Search This Blog

SKRIPSI PEMBERDAYAAN PEMERINTAH KELURAHAN DALAM RANGKA PELAYANAN MASYARAKAT

SKRIPSI PEMBERDAYAAN PEMERINTAH KELURAHAN DALAM RANGKA PELAYANAN MASYARAKAT

(KODE : FISIP-AN-0023) : SKRIPSI PEMBERDAYAAN PEMERINTAH KELURAHAN DALAM RANGKA PELAYANAN MASYARAKAT




BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang masalah
Reformasi dilakukan untuk mewujudkan aparatur negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fiingsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance. Selain itu, masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan pelayanan yang prima sebagaimana diharapkan masyarakat. Agar harapan tersebut dapat menjadi kenyataan maka dituntut adanya suatu sikap aparatur yang baik, integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat pemerintahan di daerah diharapkan dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan dengan lebih baik dari sebelumnya sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.
Namun dibalik itu semua telah muncul suatu pemikiran yang positif yaitu munculnya ide serta tentang pemikiran dasar yang menimbulkan reformasi total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan utama dari reformasi adalah untuk menciptakan masyarakat sipil (civil society) dalam kehidupan pemerintahan, bermasyarakat dan bernegara yang memiliki nilai-nilai good governance serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, sikap keterbukaan, kejujuran dan keadilan yang berorientasi kepada rakyat dan bertanggungjawab kepada rakyat.
Terdapat beberapa persoalan utama yang merupakan bagian dari sejarah masa lalu bangsa Indonesia yang efeknya masih dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang hidup pada masa sekarang ini, yang sekaligus merupakan indikator penyebab terjadinya krisis multidimensi yang masih melanda bangsa Indonesia hingga saat ini. Ketika permasalahan tersebut diidentifikasi, maka ujung dari permasalahan tersebut bermuara kepada terjadinya pendangkalan partisipasi rakyat dalam program pembangunan daerah serta semakin melemahnya posisi nilai tawar rakyat dalam hal perencanaan dan pengambilan keputusan yang melibatkan kehidupan rakyat. Rakyat bukan dijadikan sebagai subjek dalam kehidupan demokrasi dan juga bukan menjadi subjek didalam pembangunan.
Kelurahan merupakan dasar dari satuan pemerintahan yang terkecil dari suatu komunitas pemerintahan negara. Sehingga boleh dikatakan bahwa keberhasilan dalam melakukan pembangunan juga tergantung dari sejauh mana partisipasi masyarakat setempat beserta aparatur pemerintahan kelurahan dalam perencanaan pembangunan tersebut. Dalam arti masyarakat harus ikut berpartisipasi dan diberi kepercayaan dan kewenangan yang cukup dalam mengurusi rumah tangga kelurahannya, sehingga bisa mandiri dan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki daerah tersebut.
Selain sebagai pelaksana dan perencana program pembangunan, maka para aparatur pemerintah kelurahan juga berperan sebagai pelayan masyarakat dalam urusan-urusan administrasi dan kependudukan yang menjadi wewenang dari pihak kelurahan. Namun hingga saat ini pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat, terkadang masih sulit untuk dapat diakses langsung oleh masyarakat dan prosedur yang terkadang berbelit-belit dan sering menyulitkan masyarakat ketika harus mengurus surat atau izin tertentu di kelurahan, biaya yang tidak jelas serta terjadinya pungutan liar (pungli), saat ini menjadi cerminan rendahnya kualitas pelayanan di Indonesia.
Dimana ini juga merupakan bagian akibat dari berbagai program pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, namun saat ini masih jauh sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu juga ada kecenderungan ketidak adilan didalam pelayanan yang diberikan, dimana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit untuk mendapat pelayanan yang baik dan berkualitas dari pihak kelurahan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki uang akan lebih mudah dalam menyelesaikan urusannya. Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan memunculkan potensi yang berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya dan miskin dalam konteks untuk memperoleh pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu dapat merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2005 tentang Pemerintah Kelurahan yang merupakan dasar dalam menuju masyarakat yang berkembang yaitu kelurahan tidak lagi menjadi level administrasi, tidak lagi menjadi bawahan daerah tetapi menjadi masyarakat yang mandiri. Sehingga setiap masyarakat yang berada pada lingkungan kelurahan berhak untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan kepentingannya sendiri. Disini harus dipahami bahwa kelurahan merupakan suatu kesatuan hukum yang memiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur dan melayani semua kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya menuju kesejahteraan.
Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, di mana paradigma pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan yang berorientasi kepuasan masyarakat sebagai berikut :
a. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui kebijakan yang memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi pelayanan masyarakat.
b. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan aparatur kelurahan dan masyarakat sehingga masyarakat juga mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama.
c. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan tertentu sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.
d. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada hasil, sesuai dengan masukan atau aspirasi yang diharapkan masyarakat.
e. Lebih mengutamakan pelayanan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
f. Memberi akses kepada masyarakat dan responsif terhadap pendapat dari masyarakat tentang pelayanan yang diterimanya.
Namun dilain pihak, pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada masyarakat diharapkan juga memiliki :
a. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya.
b. Memiliki perencanaan dalam pengambilan keputusan.
c. Memiliki tujuan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Dituntut untuk akuntabel dan transparan kepada masyarakat.
e. Memiliki standarisasi pelayanan yang baik pada masyarakat.
Semenjak gerakan reformasi digulirkan dalam rangka merubah struktur kekuasaan menuju demokrasi dan desentralisasi, maka kebutuhan masyarakat terhadap suatu pelayanan prima dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah kelurahan menjadi sangat penting. Diawali dengan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan selanjutnya dilakukan revisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 , yang telah dijadikan landasan yuridis untuk menggeser fokus politik ketatanegaraan, diawali desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada daerah. Dan sekarang menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 73 tentang Pemerintahan Kelurahan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 tentang Pemerintahan Desa.
Inti dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah penyelenggaraan pemerintahan lokal yang menekankan pada prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh daerah masing-masing.
Perencanaan pembangunan didaerah kelurahan tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan pemerintah kelurahan yang merupakan unit terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menjadi tonggak strategis dalam keberhasilan seluruh program pembangunan. Karena itu upaya untuk memperkuat dan memberdayakan pemerintah ditingkat kelurahan merupakan langkah dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat sebagai tujuan dalam program pembangunan kelurahan.
Untuk mengakomodir aspirasi masyarakat yang terus berkembang serta dalam menghadapi perubahan yang terjadi baik dalam lingkungan nasional maupun lingkungan internasional yang secara langsung akan berpengaruh pada roda pemerintahan dan pelaksanaan program pembangunan di negara kita, maka diperlukan adanya suatu pemerintahan kelurahan yang tangguh dan didukung oleh sistem dan mekanisme kerja yang profesional dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Pemerintahan kelurahan harus benar-benar siap dan mampu untuk mengelola setiap potensi yang ada dalam lingkungan masyarakat untuk dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Pemerintah kelurahan juga harus cepat dan tanggap dalam memperhatikan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan warga masyarakatnya. Diharapkan dengan terciptanya pemerintahan kelurahan yang tangguh dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat mewujudkan program-program pembangunan yang terencana secara efektif dan efisien yang pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan sejahtera.
Konsep pemberdayaan pemerintah kelurahan ini dapat dilaksanakan melalui program peningkatan kualitas atau kemampuan aparat pemerintahan setempat. Hal ini sangat penting mengingat kelurahan atau desa merupakan unit pemerintahan yang terkecil dalam tata pemerintahan yang ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan langsung berhubungan dengan masyarakatnya. Dengan demikian diharapkan bahwa aparat pemerintahan khususnya pada tingkat kelurahan dapat meningkatkan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat.
Sekarang ini kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat telah mengalami penurunan kualitas dan perlu diadakan perbaikan, bila dilihat dari sisi efisiensi dan efektivitas, responsivitas, kesamaan perlakuan (tidak diskriminatif) maka pelayanan yang diberikan masih jauh dari yang diharapkan oleh masyarakat dan masih memiliki berbagai kelemahan.
Pemerintah Kelurahan X disini berperan dalam perencanaan program pembangunan didaerah harus mampu berkoordinasi dan bekerjasama dengan masyarakat dan mampu menampung segala aspirasi masyakat, agar dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai "Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat (Studi Pada Pemerintah Kelurahan X)".

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
"Bagaimana Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk Memberdayakan Pemerintahan Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat di Kelurahan X".

1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan untuk memberdayakan Pemerintahan Kelurahan X dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas kinerja Pemerintahan Kelurahan X dalam usaha membangun daerahnya.

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mencari khasanah ilmiah tentang upaya-upaya pemberdayaan Pemerintah Kelurahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Sebagai bahan referensi atau masukan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan dalam Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan.
3. Dapat dijadikan bahan referensi atau informasi ilmiah dalam penulisan karya ilmiah dan penelitian tentang Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan.
4. Untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat didalam pembangunan daerah kelurahan.
SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN X

SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN X

(KODE : FISIP-AN-0022) : SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan SDM secara efektif merupakan jalan bagi suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, kekuatan organisasi ditentukan oleh orang-orang yang mendukung organisasi tersebut, baik pada tingkat top, midle maupun lower. Pada dasarnya organisasi bukan saja mengharapkan SDM yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan ketrampilan SDM tidak ada artinya bagi organisasi, jika mereka tidak mau bekerja dengan keras dengan menggunakan kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimilikinya. Apabila orang-orang tersebut bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan dan keahliannya yang dipengaruhi oleh motivasi mereka, maka organisasi akan mencapai tujuannya dan berkembang pesat.
Pegawai Negeri Sipil merupakan Sumber Daya Aparatur Negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil di Indonesia dirasakan semakin penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadapan modren, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi. Oleh karena itu, penyelenggaraan pemerintahan memerlukan orang-orang yang selalu mampu untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan secara berdayaguna dan berhasil guna. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang dalam penjelasannya menyatakan bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri.
Pembangunan Nasional mengisyaratkan kepada seluruh elemen masyarakat akan pentingnya meningkatkan produktivitas di segala bidang agar tercapainya pemerataan pembangunan. Keberhasilan sebuah produktivitas kerja juga akan dipengaruhi oleh pengelolaan dan pemberdayaan sumber-sumber daya (berupa finansial, fisik, manusia, dan teknologi) dalam organisasi, baik organisasi yang bersifat formal dan non formal. Dengan meningkatkan produktivitas kerja yang diharapkan akan tercapai tujuan dari organisasi serta dapat meningkatkan barang atau jasa yang dihasilkan dari organisasi tersebut.
Produktivitas kerja pegawai adalah kemampuan pegawai untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi oleh sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan berusaha memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan. Pada hakekatnya, produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.
Faktor yang mempengamhi produktivitas kerja pegawai salah satunya adalah dengan menumbuhkan motivasi kerja di kalangan pegawai. Motivasi adalah suatu pendorong bagi pegawai untuk mau bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi timbul dengan adanya beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan tekanan dan rasa ketidakpuasan tersendiri sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi.
Sumber daya manusia yang tersedia dalam organisasi memiliki kemampuan berkembang tanpa batas. Kemampuan manusia juga dapat ditingkatkan dengan memberikan motivasi yang tepat. Dan dapat dilihat dengan jelas bahwa organisasi hanya akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi tersebut berupaya menampilkan kerja yang optimal agar tercapainya produktivitas dan salah satunya dengan motivasi yang baik.
Namun, masalah akan timbul pada saat pegawai/staf dari organisasi yang sebenarnya memiliki potensi yang baik untuk mengerjakan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya namun tidak melaksanakan tugas tersebut dengan baik dikarenakan banyak faktor yang mempengamhinya diantaranya karena rasa malas atau karena tidak mengetahui secara jelas tugas pokok dan fungsinya sehingga menyebabkan pegawai tersebut kurang profesional.
Sebagai contoh, yang dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan dalam bukunya (2000 : 2), di suatu unit lembaga pemerintahan misalnya, sekitar 25% dari pegawai, baik tingkat atas, menengah atau tingkat bawah, benar-benar bekerja keras dengan memanfaatkan semua waktu kerja yang ada. Ada diantara mereka yang terpaksa bekerja lembur karena mengejar batas waktu penyelesaian kerja atau selalu dikerja "dead line". Sementara itu 75% pegawai tidak memanfaatkan jam kerja yang ada, bahkan cenderung untuk mengurangi jam kerja. Banyak diantara pegawai tersebut yang mengisi waktu kerjanya dengan duduk-duduk ngobrol, menelpon keluarga atau teman, ataupun izin ke luar kantor untuk urusan-urusan yang tidak berkaitan dengan tugas pekerjaannya.
Melihat permasalahan diatas, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah dengan pemberian motivasi kepada pegawai. Motivasi pegawai ini tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan ini menyebabkan mengapa pegawai itu berusaha mencapai tujuan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dorongan ini juga yang menyebabkan pegawai berperilaku, memperbaiki dan meningkatkan kinerja, sehingga produktivitas kerjapun meningkat. Memotivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti paksaan dan hukuman, imbalan, penghargaan dan pujian, dan menciptakan kompetisi, tujuan dan harapan yang jelas realistis serta mudah dicapai.
Kantor Kecamatan X merupakan salah satu organisasi pemerintah yang menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah Kabupaten X. Maka untuk menjamin terlaksananya seluruh tugas-tugas sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh organisasi tersebut diperlukan produktivitas kerja pegawai yang tinggi dengan memberikan motivasi kerja kepada para pegawai secara profesional.
Berdasarkan kenyataan yang penulis amati dilapangan bahwa kurang maksimalnya dan kurang produktifnya pekerjaan pegawai di Kantor Kecamatan X dalam melakukan tugasnya. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya pegawai yang melaksanakan tugasnya kurang profesional, seperti kurang memahami tugas dan fungsinya (tupoksi), masih adanya pegawai yang sering menunda-nunda pekerjaan, terlambat masuk kerja, pulang lebih awal, kurang memanfaatkan waktu kerja dengan baik, pada jam kerja tidak ada di kantor dengan alasan yang tidak jelas, adanya anggapan bahwa kerja sebagai aparatur pemerintah tidak perlu bekerja secara maksimal karena gaji sudah ditetapkan jumlahnya sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, adanya pandangan bahwa "pintar bodoh pendapatan sama" sehingga para pegawai tidak mau menunjukkan keahliannya karena itu akan menyusahkan diri sendiri sebab merekalah yang akan selalu ditugaskan menyelesaikan pekerjaan di kantor tersebut. Hal ini juga dipertegas di Ekspose Camat Kecamatan X dalam rangka Penilain Kecamatan Terbaik Kabupaten X Tahun 2010, dimana Camat X menyampaikan bahwa "Pegawai pada umumnya hanya melakukan pelanggaran-pelanggaran ringan seperti terlambat datang, pulang sebelum waktunya, keterlambatan melaksanakan tugas dan lain sebagainya. Pegawai yang melakukan pelanggaran ini hanya diberikan tegoran secara lisan dengan cara memanggil yang bersangkutan secara langsung dan menerangkan pelanggaran yang dilakukannya, serta menasehati agar tidak mengulanginya kembali”. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi produktivitas kerja pegawai karena pegawai kurang memiliki motivasi untuk melakukan ketentuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh tentang produktivitas kerja pegawai yang salah satunya dipengaruhi oleh motivasi kerja para pegawai, dimana dengan membandingkan teori-teori yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas kerja pegawai dan teori pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja pegawai, membandingkan antara teori dengan empiris/kenyataan yang terjadi di Kantor Kecamatan X.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja pada Kantor Kecamatan X".

B. Perumusan Masalah
Arikunto menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas. Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah menginterpretasikan data dan fakta yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di awal adalah :
1. Bagaimana Motivasi Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan X Kabupaten X ?
2. Bagaimana Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan X Kabupaten X ?
3. Bagaimana Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja pada Kantor Kecamatan X ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentu mempunyai orientasi atau tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui motivasi kerja para pegawai di Kantor Kecamatan X Kabupaten X.
2. Untuk mengetahui produktivitas kerja di Kantor Kecamatan X Kabupaten X
3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja di Kantor Kecamatan X.
Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Secara subjektif, penelitian ini bermanfaat untuk melatih, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan,
2. Secara akademis, penelitan bermanfaat sebagai karya tulis untuk menyelesaikan studi tingkat Sarjana di FISIP sekaligus menjadi referensi bagi perpustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan kalangan yang tertarik untuk melakukan kajian penelitian dimasa yang akan datang dalam bidang ini.
3. Secara praktis, hasil yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu inspirasi bagi pimpinan organisasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk memotivasi para pegawai agar dapat meningkatkan produktivitas kerja di Kantor Kecamatan X serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Hipotesis, Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Sistematika Pelaporan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengukuran Skor, Alat Pengambilan Data dan Teknik Analisa Data.
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Menguraikan tentang karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah berdirinya organisasi, struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi, serta visi dan misi organisasi.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menguraikan hasil penelitian yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian. Keseluruhan data yang telah diperoleh akan disajikan dalam bab ini dan dianalisa berdasarkan teknik analisa data yang digunakan.
BABV : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang membangun bagi objek penelitian.
SKRIPSI PERANAN DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA X DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR

SKRIPSI PERANAN DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA X DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR

(KODE : FISIP-AN-0021) : SKRIPSI PERANAN DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA X DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR




BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan mematikan proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Untuk itu polisi lalu lintas juga mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan bahasan Polri di masa depan (yang telah dibahas di atas).
Para petugas kepolisian pada tingkat pelaksana menindaklanjuti kebijakan-kebijakan pimpinan terutama yang berkaitan dengan pelayanan di bidang SIM, STNK, BPKB dan penyidikan kecelakaan lalu lintas. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang digagas oleh Departemen Perhubungan, dibuat agar penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta harmoni dengan Undang-undang lainnya. Yang lebih penting dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat menjawab dan menjalankan amanah yang tertuang didalamnya. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 2e dinyatakan :"bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu : "urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas".
Selanjutnya, tugas dan fungsi Polri tersebut, diperinci pada pasal 12, meliputi 9 hal yakni :
1. Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor
2. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
3. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas dan angkutan jalan
4. Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan.
5. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas
6. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas.
7. Pendidikan berlalu lintas
8. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas
9. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.
Dengan adanya UU No. 22 Tahun 2009 ini, bukan berarti bahwa Polri akan berorientasi pada kewenangan (authority). Akan tetapi, harus disadari bahwa tugas dan fungsi Polri di bidang lalu lintas, berikut kewenangan-kewenangan yang melekat, berkolerasi erat dengan fungsi kepolisian lainnya baik menyangkut aspek penegakan hukum maupun pemeliharaan Kamtibmas dan pencegahan kejahatan secara terpadu.
Polri sebagai administrasi negara atau administrasi publik yang berorientasi pada pelayanan untuk menuju pelayanan Polri yang prima yang sesuai dengan harapan masyarakat dan dapat mengangkat citra serta meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada aparat negara khususnya Polri, memerlukan berbagi pembenahan. Pembenahan tersebut antara lain mencakup bidang administrasi.
Pelayanan kepada publik yang diselenggarakan Pemerintah Kota Medan khususnya Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah X diantaranya adalah memberikan pelayanan pembuatan SIM (Surat Ijin Mengemudi) penerbitan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) dan TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) kepada masyarakat.
SIM adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan trampil mengemudikan kendarakan bermotor. BPKB adalah buku yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh Satuan Lalu Lintas Polri sebagai bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Fungsi SIM :
- Sebagai sarana identifikasi atau jati diri seorang pengendara
- Sebagai alat bukti telah menempuh ujian ketrampilan mengemudi dan teori
- Sebagai sarana dan upaya paksa dalam hal bila terjadi pelanggaran lalu lintas
- Sebagai sarana pelayanan masyarakat
BPKB berfungsi sebagai Surat Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Penerbitan BPKB dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Spesifikasi Teknis dan pengadaan BPKB ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Bersamaan dengan pendaftaran BPKB diberikan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor. BPKB dapat disamakan sebagai certificate of ownership yang disempurnakan dan merupakan dokumen penting. BPKB juga dapat dijadikan sebagai jaminan atau tanggungan dalam pinjam meminjam berdasarkan kepercayaan masyarakat.
STNK atau Surat Tanda Kendaraan Bermotor adalah tanda bukti pendaftaran dan pengesahan suatu kendaraan bermotor berdasarkan identifikasi dan kepemilikan yang telah didaftar. STNK diterbitkan oleh Samsat (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) yakni tempat pelayanan penerbitan/pengesahan STNK oleh 3 (tiga) instansi yaitu Polri, Dinas Pendapatan Provinsi dan PT. Jasa Raharja. STNK berfungsi :
- Sebagai sarana perlindungan masyarakat
- Sebagai sarana pelayanan masyarakat
- Sebagai deteksi guna membentuk langkah selanjutnya jika terjadi pelanggaran
- Untuk meningkatkan penerimaan negara melalui sektor pajak.
TNKB atau Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, atau biasa disebut plat nomor dibuat untuk mengidentifikasi kendaraan bermotor yang berlalu-lintas di jalan umum. Biasanya setelah membeli kendaraan, disertai dengan STNK, BPKB, dan TNKB (Plat Nomor), terbuat dari bahan plat aluminium ketebalan 1 mm dengan dua baris tulisan, baris pertama menunjukkan huruf kode wilayah, angka nomor polisi, dan huruf akhir seri wilayah. Sedangkan baris kedua menunjukkan bulan dan tahun masa berlaku. Ukuran plat nomor untuk kendaraan roda 2 dan roda 3 adalah 250 x 105 mm, untuk kendaraan roda 4 atau lebih adalah 395 x 135 mm. Garis pembatas antara baris pertama dan baris kedua lebarnya 5 mm. Pada sudut kanan atas dan kiri bawah terdapat tanda cetakan lambang Polisi Lalu Lintas dan pada bagian sisi kanan dan kiri bertuliskan "DITLANTAS POLRI" (Direktorat Lalu Lintas Kepolisian RI) yang merupakan hak paten pembuatan plat nomor.
Warna plat nomor ditentukan sesuai penggunaannya, ditetapkan sebagai berikut :
- Kendaraan pribadi : Warna dasar hitam dengan tulisan putih.
- Kendaraan umum : Warna dasar kuning dengan tulisan hitam.
- Kendaraan milik pemerintah : Warna dasar merah dengan tulisan putih.
- Kendaraan untuk transportasi dealer : Warna dasar putih dengan tulisan merah.
- Kendaraan Corps Diplomatik : Warna dasar putih dengan tulisan hitam.
- Kendaraan Staff Operasional Corps Diplomatik : Warna dasar hitam dengan tulisan putih berformat khusus.
Registrasi kendaraan bermotor berkaitan erat dengan scientific crime investigation, maupun kesatuan data base finger print untuk kepentingan identifikasi pemiliki SIM, juga memiliki kaitan dengan investigasi kriminal. Demikian juga dalam hal manajemen operasional lalu lintas, Polri menjadi bagian yang penting dan menentukan guna terwujudnya sistem transportasi publik yang aman, nyaman dan lancar.
Karakteristik tugas dan fungsi lalu lintas bersentuhan langsung dengan masyarakat, menimbulkan konsekuensi dijadikannya fungsi ini sebagai sasaran berbagai kontrol eksternal. Hal tersebut hendaknya dilihat sebagai bentuk kepedulian masyarakat pada kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh Polri, serta dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja, guna terwujudnya transparansi, akuntabilitas, maupun pelayanan publik yang mudah dan cepat, dalam rangka good government (pemerintahan yang bersih).
Sistem administrasi yang dipakai adalah Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (disingkat Samsat), atau dalam bahasa Inggris one roof system, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung. Contoh dari Samsat adalah dalam pengurusan dokumen kendaraan bermotor. Samsat merupakan suatu sistem kerjasama secara terpadu antara Polri, Dinas Pendapatan Provinsi, dan PT Jasa Raharja (Persero) dalam pelayanan untuk menerbitkan STNK dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang dikaitkan dengan pemasukan uang ke kas negara baik melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLJJ), dan dilaksanakan pada satu kantor yang dinamakan Kantor Bersama Samsat.
Dalam hal ini, Polri memiliki fungsi penerbitan STNK; Dinas Pendapatan Provinsi menetapkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB); sedangkan PT Jasa Raharja mengelola Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ). Lokasi Kantor Bersama Samsat umumnya berada di lingkungan Kantor Polri setempat, atau di lingkungan Satlantas atau Ditlantas Polda setempat. Samsat ada di masing-masing provinsi, serta memiliki unit pelayanan di setiap kabupaten atau kota.
Seiring dengan peningkatan profesionalisme kepolisian, tuntutan ke arah perbaikan kinerja dan citra kepolisian sebagai pelayan masyarakat telah menjadi agenda reformasi kepolisian. Daya kritis masyarakat sipil terhadap kinerja dan citra kepolisian adalah cerminan kuatnya aspirasi dan tuntutan atas hak-hak masyarakat. Dengan demikian seluruh pembahasan di atas, penulis akan memberikan gambaran tentang "Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah X Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kendaraan Bermotor)".

1.2. Perumusan Masalah
Untuk memberikan arah bagi jalannya suatu penelitian, maka terlebih dahulu perlu dirumuskan hal-hal yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian. Disamping itu masalah dapat muncul karena keragu-raguan tentang keadaan sesuatu, sehingga ingin diketahui keadaannya secara mendalam dan efektif.
Beranjak dari uraian diatas, maka penulis mencoba membuat perumusan masalah yakni : "Bagaimanakah peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah X dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor)?"

1.3. Tujuan Penelitian
Sejauh mana penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau menjadi tujuan penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian adalah untuk memperjelas dan menghindari terjadinya kesimpangsiuran. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : "Bagaimana peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah X dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor)”?

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah X merupakan sumbangan pemikiran dan kerangka acuan untuk dimanfaatkan dalam memberikan pelayanan administrasi kendaraan bermotor kepada masyarakat.
2. Dapat memajukan pelayanan Polisi lalu lintas sehingga kerumitan dan persoalan dapat terjawab baik dari pihak kepolisian ataupun masyarakat.
3. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi masyarakat dan perusahaan atau instansi yang bersangkutan.
4. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas X.
SKRIPSI PERANAN PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI DALAM PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS PELAYANAN PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK DI KECAMATAN X)

SKRIPSI PERANAN PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI DALAM PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS PELAYANAN PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK DI KECAMATAN X)

(KODE : FISIP-AN-0020) : SKRIPSI PERANAN PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI DALAM PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS PELAYANAN PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK DI KECAMATAN X)




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi dewasa ini salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah adalah bagaimana menampilkan aparatur yang profesional, memiliki etos kerja yang tinggi, keunggulan kompetitif, dan kemampuan memegang teguh etika birokrasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dan memenuhi aspirasi masyarakat serta terbebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Tantangan tersebut merupakan hal yang beralasan mengingat secara empirik masyarakat di daerah menginginkan agar aparat pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang akhirnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat.
Tumpuan dan harapan itu lebih tertuju pada aparatur pemerintah daerah mengingat mereka merupakan wakil dari pemerintah pusat untuk menjalankan roda pemerintahan. Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang baik dituntut aparatur pemerintah yang profesional, hal ini merupakan prasyarat dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Pentingnya profesionalisme aparatur pemerintah sejalan dengan bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyatakan bahwa : "Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan”.
Profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan menurut bidang tugas dan tingkatannya masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari segala segi sesuai porsi, objek, bersifat terus-menerus dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun serta jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang relatif singkat (Suit Almasdi, 2000 : 99). Hal di atas dipertegas kembali oleh Thoha (2000 : 1) bahwa untuk mempertahankan kehidupan dan kedinamisan organisasi, setiap organisasi mau tidak mau harus adaptif terhadap perubahan organisasi. Birokrasi yang mampu bersaing dimasa mendatang adalah birokrasi yang memiliki sumberdaya manusia berbasis pengetahuan dengan memiliki berbagai keterampilan dan keahlian.
Salah satu harapan masyarakat (selaku konsumen pelayanan) adalah menginginkan pelayanan yang adil dan merata. Bentuk pelayanan yang adil dan merata, hanya dimungkinkan oleh kesiapan psikologis birokrat pemerintah yang senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan sosial (social change) dan dinamika masyarakat sebagai sasaran pelayanannya. Dalam konteks ini pelayanan menjadi kewajiban dan tanggungjawab birokrasi dalam mengadopsi perubahan dan kebutuhan sosial yang berdasarkan atas profesionalisme dan nilai-nilai kemanusian. Mengingat sangat pentingnya eksistensi Sumberdaya Manusia dalam bidang kegiatan pemerintahan disebutkan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur, khususnya pegawai negeri. Oleh karena itu setiap aparatur dituntut untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya secara profesional. Namun dalam kenyataannya hal tersebut tidaklah mudah untuk terbentuk dengan sendirinya. Banyak hal yang terjadi malah sebaliknya, dimana banyak aparatur pemerintah daerah kurang mampu dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintah dengan kredibilitas yang tinggi, sehinggga proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi relatif kurang optimal.
Tugas pokok Pemerintah pada hakekatnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Demikian juga dengan Pemerintahan Kecamatan yang merupakan ujung tombak pertama dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Dalam melayani masyarakat, pemerintah Kecamatan juga tidak terlepas dari permasalahan yang berkenaan dengan kondisi pelayanan yang relatif belum memuaskan. Hal ini terutama berkaitan dengan baik buruknya sumber daya aparatur pemerintah yang profesional.
Salah satu kerja birokrasi dapat dilihat dari bagaimana birokrasi tersebut dalam hal ini Kecamatan bekerja sama dengan Kepala Desa melaksanakan tugasnya dalam mengeluarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi masyarakat. Dalam hal ini Kantor Kecamatan X sebagai unsur pelaksana Pemda Kabupaten Y merupakan lembaga birokrasi yang memiliki tugas kewenangan dibidang pelayanan publik antara lain, registrasi KTP dan Kartu Keluarga (KK). KTP merupakan suatu hal yang dekat dengan masyarakat dan dapat dikatakan pembuatan KTP ini pelayanan dasar pemerintah kepada masyarakatnya, KTP meski kelihatannya sepele tetapi merupakan unsur penting dalam administrasi kependudukan. Alasannya adalah karena menyangkut masalah legitimasi seseorang dalam eksistensinya sebagai penduduk dalam suatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan sesuai dengan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1997 pasal yang berbunyi setiap penduduk yang berusia 17 tahun atau pernah menikah wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Adapun syarat-syarat seseorang berhak mempuyai KTP salah satunya adalah apabila sudah genap 17 tahun dan bagi yang berstatus menikah tapi usianya belum mencapai 17 tahun juga berhak mempunyai KTP.
Dari data yang diperoleh dari kantor Kecamatan X tata cara pembuatan pembuatan atau perpanjangan KTP adalah hams mengajukan permohonan tertulis kepada camat dengan menggunakan formulir yang disediakan dilampiri persyaratan surat pengantar dari Kepala desa dan pas photo, pengesahan dari desa, pengesahan dari Kecamatan kemudian ke Cacatan Sipil.
Melalui prosedur dan persyaratan seseorang berhak memiliki KTP, namun kenyataannya masih banyak yang telah memenuhi syarat tetapi belum mempunyai KTP dari data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Camat X.
Adapun perbedaan jumlah tersebut, kemungkinan disebabkan oleh lambannya aparatur serta berbelit-belitnya proses yang dilalui dalam pengurusan KTP tersebut, serta kurangnya informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai besarnya biaya dalam pengurusan KTP, atau kalaupun biaya dalam pembuatan KTP tadi sudah ditetapkan dalam pengumuman perda, namun dalam realisasinya biaya pembuatan KTP sering berbeda dengan apa yang tercantum dalam peraturan. Hal ini bisa saja disebabkan karena kesalahan faktor minimnya dukungan fasilitas pengadaan atau fasilitas kerja pemerintah, yang mana masih dominan manual dalam pengerjaan tugas. Akibat hal-hal tersebut diatas harus diakui secara perlahan-lahan akan mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kinerja pemerintah. Untuk menghempang hal tersebut, maka pemerintah harus lebih responsif dan akuntabel guna memberikan pelayanan yang prima dan dapat memuaskan masyarakat.
Maka dengan demikian pelayanan publik dapat ditafsirkan sebagai tanggung jawab pemerintah atas kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat yang mengandung adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan serta kesiapan dari pelaksana pelayanan tersebut. Untuk itu aparat pemerintah tentunya lebih meningkatkan keterampilan atau keahlian dan semangat yang tinggi sebagai pelayan publik, sehingga pelayanan dapat secara maksimal diterima dan memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Berdasarkan uarian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai "Peranan Profesionalisme Kerja Pegawai Dalam Pelayanan Publik" dan penelitian ini akan dilaksanakan pada Instansi Pemerintah Kecamatan X Kabupaten Y.
Dengan memperhatikan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah profesionalisme dihubungkan dengan pelayanan publik. Hal ini dapat dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul : "Peranan profesionalisme Kerja Pegawai Dalam Pelayanan Publik (Pelayanan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk Di Kecamatan X).

1.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi maka saya merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : "Bagaimanakah peranan profesionalisme kerja pegawai dalam pelayanan publik ?" (Pengurusan Kartu Tanda Penduduk Di Kecamatan X)

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan Profesionalisme Kerja Pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam pengurusan Kartu Tanda Penduduk di Kecamatan X.
2. Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan oleh aparatur Kecamatan X sudah memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara Subyektif Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir dalam menulis karya ilmiah tentang profesionalisme kerja pegawai dan pelayanan publik.
2. Secara Praktis. Sebagai masukan /sumbangan pemikiran bagi Kantor Kecamatan X dalam memberikan pelayanan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional.
3. Secara Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepustakaan Departemen Ilmu administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik dalam bidang ini.

1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defmisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relevan dengan topik penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.
SKRIPSI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN X (STUDI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL)

SKRIPSI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN X (STUDI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL)

(KODE : FISIP-AN-0019) : SKRIPSI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN X (STUDI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL)




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia mempakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang tidak merata. Berbagai masalah yang mempakan akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak untuk mengambil sebuah kebijakan.
Disamping itu, faktor pertumbuhan penduduk yang besar dengan persebaran tidak merata serta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi sumber permasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan tidak merata serta tanpa diimbangi dengan pencapaian kualitas SDM yang tinggi mengakibatkan muculnya berbagai permasalahan-permasalahan kependudukan yang antara lain adalah : kemiskinan, kesehatan, pengangguran.
Menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah bemsaha memperoleh data tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan yang tepat guna menanggulangi masalah kependudukan baik di tingkat lokal dan nasional. Data tersebut diperlukan untuk mampu membuat sebuah program dalam rangka : pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran penduduk. (http : //www.crayonpedia.org/mw)
Tetapi hingga saat ini perolehan data kependudukan di Indonesia masih sangat tergantung pada hasil sensus dan survei atau data administrasi yang diperoleh secara periodik dan masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan data mikro penduduk untuk identifikasi calon pemilih pemilu, penyaluran dana jaringan pengaman sosial, bantuan untuk penduduk miskin, beasiswa untuk wajib belajar dan kegiatan perencanaan pembangunan dirasakan masih belum akurat karena tidak diperoleh dengan cara registrasi. Atas dasar pertimbangan tersebut maka diperlukan petunjuk pencatatan dan pemutakhiran biodata penduduk.
Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara Indonesia dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang memuaskan.
Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan mengadakan program yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996. SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan di daerah kabupaten/kota, dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk mengelola data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan Demografi Penduduk. Aplikasinya dapat digunakan untuk mengelola data kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang lokasinya terpisah, akan tetapi karena didasarkan pada basis internet maka dapat dikumpulkan di satu titik yaitu Internet Data Center. (www.telematika.co.id/?link=dtl&38)
Pada pelaksanaannya di lapangan ternyata didapati berbagai kelemahan SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan. Dimana masih banyak terdapat pemalsuan identitas karena disebabkan kurang detailnya data-data mengenai penduduk. Seperti yang terdapat di ibukota Jakarta, ditemukannya berbagai identitas ganda dengan nomor identitas yang berbeda pula. (www.okezone.com)
Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap kebijakan SIMDUK ini pemerintah merasa perlu menggantinya dengan sebuah kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan. Untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah merumuskan sebuah kebijakan baru yaitu Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). SIAK merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan didalam menyelenggarakan layanan kependudukan.
SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dengan adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan-kelemahan pengolahan data secara konvensional dapat ditekan. SIAK sendiri memberikan banyak manfaat antara lain, hasil perhitungan dan pengelolaan data statistik tersebut dapat digunakan sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya. (http://www.ampmulti.com/index.php/siak)
Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan pembangunan. Penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan hak asasi setiap orang di bidang pelayanan administrasi kependudukan, pemenuhan data statistik kependudukan secara nasional, regional, dan lokal serta dukungan terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan guna meningkatkan pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 pasal 13 tentang Nomor Induk Kependudukan maka pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan abru yang tertuang dalam PP Nomor 37 Tahun 2007 yang memuat tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Di Kabupaten X sendiri program ini dilaksanakan berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2009. X merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan sistem ini. Perda Nomor 2 Tahun 2009 berisi tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Kabupaten X. Salah satu latar belakang dibuatnya sistem ini tentunya untuk mampu melakukan pemetaan yang tepat tentang komposisi penduduk X, kepadatan penduduk, masalah kemiskinan yang dihadapi penduduk di pelosok, serta melihat kemajuan apa yang telah mampu dicapai oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan kesehatan X. Tentunya tujuan ini perlu koordinasi dengan dinas lain yang bersangkutan. SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk Penduduk yang telah terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan daerah guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta menjaga agar proyek pembangunan di daerah memang telah tepat sasaran. Namun hingga saat ini masih ada masyarakat X yang belum memiliki nomor induk penduduk tersebut, sehingga masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan ataupun perkiraan dapat dibantu oleh pemerintah. Selain itu masyarakat yang terdapat di wilayah pelosok Kabupaten X sering kali belum terjangkau pelayanan publik yang disediakan pemerintah daerah seperti kesehatan dan pendidikan sehingga belum tercapai standar pelayanan minimal yang menjadi tanggung jawab pemerintah. (http://www.hariansib.com)
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang implementasi program SIAK secara langsung di lapangan yang meliputi tahapan-tahapannya, manfaat, permasalahan dan hasil yang diperoleh oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten X.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah : "Bagaimana Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten X?"

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, yakni untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten X.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami dalam Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten X.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat tersebut adalah :
1. Manfaat secara ilmiah
Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah didalam studi administrasi dan pembangunan umumnya dan pembangunan bidang pelayanan publik pada khususnya dengan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan operasional Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).
b. Sebagai masukan baru bagi para penulis maupun dalam literatur perpustakaan yang berkaitan dengan masalah-masalah studi administrasi dan pembangunan.
3. Manfaat secara akademis.
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1.

1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.
Bab II : Metode Penelitian
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Bab III : Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian.
Bab IV : Penyajian Data
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisa, serta memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.
Bab V : Analisa Data
Bab ini berisi analisa dari hasil dilapangan dan dokumentasi.
Bab VI : Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI ANAK TK DALAM PEMBELAJARAN GERAK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BERNYANYI (SINGING GAMES)

SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI ANAK TK DALAM PEMBELAJARAN GERAK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BERNYANYI (SINGING GAMES)

(KODE : PTK-0083) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI ANAK TK DALAM PEMBELAJARAN GERAK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BERNYANYI (SINGING GAMES)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Usia prasekolah yang berlangsung antara empat sampai enam tahun merupakan masa awal yang penting bagi anak untuk merasakan bermain. Mengingat usia prasekolah merupakan usia bermain, maka bermain dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak seperti aspek kognitif, sosial, emosi, bahasa dan motorik. Hal inilah yang menjadikan bermain sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Dengan bermain, manusia diberikan kesempatan untuk merasakan kegembiraan dan kepuasan emosional.
Taman Kanak-kanak (TK) yang dilukiskan sebagai taman yang paling indah banyak yang telah berubah menjadi taman penuh dengan tuntutan dan tugas-tugas yang membebani anak. Ketidaksesuaian kegiatan yang ada di TK dengan tugas perkembangannya membuat anak menjadi jenuh dan bosan. Akibatnya, anak sering malas untuk pergi ke sekolah karena anak merasa sekolah merupakan tempat yang membuat mereka jenuh dan bosan. Waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain menjadi terkikis dan anak harus belajar secara formal. Hal ini menyebabkan dunia bermain sebagai sarana belajar yang menyenangkan bagi anak menjadi berkurang.
Anak usia TK yang berada pada masa lima tahun pertama yang disebut the golden years merupakan masa emas perkembangan anak. Pada masa tersebut anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk keterampilan geraknya. Artinya, keterampilan gerak mempakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan gerak dan kontrol gerak. Keterampilan gerak anak usia TK tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol gerak (Santoso, 2002 : 1).
Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana diatur dalam UUD No. 20 tahun 2003 dan diungkapkan dalam pasal 28 merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang terdapat di jalur formal (Hapidin, 2007 : 1.4). Sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini, TK mengelola anak usia empat sampai enam tahun. Jika ditelusuri lebih mendalam makna TK maka akan sampailah pada pengertian taman yang mengandung makna filosofis bahwa TK merupakan taman yang indah, tempat anak-anak bermain sehingga anak mempunyai teman yang banyak dan bersosialisasi.
Dari hasil pengamatan di beberapa TK, anak diarahkan untuk menguasai kemampuan akademik, sehingga seringkali keterampilan gerak anak pada usia ini diabaikan atau bahkan dilupakan oleh orang tua, pembimbing atau guru itu sendiri. Keterampilan gerak kasar anak usia TK masih dirasakan belum lengkap atau memadai, yang berakibat pada keterampilan gerak kasar anak menjadi kurang variatif dan berkembang. Hal itu lebih disebabkan belum pahamnya mereka terhadap keterampilan gerak kasar yang merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan anak usia TK.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara, salah satu kasus yang terjadi di TK penulis menemukan permasalahan bahwa pembelajaran gerak kasar anak TK kurang bervariasi dan berkembang. Di TK pembelajaran gerak kasar anak hanya dilatih pada kegiatan-kegiatan tertentu saja seperti pada waktu berolahraga dan bermain bebas di luar kelas. Selain itu kurang variasinya permainan yang menggunakan nyanyian yang dapat meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar, hal ini terlihat dalam proses pembelajarannya, aktivitas duduk lebih banyak dilakukan oleh anak.
Pembelajaran gerak yang dilaksanakan di lapangan (TK) kenyataannya cenderung hanya menuntut anak untuk mengikuti gerakan-gerakan yang monoton dalam setiap kegiatannya, seperti saat berolahraga gerakan yang dilakukan kurang variatif yang mengakibatkan dalam kegiatan pengembangan gerak yang selama ini ada di TK belum mampu melibatkan seluruh anak. Anak yang mengikuti gerakan dalam olahraga hanya berkisar 70-80%. Hal ini dikarenakan pembelajaran gerak yang diberikan menjenuhkan, sehingga anak dalam melakukan aktivitas geraknya tidak secara sungguh-sungguh dan kurang optimal. Dampak yang teramati adalah rendahnya kualitas kemampuan gerak anak. Hal ini sangat boleh jadi karena ruang gerak bagi anak semakin terbatas dan permainan bernyanyi (singing games) yang memerlukan aktivitas fisik khususnya gerak kasar jarang dilakukan.
Opini masyarakat tentang kelangsungan pembelajaran gerak di lembaga pendidikan selanjutnya (formal) relatif rendah mutunya. Kiram (1997 : 1) yang dikutip dari Arifin (1999 : 1) mengungkapkan bahwa :
Hal ini terbukti dari hasil penelitian secara nasional diketahui bahwa 45,9% pelajar usia 16-19 tahun, memiliki tingkat kesegaran jasmani dalam kategori kurang dan kurang sekali. Selanjutnya juga terungkap bahwa 37% pelajar usia 13-15 tahun, memiliki tingkat kesegaran jasmani kurang dan kurang sekali, sementara itu hasil penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa, tidak satu persenpun pelajar yang berusia 13-19 tahun memiliki tingkat kesegaran jasmani dalam kategori baik sekali. Hanya 11% pelajar usia 16-19 tahun, dan 14,8% pelajar berusia 13-15 tahun yang memiliki tingkat kesegaran jasmani dalam kategori baik.
Permasalahan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab antara lain : faktor anak, metode dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi pembelajaran gerak di TK menuntut guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan keterampilan mengajar, sehingga dapat menarik perhatian anak dan merangsang motivasi belajar gerak anak untuk mengikuti proses pembelajaran gerak secara sungguh-sungguh. Anak yang memiliki motivasi belajar gerak akan mempunyai dorongan dalam dirinya baik berupa gairah, kesenangan dan semangat untuk belajar, sehingga tujuan pembelajarannya pun akan tercapai dengan baik. Masalahnya adalah bagaimana cara memotivasi anak agar mempunyai keinginan untuk belajar gerak dengan sungguh-sungguh dan tidak lagi menganggap belajar gerak sebagai kegiatan yang tidak penting dan membosankan.
Melihat kenyataan tersebut, penulis merasa perlu adanya perubahan strategi pembelajaran di kelas. Untuk itu penulis mencoba meneliti penerapan permainan bernyanyi (singing games) pada anak usia Taman Kanak-kanak (untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran gerak kasar).
Menurut Djiwandono (2002 : 329) dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 80) motivasi adalah : Salah satu prasyarat yang penting dalam belajar. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Menurut Delphie dalam Arifin (1999 : 19), belajar gerak (motor learning) merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak (motor skills). Keterampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar gerak manusia.
Gerak kasar merupakan keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Dikatakan demikian karena seluruh tubuh biasanya berada dalam gerakan yang besar, menyeluruh, penuh dan nyata (Singer : 1980, Malina dan Bouchard : 1991 dalam Ma'mun dan Saputra, 1999 : 67).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar adalah melalui permainan bernyanyi (singing games). Permainan bernyanyi (singing games) ini dapat mengembangkan keterampilan gerak kasar anak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Solehuddin (2000 : 95) bahwa bernyanyi dapat membantu membangun keterampilan-keterampilan gerak. Bernyanyi dapat disajikan dalam bentuk permainan (singing games) adalah menyenangkan buat anak. Nyanyian-nyanyian permainan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh otot besar membuat anak bernyanyi dengan sehat dan berolahraga dengan senang. Melalui kegiatan ini diharapkan motivasi anak dalam belajar gerak meningkat dan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Sheppard dalam Dewanto (2007 : 113) mengemukakan tentang penelitian yang dilakukan pada 60 orang di Dusseldorf. Hasilnya ditemukan bahwa perubahan fisik pada struktur dan bentuk otak yang disebabkan oleh pembuatan musik secara aktif, terutama terjadi pada orang-orang yang mulai belajar musik sebelum usia 7 tahun.
Weiberger (1996) dalam jurnal MUSICA (Djohan, 2003 : 133) melaporkan bahwa efek menyanyi pada anak normal dalam penelitian jangka panjang dengan menggunakan metode pendidikan musik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan motor dan kognitif pada anak yang mengikuti program musik.
Beranjak dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa perlu untuk meningkatkan dan mengembangkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar melalui permainan bernyanyi (singing games). Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis merumuskan judul "UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI ANAK TK DALAM PEMBELAJARAN GERAK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN BERNYANYI (SINGING GAMES)"

B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud mencoba melakukan penelitian dengan sumber data anak TK X kelompok A. Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar karena kurang bervariasinya metode dan media pembelajaran.
Dari permasalahan di atas, dapat dirinci rumusan masalah secara operasional sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar di TK X dilihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran sebelum diterapkannya permainan bernyanyi (singing games) ?
2. Bagaimana penerapan permainan bernyanyi (singing games) di TK X untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar dilihat dari perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran ?
3. Bagaimana motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar di TK X setelah diterapkannya permainan bernyanyi (singing games) ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan permainan bernyanyi (singing games) untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kondisi objektif motivasi anak TK X dalam pembelajaran gerak kasar.
b. Untuk mengetahui penerapan permainan bernyanyi (singing games) dalam rangka meningkatkan motivasi anak TK X dalam pembelajaran gerak kasar.
c. Untuk mengetahui peningkatan motivasi anak TK X dalam pembelajaran gerak kasar setelah diterapkannya permainan bernyanyi (singing games).

D. Manfaat Penelitian
Dari informasi yang didapat, diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi bagi pengembangan karya tulis ilmiah lain di bidang Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep dan prinsip baru tentang penerapan permainan bernyanyi (singing games) untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan/ilmu pengetahuan tentang motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar pada umumnya, dan bagaimana menerapkan permainan bernyanyi (singing games) untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar.
b. Bagi Guru
Diharapkan hasil dari penelitian ini akan memberikan masukan bagi guru dalam menerapkan variasi permainan bernyanyi (singing games) dalam meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran gerak kasar.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai hal yang sama secara lebih mendalam.
SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN

(KODE : PTK-0082) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Anak usia taman kanak-kanak adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang mempunyai karakteristik yang unik. Salah satu karakteristik yang unik tersebut yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta antusias terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Pada usia ini anak akan selalu banyak bertanya, memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya. Ketika akan melihat suatu yang menarik perhatiannya, maka secara spontan anak akan langsung bertanya. Rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara.
Kemampuan berbicara merupakan anugerah yang sangat berharga dari Tuhan Yang Mahakuasa. Iqra, itulah firman Allah Swt, yang pertama disampaikan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, hal ini memberi makna bahwa manusia harus memiliki kemampuan untuk membaca agar dapat memaknai kehidupan, sebagai khalifah di muka bumi.
Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Pada usia ini perkembangan bahasa anak akan tumbuh dengan cepat, menyebabkan anak aktif berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, anak tertarik pada kata-kata baru, hal ini akan menambah kosa kata anak, kemampuan mengungkapkan isi pikiran melalui bahasa lisan, dan pada usia ini anak sudah dapat menceritakan pengalamannya yang sederhana kepada guru, teman sebaya maupun orang lain.
Anak yang dapat berbicara atau berkomunikasi dengan lancar mempunyai kemampuan yang dapat dibanggakan, seperti seorang presenter anak di tv, atau ketika kita menyaksikan seorang anak perempuan Palestina yang begitu lancar bercerita tentang kejadian yang menimpa dirinya dan seorang anak perempuan imigran Srilanka yang akan menuju ke Australia begitu lancar bercerita tentang, mengapa dia meninggalkan negaranya menuju negara baru dengan harapan untuk masa depan. Contoh yang paling sederhana adalah bagaimana anak di lingkungan sekitar kita bisa berkomunikasi dengan lancar sesuai tahapan perkembangannya.
Anak yang memiliki kemampuan berbicara telah menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam belajar, karena dengan berbicara anak akan mengungkapkan keinginan, minat, perasaan, dan menyampaikan isi hati secara lisan kepada orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhendar (1992 : 16) :
"Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain.Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain."
Pendapat tersebut diperkuat oleh Endang dan Maliki (2009 : 36), yang mengatakan bahwa keterampilan verbal dalam berbicara lisan merupakan kemampuan mengekspresikan bahan pembicaraan dalam bahasa kata-kata yang dimengerti banyak orang dan mudah dicerna. Demikian juga, menurut Elizabeth Hurlock (1995 : 176), bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
Begitu banyak peranan berbicara pada aspek perkembangan anak. Selain berperan pada kemampuan individunya, anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian diri dengan lingkungan sebaya, agar dapat diterima sebagai anggota kelompok. Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak.
Berbicara erat kaitannya dengan lingkungan sekitar anak, dimulai dari lingkungan keluarga terutama orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dapat menumbuhkan kemampuan berbicara anak, dan merupakan pembelajaran bahasa yang alamiah serta model atau contoh yang pertama ditiru. Masitoh, at.al. (2005) memaparkan bahwa anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan tidak hanya dari kematangan, tetapi lingkungan memberikan kontribusi yang berarti dan sangat mendukung proses belajar anak.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Yusuf (Hartini, 2005 : 19), yang menjelaskan bahwa kemampuan menyebutkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua).
Setelah memasuki taman kanak-kanak, peran teman sebaya sangat berperan membantu perkembangan bahasa anak. Melalui interaksi dalam kegiatan belajar maupun bermain, anak secara tidak langsung belajar untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya. Hal ini akan terus berlangsung sesuai dengan kemampuan bicara anak seusianya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Isah Cahyani (2004 : 65), bahwa "Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan memberikan pelajaran pula terhadap tingkah-laku, ekspresi, dan menambah perbendaharaan kata".
Pendidik atau guru seyogyanya memfasilitasi dengan cara menggunakan model kegiatan yang dapat merangsang minat anak untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik atau guru mengidentifikasi dan mengeksplorasi sumber belajar untuk dijadikan media bagi peningkatan keterampilan berbicara anak, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, karena guru yang kreatif akan senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada media atau sumber belajar yang monoton, melainkan memilih media pembelajaran yang menarik, bermakna dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
Sejak masih bayi, seorang manusia telah mulai belajar untuk berkomunikasi dengan orang sekelilingnya. Hal ini terlihat ketika bayi mengungkapkan keinginannya, bayi akan menangis. Ketika menangis, hal ini menunjukkan bahwa bayi tersebut lapar, haus, atau kedinginan. Kemudian bentuk komunikasi bayi diteruskan melalui bahasa isyarat, celotehan, dan ekspresi emosional. Sulit diketahui sejak kapan bayi memulai untuk belajar berbicara, namun berawal dari celotehan bayi memulai belajar berbicara.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, dapat mengucapkan beberapa kata, pada usia dua tahun kosa kata anak lebih dari 1.500 buah dan kemampuan berbicaranya akan berkembang pesat ketika anak memasuki taman kanak-kanak. Pada usia ini, hasrat anak untuk belajar menjadi dorongan yang kuat untuk mempelajari kata-kata baru dan tentunya melalui stimulasi dari lingkungan taman kanak kanak.
Taman kanak-kanak dianggap sebagai tempat yang tepat untuk menumbuhkan kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa anak TK terlihat dari minat yang tinggi pada huruf-huruf dan angka-angka, sudah dapat mengingat kembali pengertian berdasarkan kata-kata, kosa kata anak lebih dari 2.500. Dan, program pengembangan keterampilan berbicara di taman kanak-kanak banyak memberi kesempatan anak untuk berbicara, menceritakan pengalamannya secara sederhana. Anak dibiasakan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengekspresikan keinginannya.
Sesuai dengan tujuan pengembangan berbahasa anak TK, menurut Soemantri (Hartini : 2005), yaitu agar anak mampu mengungkapkan melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik.
Kenyataannya pengembangan keterampilan berbicara anak di taman kanak-kanak belum maksimal dan cenderung mendapat hambatan. Tidak semua anak mampu menguasai keterampilan berbicara. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara lisan ini dikarenakan beberapa alasan, salah satu alasan tersebut, yaitu kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek aspek perkembangan anak.
Rendahnya kemampuan berbicara anak terlihat dari kemampuan anak yang sulit berkomunikasi dengan bahasa lisan, sulit mengemukakan pendapat dengan sederhana, sulit memberi informasi, sulit menjawab pertanyaan, malu untuk bertanya, sulit untuk menceritakan pengalaman yang sederhana, dan kemampuan kosa kata anak pun masih terbatas.
Berdasarkan pengamatan yang terjadi di lapangan khususnya di TK X. Dalam beberapa aktivitas di kelas terlihat adanya kegiatan yang kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan berbicara. Demikian pula pemanfaatan media pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak, bahkan hampir tidak pernah digunakan. Sementara itu, anak hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru, anak hanya melaksanakan tugas yang diberikan dan jika ada anak yang bersuara, maka guru langsung menegurnya.
Berkaitan dengan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbahasa anak, Isah Suryani (2004 : 99) memaparkan bahwa kemampuan guru dalam mendekatkan anak pada bahasa yaitu kemampuan guru dalam mencari cara atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Biasanya, cara yang dapat diterima anak, yaitu cara-cara yang paling menyenangkan bagi anak, alamiah, dan tidak banyak intervensi orang dewasa. Dengan cara-cara tersebut di samping pembelajaran yang tampak alamiah dan merangsang minat anak, juga keterlibatan anak dalam pembelajaran bahasa semakin tinggi. Demikian pula, Menurut Suhartono, (2005 : 143), kegiatan pengembangan berbicara anak pada umumnya dilakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Kegiatan itu dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh adanya media atau sarana prasarana. .
Media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang menarik perhatian dan untuk menumbuhkan minat anak berperan serta dalam proses pembelajaran dan media pembelajaran juga berfungsi sebagai alat untuk menghindari verbalisme. Salah satu media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan media boneka tangan.
Boneka adalah media yang sangat akrab dengan dunia bermain anak. Menurut Gallahue (Cahaya, S.I : 2007), bermain adalah suatu aktivitas langsung dan spontan di mana seorang anak menggunakan orang lain atau benda-benda di sekitarnya dengan senang, sukarela, dan dengan imajinatif, menggunakan perasaannya, tangannya, atau seluruh anggota tubuhnya. Dengan melalui penggunakan media boneka tangan secara tidak langsung anak akan belajar mengenai keterampilan berbicara tanpa disadari.
Dengan melalui boneka tangan diharapkan anak akan lebih tertarik untuk mencoba menggunakan dan senang memainkannya secara langsung dengan jari-jari tangannya. Boneka tangan sangat populer bagi dunia bermain anak, seperti yang ditampilkan di media elektronik, yaitu boneka si unyil pada acara "Laptop si Unyil". Dengan menggunakan media boneka tangan diharapkan akan meningkatkan minat anak untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam rangka mengembangkan persoalan tersebut di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui penggunakan media boneka tangan, yang penulis rumuskan dalam judul penelitian, "UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu adanya suatu penelitian bagaimana cara meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui penggunakan media boneka tangan, yang secara khusus dapat dipaparkan dalam bentuk pertanyaan di bawah ini :
1. Bagaimana kondisi obyektif keterampilan berbicara anak di TK X?
2. Bagaimana implementasi penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak di TK X ?
3. Bagaimana keterampilan berbicara anak TK X setelah melalui penggunakan media boneka tangan ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui penggunaan media boneka tangan.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui kondisi obyektif tentang kemampuan berbicara anak taman kanak-kanak di TK X.
2) Untuk mengetahui implementasi penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak di TK X.
3) Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak setelah menggunakan media boneka tangan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, seperti guru, lembaga pendidikan, orang tua, dan bagi peneliti selanjutnya. Untuk lebih spesifik penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Bagi guru
Guru lebih mudah mengajarkan keterampilan berbicara anak , karena memakai media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna agar anak banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas berbicara.
b. Bagi lembaga pendidikan
Hasil penelitian diharapkan maenjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi TK X dalam rangka meningkatkan kualitas belajar, terutama keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak.
c. Bagi orang tua
Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif dalam meningkatkan keterampilan berbicara sebagai bahan bacaan dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan menjadi inspirasi serta motivasi bagi kemajuan pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.
SKRIPSI PTK UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI MELALUI PERMAINAN KARTU KATA

SKRIPSI PTK UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI MELALUI PERMAINAN KARTU KATA

(KODE : PTK-0081) : SKRIPSI PTK UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI MELALUI PERMAINAN KARTU KATA




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan TK memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kata lain, Pendidikan usia dini Khususnya TK sangat mengutamakan pendidikan yang berpusat pada anak atau "child centre". Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) pada pasal 1 ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memasuki pendidikan lebih lanjut. Tugas utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa TK merupakan lembaga Pendidikan pra-skolastik dan pra-akademik. Dengan demikian TK tidak mengemban tanggung j awab utama dalam membina kemampuan skolastik atau akademik anak seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Namun alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktek kependidikan di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari sekolah dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi dimana-mana baik secara terang-terangan maupun terselubung, dengan mengajarkan anak cali stung dan beberapa TK yang memberikan bentuk penugasan "pekerjaan rumah" pada anak-anak.
Hal tersebut terjadi karena banyak sekolah dasar (umumnya swasta dan sebagian negeri) sering kali mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan menggunakan konsep akademik, salah satunya adalah kemampuan anak dalam membaca, menulis dan menghitung (calistung). Gejala ini mendorong lembaga Pendidikan TK maupun orang tua berlomba membimbing kemampuan akademik anak dengan mengadopsi pola-pola pembelajaran di sekolah dasar. Akibatnya tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menjadi taman yang indah tempat bermain tetapi beralih fungsi menjadi "pesekolahan dini". Sehingga pembelajaran membaca di TK lebih merupakan pembelajaran membaca seperti di SD demikian halnya dengan menulis, tidak mengindahkan aspek alami anak.
Kondisi demikian menjadikan masyarakat yang telah menyekolahkan anak-anaknya di TK berharap, bahkan mengharuskan agar kelak setelah selesai mengikuti program di TK, anak-anak mereka terampil membaca dan menulis. Namun pada kenyataannya masih banyak anak-anak lulusan TK yang belum mampu membaca dan menulis dengan baik. Pada akhirnya TK yang bertujuan untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang di perlukan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perkembangan selanjutnya berubah menjadi sekolah baca tulis dengan metode yang sering kali mengenyampingkan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak.
TK yang harusnya berfungsi sebagai tempat bermain yang indah, nyaman, gembira dan menarik bagi anak untuk mewujudkan berbagai aktifitasnya dalam masa bermain, bersosialisasi dengan teman sebaya, beradaptsi dengan lingkungan baru setelah rumah, dan mengembangkan potensi dasar yang anak miliki, menjadi tempat yang kurang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak merasa tertekan, dan merasakan beban yang berat, sehingga keceriaan mereka berkurang, dan mengalami ketidakseimbangan perkembangan pada aspek keterampilan dan kreatifitasnya.
Berdasarkan temuan Orstein Bateman, (1990) dalam Solehudin (1997) seorang guru besar di University of California menunjukan bahwa :
Masing-masing belahan otak manusia menangani aktivitas mental yang berbeda. Belahan otak kiri menangani aktivitas-aktivitas mental yang berhubungan dengan matematika, bahasa, logika, analisis, menulis dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis, sedangkan belahan otak kanan menangani aktivitas-aktivitas mental yang berhubungan dengan imajinasi, warna, musik, irama, berkhayaldan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. temuan Orstein tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang sudah dilatih untuk menggunakan suatu belahan otak secara eksklusif relatif tidak mampu menggunakan belahan otak lainnya. Selain itu temuan juga bahwa jika bagian otak yang lebih lemah dirangsang dan didorong untuk bekerja bersama-sama dengan bagian yang lebih kuat , maka hasilnya adalah adanya suatu peningkatan dalam keseluruhan kecakapan.
Berdasarkan temuan Orstein di atas, bisa ditafsirkan bahwa kegiatan pembelajaran yang hanya menitikberatkan kepada penguasaan baca tulis, dan hitung merupakan suatu yang tidak lengkap dan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan anak karena hanya mengembangkan sebagian aspek dari kecakapan individu sembari "mematikan" pengembangan sebagian kecakapan lainnya. Dengan demikian, yang lebih dikehendaki adalah suatu pendekatan dan strategi pendidikan bagi anak yang lebih integratif dan komprehensif serta sesuai dengan dunia dan kebutuhannya.
Berkenaan dengan kenyataan di atas, maka National Assosiation for the Education of Young Children Amerika Serikat (NAEYC) dalam Solehudin (1997 : 77) menerbitkan suatu panduan pendidikan bagi anak usia dini (usia 8 tahun ke bawah) yang salah satunya menekankan penerapan bermain sebagai alat utama belajar anak. Sejalan dengan itu, kebijakan Pemerintah Indonesia dibidang pendidikan prasekolah (1994/1995) juga menganut prinsip "bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain".
Beberapa para ahli (Hughes dan Fergus P, 1995) dalam buku "Children, play & Development" mengatakan bahwa bermain sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, baik secara fisik maupun psikis. Berbagai teori pun menyorotinya. Misalnya Teori Surplus Energy dari H. Spencer, mengatakan bahwa bermain bermanfaat untuk mengisi kembali energi anak yang telah melemah. Teori Practice for Adulthood dari K.Groos (1991) mengatakan bahwa bermain merupakan peluang bagi pengembangan keterampilan dan pengetahuan anak, yang sangat penting fungsinya bagi mereka pada saat menjelang dewasa. Teori Psychoanalytic dari Sigmund Freud mengatakan bahwa bermain berguna untuk mengurangi kecemasan anak dengan mencoba mengekspresikan berbagai dorongan impulsifnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan. Sementara Jean Piaget melalui teori Cognitive-developmental mengemukakan bahwa bermain amat penting bagi perkembangan kognitif seorang anak dengan melatih kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya dalam suasana yang menyenangkan. Kemudian Weininger dan Fitzgerald melalui teori Neuropsycological mengemukakan peranan penting bermain bagi upaya mengintegrasikan fungsi belahan kanan dan kiri otak anak secara seimbang.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain adalah kodrat anak. Solehudin (1997) menyatakan bahwa : "Pada intinya bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan terfokus pada proses, memberi ganjaran secara instrinsik, menyenangkan aktif dan fleksibel" hal yang tidak bisa dipungkiri lagi bermain memang merupakan bagian utama dari kehidupan anak, dan sebagian aktifitas kehidupan anak adalah bermain.
Berdasarkan kondisi awal di TK X hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas kelompok B, kemampuan anak dalam kegiatan membaca dini masih rendah dan masih belum menunjukan taraf membaca kata. Anak baru memasuki pengenalan huruf, beberapa anak belum bisa mengenal perbedaan huruf, anak belum bisa merangkai huruf menjadi kata dan belum bisa membaca kata sederhana. Kegiatan yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dini di TK X adalah melalui pemberian tugas seperti kegiatan mewarnai huruf abjad dan membuat huruf mengikuti garis titik (dotline). Dalam mengerjakan tugas yang diberikan anak duduk diam dikursi dengan sangat tertib. Guru memberikan tugas mewarnai huruf dan membuat huruf mengikuti garis titik, anak terkesan hanya mengerjakan tugas dari guru tanpa mengenal bentuk humf yang diwarnainya. Kegiatan membaca dini belum terlihat pencapaian yang maksimal karena para guru belum menemukan cara yang terbaik untuk meningkatkan kemampuan membaca yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, agar anak tidak tertekan dalam kegiatan membaca, sehingga anak dapat menyenangi kegiatan membaca dini. Berdasarkan kondisi tersebut untuk membuat anak menyenangi kegiatan membaca dini tanpa membuat anak tertekan maka disepakati bersama untuk meningkatkan kemampuan membaca dini di TK X akan dilaksanakan kegiatan melalui permainan kartu kata.
Permainan kartu kata mempakan permainan yang menyenangkan bagi anak tanpa membuat anak tertekan didukung oleh pernyataan Betty Root (2004) Permainan kartu kata dapat memberikan situasi belajar yang santai dan informal, bebas dari ketegangan dan kecemasan. Anak- anak dengan aktif dilibatkan untuk memberikan tanggapan dan keputusan. Langkah ini akan membiasakan anak untuk lebih mudah mengekspresikan gagasan dan idenya, serta memperkuat daya imjinasi anak. Langkah ini bermanfaat ketika anak- anak belajar menulis, yaitu kemampuan untuk menuangkan gagasan. Kartu kata dapat menjadi sarana untuk mengakrabkan anak dengan huruf.
Mampu membaca lebih awal sebelum anak masuk sekolah dasar (SD), juga menjadi sebuah kebutuhan tersendiri, karena pada kenyataannya sekolah dasar-sekolah dasar saat ini seakan mensyaratkan agar ketika anak masuk sekolah dasar (SD) mereka harus sudah bisa membaca dan menulis. Hal ini dapat kita lihat pada buku-buku pelajaran kelas satu SD yang tidak lagi berisi tentang belajar membaca dan menulis, tetapi sudah berisi tentang hal-hal yang dapat dipahami dan dilakukan oleh anak (bila anak telah mampu membaca dan menulis)
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada anak untuk memiliki daya saing yang tinggi dan tangguh. Daya saing yang tangguh dapat terwujud jika anak memiliki kretivitas, kemandirian, kemampuan dasar dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan dan masa peka anak pada aspek membaca dini dapat disusun, dikembangkan dan dikemas menarik dalam berbagai kegiatan bermain.
Dalam mengimplementasikan kegiatan bermain sebagai wahana belajar anak di kelas, ada dua cara utama yang dapat digunakan oleh guru (Solehudin, 1997 : 81). Pertama bermain di implementasikan secara tidak langsung, yaitu dengan cara melengkapi ruang bermain (play center) atau ruang kelas dengan alat permainan pendidikan. Kedua, bermain diimplementasikan secara langsung sebagai suatu metode pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan membaca dini peneliti memilih cara yang kedua, yaitu guru menggunakan langsung aktivitas bermain sebagai metode pembelajaran bagi anak. Dalam hal ini guru dan peneliti berkolaborasi menyajikan suatu permainan (game) dengan menggunakan permainan kartu huruf, kartu kata, dan kartu kalimat diharapkan kegiatan membaca dini dengan cara bermain dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca dini sehingga kegiatan membaca dini menjadi cara yang menyenangkan bagi anak.
Berdasarkan latar belakang masalah merupakan sebagaian dari gambaran yang perlu diteliti kebenarannya sehingga mendapatkan perubahan dan peningkatan ke arah yang lebih baik. Berangkat dari permasalahan maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul. "Upaya Guru meningkatkan kemampuan membaca dini melalui permainan kartu kata".

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka permasalahan pokok yang akan dipaparkan dan dirumuskan melalui beberapa pertanyaan penelitian untuk meningkatkan kemampuan membaca dini di TK X adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif pembelajaran membaca dini di TK X saat ini ?
2. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan permainan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan membaca dini pada anak di TK X ?
3. Bagaimana Kemampuan membaca dini anak TK X setelah melalui kegiatan permainan kartu kata ?

C. Tujuan Penelitian
Perumusan tujuan dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling penting, karena tujuan yang jelas akan mengarahkan penelitian dalam mencapai sasaran yang tepat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi objektif tentang kemampuan membaca dini di TK X yang saat ini dilaksanakan.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah pelaksanaan permainan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan membaca dini pada anak di TK X ?
3. Untuk mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi setelah anak mengalami pembelajaran membaca dini melalui permainan kartu kata ?

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak khususnya guru TK, Program pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PGPAUD), bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi orang tua didik dan semua pihak yang memerlukan sehingga dapat memberikan nilai positif untuk meningkatkan kualitas Pendidikan yang baik. Lebih spesifik manfaat yang diharapkan tersebut diantaranya :
1. Bagi guru TK, hasil penelitian ini dapat membuka cakrawala dunia anak dan menambah pengetahuan dan wawasan sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator
2. Bagi jurusan PGPAUD, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan memberikan inspirasi dalam peningkatan kemampuan pengembangan bahasa dalam kemampuan membaca dini bagi anak TK usia dini
3. Bagi peneliti sendiri dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan pengetahuan dan wawasan sehingga dapat memanfaatkan dan mengembangkan suatu cara dalam pembelajaran membaca dini pada anak.
4. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan para orang tua mengerti bagaimana pembelajaran yang semestinya di Taman Kanak-Kanak.
Sehingga kebebasan anak untuk berkarya dan menikmati dunia anak yang sesungguhnya sangat menyenangkan menjadi lebih terbentang luas dalam kegiatan bermain melalui permainan kartu kata.
SKRIPSI PTK PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK TK DALAM KEGIATAN BERMAIN RAGAM BENTUK GEOMETRI

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK TK DALAM KEGIATAN BERMAIN RAGAM BENTUK GEOMETRI

(KODE : PTK-0080) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK TK DALAM KEGIATAN BERMAIN RAGAM BENTUK GEOMETRI




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan secara optimal. Pada akhirnya kemampuan tersebut diharapkan dapat berguna baik bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat luas pada umumnya. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 14 yang menyatakan bahwa "Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut" (Hamid,2003 : 14). Dalam hal ini kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki setiap orang, dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat, diantaranya pada Taman Kanak-Kanak sebagai salah satu tempat diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini.
Kreativitas salah satu potensi yang dimiliki setiap individu, penting untuk dikembangkan sejak usia dini (Rachmawati & Kurniati, 2003 : 8). Karena masa ini individu memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat mengembangkan potensi tersebut (Munandar,1995 : 1). Perkembangan kecerdasan anak usia empat sampai enam tahun, sedang mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80% (Maryana,2005 : 9). Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak, salah satunya kreativitas.
Dengan berkembangnya kreativitas pada anak Taman Kanak-Kanak : anak memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi menurut caranya sendiri (manfaat baik terhadap perkembangan kognitif); dapat menjadi alat untuk menyeimbangkan emosi anak sehingga perkembangan kepribadian anak kembali harmonis (manfaat baik terhadap kesehatan jiwa); dan anak akan memperoleh kecakapan untuk merasakan, membeda-bedakan, menghargai keindahan yang akan mengantar dan mempengaruhi kehalusan budi pekertinya (manfaat baik terhadap perkembangan estetika), demikian yang disampaikan Munandar (Montolalu,2007 : 3.5).
Selain itu pengembangan kreativitas bagi anak Taman Kanak-Kanak memiliki tujuan : mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan teknik-teknik yang dikuasainya; mengenalkan cara dalam menemukan alternatif pemecahan masalah; membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian; membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang dilakukannya dan sikap menghargai kasil karya orang lain; membuat anak kreatif, yaitu yang memiliki kelancaran untuk mengemukakan ide, kelenturan untuk mengemukakan berbagai alternatif pemecahan masalah, orisinalitas dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran, elaborasi dalam gagasan, keuletan dan kesabaran atau kegigihan dalam menghadapi rintangan dan situasi yang tidak menentu (Munandar,1995 : 34).
Di TK X berdasarkan pengamatan sehari-hari anak kelompok B, dalam hal kreativitas belum terlihat optimal, hal tersebut nampak seperti saat menyelesaikan pekerjaan, anak belum memiliki keberanian dalam hal bereksplorasi dan berekspresi, anak ragu, takut, tidak percaya diri, lebih sering meniru cara Guru atau teman lain, anak masih tergantung pada contoh yang diberikan Guru, atau anak masih meniru cara Guru menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini anak belum memiliki keberanian dalam hal berekspresi dan bereksplorasi. Seperti halnya yang dikemukakan Munandar (1995 : 46), tentang teori Wallas, bahwa proses berfikir kreatif memiliki ciri-ciri :
(1) mampu mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah (fluency/kelancaran);
(2) mampu menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa (flexibility/keluwesan);
(3) mampu memberikan respon yang unik atau luar biasa (originality/keaslian);
(4) mampu menyatakan pengarahan ide secara terperinci utuk mewujudkan ide menjadi kenyataan (keterperincian);
(5) memiliki kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi (sensitivity/kepekaan).
Aktivitas pembelajaran dalam hal pengembangan kreativitas anak di TK X, belum terlihat tepat guna/efektif, dengan menggunakan alat permainan bermacam bentuk geometri : (1) fasilitas yang disediakan masih terbatas banyaknya, sehingga anak kurang semangat, dan mudah bosan. padahal sumber dan bahan untuk dibentuk geometri ini sangatlah mudah disiapkan, bisa dari kertas lipat berwarna, kertas majalah atau kalender yang sudah lewat tahunnya, maupun dari kertas lainnya, dengan digunting menjadi bermacam-macam bentuk geometri diantaranya segitiga, lingkaran, bujur sangkar atau segiempat. (2) metode atau teknik yang digunakan Guru masih sangat terbatas atau sedikit, sehingga anak merasa tidak tertantang, sedangkan anak TK umumnya selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu, senang bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicara, metode akan lebih bermakna, jika lebih bervariasi lagi, atau kegiatan dilakukan dengan prinsip bermain sambil belajar sehingga lebih menggairahkan lagi bagi anak dengan mengeksplorasi berbagai bentuk geometri.
Sudono (1995 : 54) mengemukakan bahwa "Melalui kegiatan bermain menggunakan ragam bentuk geometri memberikan kesempatan bagi anak untuk menyatakan sikapnya, minat dan masalah-masalah yang mereka hadapi, membicarakan tujuan dan aspirasinya, memperbincangkan kepercayaan, menyatakan apa yang mereka pikirkan, membagi perasaan yang mereka rasakan, menjelaskan apa saja yang mereka lakukan, memberikan kesempatan kepada anak untuk membandingkan, mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, menganalisa, mengkritik, membantu mereka menemukan berbagai asumsi serta memberikan kesempatan untuk berfikir atau mencipta". Sama halnya seperti yang dikemukakan Sriningsih (2008 : 97), yang menyatakan bahwa "Permainan mencipta dari bentuk geometri dapat menstimulasi perkembangan kreativitas dan imajinasi anak".
Dengan bermain kotak warna-warni berbagai bentuk, anak akan belajar mengenai bentuk-bentuk yang saling cocok dan tidak cocok, mengenai struktur yang mantap dan tidak mantap, mengenai keseimbangan. Selain itu pada saat bermain ragam bentuk geometri, fantasi atau imajinasi yang dimiliki anak dapat berkembang. Anak akan refleks menyampaikan hasil pemikirannya, baik dengan bentuk bahasa, motorik atau fisik, hasil kerja atau ciptaannya, sosial seperti bekerjasama dalam kelompok, emosional saat membagi dan menghargai hasil kerja, menemukan penyelesaian atas masalah yang dihadapinya, mendorong berfikir dengan logika, pemahaman mengenai konsep-konsep ruang (seperti di atas, samping, bawah, tinggi, rendah, lebar, sempit, besar, kecil), pengetahuan dan kemampuan matematik, serta seni (Sudono, 1995 : 58).
Ol eh karenanya salah satu kegiatan pembelajaran dengan bermain ragam bentuk geometri di Taman Kanak-Kanak, untuk mengembangkan kreativitas anak, sangatlah sesuai. Untuk itu agar kreativitas anak di kelompok B TK X terealisasi secara optimal, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan bermacam bentuk geometri yang terbuat dari kertas warna-warni yang digunting, adapun kegiatan yang dilakukan sambil bermain, dan penelitian ini berjudul Peningkatan Kreativitas Anak di TK X Dalam Kegiatan Bermain Ragam Bentuk Geometri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang tersebut di atas, secara umum permasalahan pokok penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan, " Bagaimana meningkatkan kreativitas anak di TK X (kelompok B) dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri ? ". Secara rinci dijabarkan ke dalam rumusan pertanyaan penelitian berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif kreativitas anak di TK X sebelum diterapkan kegiatan bermain ragam bentuk geometri ?
2. Bagaimana penerapan kegiatan bermain ragam bentuk geometri dalam meningkatkan kreativitas anak di TK X ?
3. Bagaimana tingkat kreativitas anak di TK X setelah penerapan kegiatan bermain ragam bentuk geometri ?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kreativitas anak TK X kelompok B dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri. Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi objektif tingkat kreativitas anak di TK X (kelompok B) sebelum diterapkan kegiatan bermain ragam bentuk geometri.
2. Untuk mengetahui langkah penerapan kegiatan bermain ragam bentuk geometri di TK X dalam meningkatkan kreativitas.
3. Mengetahui peningkatan atau perubahan yang terjadi pada kreativitas anak di TK X (kelompok B) setelah dilakukan penelitian dengan tindakan kelas melalui kegiatan bermain ragam bentuk geometri.

D. Manfaat Penelitian
Peneliltian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya :
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak, khususnya mengenai peningkatan kreativitas anak dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan kreativitas anak TK dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri.
b. Bagi Kepala Sekolah, dapat menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan peningkatan kreativitas pada anak TK dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri.
c. Bagi para guru, untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya meningkatkan kreativitas anak sejak usia dini dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri, dan menjadi masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas anak. d. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadikan masukan dan bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam mengkaji masalah-masalah yang sama dengan aspek yang berbeda.