Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan matematika dan ipa. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan matematika dan ipa. Show all posts
Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa

Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa

(Kode PENDMIPA-0023) : Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus SMA Tahun Ajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:15).
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan yang diharapkan. Untuk itulah guru dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan GBPP kurikulum SMA Mata Pelajaran Fisika. Untuk menjalankan fungsi tersebut beberapa unsur pokok GBPP yakni konsep dan subkonsep, tujuan pembelajaran menjadi titik tolak pengembangan kegiatan belajar mengajar dan dalam aplikasinya untuk pemilihan buku pegangan siswa yang relevan. Unsur yang tercakup dalam pendidikan sekolah (pengajaran), meliputi subyek didik (guru, siswa dan tenaga kependidikan non guru), tujuan, bahan, pendekatan, metode-strategi teknik, peralatan, penilaian, administrasi, dan pengaruh lingkungan yang perlu dijalin dalam tata hubungan yang serasi, saling mempengaruhi serta saling tergantung, yang kesemuanya berorientasi dan hendaknya berdampak positif bagi pembentukan diri siswa (Pendekatan sistem). Bahan pengajaran sebagai salah satu unsur yang tercakup dalam komponen pendidikan, dalam usaha untuk meningkatkan mutu kualitas pengajaran maka bahan pengajaran perlu ditingkatkan dalam proses penyampaian dan penyusunannya dalam pengajaran. Bahan yang disampaikan dalam pengajaran fisika haruslah menyesuaikan dengan kurikulum. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses.
Dalam hal ini siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses untuk memahami perilaku atau gejala alam. Ketrampilan proses ini meliputi ketrampilan mengamati dengan indera, ketrampilan menggunakan alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah. Berdasarkan hal itu maka seseorang guru harus mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Disamping itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan kemampuan untuk menciptakan suasana yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan salah satu aktivitas pendukung bagi seorang pendidik yang sadar akan tujuan pembelajaran atau instruksional disamping tujuan kurikuler yang dapat dirumuskan dan ditetapkan sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar yang termuat dengan jelas dan tegas pada Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Namun demikian, masih banyak proses belajar mengajar belum dapat mencapai hasil optimal dalam keseluruhan tujuan tersebut. Umpamanya pada setiap ujian komprehensif masih ada sebagaian siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penguji yang menghendaki jawaban yang aplikatif atau demonstratif, seperti praktikum laboratorium. Kondisi tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan pembaharuan dalam metode pengajarannya. Konsep metodologi pengajaran yang baik adalah multimethod, terutama adalah penggunaan metode demonstrasi dan tanya jawab yang berkesinambungan dan menyeluruh sebagai upaya pencapaian tujuan instruksional, yaitu unsur kognitif.
Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran itu terdiri atas unsur kognitif, unsur afektif dan unsur psikomotorik. Variasi metode juga sangat mempengaruhi model mengajar seorang pendidik. Berfungsinya metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran unsur kognitif. Sedangkan penerapan pembelajaran metode diskusi informasi dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran yang dimediakan. Metode pembelajaran diskusi informasi juga dapat diterapkan pada berbagai bidang studi. Dapat dilakukan pula antara guru dengan seluruh kelas, guru dengan sekelompok siswa, siswa dengan siswa dalam kelompok, dan siswa dengan siswa dalam kelas. Dengan demikian, yang dapat menjadi pemimpin diskusi tidak hanya guru, tetapi lebih baik jika guru memimbing siswa agar mampu memimpin diskusi. Kalau demikian guru dikatakan berhasil.
Tiga kategori kognitif pertama termasuk dalam tingkatan kognitif rendah dan ketiga kategori terakhir termasuk dalam tingkatan kognitif tinggi sedangkan pertanyaan yang berkaitan dengan ketrampilan berpikir siswa yaitu pertanyaan yang diajukan oleh guru selama pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk berpikir, sehingga siswa tersebut dapat mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi materi pelajaran atau informasi sehingga akhirnya menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tepat berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya, pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi diharapkan dapat tercapainya prestasi belajar yang tinggi dan tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : “PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN KINEMATIKA GERAK LURUS SMA TAHUN AJARAN XXXX/XXXX”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian.
2. Unsur yang tercakup dalam pendidikan sekolah meliputi subjek didik guru, siswa, dan tenaga pendidikan non guru), tujuan, bahan, pendekatan, metode-teknik, peralatan, penilaian, administrasi dan pengaruh lingkungan.
3. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses.
4. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran.

C. Pembatasan Masalah
Masalah pada penelitian dibatasi pada hal sebagai berikut :
1. Aspek pemahaman konsep merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan makna materi yang dipelajari.
2. Pendekatan dalam pengajaran yang digunakan adalah ketrampilan proses dan dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode demonstrasi dan metode diskusi.
3. Prestasi belajar yang dibatasi pada pencapaian peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui seperangkat tes tentang kinematika gerak lurus.
4. Materi yang disampaikan dalam penelitian ini yaitu pokok bahasan kinematika gerak lurus.

D. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemahaman konsep tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa ?
2. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan ketrampilan proses metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa ?
3. Adakah interaksi pengaruh antara tingkat kemampuan pemahaman konsep dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan umtuk mengetahui :
1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemahaman konsep tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh pendekatan ketrampilan proses metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
3. Ada tidaknya interaksi pengaruh antara tingkat kemampuan pemahaman konsep dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa.

F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1. Menambah wawasan penulis
2. Memberi gambaran tentang pentingnya penerapan pendekatan dalam pengajaran yang tepat dengan metode demonstrasi dan diskusi informasi sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
3. Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar di SMA khususnya dalam pengajaran fisika pada pokok bahasan kinematika gerak lurus.
Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

(Kode PENDMIPA-0022) : Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Setiap bidang kehidupan di masyarakat terdapat proses pendidikan, baik yang disengaja maupun secara tidak sengaja. Pada pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang akan dicapai karena tercapai tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional disesuaikan dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, sehingga tujuan pendidikan bersifat dinamis.
Di sekolah, tujuan pendidikan dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran dari bidang studi yang diberikan guru di kelas, diantaranya pembelajaran matematika yang menggiring siswa memiliki kemampuan berpikir obyektif, kritis, cermat, analitis dan logis. Untuk memenuhi tujuan tersebut, kemampuan utama dan pertama yang harus dimiliki setiap peserta didik adalah kemampun membaca, menulis dan berhitung. Pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika dapat dinilai salah satunya dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan dalam matematika maupun dalam ilmu-ilmu lain dan diukur dengan tes hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan kenyataan yang ada prestasi belajar matematika SMA dewasa ini masih rendah. Rendahnya prestasi ini ditunjukkan antara lain dengan rendahnya nilai matematika baik dalam raport, ulangan harian, ulangan umum dan UAN . Selain itu nilai matematika juga sering menempati urutan terakhir dalam peringkat nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa.
Banyak unsur yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Diantara unsur–unsur yang mempengaruhi antara lain: siswa, pendidik/guru, metode pembelajaran, lingkungan. Ditinjau dari diri siswa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain faktor guru, kurikulum, sarana, prasarana, lingkungan sosial. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain minat, bakat, kemampuan verbal, kemampuan non verbal, kemampuan komputasi, kemampuan pandang ruang.
Rendahnya kemampuan dalam faktor–faktor internal di atas menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika yang ditunjukkan antar lain dengan ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan dapat dilihat dari adanya kesalahan penyelesaian soal. Kesalahan ini diketahui guru dalam proses belajar mengajar di kelas maupun dari hasil pekerjaan siswa dalam tes.
Adanya kesalahan penyelesaian oleh siswa dalam soal-soal matematika perlu mendapat perhatian. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam penyelesaian soal perlu diidentifikasi. Informasi tentang kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar matematika dan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Clement, bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan perhitungan disusul kesalahan pemahaman konsep.
Materi matematika SMA terdiri dari banyak topik. Salah satu diantaranya adalah program linear. Program linear merupakan salah satu bagian matematika terapan yang banyak manfaatnya dalam bidang ekonomi, industri, pertanian, perdagangan dan sebagainya. Penguasaan yang baik dalam topik ini akan membantu dalam mempelajari ilmu lain.
Penguasaan siswa atas topik program linear antara lain ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal program linear dengan benar. Namun dari hasil pengalaman peneliti maupun guru di kelas dan dari hasil pekerjaan siswa dalam tes dijumpai berbagai macam kesalahan dalam penyelesaian soal program linear.

B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear di kelas dua semester dua SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear?
2. Apa saja yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear?
3. Apa alternatif solusi yang dilakukan untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal program linear?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear.
2. Mengetahui apa saja yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear.
3. Memberikan alternatif solusi dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear

E. Manfaat Penelitian
Informasi tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear terutama jenis-jenis kesalahan yang banyak dilakukan siswa membantu guru dalam :
1. melaksanakan pembelajaran remedial.
2. memberikan petunjuk pada bagaimana guru seharusnya melaksanakan penekanan dalam proses belajar mengajar topik program linear.
3. perencanaan kegiatan pembelajaran tahun berikutnya.
Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X

Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X

(Kode PENDMIPA-0021) : Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Kebijaksanaan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar Dan Menengah dijelaskan bahwa : “visi pendidikan sains (IPA) adalah mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi, untuk memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya, melalui pengembangan ketrampilan proses, sikap ilmiah, ketrampilan berfikir, penguasaan konsep sains yang esensial, dan kegiatan teknologi, dan upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat menumbuhkan sikap pengagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.
Dapat diartikan di sini bahwa hakikat tujuan IPA adalah untuk menghhantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari. Kata menguasai di sini mengisayaratkan bahwa pendidikan IPA harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam. Fisika sendiri mulai diajarkan pada siswa SMP dengan nama mata pelajaran sains, meskipun dasardasar sudah diberikan sejak SD. Menurut Y. Padmono (2000 : 141), “Fisika pada khususnya dan IPA pada umumnya sebagai hasil dari kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, pengujian”.
Menurut Y. Padmono (2000 : 142 ), “Secara umum IPA memiliki tiga sifat dasar atau hakikat yaitu (a) kontent atau produk, (b) proses, (c) sikap “. IPA sebagai produk merupakan produk ilmu pengetahuan baik itu sebagai teori, konsep, hipotesis, atau postulat. Selanjutnya IPA sebagai proses pada hakikatnya merupakan suatu cara untuk memecahkan masalah dengan prosedur tertentu mengenai gejala alam. Sedangkan IPA sebagai sikap merupakan cara memandang terhadap gejala-gejala alam dalam rangka memahami gejala alam tersebut. Sesuai hakikat atau sifat dasarnya maka tujuan pendidikan/pembelajaran IPA adalah tidaklah hanya sekedar agar siswa diharapkan terbentuk kemampuannya dalam memecahkan masalah mengenai alam sekitar sesuai dengan cara/proses yang dikehendaki dalam IPA.
Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep IPA yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran.
Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa SMA, telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran Fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari Fisika dengan senang hati, merasa terpaksa atau suatu kewajiban, disamping penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kuarangnya pelibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir catur wulan. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang mereka peroleh.
Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan/konsep tetapi mereka tidak mengetahuai proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya diperlihatkan dari konsep fisika tersebut. Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan apa yang diharapkan anatar lain inquiry approach, expository approach, mastery learning, dan humanistic education. Didalam pendekatan inkuiri dapat dilukiskan melalui berbagai kegiatan antara lain : guided inquiry/inkuiri terbimbing, modified inquiry/inkuiri termodifikasi, free inquiry/kebebasan inkuiri, inquiry role approach (IRA)/inkuiri pendekatan peranan, dan lain-lain.
Selain itu agar kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan apa yang diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan kemampuan maupun kreatifitas siswa untuk dapat menemukan suatu konsep, baik melalui kegiatan demonstrasi, percobaan, ataupun melalui praktikum atau eksperimen dilaboraturium, yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu konsep dan bagaimana bersikap yang diharapkan dari konsep tersebut. Ada beberapa konsep atau mata pelajaran yang dalam proses pembelajarannya dapat mengembangkan kemampuan maupun kreatifitas siswa untuk dapat menemukan suatu konsep, baik melalui kegiatan demonstrasi, percobaan, ataupun melalui praktikum atau eksperimen dilaboraturium, antara lain : kalor, optik geometri, listrik dinamis, dan-lain-lain.
Pada umumnya hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan menciptakan. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sementara itu, ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misal melakukan percobaan di laboraturium dan lainnya.
Bertolak dari latar belakang diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan topik: Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran XXXX/XXXX.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan pembelajaran Fisika diperlukan proses untuk menemukan/mengetahui/mendalami suatu konsep fisika.
2. Hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Pendekatan Inkuiri merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk menemukan/mengetahui/mendalami suatu konsep fisika, melalui beberapa kegiatan antara lain : guided inquiry/inkuiri terbimbing dan modified inquiry/inkuiri termodifikasi.
4. Percobaan/eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran sebagai alternatif untuk mengukur tingkat kemampuan psikomotorik siswa.
5. Mata pelajaran yang didalamnya dapat dilakukan kegiatan eksperimen antara lain : kalor, listrik dinamis, dan optik geometri.
6. Pengetahuan yang diperoleh siswa melalui eksperimen dengan pendekatan inkuiri akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep.
7. Untuk mengetahui kemampuan psikomotorik dan kognitif dilakukan dengan penilaian.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dibuat pembatasan masalah dalam penelitian ini mengingat kemampuan, biaya dan waktu yang dimiliki penulis. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikat :
1. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah konsep listrik dinamis SMA.
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan inkuiri, melalui kegiatan inkuiri terbimbing dan inkuiri termodifikasi.
3. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.
4. Hasil belajar yang diukur adalah ranah kognitif dan psikomotorik.
5. Penilaian untuk mengetahui kemampuan psikomotorik siswa melalui penilaian selama kegiatan percobaan/eksperimen di laboratorium yaitu kemampuan siswa kemampuan psikomotorik awal siswa dinilai dengan menggunakan tes awal kemampuan menggunakan alat ukur listrik arus DC.
6. Kemampuan awal kognitif siswa dari nilai Fisika pada ulangan umum semester gasal tahun ajaran XXXX/XXXX pada pokok bahasan Listrik Dinamis.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan inkuiri termodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terhadap kemampuan psikomotorik siswa ?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara kemampuan kognitif kategori tinggi dengan kemampuan kognitif kategori rendah pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa ?
3. Adakah interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan kognitif pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan inkuiri termodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terhadap kemampuan psikomotorik siswa.
2. Mengetahui perbedaan pengaruh antara kemampuan kognitif kategori tinggi dengan kemampuan kognitif kategori rendah pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa.
3. Mengetahui interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan kognitif pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Memberikan masukan bagi guru dalam rangka pemilihan pembelajaran dan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa.
2. Memberikan masukan kepada guru tentang pengaruh kemampuan penggunaan alat ukur terhadap kemampuan psikomotorik siswa.
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

(Kode PENDMIPA-0020) : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diselenggarakan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya pemerintah diwujudkan dengan memperbaiki kurikulum. Kurikulum XXXX merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994 yang mulai diberlakukan pada awal tahun pelajaran XXXX/XXXX. Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kreativitas, kesehatan, akhlak, dan kewarganegaraan yang harus dimiliki oleh lulusan sesuai jenjang pendidikan.
Penerapan kurikulum berbasis kompetensi di SMP sangat dipengaruhi oleh guru dalam menyusun silabus, sistem penilaian dan penerapan penggunaan metode pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman suatu ilmu yang akan diajarkan seorang guru kepada siswa harus mempunyai metode pembelajaran yang menarik, mudah untuk dipahami dan dimengerti siswa. Selain hal tersebut, seorang guru dituntut untuk mengenal berbagai jenis metode pembelajaran, agar terampil dan dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan karena adanya variasi tujuan pembelajaran yang akan dicapai; adanya lingkungan belajar yang bervariasi dan keadaan siswa yang berbeda-beda. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan sifat dan hakekat materi pelajaran yang akan disampaikan, sesuai dengan media yang tersedia, tingkat pemahaman, kemampuan dan perkembangan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penyusunan metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan pengajaran. Pemilihan metode pembelajaran tidak akan berarti apa-apa, namun metode pembelajaran baru berguna jika metode pembelajaran dapat dipergunakan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan belajar dapat disusun menjadi daftar berupa perubahan-perubahan yang diinginkan yang hendak dicapai, perubahan-perubahan tersebut antara lain, perubahan dalam artian pengetahuan (kognitif), perasaan atau sikap (afektif) dan perubahan perbuatan (psikomotor).
Menurut Slameto (1995 : 2) belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Disadari atau tidak, dalam satu kelas guru akan menjumpai perbedaan kemampuan awal siswa satu dengan siswa yang lain. Perbedaan ini misalnya dalam kemampuan belajar, cara belajar dan kepribadian masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan yang beragam dalam menyerap materi pelajaran. Keanekaragaman kemampuan awal siswa akan berpengaruh terhadap penguasaan konesp belajar siswa.
Sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMP selama ini adalah dengan menggunakan metode ceramah atau kuliah mimbar, keberhasilan metode ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai bahan, forum/audience dan keterampilan bahasa dan intonasi. Penerapan metode ceramah dapat menimbulkan kejenuhan kepada siswa, kurang dapat merangsang perkembangan kreativitas siswa dan proses belajar terjadi hanya satu arah dari guru kepada siswa.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan adanya pemilihan metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran secara tepat, adanya pemilihan metode pembelajaran dan media pembelajaran diharapkan dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa sekaligus siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penguasaan konsep belajar yang diharapkan adalah masuknya informasi atau pesan pada siswa yang relatif lama dan sulit untuk diubah akibat adanya interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran alternatif untuk mencapai tujuan IPA yang antara lain berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis, dan meningkatkan prestasi akademik. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, belajar kelompok memungkinkan siswa terlibat aktif dalam belajar karena siswa mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa. Guru berperan sebagai organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang telah di kembangkan adalah jigsaw, metode jigsaw dapat diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum. Upaya pembaharuan di dalam pendidikan lebih ditekankan kearah belajar mengajar, di samping menata kembali arah dan tujuan pendidikan. Dahulu, masalah proses belajar mengajar ditekankan melalui bentuk kata-kata sehingga menjurus kearah verbalisme, kemudian orang mulai berpikir ke arah diperlukannya alat bantu pelajaran yang bersifat audio visual, seperti gambar-gambar, slide, model, pita kaset, film bersuara, radio dan televisi. Penggunaan media untuk kepentingan belajar merupakan salah satu bentuk strategi belajar. Media pembelajaran berperan sebagai perantara dalam pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa. Media audio merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa. Salah satu kelebihan dari media audio adalah untuk mengatasi lemahnya budaya membaca siswa.
Perkembangan teknologi yang semakin tidak terkendali, berpengaruh ke dalam segala aspek kehidupan dan sangat dirasakan oleh khususnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam dunia pendidikan mengakibatkan berbagai perubahan menuju kearah perkembangan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Penggunaan audio visual, seperti Video Compact Disc (VCD) dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penayangan film pendidikan dan pengemasan yang menarik dapat membantu mengatasi lemahnya budaya membaca siswa.
Sejalan dengan hal di atas, tulisan ini akan mengkaji tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII.

B. Identifikasi Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terstruktur, tentang lingkungan sekitar yang didapatkan dari pengalaman melalui serangkaian kerja ilmiah. Mata pelajaran IPA dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran biologi di SMP mempelajari interaksi komponenkomponen yang ada di alam serta upaya-upaya manusia untuk mempertahankan keberadaannya di bumi. Adanya kegiatan belajar mengajar merupakan bagian terpenting yang harus menjadi perhatian dalam upaya peningkatan mutu serta kualitas pendidikan.
Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa adalah dalam penggunaan metode pembelajaran oleh guru pada saat menyampaikan materi pelajaran, karena suatu metode pembelajaran belum tentu dapat diterapkan untuk setiap pokok bahasan. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar mengajar dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan guru untuk menggunakan, menerapkan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan serta tujuan pengajaran. Peranan guru yang cenderung dominan dibandingkan dengan siswa dipengaruhi oleh pola mengajar yang menempatkan siswa sebagai pendengar dan mencatat tentang apa yang disampaikan guru sehingga menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri siswa saat mengikuti pelajaran.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dalam penelitian ini muncul beberapa masalah yang dapat dikaji, adapun masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu :
Dalam proses pembelajaran guru akan menjumpai kemampuan awal siswa yang beragam. Hal ini akan mempengaruhi penguasaan konsep belajar siswa. Penggunaan metode konvensional yang selama ini untuk menyampaikan materi ekosistem dinilai kurang tepat maka perlu dicari alternatif penggunaan metode pembelajaran lain.
Penerapan metode jigsaw dengan media audio visual diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bekerja sama dan kemampuan berpikir kritis, dengan demikian penguasaan konsep belajar siswa pada mata pelajaran biologi akan lebih baik.

C. Pembatasan Masalah
Agar dapat mengkaji dan menjawab suatu permasalahan secara mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri X, tahun ajaran XXXX/XXXX.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini meliputi :
a) Penguasaan konsep belajar biologi siswa dengan menggunakan metode ceramah bervariasi (tanya jawab, diskusi) pada pokok bahasan ekosistem.
b) Penguasaan konsep belajar biologi siswa dengan menggunakan metode jigsaw dengan media audio visual pada pokok bahasan ekosistem.
c) Kemampuan awal siswa dalam penelitian ini dibatasi pada nilai Ujian Akhir Sekolah siswa kelas VII SMP Negeri X semester 1.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah :
1. Apakah ada pengaruh penerapan metode jigsaw dengan media audio visual dan metode ceramah bervariasi terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem ?
2. Apakah penguasaan konsep belajar biologi siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa pada pokok bahasan ekosistem ?
3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penerapan metode jigsaw dengan media audio visual terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.
2. Penguasaan konsep belajar biologi siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa pokok bahasan ekosistem.
3. Adanya interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.
4. Mengetahui metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi biologi untuk menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam penguasaan konsep belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem
2. Memberikan alternatif pembelajaran yaitu penerapan metode jigsaw dengan menggunakan media audio visual terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem.
Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

(Kode PENDMIPA-0019) : Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK sekarang ini menuntut adanya perbaikan pada sistem pendidikan nasional dimana sampai saat ini kualitas dan kuantitas pendidikan tetap menjadi masalah yang paling menonjol dalam usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut khususnya dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA), antara lain: pembaharuan kurikulum, penyediaan perpustakaan, penyediaan laboratorium serta pemberian beasiswa kepada siswa. Atas dasar ini diberlakukan Kurikulum 2004 yang memberi penekanan pada pencapaian kompetensi dan pembekalan kecakapan hidup bagi peserta didik melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendidikan yang berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketaqwaan dan kewarganegaraan (Kompetensi Dasar dan silabus Biologi SMU, 2002:1)
Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses kegiatan belajar mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran dan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya saling mendukung. Komponen-komponen dalam mengajar tersebut antara lain: tujuan, materi, guru, metode, waktu yang tersedia, perlengkapan pengajaran dan evaluasi pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001:54)
SMA Negeri X merupakan salah satu SMA favorit di Kabupaten X. Di sekolah ini sudah menerapkan sistem KBK sejak 2 tahun terakhir. Namun pelaksanaannya belum secara mutlak, hal ini disebabkan karena adanya beberapa kendala yang dihadapi antar lain: belum adanya sarana dan prasarana yang memadai, kurangnya pengalaman para guru tentang pelaksanaan KBK serta kondisi siswa sendiri. Di dalam KBK, seharusnya dilaksanakan dengan sistem student centerd (proses pembelajaran dimana seluruh kegiatan pembalajaran berpusat pada siswa) dimana guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Namun, guru-guru Biologi di SMA Negeri X belum menerapkan sistem student centered secara menyeluruh untuk semua materi pelajaran, guru hanya menerapkan sistem ini untuk materimateri pelajaran tertentu saja. Guru masih menggunakan sistem teacher centered yang berupa ceramah. Ini dilakukan karena guru lebih berorientasi pada pencapaian materi yang padat dan harus diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat.
Dengan metode ceramah yang diterapkan ini, kegiatan belajar mengajar lebih banyak berpusat pada guru dan kurang melibatkan aktivitas siswa. Guru hanya memberikan ceramah di depan kelas dan memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal LKS saja tanpa melibatkan aktivitas siswa. Dengan metode pembelajaran yang digunakan ini menyebabkan kurang adanya interaksi edukatif antara guru dan siswa. Bila dijejali dengan materi secara terus menerus siswa akan mengantuk, bosan dan siswa cenderung ramai. Kebosanan ini pada akhirnya akan melemahkan motivasi dan minat belajar siswa.
Banyak siswa yang menganggap bahwa Biologi adalah mata pelajaran yang sulit dan hanya dapat dipelajari dengan cara dihafalkan. Siswa hanya menghafalkan fakta, prinsip dan teori yang disampaikan oleh guru tanpa berusaha untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka. Siswa cenderung bersikap pasif. Dengan cara yang seperti ini, siswa akan kurang dapat memahami maksud dan isi dari pelajaran yang diterimanya. Rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran biologi ini mengakibatkan rendahnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada ujian semester ganjil. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 60 sedangkan batas tuntas yang seharusnya dicapai adalah 61. Ini membuktikan bahwa masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan untuk mata pelajaran Biologi.
Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan dan metode belajar yang tepat. Tidak ada satupun pola pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat dianggap paling baik diantara pola pendekatan dan metode pembelajaran yang lain, karena masing-masing mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pendekatan dan metode pembelajaran tertentu kemungkinan baik untuk materi, situasi, dan kondisi tertentu, namun kemungkinan dapat juga kurang tepat untuk keadaan yang lain.
Penerapan metode pembelajaran yang efektif merupakan salah satu upaya untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan yang ada, antara lain: rendahnya pemahaman konsep, kecenderungan siswa menghafal materi pelajaran, kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran serta kebosanan siswa dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pola pendekatan konstruktivisme. Menurut teori belajar Konstruktivisme di sekolah bahwa pengetahuan tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna (Paul Suparno, 1997: 13).
Siswa perlu membina konsep dan pengetahuan yang diberikan guru menjadi konsep dan pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman awal yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Oleh karena itu, untuk belajar siswa tidak hanya mengasimilasikan konsep dan pengetahuan tapi harus mengakomodasikan, mengembangkan dan memodifikasi konsep yang sudah ada. Banyak cara pembelajaran di sekolah yang didasarkan pada teori konstruktivisme seperti CBSA, dimana ini merupakan suatu cara yang menekankan peranan siswa dalam membentuk struktur pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya. Penelitian ini akan menerapkan pendekatan konstruktivisme dengan metode pembelajaran inkuiri dan demonstrasi di dalam proses pembelajaran Biologi SMA. Pada kelompok perlakuan dilaksanakan pembelajaran pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri dan metode demonstrasi sedang pada kelompok kontrol dilaksanakan pembelajaran dengan metode konvensional.
Mulyani Sumantri (2001: 133) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi/benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru/sumber belajar lain yang memahami/ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Sedangkan metode Inkuiri atau metode penemuan merupakan metode yang diperkenalkan pada guru bersamaan dengan meluasnya CBSA. Metode ini menyajikan pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Pengubahan model pembelajaran terutama dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa terutama pada mata pelajaran Biologi. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam aspek yaitu: pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang meliputi lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dimuka, maka diambil judul: STUDI KOMPARASI POLA PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN METODE INKUIRI DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan siswa bahwa Biologi merupakan mata pelajaran yang hanya dapat dipahami dengan cara menghafal
2. Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Biologi akibat dari metode ceramah yang diterapkan oleh guru
3. Kebosanan yang dialami siswa dengan metode ceramah yang diterapkan guru
4. Penerapan pola pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri dan demonstrasi pada mata pelajaran Biologi kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

B. Pembatasan Masalah
1. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri X
2. Obyek penelitian
a. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri, demonstrasi dan konvensional
b. Prestasi belajar Biologi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

D. Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang diberi pendekatan konstruktivisme metode Inkuiri, pendekatan konstruktivisme metode demonstrasi dan siswa yang diberi metode konvensional?
2. Apakah penggunaan pendekatan konstruktivisme metode inkuiri, demonstrasi dan konvensional baik digunakan dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang diberi pendekatan konstruktivisme metode inkuiri, pendekatan konstruktivisme metode demonstrasi dan siswa yang diberi metode konvensional.
2. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme metode inkuiri lebih baik digunakan daripada metode demonstrasi dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi.
3. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme metode inkuiri lebih baik digunakan daripada metode konvensional dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi.
4. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktinisme metode demonstrasi lebih baik digunakan daripada metode konvensional dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih pola pendekatan dan metode pembelajaran Biologi yang sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan belajar
2. Memberikan latihan pada siswa untuk menemukan konsep dan prinsip dengan pembelajaran bermakna (meaningful learning) agar tidak mudah terlupakan, sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Biologi
3. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran Biologi agar lebih menarik dan diminati siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa