiliki, ketiga aspek tersebut dikenal dalam dunia pendidikan sebagai indikator keberhasilan belajar.
Pendukung keberhasilan belajar adalah kesiapan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Kesiapan belajar terhadap apa yang akan diajarkan oleh guru pada pertemuan nantinya dapat berdampak pada prestasi siswa itu sendiri. Faktor dalam lain yang menunjang keberhasilan belajar siswa adalah keaktifan siswa di kelas. Kegagalan dan keberhasilan sangat bergantung pada siswa karena individu mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Makin aktif siswa dalam proses belajar mengajar, baik mandiri maupun di sekolah makin baik tercapai prestasi belajarnya (Dimyati dan Moedjiono, 2000).
Strategi mengajar dianggap relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Strategi mengajar merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi pelajaran dengan memusatkan perhatian pada situasi belajar untuk mencapai tujuan. Strategi mengajar yang baik adalah strategi yang menuntut keaktifan siswa dalam berfikir dan bertindak secara berdikari dan kreatif dalam mengembangkan materi yang sudah dikuasai.
Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi yang ada di sekolah, yaitu semua sumber-sumber (sumber-sumber belajar) yang dapat mempengaruhi hasil dad proses belajar dan pembelajaran.
Menurut Roestiyah (1986 : 53) "Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau asal untuk belajar seseorang. " Sumber belajar banyak ragamnya salah satunya adalah manusia. Manusia merupakan sumber belajar yang sangat kompleks, karena setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Salah satu sumber belajar manusia yang ada di sekolah selain guru adalah siswa. Siswa memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Sehubungan dengan hal ini, Suherman, dkk. (2001 : 232) mengatakan, "Sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah yang disebut tutor sebaya. "
Sistem tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya. Disiplin diri yang diberikan siswa dengan didasari oleh motivasi yang positif dari internal dan eksternal siswa baik yang prestasinya tinggi (si Tutor) maupun siswa yang yang prestasinya rendah (si Mentor) demi terciptanya suatu kondisi yang tepat bagi siswa untuk secara maksimal menerima bahan ajaran, sehingga tugas yang diberikan seorang guru tidak dianggap sebagai suatu keterpaksaan/beban oleh siswa melainkan sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kelebihan lain sistem tutor sebaya dapat meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya rendah dengan siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam suatu kelas. Selanjutnya siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas dan motivasi itu diharapkan tumbuh dari terciptanya hubungan yang saling menentukan dan membutuhkan antara guru, siswa yang prestasinya dalam pelajaran TIK tergolong tinggi dan siswa yang prestasinya rendah. Dampak semuanya ini, seorang guru dituntut untuk mempersiapkan, memaksimalkan kemampuannya tanpa harus menjadi informatory (pemberi informasi) saja tetapi guru juga berfungsi sebagai mediator, komunikator, fasilitator dan tutor sehingga guru mampu memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa yang pada akhirnya dapat memotivasi siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
Berdasarkan Hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa MTs Kelas VIII X bahwa pembelajaran TIK yang saat ini berlangsung menggunakan beberapa metode seperti, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. Mata Pelajaran TIK untuk kelas VIII lebih ke aplikatif. Namun pada kenyataannya pembelajaran TIK lebih kepada teoritis. Ini disebabkan masih minimnya perangkat komputer. Saat ini MTs X hanya memiliki 10 perangkat komputer yang layak pakai. Dari wawancara bersama siswa yang penulis lakukan teridentifikasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru yang cenderung menggunakan motode ceramah. Jika dilihat dari hasil belajar siswa pada materi sebelumnya rata-rata menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Ini ditunjukan dari hasil ulangan siswa beberapa waktu yang lalu.
Selain itu guru MTs. X berasumsi bahwa mereka kesulitan dalam mencari metode pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa yang rata-rata 40 orang perkelas sedangkan sarana pembelajaran sangat minim. Disaat siswa harus memperaktekkan materi yang diajarkan waktunya selalu tidak mencukupi dan masih banyak lagi kendala yang lainnya yang tidak bisa penulis cantumkan disini.
Berpijak dari permasalahan yang dialami oleh MTs. X, Penulis memberikan solusi lain dengan memanfaatkan metode tutor sebaya yang diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sebagaimana yang ditunjukkan oleh salahsatu hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Upi pada prodi Matematika yang berkenaan dengan tutor sebaya ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan dari pembahasan di atas, dan belum adanya dilakukan penelitian secara ilmiah oleh guru maupun pihak lain di MTs. X tentang Tutor Sebaya pada mata pelajaran TIK, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang "Penerapan Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi di Madrasah Tsanawiyah X. "

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menegaskan masalah umum penelitian sebagai berikut :
"Apakah Penerapan Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Tsanawiyah X?"
Masalah umum diatas diperinci berupa masalah khusus menjadi sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII B MTs X sebelum diterapkannya metode tutor sebaya ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII B MTs X setelah diterapkannya metode tutor sebaya ?
3. Apakah terdapat perubahan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VIII B MTs X antara sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya pada pokok bahasan membuat dokumen pengolah angka sederhana ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil belajar siswa tentang penerapan metode Tutor Sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Tsanawiyah X. Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII B MTs X sebelum diterapkannya metode tutor sebaya
2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII B MTs X setelah diterapkannya metode tutor sebaya
3. Mengetahui perubahan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VIE B MTs X sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya pada pokok bahasan membuat dokumen pengolah angka sederhana

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono yaitu : "Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan" Sugiyono : 2006).
Atas dasar pengertian hipotesis diatas maka untuk penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis Nol (Ho) : tidak terdapat perubahan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VIII B MTs X sebelum dan sesudah menggunakan metode tutor sebaya pada pokok bahasan membuat dokumen pengolah angka sederhana
2. Hipotesis Kerja ((Hi) : terdapat perubahan yang signifikan antara hasil belajar siswa MTs X sebelum dan sesudah menggunakan metode tutor sebaya pada pokok bahasan membuat dokumen pengolah angka sederhana

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dan pembuat kebijakan pada bidang pendidikan karena :
1. Bagi siswa
Bermanfaat bagi semua siswa karena terjadi pembelajaran yang mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi.
2. Bagi guru
Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode tutor sebaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran.
Guru akan terbantu baik dalam akademis terutama dalam pencapaian target waktu dan materi pembelajaran, maupun dari sisi fisik yang harus terus berdiri dan membimbing ratusan siswa dalam sehari secara individual.
3. Bagi sekolah
Membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari agar persoalan yang dibicarakan dalam penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula dan juga tidak terjadi salah penafsiran istilah yang digunakan perlu adanya penegasan istilah-istilah yang meliputi :
1. Metode Tutor Sebaya adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa (tutor) yang dianggap telah memahami materi yang telah diajarkan untuk mengajarkannya kembali kepada teman kelasnya agar siswa yang belum faham dapat berkomunikasi berupa bertanya atau menanggapi dengan temannya (tutor tanpa rasa canggung, takut atau ragu).
2. Hasil belajar yaitu skor berupa angka yang telah diperoleh siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya melalui pretest dan posttest.
SKRIPSI PERSEPSI KARYAWAN MENGENAI PENGARUH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PIMPINAN DI PDAM

SKRIPSI PERSEPSI KARYAWAN MENGENAI PENGARUH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PIMPINAN DI PDAM

(KODE : EKONMANJ-0063) : SKRIPSI PERSEPSI KARYAWAN MENGENAI PENGARUH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PIMPINAN DI PDAM




BAB 1
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Penelitian
Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama dari seorang pimpinan, mulai dari level bawah sampai level atas dalam suatu organisasi posisi pengambilan keputusan tersebut sangat menentukan akan berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Hal ini disebabkan keputusan yang telah dibuat akan mengikat seluruh komponen dalam organisasi untuk melaksanakan keputusan tersebut. Keputusan merupakan permulaan dari semua tindakan manusia yang sadar dan terarah, baik secara individu atau kelompok. Barang siapa yang menghendaki adanya tindakan tertentu, ia harus mampu dan berani mengambil keputusan yang bersangkutan dengan hal tersebut secara cepat dan tepat. Kecepatan dan ketepatan setiap tindakan yang diambil sangat menentukan terhadap mutu keputusan yang diambilnya dan kemungkinan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Kebutuhan akan proses pengambilan keputusan secara cepat dan tepat dalam organisasi nampaknya tidak bisa diabaikan, mengingat persaingan yang semakin ketat. Hal ini cukup bisa disadari karena suatu organisasi yang tidak bisa mewujudkan kemajuan bagi dirinya sendiri, maka lambat laun dia akan tenggelam dalam ketatnya persaingan.
Salah satu ledakan yang paling dirasakan kuatnya dewasa ini adalah ledakan informasi. Ledakan tersebut timbulnya sebagai akibat dari pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Jika proporsi ledakan informasi itu terus meningkat maka kiranya dapat dibuat suatu asumsi bahwa di masa-masa yang akan datang pengaruh dan peranan informasi dalam suatu organisasi akan semakin terasa pula.
Sesungguhnya pentingnya informasi bagi pimpinan organisasi bukanlah merupakan hal yang baru. Sejak adanya manusia yang hidup berorganisasi, sejak saat itu pulalah informasi telah selalu diperlukan oleh pimpinan organisasi untuk membantu melakukan tugas-tugasnya selaku pimpinan organisasi.
Proses pengambilan keputusan tidak akan berjalan dengan baik tanpa ketersediaan informasi. Informasi adalah sumber daya yang vital bagi sebuah organisasi. Tanpa kehadiran informasi, sulit untuk menghasilkan keputusan yang baik. Bahkan kelalaian organisasi dalam mengatur arus informasi secara akurat, efektif dan efisien akan menghambat kegiatan operasional yang pada akhirnya tujuan organisasi tidak dapat tercapai dengan maksimal.
Kecepatan penyajian informasi dan akses data merupakan salah satu media pendukung suatu organisasi untuk memenangkan persaingan. Karenanya, perancangan dan pengembangan suatu sistem informasi yang tepat dan optimal yang dapat membantu organisasi dalam melakukan pengambilan keputusan secara baik sangat diperlukan.
Sistem Informasi Manajemen dipandang sebagai suatu total sistem dengan mana pimpinan organisasi akan mengetahui apakah unit-unit organisasi bekerja sebagaimana diharapkan. Akan tetapi, lebih penting lagi daripada itu, Sistem Informasi Manajemen akan memungkinkan pimpinan organisasi merencanakan ke arah mana organisasi hendak dibawa. Tegasnya suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang baik adalah sistem yang berorientasi ke masa depan.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah sebuah perusahaan daerah yang bergerak di dalam bidang usaha, yaitu menyediakan air minum yang memadai bagi kepentingan umum, menghasilkan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan, serta berpartisipasi aktif dalam menunjang pelaksanaan program pemerintah di bidang sektor ekonomi dan pembangunan. Tujuannya adalah seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota X No. 7/PD/1974 yaitu untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum dalam wilayah Kotamadya X, kemudian dengan masuknya pengelolaan air kotor sebagai tugas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), maka tujuannya tidak hanya pelayanan dalam bidang air bersih saja tetapi juga termasuk pelayanan terhadap sarana air kotor dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menyangkut aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum.
Berdasarkan pengamatan awal penulis, di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X terutama di Bagian Pengolahan Data dan Hubungan Langganan, pimpinan masih mendapat kesulitan dalam mengambil keputusan karena banyaknya keluhan masyarakat yang masuk serta masalah yang belum diatasi dengan segera sehingga terjadi keterlambatan dalam penyelesaian masalah.
Adapun jenis keluhan yang diadukan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X diantaranya adalah Golongan tarif, tidak ada air, kebocoran pipa persil atau pipa dinas, meteran air (mati, kotor, hilang, segel putus, kaca pecah), tidak ada penagihan, tidak ada pencatatan meter, tunggakan rekening, pembuangan air kotor dan kualitas air.
Hal ini terlihat dari rekapitulasi data selama satu periode tahun 2007 yang di dapat penulis dari seksi pengaduan Bagian Hubungan Langganan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X.
Berdasarkan rekapitulasi pengaduan tahun 2007 menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan jumlah pengaduan. Jumlah pengaduan yang paling tinggi adalah pada bulan Mei yaitu sebanyak 2.004 dan yang terselesaikan yaitu sebanyak 1.855 pengaduan. Dari rekapitulasi pengaduan tahun 2007 pengduan yang telah diselesaikan adalah 92,35 % atau sebanyak 16.624 pengaduan dan yang belum terselesaikan adalah sebanyak 7,65 % atau sebanyak 1377 pengaduan. Dengan jumlah pengaduan yang relatif tinggi ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X rendah sehingga mengakibatkan banyaknya pengaduan yang belum diselesaikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Syarif Hidayat (Kepala Seksi Pengaduan) yang penulis temui pada tanggal 8 April 2008 mengatakan bahwa: "Masih terdapat pelanggan yang mengadukan lebih dari dua kali sehingga pada bulan berikutnya pelanggan tersebut akan mengadukan permasalahan yang sama". Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya prosentase penyelesaian masalah di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X.
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki tugas untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum dan memenuhi kebutuhan air minum di wilayah Kota X. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berusaha memberikan pelayanan yang optimal bagi pelanggannya dengan cara meningkatkan kualitas pelayanannya. Menurut Bapak Drs. Syarif Hidayat (Kepala Seksi Pengaduan) yang penulis temui pada tanggal 8 April 2008 menyatakan bahwa "Peningkatan kualitas pelayanan tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan sistem informasinya baik dari segi hardware, software, dan brainwarenya"
Menurut Moekijat (2000: 102), "Pengembangan suatu sistem informasi manajemen merupakan keharusan mutlak apabila pimpinan organisasi ingin melakukan tugas-tugas kepemimpinannya dengan efektif" Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi akan dapat membantu pimpinan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan cara yang lebih ampuh daripada keampuhan yang dimiliki sebelumnya. Dengan Sistem Informasi Manajemen memungkinkan pimpinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan sebelumnya.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X diketahui sudah menggunakan Sistem Informasi Manajemen, namun pada pelaksanaannya penyediaan informasi dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Drs. Syarif Hidayat (Kepala Seksi Pengaduan) yang penulis temui pada tanggal 8 April 2008 mengatakan bahwa: "Kendala atau masalah yang dihadapi di PDAM Kota X ini antara lain keterlambatan dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan, serta sarana dan prasarana penunjang seperti jumlah komputer yang kurang memadai". Jika Fenomena ini (pengaduan dan keluhan) tidak segera ditanggulangi dan jika keterlambatan dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan terus berlanjut dikhawatirkan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap PDAM Kota X yang tidak mencerminkan bahwa PDAM Kota X itu adalah sebuah perusahaan yang berorientasi kepada pelayanan publik.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis merasa tertarik unuk mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu penellitian dengan judul "Persepsi Karyawan mengenai Pengaruh Sistem Informasi Manajemen terhadap Pengambilan Keputusan Pimpinan".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis menyederhanakan permasalahan dan memperjelas arah penelitian sesuai dengan judul yang telah dikemukakan di atas. Maka dapat dipaparkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran Sistem Informasi Manajemen pada Bagian Pengolahan Data dan Hubungan Langganan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X?
2. Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan Pimpinan pada Bagian Pengolahan Data dan Hubungan Langganan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X?
3. Seberapa besar pengaruh Sistem Informasi Manajemen terhadap Pengambilan Keputusan Pimpinan pada Bagian Pengolahan Data dan Hubungan Langganan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi sebagai salah satu syarat menempuh ujian tingkat Sarjana Strata 1 pada program Manajemen Perkantoran pada Universitas X.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran tentang Sistem Informasi Manajemen yang diterapkan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X khususnya pada bagian pengolahan data dan hubungan langganan.
2. Mengetahui gambaran Pengambilan Keputusan yang dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X khususnya Bagian Pengolahan Data dan Hubungan Langganan.
3. Mengetahui adakah Pengaruh Sistem Informasi manajemen terhadap Pengambilan Keputusan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota X.

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu manajemen khususnya sistem informasi manajemen. Sehingga dapat memberikan warna baru bagi ilmu tersebut.
2. Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan bagi Perusahaan Daerah Air Minum Kota X mengenai bagaimana pelaksanaan sistem informasi manajemen dengan pengambilan keputusan pimpinan, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan dengan baik.