Search This Blog

SKRIPSI EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN X

SKRIPSI EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN X

(KODE : PEND-AIS-0057) : SKRIPSI EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-Undang tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas efisiensi dan efektifitas pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah telah menetapkan tiga strategi pokok pembangunan pada sektor pendidikan, yaitu : (1) pemerataan kesempatan pendidikan, (2) peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan, dan (3) peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
Salah satu indikasi peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari adanya peningkatan potensi akademik atau hasil belajar siswa secara keseluruhan yang meliputi tiga aspek, yaitu : kognitif, berupa pengembangan pendidikan termasuk didalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan, Afektif, berupa pembentukan sikap termasuk didalamnya fungsi perasaan dan sikap, psikomotorik, berupa keterampilan termasuk didalamnya fungsi kehendak, kemauan, dan tingkah laku. Maka dalam rangka upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan tercapainya tujuan pendidikan nasional, ketiga aspek tersebut harus diperhatikan sehingga proses belajar mengajar tidak hanya menekankan pada pemahaman siswa tetapi juga menerapkan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya pendidikan bukanlah sekedar proses transformasi pengetahuan.
Dewasa ini berdasarkan pengamatan Arief Rahman, MPd, salah seorang pengamat dunia pendidikan yang juga menjabat sebagai Executive National Commision untuk lembaga PBB UNESCO menyatakan bahwa masih dirasakan bahwa model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah lebih didasarkan pada kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa.
Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru tersebut terkesan lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini agaknya tidak dapat dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai kurikulum dan pengajaran sangatlah kompleks dan sulit, karena ia berhadapan dengan dua hal yang berada diluar kontrolnya, yaitu pedoman pelaksanaan kurikulum, dimana sistem kurikulum Indonesia masih belum bisa menyesuaikan dengan apa yang mau dihasilkan dari sistem pendidikan itu sendiri yaitu as a workforce dan pengajaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu dari atas, dan siswa yang membawa beragam kemampuan, entry behaviour dan karakteristik lainya ke dalam situasi pembelajaran.
Brenda Watson dalam bukunya "Education and Belief" menyebutkan beberapa kesalahan pengajaran agama di sekolah. Pertama, sering terjadi bahwa guru mengubah proses pendidikan (education-process) menjadi proses indoktrinasi (indoctrination process). Kedua, sering terjadi kesalahan dalam memberikan pelajaran agama yang lebih menekankan pada pelajaran yang bersifat normatif-informatif dan sedikit menekankan pada religious education. Ketiga, ini berkaitan dengan sesuatu yang cukup rumit untuk dielakkan, yaitu biasanya seorang guru susah untuk melepaskan ideologi atau komitmen agama yang dianutnya ketika mengajarkan pendidikan agama.
Hal ini tidak dapat dilepaskan dari kualitas kinerja guru, terutama dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Hal ini dibenarkan oleh Nana Syaodih Sukmadinata yang menyatakan bahwa "Masalah tinggal kelas dan putus sekolah dapat dipandang sebagai salah satu kegagalan sekolah khsususnya guru dalam menciptakan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa mengusai pelajaran secara optimal".
Di sisi lain, model pembelajaran yang diimplementasikan di sekolah-sekolah saat ini pada umumnya masih bersifat konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti, mahasiswa S2 jurusan Teknologi Pendidikan yang meneliti tentang "Perbedaan Prestasi Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Induktif dan Model Pembelajaran Konvensional Siswa SMP Negeri Bandar Lampung" menyatakan, bahwa model pembelajaran konvensional belum mampu menjadikan semua siswa di kelas bisa menguasai kompetensi minimal yang telah ditetapkan, terutama siswa yang berkemampuan rendah. Di samping itu, siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi, juga belum memperoleh layanan pembelajaran yang optimal dalam pembelajaran konvensional. Bermunculannya sekolah-sekolah unggul di beberapa kota besar, merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan saat ini belum memberikan perhatian yang cukup besar terhadap siswa yang memiliki kemampuan rendah (lambat) dan juga siswa yang berkemampuan tinggi (cepat).
Menurut beberapa pakar pendidikan model pembelajaran dikembangkan dewasa ini kelihatan masih belum peduli dan bahkan belum mampu mengapresiasi serta mengakomodasi perbedaan-perbedaan individual siswa, berarti di dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru memberikan layanan pembelajaran yang sama untuk semua siswa, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang ataupun rendah. Dengan perlakuan demikian, siswa yang berbeda kecepatan belajarnya belum mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Siswa yang lambat tetap saja tertinggal dari kelompok sedang. Sementara siswa yang cepat belum mendapatkan layanan yang optimal dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas cenderung belum bisa mendorong mereka maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Salah satu prinsip atau asas mengajar menekankan pentingya "Individualitas ", yaitu menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.
Di sisi lain, hasil penelitian Dwi Nugroho Hidayanto menemukan "Fenomena rendahnya mutu pembelajaran disebabkan oleh sikap spekulatif dan intuitif guru dalam memilih metode dan strategi pembelajaran...". Karena itu ia menyatakan bahwa "peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran, dan peningkatan kualitas pembelajaran dapat ditempuh dengan meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode-metode pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik". Hal ini menunjukkan, bahwa usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah permasalahan yang sederhana, tapi merupakan permasalahan yang kompleks dan saling berkaitan dengan kualitas pembelajaran serta mutu guru.
Fenomena yang digambarkan diatas, baik yang menyangkut rendahnya kualitas prestasi akademik atau hasil belajar siswa maupun layanan pembelajaran yang belum dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individual (aptitude) siswa merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Maka dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang sejauhmana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Identifikasi Variabel dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian, harus ada dua variabel :
a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang keberadaannya tidak terikat dengan variabel yang lain. Variabel ini juga disebut variabel bebas dan diberi simbol X. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang keberadaannya terikat dengan variabel yang lain. Variabel ini diberi simbol Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah prestasi belajar siswa.
2. Rumusan Masalah
Bertolak dari pemikiran di atas, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah mengikuti model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X?
c. Sejauh mana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X ?

C. Definisi Operasional
Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang judul tersebut, dan untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul skripsi tersebut, maka penulis akan memberi pengertian yang jelas atas beberapa istilah yang terkandung dalam judul tersebut, antara lain :
1. Efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab atau perbuatan; akibat; dampak. Dalam skripsi ini yang dimaksud efektifitas adalah pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.
2. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah suatu konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing.
3. Prestasi belajar siswa adalah penguasaan dan perubahan tingkah laku setelah dilaksanakannya proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka. Dalam hal ini hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai post test (tes akhir) yang dilakukan setelah proses pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
Dari rangkaian istilah yang ada pada judul di atas dapatlah dimengerti maksud penulis adalah sejauh mana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.

D. Alasan Pemilihan Judul
Tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya perbedaan kemampuan (aptitude) siswa, proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan tinggi dan ada yang berkemampuan rendah atau pun sedang. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan individual siswa dalam pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar dibutuhkan cara atau pendekatan yang dapat diterapkan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu melalui pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
Maka penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan (efektifitas) model pembelajaran ATI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa serta kemudian merumuskan judul permasalahan itu sebagai berikut :
"Efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X".

E. Tujuan dan Signifikansi penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dalam penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X.
b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa setelah mengikuti model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X.
c. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.
2. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
a. Menemukan pemikiran tentang implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sekaligus untuk memperkaya wawasan dalam bidang penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
b. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi sekolah dalam menentukan langkah meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan sebagai bahan masukan bagi guru terutama guru Pendidikan Agama Islam SMPN X.
c. Sebagai bahan masukan pengetahuan khususnya dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam yang ideal melalui pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Menurut Suharsimi, ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian :
1. Hipotesis Kerja atau yang disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel x dan variabel y atau adanya perbedaan antar kelompok.
2. Hipotesis Nol, disingkat Ho. Hipotesis ini menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel x terhadap variabel y.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
a. Hipotesis Kerja (Ha) yang berbunyi;
Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.
b. Hipotesis nol (Ho) yang berbunyi :
Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) tidak efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian dengan menggunakan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen atau eksperimen murni dan sering kali disebut dengan istilah true experiment. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel dengan cara menghadapkan kelompok eksperimen pada beberapa macam kondisi perlakuan dan membandingkan akibat (hasilnya) dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
2. Lokasi Penelitian
SMPN X sebagai lokasi penelitiannya dengan alasan yakni letaknya sangat strategis terutama bagi siswa yang berada di perumahan maupun siswa yang berkendaraan bagi siswa yang rumahnya jauh. SMPN X berdiri di atas lahan seluas ± 5435 m.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Untuk memperoleh data yang valid maka diperlukan adanya populasi terhadap obyek yang diteliti, sebab tanpa adanya populasi penelitian akan mengalami kesulitan dalam mengolah data.
Menurut Sugiono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Riduwan, mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMPN X, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMPN X yang berjumlah 273 siswa terdiri dari 7 kelas paralel.
b. Sampel
Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono, memberikan pengertian sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. "Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100,lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15%, atau 20%-25% atau lebih".
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Adapun dalam penelitian ini penulis melakukan teknik pengambilan sampel dengan cara sampel acak (random sampling), merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara "mencampur" subyek-subyek dalam populasi sehingga semua subyek dalam populasi dianggap sama. Dengan demikian setiap subyek memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMPN X yang berjumlah 273 siswa yang terdiri dari 7 kelas paralel. Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih 2 kelas dari 7 kelas yang ada, 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol. Adapun data penelitian ini penulis menggunakan cara undian, yaitu dengan cara membuat daftar seluruh kelas VII. Mulai dari kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, DAN VII G. Setelah itu membuat lembar kertas kecil-kecil kemudian digulung baik-baik. Setelah itu gulungan kertas tersebut dimasukkan ke dalam kaleng atau kotak, lalu dikocok. Dengan tanpa prasangka diambil dua gulungan. Dari kedua kelas tersebut, yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas VII E sebanyak 36 siswa yang mendapat pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Sedangkan kelas kontrol adalah kelas VII C sebanyak 35 siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran ATI.

H. Sistematika Pembahasan
Bab I : Membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, alasan pemilihan judul, tujuan dan signifikansi penelitian, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Membahas tentang kajian teori yang berisi hakikat pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) yang meliputi definisi pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan, dan macam-macam perlakuan terhadap perbedaan tingkat kemampuan siswa. Tinjauan prestasi belajar yang meliputi pengertian prestasi belajar, jenis-jenis prestasi belajar, fungsi utama prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar.
Bab III : Membahas tentang laporan hasil penelitian yang berisi gambaran umum obyek penelitian, yang meliputi sejarah berdirinya SMPN X, letak geografis SMPN X, struktur organisasi SMPN X, keadaan guru dan karyawan. Analisis deskriptif hasil penelitian, yang meliputi analisis data pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan, analisis data macam-macam perlakuan terhadap perbedaan tingkat kemampuan siswa, dan analisis data prestasi belajar siswa. Analisis data statistika yang meliputi (Uji normalitas, uji homogenitas dua variansi dan uji-T).
Bab IV : Membahas penutup yang meliputi kesimpulan, kritik dan saran.
SKRIPSI PENGARUH STRATEGI CRITICAL INCIDENT (PENGALAMAN PENTING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS X

SKRIPSI PENGARUH STRATEGI CRITICAL INCIDENT (PENGALAMAN PENTING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS X

(KODE : PEND-AIS-0056) : SKRIPSI PENGARUH STRATEGI CRITICAL INCIDENT (PENGALAMAN PENTING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dengan bergulirnya otonomi pendidikan poin yang mendominasi pendidikan adalah "relevansi" pendidikan, yaitu perlunya penyesuaian dan materi program pendidikan agar secara lentur bergerak sejalan dengan tuntutan dunia kerja serta tuntutan masyarakat yang berubah secara terus-menerus, hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang menuntut kualifikasi tertentu serta petumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, setiap jenis-jenis dan jenjang-jenjang pendidikan perlu terus diorientasikan pada upaya tidak hanya menguasai kemampuan akademik dan keterampilan saja, tetapi juga kompetensi dalam bidang keterampilan genetik, yang meliputi manajemen diri, keterampilan komunikasi, manajemen orang lain dan tugas, serta kemampuan memobilisasi inovasi dan perubahan.
Dalam kehidupan di suatu Negara, pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal itu tercantum dalam Undang-Undang pendidikan RI No.20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi :
"Pendidikan nasional berfungsi menggambarkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Tidak hanya pendidikan secara nasional tetapi pendidikan Islam juga sangat berperan dalam mengembangkan potensi manusia, dan dewasa ini pendidikan Islam secara kuantitatif bisa dikatakan maju, hal ini bisa dilihat dari menjamurnya lembaga pendidikan Islam, mulai dari sekolah kanak kanak hingga perguruan tinggi Islam, baik yang dikelola swasta maupun yang dikelola pemerintah. Kendati demikian secara kualitas pendidikan Islam masih harus terus berbenah mencari format yang tepat untuk dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Pendidikan agama (Islam) memang merupakan salah satu komponen wajib dari isi kurikulum setiap jenjang pendidikan sebagai mana yang telah diisyaratkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989. Dengan demikian, pendidikkan Islam diakui secara jelas. Akan tetapi persoalan yang muncul adalah apakah pendidikan Islam mampu menempatkan diri pada posisi yan tepat serta bagaimana strategi yang efektif dan efisien untuk diterapkan sehingga mampu mewujudkkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam konteks ini, sumberdaya yang diharapkan adalah sumberdaya yang mampu membangun diri sendiri dan bangsa.
Membangun masyarakat menjadi SDM yang berkualitas memang bukan suatu pekerjaan yang mudah. Karena itu, faktor pendidikan merupakan tiang pancang dalam hal ini. Bahwa pendidikan adalah salah satu aspek sosial budaya yang berperan sangat strategis dalam pembinaan sebuah keluarga, masyarakat dan bangsa. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah mesti dilaksanakan secara sadar, sistematis, terarah dan terpadu.
Sebagai bentuk pendidikan yang berbasiskan agama, pendidikan Islam jelas memiliki mata rantai tranmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibandingkan pendidikan umum. Karena itulah, pendidikan Islam menanggung beban yang cukup berat, sebab harus memadukan unsur profane dan imanen. Dengan pemaduan ini diharapkan tujuan pendidikan Islam bisa terwujud, Yakni melahirkan manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Sebagai mana yang di katakan bahwa pendidikan adalah factor yang yang penting untuk mengembangkan SDM, maka sangat jelas bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka, secara detail seperti apa yang telah tercantum dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1, bahwa "Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru disekolah dasar, menengah, dan dosen diperguruan tinggi.
Pendidikan begitu pentingnya dalam kehidupan manusia, maka diatur sedemikian rupa agar dapat membantu kehidupan manusia, semua hal dan komponen yang berhubungan dengan pendidikan selalu diperhatikan dan dipertimbangkan agar tercipta pendidikan yang bermutu mulai dari peserta didik, pendidik, apa yang diajarkan sampai pada masalah sarana prasarana diatur sedemikian rupa agar tidak ada cela dan cacat yang dapat membuat pendidikan terganggu yang akhirnya tidak sesuai dengan harapan awalnya.
Dalam sebuah pendidikan, banyak sekali hal hal yang sangat mempengarui berhasil tidaknya suatu pendidikan itu, antara lain adalah proses belajar mengajar, padahal selama ini salah satu yang dihadapi oleh pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran, selama ini Sebagian besar pendekatan pendidikan di sekolah-sekolah berpusat pada guru yang berarti semua mengarah pada guru. Jika kita tinjau lebih jauh pada pendekatan tersebut siswa lebih banyak mendengar, menghafal bahan-bahan yang diberikan oleh gurunya dan mengulanginya pada waktu ujian. Hal ini akan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Proses belajar ini terkadang kurang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu siswanya. Karena guruhanya menuntut agar siswanya menerima semua materi yang disampaikan dan berhasil dalam ujian tanpa memperhatikan sisi lain kebutuhan siswa. Untuk mengaktualisasikan diri mengembangkan semua potensi yang dimiliki, mengembangkan daya nalar dalam mengembangkan pengetahuan yang diterima.
Hasil dominan guru adalah siswa cenderung kurang semangat belajar atau kurang motivasi belajar. Karena siswa akan belajar mengikuti instruksi dan menyelesaikan sendiri sesuai dengan perintah-perintah guru. Bahkan siswa cenderung menghafal pelajaran dengan baik untuk mendapatkan nilai yang diharapkan.
Pada abad 20, teacher centered method tidak mampu lagi mendorong motivasi siswa kepada tujuan-tujuan utama pendidikan yaitu :
"Kesanggupan berpikir secara kritis dan positif, perkembangan disiplin diri, bekerja sama dengan orang lain secara efektif, bertanggung jawab diri sendiri dan orang lain".
Hasil dari dominasi guru atau teacher centered method yang sudah disebutkan. Dan semua itu sangat berlawanan dengan tujuan utama pendidikan diatas, yang terpenting dalam proses belajar mengajar adalah terciptanya suasana belajar yang baik, tidak didominasi yang berlebihan dari pihak guru maupun siswanya.
Selain pendekatan strategi dan strategi pembelajaran merupakan prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran memegang peranan penting dalam menciptakan mutu pendidikan dan hasil belajar yang maksimal. Para ahli teori teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan system pengajaran atau proses belajar mengajar, berbagai system pengajaran yang menarik akhir-akhir ini diantaranya adalah strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik belajar secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran dan mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, Memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa-apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik, dengan cara ini biasnya peserta didik akan meraskan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar bisa dimaksimalkan.
Dan untuk menyikapi fenomena yang ada, para praktisi pendidikan dan khususnya para pemerintah telah berusaha untuk menghidupkan kembali aktifitas pendidikan melalui cara-cara pendidikan yang betul-betul mencerdaskan dan dapat dinikmati anak, dan dalam hal ini strategi pembelajaran aktif sangat diperlukan dalam oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Hisyam Zaini dalam bukunya strategi pembelajaran aktif menyebutkan empat puluh empat model strategi pembelajaran aktif yang dapat digunakan oleh pendidik, dan salah satu strategi yang mengaktifkan siswa mulai dalam proses belajar mengajar adalah strategi critical incident (pengalaman penting) yaitu strategi untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yang mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang sesuai dengan topic materi yang disampaikan. Dengan strategi ini peserta didik terlibat langsung secara aktif dan dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi, mengajukan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta menggugah diskusi.
Strategi critical incident (Pengalaman Penting) adalah strategi untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yaitu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang sesuai dengan topik materi yang disampaikan.
Dengan adanya strategi tersebut dalam pendidikan agama Islam, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "PENGARUH STRATEGI CRITICAL INCIDENT (PENGALAMAN PENTING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs. X".

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengajukan rumusan masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini, sebagai berikut : :
1. Bagaimana kemampuan gurudalam mengelola pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) di MTs. X ?
2. Bagaimana aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) di MTs. X?
3. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah strategi critical incident (pengalaman penting) diterapkan pada mata pelajaran fiqih di MTs. X?
4. Adakah pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs. X?
2. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka studi ini dibatasi pada masalah bagaimman pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih materi sujud syukur dan sujud tilawah di MTs. X.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah pangkal dari sebuah usaha, Oleh karena itu perlu disebutkan lebih jelas. Tujuan yang akan dicapai penulis dalam pembahasan ini secara umum adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) di MTs. X.
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) pada mata pelajaran fiqih di MTs. X?
3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah strategi critical incident (pengalaman penting) diterapkan pada mata pelajaran fiqih di MTs. X.
4. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi critical incident (pengalaman penting) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs X.

D. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi :
1. Akademik Ilmiah
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiyah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1).
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.
2. Sosial Praktis.
a. Sebagai bahan masukan dalam rangka kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya pada mata pelajaran fiqih di MTs X.
b. Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran bagi para praktisi yang berkecimpung di dunia pendidikan.
c. Bagi sekolah dan instansi-instansi pendidikan pada umumnya merupakan kontribusi tersendiri, atau minimal dijadikan referensi tambahan guna mendukung trecapainya proses evaluasi yang lebih baik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran judul penelitian ini, maka diberikan definisi operasionalnya sebagai berikut :
1. Pengaruh
Yang dimaksud dengan pengaruh adalah suatu daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak atau perbuatan seseorang. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui adanya pengaruh atau akibat yang di timbulkan oleh penerapan strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs X
2. Strategi Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain strategi adalah suatu cara yang sistematif untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan critical incident (Pengalaman Penting) adalah strategi untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yaitu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang sesuai dengan topik materi yang disampaikan. Jadi, strategi critical incident (Pengalaman Penting) adalah cara untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yaitu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang sesuai dengan topik materi yang disampaikan.
3. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu hal yang telah dicapai, sedangkan belajar adalah adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Jadi hasil belajar yang dimaksud yaitu suatu hasil yang telah dicapai setelah mengevaluasi proses belajar mengajar atau setelah siswa mengalami interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang relative manetap dan tahan lama.
4. Siswa
Siswa adalah subjek yang terkait dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
5. Mata Pelajaran Fiqih
Mata pelajaran fiqih adalah satuan pelajaran yang merupakan salah satu unsur dari materi Pendidikan Agama Islam yang ada di Madrasah Tsanawiyah.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat memberikan gambaran awal dari susunan skripsi ini, perlu penulis ketengahkan sistematika pembahasan yang menunjukkan susunan bab demi bab, sehingga dapat dilihat rangkaian skripsi yang sistematis dalam pembahasan pokok uraian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : adalah pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
BAB II : adalah landasan teori yang terdiri dari tinjauan tentang : Pertama, studi tentang strategi critical incident (Pengalaman Penting) yang meliputi : Pengertian strategi critical incident (Pengalaman Penting), latar belakang strategi critical incident (Pengalaman Penting), pengertian strategi critical incident (Pengalaman Penting), tujuan strategi critical incident (Pengalaman Penting), langkah-langkah atau prosedur strategi critical incident (Pengalaman Penting), Kelebihan dan kekurangan strategi critical incident (pengalaman penting), Kedua, studi tentang hasil belajar yaitu meliputi : pengertian hasil belajar, arti penting belajar, jenis-jenis belajar, indikator hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Ketiga, studi tentang materi fiqih yaitu meliputi : pengertian mata pelajaran fiqih, tujuan pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah, ruang lingkup mata pelajaran fiqih. keempat, studi tentang pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa. kelima, studi tentang hipotesis penelitian.
BAB III : adalah metode Penelitian yang didalamnya berisi tentang : Jenis Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Rancangan Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan data, dan Tekhnik Analisa Data.
BAB IV : adalah laporan hasil penelitian. Pada bab ini penulis sajikan tentang gambaran kondisi obyektif penelitian yang meliputi : sejarah berdirinya dan letak geografis sekolah, visi dan misi sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana dan kurikulum. Kemudian yang penulis sajikan yaitu analisis data yang meliputi : kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktifitas siswa, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih, serta analisis data hasil tes yang dianalisis dengan menggunakan uji statistic parametric yaitu dengan menggunakan uji hipotesis data berpasangan (sample paired t-test).
BAB V : adalah tentang diskusi dan pembahasan hasil penelitian, pada bab ini penulis akan membahas dan mendiskusikan tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) di MTs. X, aktifitas siswa selama mengikutii pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) pada mata pelajaran fiqih di MTs. X, hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan strategi critical incident (pengalaman penting) pada mata pelajaran fiqh di MTs. X, serta diskusi tentang pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh di MTs. X.
BAB VI : adalah penutup. Pada bab ini memberikan gambaran secara jelas tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini dan sekaligus memberikan saran-saran.
SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X

SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X

(KODE : PEND-AIS-0055) : SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Indonesia yang menyeleggarakan pendidikan tentu memiliki filosofi dan ideologi tersendiri dalam pengembangan dunia pendidikan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) sebagai wakil dari pemerintah, bertanggung jawab lebih terhadap pendidikan di Indonesia, terus berupaya menjalankan dan mengembangkan serta meningkatkan kualitas/mutu Pendidikan Nasional dengan interpretasinya sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan orang untuk belajar, lebih-lebih guru yang mempunyai tugas mendidik dan megajar. Sedikit saja lengah dalam belajar akan ketinggalan dengan perkembangan zaman, termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan guru harus senantiasa ditingkatkan untuk mengimbangi atau mengikuti kemajuan zaman tersebut.
Secara umum tujuan makro pendidikan Nasional adalah membetuk organisasi pendidikan yang otonom, sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju pembentukan lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan tetunya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan tangguh. Sedangakan tujuan mikronya adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, beretika, memiliki nalar, berkemampuan sosial dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.
Azyumardi Azra, mengatakan pendidikan Nasional dihadapkan pada berbagai permasalahan, salah satunya adalah profesionalisme guru dan tenaga kependidikan yang masih belum memadai. Artinya, minimnya kualitas seorang guru dalam pendidikan atau pembelajaran.
Wardiman Djoyonegoro (mantan Menteri Pendidikan Nasional), mengatakan sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) pertama adalah sarana dan gedung, kedua buku yang berkualitas, dan ketiga guru dan tanaga kependidikan yang profesional/berkualitas.
Bila melihat dunia pendidikan secara umum saat ini, dimana mutu pendidikan di Indonesia bisa dikatakan rendah. Namun bila kita telaah lebih jauh mengenai penyebab dari kurangnya mutu pendidikan adalah kurangnya kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru (kurang profesional) dan juga kurangnya penghargaan terhadap guru. Penghargaan ini sangat penting untuk memotivasi guru untuk lebih mengembangkan dirinya. Penghargaan ini dapat berupa pujian atau pembinaan kepada para guru yang pada akhirnya akan menumbuhkan semangat para guru dalam pembelajaran dan yang pasti dapat meningkatkan kualitas seorang guru yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas siswa/out put/sekolah secara umum.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang berhasil yaitu tercapainya tujuan sekolah serta tercapainya tujuan individu yang ada dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah harus memahami dan menguasai peranan organisasi dan hubungan kerja sama antara individu.
Kepala Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah yang berkualitas memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggannya.
Untuk menciptakan hal ini, diperlukan sosok Kepala Sekolah yang berkualitas pula. la harus memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan sebagai bekal, pola atau strategi dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, termasuk pembinaan terhadap guru-gurunya agar tetap menjaga kelestarian lingkungan sekolah, memperbaiki yang kurang serta meningkatkan dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik menuju pada tujuan institusional yang telah ditetapkan.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan kualitas profesional guru-guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala Sekolah).
Guru juga dapat dikatakan sebagai tiang utama keberhasilan pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kualitas guru sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan tujuan sekolah pada khusunya. Namun, untuk mendapatkan guru yang berkualitas/profesional untuk mencapai tujuan pendidikan khusunya di sekolah tidak terlepas dari ujung tombak lembaga pendidikan/sekolah tersebut, yaitu kepala sekolah dalam melakukan pembinaan terhadap para guru, yang nantinya juga akan bermuara pada anak didik/output yang berkualitas.
Maka dari itu, pembinaan oleh kepala sekolah sangat menentukan kualitas guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah minimal harus mempunyai kemampuan memberikan bimbingan, mengarahkan, mengatur serta memotivasi guru agar mereka bisa berbuat sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan/sekolah.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun dalam jabatan. Tidak semua guru yang mendidik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan lmu pengetahuan dan tehnologi serta mobilitas masyarakat.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamatkan bahwa guru adalah pendidik profesional (guru harus memiliki kualitas dalam pembelajaran dan pengajaran). Dengan demikian, guru selain harus profesional juga harus memiliki kualifikasi akademik serta memiliki kecakapan hidup untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan/sekolah khususya dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya.
Menjadi guru adalah pilihan yang terbaik dalam posisi sosial seseorang. Guru memang pahlawan tanpa jasa; guru digugu dan ditiru. Posisi guru dimasa reformasi ini telah diberikan perhatian yang cukup, karena aspirasi guru secara tertulis diakomodasi dalam UU Guru dan Dosen.
Pengalaman yang selama ini bergulat dengan anak didik menjadi modal utamanya dalam mengimplementasikan semangat Standar Isi ini. Di tengah persyaratan formal sebagai standar minimal seperti stratifikasi guru dalam bentuk sebuah ijazah sesuatu yang perlu dipenuhi. Tetapi, selembar ijazah belum cukup menjamin keberhasilan dalam membawa misi Standar Isi PAI. Sikap keingintahuan terhadap segala hal, melakukan langkah-langkah yang kreatif serta tidak kenal menyerah dan putus asa menghadapi kendala di lapangan sangat diperlukan. Guru harus berusaha menjadi guru ideal, disamping menjadi contoh moralitas yang baik, diharapkan para guru memiliki wawasan keilmuan yang luas sehinga materi PAI dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan yang lain, selain itu memahami psikologi anak didik juga tidak kalah pentingnya.
Guru yang bekualitas adalah guru yang mampu membuat perangkat pembelajaran (Prota, Prosem, Silabus, Rencana Pembelajaran (RPP)), mengelola pembeajaran, mampu mengembangkan dirinya sendiri atau mengikuti perkembangan dunia pendidikan agar tidak ketinggalan informasi/zaman serta mengauasai materi ajar sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dalam artian seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogig, profesional, kepribadian dan sosial. Dengan kompetensi yang demikian seorang guru akan mudah dalam menyampaikan materi ajar khususnya materi Pendidikan Agama Islam dan siswa akan mudah menyerap materi yang diperolehnya.
Secara tegas Wahab menuliskan kelemahan kualitas pendidikan Islam yang salah satunya lebih disebabkan rendahnya kemampuan profesional guru. Menurutnya dengan sebagian besar guru yang lulusan KPGA, PGA, dan IAIN, serta kualitas pendidikan agamanya yang juga tidak membanggakan, menjadikan pendidikan Islam dalam posisi dilematis.
Kekurang-mutuan pendidik ini pada akhirnya berdampak pada banyak hal salah satunya terwujud dengan model belajar yang cenderung tradisional. Dalam proses pendidikan tradisional, pendidik selalu menganggap siswa sebagai objek yang tidak memiliki potensi apapun (impotensi akademik). Hal ini menyebabkan anak tidak terbiasa menghadapi permasalahan yang muncul secara kritis. Pada tahapan selanjutnya akan dipastikan terjadinya kegagalan akademik pasca proses pendidikan.
Belajar PAI di sekolah bagi anak didik bukan saja belajar tentang yang boleh dan tidak boleh, tetapi mereka belajar adanya pilihan nilai yang sesuai dengan perkembangan anak didik. Guru dalam mentransfer nilai tidak hanya diberikan dalam bentuk ceramah, tetapi juga terkadang dalam bentuk membaca puisi, bernyanyi, mendongeng dan bentuk lainnya, sehingga suasana belajar tidak monoton dan terasa menyenangkan. Guru, tidak cukup menyampaikan istilah-istilah Arab kepada anak didik, atau memiliki kemampuan bahasa Arab, tetapi juga diperlukan kemampuannya dalam bahasa Inggris, sehingga kesan guru sebagai kaum yang dimarginalisasi dan hanya bisa menyampaikan ini halal dan ini haram berkurang. Kemudian Guru PAI diharapkan mengikuti perkembangan metode pembelajaran mutakhir untuk menggunakan media teknologi informasi dalam pembelajarannya. Melalui alat teknologi ini, pembelajaran yang efektif dan efisien dapat dicapai. Dengan demikian, Standar Isi yang komprehensif dan implementatif belumlah cukup, tetapi juga memerlukan guru-guru yang memiliki kompetensi dan profesionalitas.
Peningkatan kualitas guru sekarang ini menjadi suatu keharusan. Untuk itu, guru-guru yang memang belum memenuhi persyaratan secara akademik, seperti diamanatkan Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD) seharusnya menyesuaikan diri dengan segala kesadaran. Peningkatan dan sertifikasi memang sesuatu keharusan tak bisa dihindari lagi. Demikian ditegaskan Dr Buchory MS MPd, Rektor Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) (Minggu (23/7).
Pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah melalui pembelajaran di kelas dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran setiap minggunya tidaklah cukup untuk membekali siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya lain yang dilakukan secara terus menerus dan tersistem. Sehingga pengamalan nilai-nilai pendidikan agama menjadi budaya dalam komunitas sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam seperti yang diamanahkan oleh pemerintah dapat dicapai dengan baik. Kualitas guru yang dibutuhkan pada era sekarang ini ialah seorang guru yang mampu dan siap berperan dalam lingkungan besar yaitu sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan lembaga pendidikan/sekolah yaitu sebagai pemegang kendali.
Dari uraian dapat dikemukakan bahwa proses pegelolaan pendidikan di sekolah akan berjalan lancar apabila guru memiliki kualitas yang baik, lebih-lebih guru agama (PAI) yang merupakan tonggak penanaman moral dan agama anak didik sebagai bekal kehidupan dan juga tinggi rendahnya kualitas seorang guru dipengaruhi oleh pembinaan kepala sekolah terhadap para guru.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X yang bervisi "Membentuk siswa yang unggul dalam prestasi berpedoman pada keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa" dan salah satu misinya adalah "Menciptakan kedisiplinan dan ketertiban siswa". Kini SMPN X terus memacu SDM pendidiknya/guru untuk selalu ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Peningkatan etos kerja personel sekolah dalam upaya peningkatan prestasi siswa dan peningkatan kualitas guru/profesionalisme guru dan karyawan hingga mengembangkan daya kreatifitas dan innovasi siswa dalam mengantisipasi pembaharuan pendidikan, kini merupakan kiat-kiat yang mendasari SMPN X dalam memajukan sekolahnya. Tidak itu saja memberdayakan sumber daya sekolah dan mewujudkan kondisi sekolah yang agamis dalam membentuk budi pekerti yang luhur itu semua sudah tertanam pada segenap warga sekolah untuk dilaksanakan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di SMPN X terdiri dari tiga orang guru. Dengan jumlah guru secara keseluruhan mencapai 97 guru. Dari sini sudah jelas bagaimana seorang kepala sekolah harus bisa meningkatkan kualitas/profesionalitas guru agama untuk mengimbangi dari pada tujuan sekolah yaitu membentuk siswa yang unggul dalam prestasi berpedoman pada keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, yaitu membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Namun hal tersebut akan sulit terwujud bila tidak adanya bantuan dari kepala sekolah.
Menurut kepala sekolah kualitas guru di SMPN X bisa dikatakana kurang, karena kebanyakan guru agama Islam kurang bisa membuat perangkat pembelajaran dengan baik dan kurang memanfaatkan penggunaan stategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang di ajarkan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Dari sini kepala sekolah harus berusaha untuk meningkatkan kualitas guru agama Islam agar bisa mengimbangi guru-guru yang lain.
Melihat peran seorang kepala sekolah yang begitu urgen dalam sebuah lembaga pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai kebenaran yang ada dilapangan bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN X?

B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana peran kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X
- Bagaimana kualitas guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X
- Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X

C. BATASAN MASALAH
1. Peran kepala sekolah yang begitu banyak diantaranya adalah kepala sekolah berperan sebagai leader, manajer, motivator, supervisor, administrator, innovator dan educator. Namun untuk memudahkan peneliti dan pembaca memahami peran yang begitu banyak, peneliti membatasi peran kepala sekolah sebagai supervisor, sebagaimana yang peneliti lakukan di SMP Negeri X.
2. Kualitas, kualitas guru PAI dalam penelitian ini pada kualitas dalam administrasi pembelajaran. Misalnya adalah membuat perangkat pembelajaran (RPP, Prota, Promes, dan Silabus).

D. DEFINISI OPERASIONAL
1. Peran kepala sekolah
Yang dimaksud peran kepala sekolah disini adalah segala kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab serta fungsi seorang pemimpin sebuah lembaga pendidikan/sekolah (kepala sekolah).
2. Kualitas
Kualitas/mutu merupakan derajat atau tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, adapun kualitas disini ialah hubungannya dengan masalah-masalah pendidikan yang dititik beratkan pada perbaikan pembelajaran guru PAI.
3. Guru PAI
Guru diartikan sebagai pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar sedangkan menurut Nawawi, guru diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggug jawab membantu anak-anak mecapai kedewasaannya masing-masing. Jadi yang dimaksud guru PAI disini ialah guru yang mengajar/mentransfer Pendidikan Agama Islam pada sebuah lembaga pendidikan untuk membantu siswa mencapai kedewasaaannya, terutama dalam Pendidikan Agama Islam.
4. Kualitas guru PAI
Seorang guru yang mempunyai kualitas dalam pembelajaran khususnya dalam bidang pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
5. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru PAI
Yang dimaksud disini adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu meningkatkan kualitas dan mengembangkan sebuah lembaga pendidikan/sekolah yang dipimpinnya. Namun dalam skripsi ini, penulis lebih menitikberatkan pada usaha kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas para guru melalui supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terutama terhadap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai Supervisor.

E. ALASAN MEMILIH JUDUL
- Dunia pendidikan selalu berkembang dan berubah. Maka untuk mengimbanginya diperlukan peningkatan kualitas para guru untuk mencapai out put yang berkualitas pula.
- Kepala sekolah yang mepunyai peran yang sangat besar dalam memajukan sebuah lebaga pendidikan/sekolah. Karena maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan ada pada tonggak sekolah tersebut yaitu kepala sekolah.
- Keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah bagian dari tujuan pendidikan. Maka untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan guru yang berkualitas agar dapat mengantarkan siswa menjadi anak bangsa yang berkualitas, yang nantinya dapat berguna bagi agama dan bangsa.

F. TUJUAN PENELITIAN
- Untuk mengetahui gambaran peran kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X
- Untuk mengetahui gambaran kualaitas guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X
- Untuk mengetahui gambaran peran kepala sekolah terhadap peningkatan kualitas guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X

G. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sebuah lembaga pendidikan
2. Bagi kepala sekolah
Menjadi masukan untuk selalu melakukan pembinaan terhadap guru serta mencari inovasi-inovasi untuk perkembangan, kemajuan dan kualitas sekolah agar tercapai tujuan sekolah secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum.
3. Bagi para guru
Dapat dijadikan evaluasi untuk selalu berusaha mengembangkan diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta untuk mencapai kualitas/profesionalitas dalam pembelajaran.

H. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Karena penelitian menggunakan metode kualitatif, yang secara definisi merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Untuk menyelesaikan penelitian ini digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data dan Sumber Data
a. Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Dibawah ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut.
1) Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama yaitu kepala sekolah dan elemen yang terkait.
Dalam hal ini sumber pertama atau data primer dari penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru PAI.
2) Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti-peneliti dari bahan kepustakaan sebagai penunjang dari data pertama. Data ini berupa dokumen sekolah, atau referensi yang terkait dengan penelitian.
b. Sumber Data
Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:
1) Person yaitu sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara yaitu kepala sekolah dan guru PAI.
2) Place atau tempat adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak dan keadaan keduanya obyek untuk penggunaan metode observasi.
3) Data tertulis adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Ini digunakan pada metode dokumentasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Skripsi ini ditulis berdasarkan studi lapangan dan studi perpustakaan. Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.
a. Interview/Wawancara.
Interview/Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada jenis tehnik wawancara, khususnya wawancara mendalam (deep interview). Rulam Ahmadi mengutip dari Guba dan Lincoln menyatakan bahwa tehnik ini memang merupakan tehnik pengumpulan data yang khas bagi penelitian kualitatif. Jadi secara tidak langsung penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam.
Namun metode wawancara mendalam terbagi menjadi tiga macam yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara terbuka terstandar. Setelah melihat dari pengertian ketiganya kemudian menimbangnya, peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah model pilihan jika pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan oleh karenanya dapat membuat kerangka pertanyaan yang tepat untuk memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada di tangan pewawancara dan respon terletak pada responden.
Dalam wawancara ini yang menjadi sasaran wawancara adalah kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam. Dalam wawancara dengan kepala sekolah pertanyaan-pertanyaan lebih difokuskan pada peran kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah baik output/anak didik, guru dan seluruh lingkungan sekolah. Namun dalam hal ini lebih ditekankan pada bagaimana usaha dan peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru PAI yang pada endingnya juga akan meningkatkan kualitas output/anak didik ataupun kualitas sekolah.
Sedangkan wawancara kepada para guru lebih difokuskan pada bagaimana kualitas guru PAI di SMPN X dan peran serta usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, yang tidak dipersiapkan karena ada permintaan seorang penyidik. Dokumen itu dapat berupa arsip-arsip, atau rekaman yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode ini digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, kapan, bagaimana dan dimana.
c. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena dan gejala sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian. Bagi observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap dan membaca permasalahan moment-moment tertentu dengan dapat memisahkan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Karena metode observasi ini terdiri dari dua macam yaitu observasi partisipan dan non partisipan. Maka dengan berbagai pertimbangan, kami dalam penelitian ini menggunakan metode observasi non partisipasi seorang pengamat bisa melakukan pengumpulan data tanpa harus melibatkan diri langsung kedalam sistuasi dimana peristiwa itu berlangsung. Sedangkan yang menjadi objek obeservasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan lingkungan sekolah. Dan yang menajadi sasaran observasi adalah adalah peran kepala seolah, guru dan situasi sekolah dalam rangka untuk mendapatkan kelengkapan penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mengorganisasikan dan mengurutkan data secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dihasilkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Selanjutnya data-data tersebut dinyatakan dalam bentuk narasi deskriptif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh subyek.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan kejadian, yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi selama penelitian yang dilakukan di SMPN X secara sistematis.
Penerapan teknis analisis deskriptif dilakukan melalui tiga tahapan yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.
Reduksi adalah salah satu bentuk analisis yang menajamkan dan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan di verifikasi.
b. Kategorisasi
Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Dan setiap kategori diberi nama atau label.
c. Sintesisasi
Tahapan selanjutnya dalam analisis data adalah sintesisasi berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Dan kaitan tersebut juga diberi label.

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah pemahaman dalam penyusunan skripsi, maka sistematika yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
- BAB I
Dalam bab awal ini disajikan gambaran umum pola pikir seluruh isi dalam sekripsi, antara lain: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Definisi operasional, Alasan memilih judul, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Metode penelitian, dan Sistematika pembahasan.
- BAB II
Pada Bab yang kedua berisi landasan teori mengenai masalah dalam penelitian, yaitu peran kepala sekolah dan kualitas guru Pendidikan Agama Islam (PAI).
- BAB III
Pada Bab yang ketiga berisi penyajian seluruh hasil penelitian mengenai peran kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X.
- BAB IV
Pada Bab yang terakhir ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan skripsi.
TESIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN GAME DAN ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR (SD)

TESIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN GAME DAN ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR (SD)

(KODE : PASCSARJ-0114) : TESIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN GAME DAN ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR (SD) (PRODI : TEKNIK ELEKTRO)




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah mempengaruhi berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Wujud nyata pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi di bidang pendidikan adalah penggunaan internet dan intranet melalui sistem e-learning. Sistem e-learning telah banyak diaplikasikan oleh masyarakat dunia, dan menjadi tren pendidikan berbasis teknologi komunikasi dan informasi. Indonesia melalui berbagai institusi pendidikan baik milik pemerintah maupun swasta juga telah mengadaptasi sistem e-learning untuk pembelajaran. Pemanfaatan sistem e-learning untuk pembelajaran telah memicu terjadinya transformasi dari pola pembelajaran konvensional ke pola pembelajaran digital.
Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional (Renstra Depdiknas) mencantumkan bahwa pendidikan harus selalu melakukan adaptasi dan penyesuaian dengan gerak perkembangan ilmu pengetahuan modern dan inovasi teknologi maju, sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan zaman. Pendidikan bertugas untuk menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai peradaban yang maju melalui perwujudan suasana belajar yang kondusif, aktivitas pembelajaran yang menarik dan mencerahkan, serta proses pendidikan yang kreatif. SD sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional yang menjadi tumpuan pertama terwujudnya Wajib Belajar 9 tahun diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi dalam upaya meningkatkan mutu dan layanan pendidikan, sehingga diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana guna mendukung proses pembelajaran tersebut.
Perubahan paradigma pendidikan dari teacher-oriented menjadi student-oriented menuntut kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Kurangnya interaksi siswa dalam proses pembelajaran menjadi kendala utama yang menyebabkan siswa tidak memiliki peran, menjadi pasif dan bergantung pada apa yang diberikan oleh guru.
Interaktifitas, baik konvensional maupun digital, merupakan hal penting dalam kegiatan pembelajaran karena meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan membangun sikap kognitif siswa.
Pentingnya interaktifitas tidak terkecuali pada pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika bersifat abstrak dan deduktif, sehingga membutuhkan media pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika. Penggunaan media untuk pembelajaran matematika diharapkan membantu siswa untuk belajar secara mudah, interaktif, komunikatif, dan dapat menerapkan berbagai konsep-konsep matematika yang terasa rumit menjadi ilmu pengetahuan yang kontekstual dan menyenangkan untuk dipelajari serta diaplikasikan. Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Mengingat peran matematika yang sangat fundamental, sangat penting untuk melakukan eksplorasi mengenai bagaimana meningkatkan kemampuan logika siswa.
Berdasar hal tersebut di atas, pada tesis ini akan dirancang dan diimplementasikan sistem interactive e-learning berbasis web menggunakan game animasi untuk pembelajaran matematika tingkat SD. Konsep perancangan sistem ini menitikberatkan pada bagaimana sistem dirancang untuk mendukung aspek pedagogik pembelajaran di ruang kelas dan memenuhi struktur pembelajaran matematika. Sistem interactive e-learning yang akan dirancang bersifat web-based dan merupakan jenis pembelajaran berbasis komputer yang memanfaatkan ICT sebagai curriculum tool. Sistem ini mengedepankan aspek interaktifitas untuk mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga mempercepat tercapainya nilai-nilai dalam proses pembelajaran. Interaksi pada sistem ini meliputi interaksi sosial dan interaksi kognitif. Sistem ini menggunakan animasi dan game untuk menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
Sebagai studi kasus tesis ini adalah pembelajaran materi bilangan untuk kelas 1 dan kelas 2 SD. Berdasar kurikulum yang berlaku saat ini, materi bilangan selalu terdapat pada tiap semester di setiap jenjang kelas SD. Pentingnya materi bilangan dikarenakan materi ini menjadi dasar penghubung siswa dengan dunia matematika, selain kenyataan bahwa kemampuan numeris dan komputasi akan sangat berguna pada kehidupan nyata.

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sistem interactive e-learning dapat menunjang aspek pedagogik pembelajaran berbasis komputer.
2. Merancang dan mengimplementasikan sistem interactive e-learning yang dapat meningkatkan keefektifan kegiatan belajar mengajar;
3. Optimalitas penggunaan animasi dan game untuk penyampaian materi bilangan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah :
1. merancang sistem pembelajaran interactive e-learning untuk SD menggunakan game dan animasi, khususnya dalam penyampaian materi bilangan untuk kelas 1 dan kelas 2;
2. mengimplementasikan dan menguji sistem berdasar hasil rancangan yang dibuat.
Manfaat dari penelitian ini adalah menyediakan sarana pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran matematika tingkat SD yang memenuhi kriteria berikut.
1. Memenuhi aspek pedagogik pembelajaran.
2. Memudahkan guru dalam pengelolaan kelas.
3. Menjadikan pembelajaran matematika mudah dan menyenangkan.
4. Mengefektifkan waktu pembelajaran.

1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sistem yang akan dikembangkan merupakan sistem berbasis web menggunakan model portal pembelajaran.
2. Sebagai prototipe, digunakan teknik jaringan client server dengan ruang lingkup jangkauannya lokal (intranet).
3. Materi yang akan mengisi sistem pembelajaran mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk bidang studi matematika tingkat siswa SD sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas RI) No. 22-23 Tahun 2006 sedangkan materi yang menjadi studi kasus penelitian ini adalah materi bilangan untuk kelas 1 dan kelas 2.

1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pendefinisian masalah yang akan dikaji dan dilanjutkan dengan studi literatur melalui kajian pustaka mengenai konsep interactive e-learning dan aspek pedagogik pembelajaran berbasis komputer.
2. Perancangan sistem untuk membangun aplikasi interactive e-learning menggunakan game dan animasi.
3. Implementasi dan pengujian sistem berdasar rancangan yang telah dibuat.

1.6 Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari enam bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan tesis, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN INTERACTIVE E-LEARNING, berisi dasar-dasar teori dan tinjauan interactive e-learning yang melandasi pemikiran dalam melakukan analisis, perancangan, implementasi dan pengujian.
BAB III. ASPEK PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER, berisi tinjauan pedagogik yang melandasi pemikiran dalam melakukan analisis, perancangan, implementasi dan pengujian.
BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM, berisi penjelasan analisisis perancangan sistem meliputi perancangan software dan hardware.
BAB V. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM, berisi pokok-pokok penting dalam mengimplementasikan perancangan prototipe dan pengujian sistem sesuai rancangan yang telah dijelaskan di bab IV.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan yang diperoleh, saran untuk pengembangan lebih lanjut, dan beberapa kendala yang dihadapi selama melakukan kajian.
TESIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN GAME MATA PELAJARAN IPA

TESIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN GAME MATA PELAJARAN IPA

(KODE : PASCSARJ-0113) : TESIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN GAME MATA PELAJARAN IPA (PRODI : TEKNIK ELEKTRO)




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu alam secara sistematis sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Penggunaan media merupakan suatu keharusan agar siswa menemukan dengan pengalamannya sendiri, bukan hafalan, teori, atau kaidah dan rumus-rumus. Media akan membantu siswa untuk memvisualkan hal-hal abstrak, merangsang kreatifitas, menemukan pengetahuan, dan memahami konsep. Agar dapat berfungsi meningkatkan mutu proses dan hasil belajar, media harus disiapkan dan dirancang dengan cermat oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi katalis atas perubahan paradigma dan isi pedagogis. Teknologi informasi dan komunikasi yang lebih difokuskan pada teknologi komputer dan internet dapat memberikan cara baru dalam mengajar dan belajar. Pada prinsipnya mendukung teori belajar dan mengubah pedagogis yang berpusat pada guru.
Belajar dengan teknologi berarti belajar yang dipusatkan bagaimana teknologi memberikan makna pada pembelajaran suatu kurikulum yang sudah ditentukan. Belajar melalui komputer dan internet pada dasarnya memadukan proses belajar dengan bentuk teknologi yang digunakannya. Dalam hal ini melibatkan pemberdayaan kurikulum dengan aktivitas-aktivitas yang terkait dan mendukung kurikulum tersebut.
Salah satu bentuk penerapan teknologi dalam proses pembelajaran adalah sistem e-learning. E-learning adalah penyampaian mated pelajaran melalui media elektronik yang meliputi internet, intranet, extranet, satelit, pita rekaman audio/video, TV interaktif dan CD-ROM. Dalam e-learning, siswa merupakan subyek dan pusat proses pembelajaran, sehingga siswa harus mengeluarkan banyak energi sendiri untuk memahami pelajaran. Agar siswa tidak mudah bosan belajar sendiri, maka materi dalam e-learning harus dirancang sedemikian mpa sehingga mudah dipahami dan menyenangkan bagi siswa.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut selumh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada obyek-obyek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Proses seperti itu dapat diperoleh siswa melalui sebuah permainan dan juga gambar-gambar animasi, melalui permainan siswa memperoleh lebih banyak keterampilan dan pengalaman secara langsung. Namun begitu permainan yang diberikan pada siswa juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini.
Berdasarkan kondisi pembelajaran IPA di SD, SLTP dan SMU, nampaknya persoalan tersebut memerlukan suatu alternatif pemecahan yang sangat mendesak untuk menjembatani persoalan-persoalan seputar proses pembelajaran IPA. Artinya diperlukan upaya-upaya yang terprogram untuk mengubah dan memperbaiki pola pembelajaran yang selama ini dikembangkan dan dilaksanakan oleh guru. Untuk itu perancangan dan implementasi interaktif e-learning menggunakan game dan animasi pada materi benda dan energi kelas 1, 2 dan 3 tingkat Sekolah Dasar ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan IPA di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan rancangan ini adalah :
- menentukan game yang dapat membantu menarik minat siswa dalam belajar IPA,
- menyesuaikan penggunaan game dan animasi dengan aspek pedagogik dan psikologis anak.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian interactive e-learning dengan game dan animasi ini adalah:
- merancang sistem pembelajaran interactive e-learning untuk SD dengan game dan animasi, khususnya pembelajaran mengenai benda dan juga energi,
- mengimplementasikan sistem pembelajaran interactive e-learning untuk SD dengan game dan animasi, khususnya pembelajaran mengenai benda dan energi berdasar rancangan yang dibuat.

1.4 Batasan Masalah
Penelitian tesis ini dibatasi pada perancangan dan implementasi sistem interactive e-learning menggunakan game dan animasi dengan studi kasus mated benda dan energi kelas 1, 2 dan 3 SD yang disesuaikan dengan SKKD matapelajaran IPA.

1.5 Metodologi Penelitian
Agar penelitian ini terarah, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- studi literatur mengenai sistem pembelajaran interactive e-learning dan konsep game,
- pengkajian terhadap interactive e-learning, game dan pembelajaran, aspek psikologis dan pedagogik anak, serta pembelajaran benda dan energi,
- analisis kebutuhan sistem interactive e-learning,
- perancangan sistem pembelajaran interactive e-learning serta perancangan game dan animasi benda dan energi,
- implementasi dari rancangan sistem,
- pengujian sistem secara fungsionalitas.

1.6 Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, berisi pembahasan mengenai konsep e-learning, interaktifitas, game dan pembelajaran, dan tinjauan pedagogi sistem.
BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM, berisi pembahasan aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam menrancangan game benda dan energi, baik dari sisi pengguna maupun dari sisi teknologi pendukung.
BAB IV. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN, berisi uraian tentang pembuatan prototipe sistem interactive e-learning dengan game dan animasi.
BAB VI. PENUTUP berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil tahapan yang telah dilakukan selama penelitian.
TESIS DESAIN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN GAME DAN ANIMASI DENGAN PENDEKATAN CTL

TESIS DESAIN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN GAME DAN ANIMASI DENGAN PENDEKATAN CTL

(KODE : PASCSARJ-0112) : TESIS DESAIN DAN IMPLEMENTASI INTERACTIVE E-LEARNING MENGGUNAKAN GAME DAN ANIMASI DENGAN PENDEKATAN CTL (PRODI : TEKNIK ELEKTRO)




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah mempengaruhi berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Bahkan di dalam renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 pemerintah telah mengagendakan tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran di tingkat Pendidikan Dasar, diantaranya adalah merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis portal, web, multimedia interaktif, yang terdiri atas aplikasi tutorial dan learning tool. Contoh pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi di bidang pendidikan adalah penggunaan internet dan intranet melalui e-learning. E-learning dapat dimanfaatkan untuk mengubah pola pembelajaran konvensional ke pola pembelajaran digital dan membantu proses belajar-mengajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan. Aspek interaktif dalam pembelajaran penting untuk diterapkan dalam rangka mengasah kreatifitas dan kemandirian siswa.
Salah satu ilmu pengetahuan yang menjadi dasar berkembangnya teknologi modern adalah Matematika. Selain itu Matematika juga memiliki peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia termasuk perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif akan terus dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Setelah anak masuk SD, pengajaran matematika jadi lebih sulit. Sebab semakin tinggi kelas anak, pelajaran matematikannya akan semakin sukar. Apalagi ketika anak menginjak kelas 3 dan di sinilah anak mulai tidak menyukai matematika.
Pelajaran matematika penuh dengan angka serta rumit dan hal ini pulalah yang membuat anak tidak menyukai matematika. Agar dapat memahami mated, anak harus belajar menyukai dan konsentrasi penuh pada pelajaran itu. Jika tidak dapat, anak akan cepat merasa bosan, lama-lama menjadi malas, bahkan takut. Selain masalah kerumitan mated, cara penyajian atau pola pembelajaran kurang kreatif serta masalah diskalkulia (kesulitan belajar menghitung) merupakan faktor lain yang membuat anak tidak menyukai matematika.
Mengingat usia anak yang masih kecil, pengajaran matematika harus dilakukan semenarik dan sekreatif mungkin. Karena rentang konsentrasi anak tidak panjang, maka mereka perlu diberi penyajian yang variatif dan interaktif. Misalnya cara penyajian tidak hanya selalu berbentuk angka-angka, tapi selingi dengan cerita, teka-teki, alat peraga, pengenalan mated dengan ilustrasi, animasi, game dan Iain-lain.
Cara mengajar yang interaktif perlu digalakkan dan diterapkan dalam proses pendidikan saat ini. Proses pengajaran yang berjalan secara interaktif mengedepankan komunikasi dua arah diantara guru dan siswa serta dapat meminimalkan rasa bosan siswa dalam belajar. Penggunaan berbagai jenis teknologi, bahan multimedia dan internet diharapkan dapat membantu merealisasikan pendekatan ini.
Di dalam Tesis ini membahas desain dan implementasi interactive e-learning bidang studi matematika untuk tingkat Sekolah Dasar kelas 3 dengan menerapkan teknologi game dan animasi melalui pendekatan CTL. Dengan ini diharapkan kegiatan pembelajaran matematika menjadi lebih interaktif dan menyenangkan karena dalam aplikasi ini guru tidak lagi menjadi sumber utama informasi dan sumber utama segala jawaban, melainkan guru merupakan fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan dan mitra belajar.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan diuraikan masalah sebagai berikut:
1. cara memanfaatkan interaktif e-learning sebagai salah satu media penunjang pelaksanan pembelajaran berbasis ICT di sekolah, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
2. hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam merancang sebuah interaktif e-learning dan game,
3. cara merancang dan mengimplementasikan sebuah interaktif e-learning dan game dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL, sehingga siswa dapat memahami konsep mated pelajaran matematika dengan mudah.

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan tesis ini adalah sebagai berikut:
1. merancang dan mengimplementasikan aplikasi interactive e-learning bidang matematika untuk tingkat Sekolah Dasar kelas 3 dengan teknologi jaringan berbasis Local Area Network (LAN), sebagai salah satu media penunjang pelaksanan pembelajaran berbasis ICT di sekolah,
2. mengintegrasikan penyampaian materi pelajaran dengan animasi dan game melalui pendekatan CTL, agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan mudah difahami,
3. menciptakan komunitas pendidikan melalui forum diskusi yang diharapkan akan bermanfaat untuk pertukaran informasi terkait pendidikan.

1.4 Batasan Masalah
Tesis ini dibatasi pada desain sistem dan pembuatan interactive e-learning berbasis web serta animasi dan game melalui pendekatan CTL. Adapun mata pelajaran yang akan diterapkan sebagai contoh kasus dalam tesis ini adalah matematika untuk siswa kelas 3 SD, dimana Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya mengacu pada Standar Isi yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006.

1.5 Metoda Penelitian
Metoda penelitian yang digunakan adalah :
1. mendefmisikan permasalahan,
2. studi literatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tema meliputi konsep e-learning, game, game edukasi, kurikulum, CTL dan Iain-lain,
3. mengkaji sistem pendukung,
4. desain sistem yang digunakan untuk membangun interactive e-learning dengan menerapkan animasi dan game,
5. implementasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat,
6. pengujian.

1.6 Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari 5 bagian dengan sistematika sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang konsep teknologi dan konsep pedagogik yang sesuai sebagai pendukung dalam penyusunan tesis ini.
BAB III. ANALISIS DAN DESAIN SISTEM, menjelaskan tentang analisis pemecahan masalah dan desain sistem.
BAB IV. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM, berisi tentang hal-hal penting dalam implementasi dan pengujian sistem sesuai dengan desain yang telah dijelaskan di bab III.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN, menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat serta saran untuk pengembangan lebih lanjut. Selain itu di bab ini juga dibahas sekilas mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapai ketika melakukan pengkajian.
TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS

TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS

(KODE : PASCSARJ-0111) : TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS (PRODI : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA)




BAB I
PEDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Menulis pada dasarnya merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berupa kegiatan produktif dan ekspresif yang membutuhkan kesabaran, keuletan, dan kejelian tersendiri. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
Untuk itu kurikulum ideal negeri ini telah menetapkan pembelajaran menulis sebagai salah satu komponen penting untuk diberikan kepada warganya sebagai muatan penting pendidikan sekolah dasar yang kita kenal dengan istilah "calistung". Materi pembelajaran menulis diberikan sejak dini dengan tujuan agar sekolah mampu memberikan bekal yang cukup untuk kemajuan siswanya dimasa yang akan datang. Berbagai metode pembelajaran sengaja diciptakan untuk mendukung keberhasilan pembelajar dalam keterampilan menulis ini.
Namun dalam aktualnya kurikulum ideal tersebut tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang diidealkan. Kegagalan aktualisasi kurikulum ideal dalam pembelajaran keterampilan menulis ini disebabkan banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan ini adalah miskinnya pengalaman dan pengetahuan guru terhadap berbagai pendekatan ataupun metode pembelajaran menulis. Pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan nasional belum mampu memfasilitasi seluruh para pengajar khususnya guru bahasa untuk mendapatkan akses pelatihan-pelatihan ataupun loka karya yang mampu memberikan sumbangan pengetahuan yang cukup, terutama dalam hal pembelajaran menulis.
Beberapa sumber informasi menyimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa masih redah dibandingkan dengan keterampilan bahasa lainnya. Alwasilah (1993) memperkuat pernyataan di atas dengan mengatakan bahwa bahasa Indonesia di sekolah-sekolah lebih mengajarkan keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara.
Diantara hambatan yang menjadikan rendahnya keterampilan siswa menulis di sekolah dasar adalah menulis eksposisi. Kegiatan menulis eksposisi menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang sulit karena belum tersedianya bahan ajar tentang keterampilan menulis siap pakai yang dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran serta minimnya pelatihan menulis eksposisi bagi siswa. Padahal kegiatan menulis ini merupakan suatu wadah yang bisa dijadikan siswa sebagai sarana pencurahan gagasan. Tarigan (1995:22) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktek dan latihan yang tersistematis.
Hambatan lainnya adalah kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan bersifat monoton karena hanya bertumpu pada model pembelajaran yang itu-itu saja dan keterlibatan siswa dalam prosesnya sangat minim. Prinsip pembelajaran yang disarankan oleh Kurikulum KTSP yang terkenal dengan akronim PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) belum bisa dilaksanakan secara maksimal oleh guru dalam aktifitas pembelajar sehari-hari.
Atas dasar realita yang terjadi di atas perlu kiranya ditanggapi dan diperhatikan, yaitu dengan mencari dan menemukan solusi yang tepat sehingga mal praktek pendidikan bisa dihindari. Kita harus memperhatikan visi misi masa depan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada penggalian potensi siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sanusi (1991), yaitu bahwa fungsi utama pendidikan akan bergeser dari memberi tahu, mengajar, membina, mengembangkan apa-apa dari orang lain kepada membelajarkan orang lain mendorong orang lain aktif sendiri. Titik berat bergeser dari memberdayakan orang lain ke memberdayakan semua potensi diri.
Guru merupakan aktor utama yang menjadi kunci keberhasilan pembelajaran di lapangan. Kamampuan guru untuk merencanakan dan memilih pendekatan dan model pembelajaran keterampilan menulis yang sesuai dengan teks dan konteks siswa menjadi sebuah keharusan.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu untuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran siswa. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif atau gotong royong ini adalah pendidikan adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi.
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan adalah karena para pendidik dan ilmuwan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh persaingan di kelas yang dapat merusak suasana kelas. Hal ini bukan berarti pesaingan di kelas salah, jika diatur dengan baik, persaingan di dalam kelas yang sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak tidak berbahaya untuk memotivasi orang melakukan yang terbaik.
Salah satu model pembelajaran kooperatif ini adalah model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis. Model pembelajaran ini merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Madden, Salvin, dan Steven, 1986). Para siswa belajar dalam kelompoknya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprenhensif lainnya. Selama periode seni berbahasa ini siswa terlibat dalam pelatihan penulisan, saling merevisi dan menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan hasil kerja kelompok.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis merasa sangat perlu untuk menuangkan gagasan dan pemikiran tentang peningkatan menulis secara spesifik dengan menggunakan model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis ini dalam sebuah penelitian. Peneliti melakukan ini dalam usaha untuk mengetahui keberhasilan atau pun kendala yang diperoleh bila model ini diterapkan dalam pembelajaran menulis, yang secara khusus pada pembelajaran menulis eksposisi. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk merumuskan sebuah judul penelitian, yaitu "Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis. Penelitian ini dilakukan di SD X Kota Y dengan menggunakan metode penelitian eksperimen.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pengamatan terhadap model pembelajaran untuk pembelajaran menulis eksposisi dalam bahasa Indonesia, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah proses perencanaan dan pembelajaran model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam mengingkatkan kemampuan menulis eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi siswa kelas V SD X Kota Y?
2) Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis?
3) Seberapa besar pengaruh model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam meningkatkan kemampuan menulis eksposisi berita siswa kelas V SD X Kota Y?
4) Seberapa besar pengaruh model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam meningkatkan kemampuan menulis eksposisi ilustrasi siswa kelas V SD X Kota Y?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini secara rinci mempunyai tujuan:
1) untuk mengetahui proses perencanaan dan pembelajaran model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam mengingkatkan kemampuan menulis eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi siswa kelas V SD X Kota Y.
2) untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.
3) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam meningkatkan kemampuan menulis eksposisi berita siswa kelas V SD X Kota Y.
4) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam meningkatkan kemampuan menulis eksposisi ilustrasi siswa kelas V SD X Kota Y.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan umumnya dan khususnya bermanfaat bagi siswa, guru, dan praktisi pendidikan terutama guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Manfaat penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian menganai pembelajaran menulis eksposisi melalui pendekatan model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis diharapkan dapat bermanfaat untuk menemukan pendekatan yang cocok dalam pembelajaran menulis eksposisi untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V Sekolah Dasar.
1.4.2 Manfaat Praktis
- memperbaiki persepsi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis.
- memanfaatkan hasil penelitian mengenai pembelajaran menulis eksposisi melalui pendekatan model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
- meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan menulis eksposisi di SD X Kota Y.

1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.5.1 Anggapan Dasar
Penelitian ini dilandasi oleh sejumlah anggapan dasar berikut ini:
a) Model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis adalah model yang relevan untuk pembelajaran menulis eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi siswa kelas V Sekolah Dasar.
b) Kemampuan menulis eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi siswa dapat ditingkatkan apa bila guru menggunakan model pembelajaran yang tepat.
1.5.2 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, selanjutnya dirumuskan hipotesis agar penelitian ini lebih terarah. Hipotesis tersebut sebagai berikut: Pembelajaran menulis eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi melalui pendekatan model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis berpengaruh terhadap meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V Sekolah Dasar.

1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional ini dimaksudkan utuk menjelaskan pokok-pokok penting yang merupakan kata kunci dalam penelitian ini. Yang dijadikan model dalam penelitian ini adalah model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.
1. Model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis, memiliki tahapan pembelajaran, yaitu dimulai dengan proses awal membaca teks kemudian tahap akhir proses menulis dengan tahapan sebagai berikut:
a. guru membentuk kelompok beranggotakan empat orang siswa yang secara heterogen;
b. guru memberikan teks sesuai dengan bahan pembelajaran;
c. murid saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap teks yang ditulis pada lembar jawaban;
d. murid membacakan hasil kerja kelompok;
e. guru membuat kesimpulan bersama murid;
f. guru membacakan kesimpulan.
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran yang digunakan dalam menentukan maksud dan tujua setiap pokok bahasan, menganalisis karakteristik warga belajar, menyusun instruksional khusus, memilih isi pembelajaran, melakukan pra tes, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mengadakan dukungan pelayanan, melaksanakan evaluasi, dan membuat revisi belajar mengajar.
2. Menulis Eksposisi
Eksposisi berasal dari kata Latin yang berarti memberitahukan, memaparkan, menguraikan. Ini berarti bahwa tujuan utama wacana eksposisi itu adalah untuk memberitahukan, memaparkan, menguraikan atau menerangkan sesuatu kepada audien tertentu. Di dalam eksposisi, bahan yang akan dikomunikasikan adalah semata-mata informasi. Informasi ini mungkin berupa data faktual; misalnya tentang kejadian sejarah, tentang bagaimana sesuatu bekerja; tentang bagaimana suatu operasi atau proses suatu pekerjaan dilaksanakan.
Jadi pada dasarnya, eksposisi adalah tulisan yang berusaha untuk menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas sesuatu. Eksposisi juga merupakan karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas-jelasnya.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi. Eksposisi berita adalah tulisan yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis eksposisi ini banyak ditemukan pada surat kabar. Dan eksposisi ilustrasi adalah tulisan yang pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti ilustrasi berikut ini, dapat diilustrasikan seperti, seperti, bagaikan."