Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan matematika dan ipa. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan matematika dan ipa. Show all posts
Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

(Kode PENDMIPA-0019) : Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK sekarang ini menuntut adanya perbaikan pada sistem pendidikan nasional dimana sampai saat ini kualitas dan kuantitas pendidikan tetap menjadi masalah yang paling menonjol dalam usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut khususnya dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA), antara lain: pembaharuan kurikulum, penyediaan perpustakaan, penyediaan laboratorium serta pemberian beasiswa kepada siswa. Atas dasar ini diberlakukan Kurikulum 2004 yang memberi penekanan pada pencapaian kompetensi dan pembekalan kecakapan hidup bagi peserta didik melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendidikan yang berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketaqwaan dan kewarganegaraan (Kompetensi Dasar dan silabus Biologi SMU, 2002:1)
Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses kegiatan belajar mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran dan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya saling mendukung. Komponen-komponen dalam mengajar tersebut antara lain: tujuan, materi, guru, metode, waktu yang tersedia, perlengkapan pengajaran dan evaluasi pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001:54)
SMA Negeri X merupakan salah satu SMA favorit di Kabupaten X. Di sekolah ini sudah menerapkan sistem KBK sejak 2 tahun terakhir. Namun pelaksanaannya belum secara mutlak, hal ini disebabkan karena adanya beberapa kendala yang dihadapi antar lain: belum adanya sarana dan prasarana yang memadai, kurangnya pengalaman para guru tentang pelaksanaan KBK serta kondisi siswa sendiri. Di dalam KBK, seharusnya dilaksanakan dengan sistem student centerd (proses pembelajaran dimana seluruh kegiatan pembalajaran berpusat pada siswa) dimana guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Namun, guru-guru Biologi di SMA Negeri X belum menerapkan sistem student centered secara menyeluruh untuk semua materi pelajaran, guru hanya menerapkan sistem ini untuk materimateri pelajaran tertentu saja. Guru masih menggunakan sistem teacher centered yang berupa ceramah. Ini dilakukan karena guru lebih berorientasi pada pencapaian materi yang padat dan harus diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat.
Dengan metode ceramah yang diterapkan ini, kegiatan belajar mengajar lebih banyak berpusat pada guru dan kurang melibatkan aktivitas siswa. Guru hanya memberikan ceramah di depan kelas dan memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal LKS saja tanpa melibatkan aktivitas siswa. Dengan metode pembelajaran yang digunakan ini menyebabkan kurang adanya interaksi edukatif antara guru dan siswa. Bila dijejali dengan materi secara terus menerus siswa akan mengantuk, bosan dan siswa cenderung ramai. Kebosanan ini pada akhirnya akan melemahkan motivasi dan minat belajar siswa.
Banyak siswa yang menganggap bahwa Biologi adalah mata pelajaran yang sulit dan hanya dapat dipelajari dengan cara dihafalkan. Siswa hanya menghafalkan fakta, prinsip dan teori yang disampaikan oleh guru tanpa berusaha untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka. Siswa cenderung bersikap pasif. Dengan cara yang seperti ini, siswa akan kurang dapat memahami maksud dan isi dari pelajaran yang diterimanya. Rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran biologi ini mengakibatkan rendahnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada ujian semester ganjil. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 60 sedangkan batas tuntas yang seharusnya dicapai adalah 61. Ini membuktikan bahwa masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan untuk mata pelajaran Biologi.
Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan dan metode belajar yang tepat. Tidak ada satupun pola pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat dianggap paling baik diantara pola pendekatan dan metode pembelajaran yang lain, karena masing-masing mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pendekatan dan metode pembelajaran tertentu kemungkinan baik untuk materi, situasi, dan kondisi tertentu, namun kemungkinan dapat juga kurang tepat untuk keadaan yang lain.
Penerapan metode pembelajaran yang efektif merupakan salah satu upaya untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan yang ada, antara lain: rendahnya pemahaman konsep, kecenderungan siswa menghafal materi pelajaran, kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran serta kebosanan siswa dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pola pendekatan konstruktivisme. Menurut teori belajar Konstruktivisme di sekolah bahwa pengetahuan tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna (Paul Suparno, 1997: 13).
Siswa perlu membina konsep dan pengetahuan yang diberikan guru menjadi konsep dan pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman awal yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Oleh karena itu, untuk belajar siswa tidak hanya mengasimilasikan konsep dan pengetahuan tapi harus mengakomodasikan, mengembangkan dan memodifikasi konsep yang sudah ada. Banyak cara pembelajaran di sekolah yang didasarkan pada teori konstruktivisme seperti CBSA, dimana ini merupakan suatu cara yang menekankan peranan siswa dalam membentuk struktur pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya. Penelitian ini akan menerapkan pendekatan konstruktivisme dengan metode pembelajaran inkuiri dan demonstrasi di dalam proses pembelajaran Biologi SMA. Pada kelompok perlakuan dilaksanakan pembelajaran pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri dan metode demonstrasi sedang pada kelompok kontrol dilaksanakan pembelajaran dengan metode konvensional.
Mulyani Sumantri (2001: 133) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi/benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru/sumber belajar lain yang memahami/ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Sedangkan metode Inkuiri atau metode penemuan merupakan metode yang diperkenalkan pada guru bersamaan dengan meluasnya CBSA. Metode ini menyajikan pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Pengubahan model pembelajaran terutama dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa terutama pada mata pelajaran Biologi. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam aspek yaitu: pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang meliputi lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dimuka, maka diambil judul: STUDI KOMPARASI POLA PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN METODE INKUIRI DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan siswa bahwa Biologi merupakan mata pelajaran yang hanya dapat dipahami dengan cara menghafal
2. Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Biologi akibat dari metode ceramah yang diterapkan oleh guru
3. Kebosanan yang dialami siswa dengan metode ceramah yang diterapkan guru
4. Penerapan pola pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri dan demonstrasi pada mata pelajaran Biologi kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

B. Pembatasan Masalah
1. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri X
2. Obyek penelitian
a. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri, demonstrasi dan konvensional
b. Prestasi belajar Biologi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

D. Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang diberi pendekatan konstruktivisme metode Inkuiri, pendekatan konstruktivisme metode demonstrasi dan siswa yang diberi metode konvensional?
2. Apakah penggunaan pendekatan konstruktivisme metode inkuiri, demonstrasi dan konvensional baik digunakan dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang diberi pendekatan konstruktivisme metode inkuiri, pendekatan konstruktivisme metode demonstrasi dan siswa yang diberi metode konvensional.
2. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme metode inkuiri lebih baik digunakan daripada metode demonstrasi dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi.
3. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme metode inkuiri lebih baik digunakan daripada metode konvensional dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi.
4. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktinisme metode demonstrasi lebih baik digunakan daripada metode konvensional dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih pola pendekatan dan metode pembelajaran Biologi yang sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan belajar
2. Memberikan latihan pada siswa untuk menemukan konsep dan prinsip dengan pembelajaran bermakna (meaningful learning) agar tidak mudah terlupakan, sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Biologi
3. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran Biologi agar lebih menarik dan diminati siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Skripsi Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Materi Larutan Elektrolit

Skripsi Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Materi Larutan Elektrolit

(Kode PENDMIPA-0016) : Skripsi Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester II SMA X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak dibicarakan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya ratarata prestasi belajar, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga banyak dibicarakan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu di dominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistik (menyeluruh), kreatif, obyektif dan logis, belum memanfatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran pula kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang otonomi daerah telah mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaran pemerintah, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Berdasar UU tersebut maka pemerintah menetapkan suatu kurikulum baru bagi pendidikan nasional kita yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan di sekolah yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan warga sekolah berdasarkan karakteristik dan potensi sekolah dan lingkungan serta kebutuhan peserta didik di sekolah tersebut (Sosialisasi KTSP, XXXX:6).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa dalam kurikulum terbaru ini dikelompokkan 5 mata pelajaran :
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Peningkatan mutu pendidikan berdasarkan kurikulum KTSP diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui : olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi masyarakat dan meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan. Upaya-upaya tersebut dilakukan karena disadari bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar mampu menguasai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk ilmu kimia, telah menciptakan pemilihan materi, metode dan media pembelajaran, serta sistem pengajaran yang tepat. Guru selalu dituntut berinovasi dan memperbaiki proses belajar dan pembelajaran kelas yang selama ini telah dilakukan. Proses belajar mengajar harus dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning), dan bukan sekedar pembelajaran yang hafalan saja (rote learning). Untuk mencapai suatu pembelajaran yang bermakna (meaning learning), salah satu pendekatan kontruktivisme memulai pelajaran dari ”apa yang diketahui siswa”. Untuk menjadikan suatu pembelajaran yang bermakna maka dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model belajar kooperatif salah satunya adalah belajar kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Belajar kooperatif model STAD mempunyai ciri, yakni belajar dilakukan melalui belajar kelompok, guru menyajikan informasi akademik baru kepada siswa, siswa dalam kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen, yakni terdiri dari lakilaki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah (Slavin, XXXX: 144).
Model pembelajaran STAD dikembangkan untuk membuat pelajaran menjadi suatu proses yang aktif bukan pasif. Model pembelajaran ini diberikan agar siswa mampu melakukan observasi sendiri, mampu menganalisis sendiri, dan mampu berfikir sendiri. Siswa bukan hanya mampu menghafal dan meniru pendapat orang lain, juga untuk merangsang agar berani dan mampu menyatakan dirinya secara aktif, bukan hanya pendengar yang pasif terhadap segala suatu yang dikatakan guru. Belajar kooperatif ditandai dengan adanya tugas bersama bagi siswa, yang kemudian diterjemahkan menjadi tujuan yang harus dicapai kelompok. Kelompok yang efektif ditandai dengan suasana yang hangat dan produktivitas yang tinggi dalam pemenuhan tugas-tugas, tanpa adanya kelompok yang dikorbankan dan ditonjolkan (Joni, 1993).
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses. Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah :”Memahami sifat-sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu mengidentifikasi sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan data percobaan. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar Metode STAD (Student Team Achievement Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif terbukti efektif jika digunakan pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit yang memerlukan pemahaman konsep. Dengan metode STAD ini, siswa dapat saling bantu membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi tersebut. Disisi lain, metode pembelajaran STAD ini merupakan metode pembelajaran kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi
Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode mengajar, dipengaruhi pula oleh aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah, sehingga akan mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil belajar yang diperolehnya. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya aktivitas belajar ini kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai siswa akan memuaskan.
Di SMA X pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, sedangkan pada kurikulum KTSP menekankan pada pencapaian kompetensi dasar. Pencapaian kompetensi dasar dapat dikembangkan melalui pemilihan metode. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode kooperatif. Salah satu metode kooperatif adalah metode STAD (Student Team Achievement Division) yang dilengkapi pendekatan PAIKEM. Pemilihan metode ini dirasa sangat kondusif bagi siswa SMA X. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswanya masih individual, kerjasama antar siswa dalam belajar masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap kerjasama antar kelompok siswa karena dalam belajar kelompok jika ada seorang siswa yang belum memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskannya. Dengan penggunaan metode kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Sekolah Menengah Atas (SMA) X, merupakan salah satu sekolah di Kabupaten X. Berdasarkan pengamatan di kelas, khususnya kelas X-2 dan dari hasil wawancara dengan guru kimia di sekolah tersebut, serta hasil dari angket observasi kesulitan belajar kimia siswa, dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran kimia, khususnya pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, yaitu dengan metode ceramah.
2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media yang telah tersedia di sekolah tersebut, khususnya untuk mata pelajaran kimia.
3. Kurang lengkapnya fasilitas alat dan bahan di Laboratorium Kimia.
4. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran kimia.
5. Banyak siswa yang masih sulit memahami materi pembelajaran, salah satunya pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar kimia pada materi pembelajaran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari data hasil uji kompetensi materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit kelas X Ilmu Alam tahun pelajaran XXXX/XXXX pada

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Dari tabel 1 terlihat bahwa persentase ketuntasan masing-masing kelas yang diperoleh dari hasil nilai guru, hanya ada dua kelas yang mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar, yang mana SKBM Kimia untuk Kelas X Ilmu Alam di SMA X sebesar 60.
Dalam penelitian ini kelas yang digunakan sebagai tindakan kelas adalah kelas X-2. Kondisi siswa X-2 yang terdapat di SMA X adalah siswa yang kurang aktif, khususnya dalam mengikuti mata pelajaran kimia. Salah satu cara yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah dengan siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan, dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu diberikan suatu pendekatan pembelajaran yang alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut, salah satunya adalah Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM). Fokus PAIKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imajinasi guru. Dalam pendekatan PAIKEM ini, guru memberikan latihan-latihan untuk membangkitkan semangat belajar siswa tentang apa yang dipelajari siswa sehingga memperoleh semangat belajar. Selain itu siswa juga dibekali ketrampilan untuk memecahkan masalah dalam bentuk latihan soal melalui tahapan yang sistematis.
Karakteristik PAIKEM, meliputi : 1) Aktif : Pembelajaran ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya, dalam hal ini guru terlibat aktif, baik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. 2) Kreatif : Pembelajaran membangun kreatifitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar, dan sesama peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu merancang dan melaksanakan PAIKEM, 3) Inovatif : Proses pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menerapkan beberapa metode dan teknik dalam setiap pertemuan. Artinya dalam setiap kali tatap muka guru harus menerapkan beberapa metode sekaligus. Namun dalam penerapannya harus memperhatikan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapainya, sehingga sangat dimungkinkan setiap kali tatap muka guru menerapkan metode pembelajaran yang berbeda. 4) Efektif : Efektifitas pembelajaran akan mendongkrak kualitas hasil belajar peserta didik, 5) Menyenangkan : Pembelajaran akan diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan di dukung lingkungan aman, bahan ajar yang relevan, menjamin bahwa hasil belajar secara emosional lebih positif. Hal ini terjadi ketika dilakukan bersama dengan orang lain sebagai dorongan dan selingan humor serta istirahat dan jeda secara teratur. Selain itu, pembelajaran akan menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar, menantang peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan serta mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks.
Membangun metode pembelajaran PAIKEM sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka akan dilakukan penelitian dengan judul ” UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SEMESTER II SMA X TAHUN PELAJARAN XXXX/XXXX”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM sesuai untuk dilaksanakan pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?
3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasrkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 semester II SMA X tahun pelajaran XXXX/XXXX.
2. Metode Penelitian
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Materi Pokok
Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Penilaian
Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Nilai aspek kognitif diperoleh dari hasil tes awal, tes siklus satu dan tes siklus dua. Sedangkan Nilai afektif diperoleh dari angket afektif dan observasi terhadap presensi siswa, serta perilaku siswa dalam proses belajar mengajar. Aspek afektif hanya digunakan untuk mengetahui karakteristik siswa.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut : ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?”

E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : ”Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM ”.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis :
a. Memberikan masukan kepada guru dan calon guru terhadap kemampuan kognitif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM untuk pembelajaranpembelajaran pada mata pelajaran eksak yang lain.
2. Manfaat secara praktis
a.. Dapat digunakan sebagai referensi bagi studi kasus yang sejenis yang melibatkan pembelajaran kimia dengan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM.
b. Masukan bagi penelitian yang lain yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.
Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa

Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa

(Kode PENDMIPA-0014) : Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa Arrhenius Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Alam Semester Genap SMA X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pengetahuan memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pengetahuan siswa harus belajar. Belajar merupakan suatu proses berkesinambungan untuk membentuk konsepkonsep baru atau pengalaman baru bardasarkan pengalaman dan pengetahuan yang baru, yang memerlukan pengetahuan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Penguasaan dan pemahaman terhadap materi yang telah diterima akan menjadi bekal dan pengalaman yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa pada materi berikutnya yang berhubungan (Dirjen Dikti:1990). Dalam mengajar guru harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran proses penemuan suatu konsep bagi siswa. Salah satunya adalah karakter kognitif siswa yang meliputi (1) persepsi, (2) perhatian, (3) mendengarkan, (4) ingatan, (5) readiness (kesiapan) dan transfer (6) intelegensi, (7) struktur kognitif, (8) kreativitas, dan (9) gaya kognitif. Salah satu masalah pokok yang sering diabaikan oleh guru adalah faktor readiness-transfer dan intelegensi.
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons (jawaban) di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi mencakup setidaknya 3 (tiga) aspek, yaitu : (1) kondisi fisik, mental, dan emosional; (2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan; (3) keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Menurut Thorndike kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Sedangkan intelegensi menurut B. Kolesnik :
“In most cases there is a fairly high correlation between one’s IQ, and his scholastic success. Usually, the higher a person’s IQ, the higher the grades he receives.” (www.depkdiknas.go.id)
Kesulitan yang dialami oleh siswa sebagaimana yang teramati di lapangan disebabkan antara lain oleh readiness (kesiapan) siswa serta tingkat intelegensi siswa dimana dalam penelitian ini akan diamati kemampuan verbal, penalaran, dan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Guru di dalam mengajar hendaknya memahami bakat dari sebagian besar siswa dengan memperhatikan prasyaratprasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mendapatkan materi baru. Dengan demikian tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat tercapai dan diperoleh efisiensi kerja yang optimal (Slametto, 1995:113-130).
Kimia merupakan mata pelajaran yang mengandung hitungan dan hafalan. Untuk materi-materi tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Adapun faktor yang mempengaruhi akan dikupas dalam penelitian ini yang ke depannya diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran.
Sub Materi Pokok Teori Asam Basa Arrhenius berisi konsep kimia yang didasarkan pada materi-materi tertentu yang pernah disampaikan sebelumnya yang saling berkaitan satu sama lain. Agar prestasi belajar kimia siswa khususnya pada sub materi pokok teori asam basa Arrhenius menjadi baik, maka untuk mengatasi kesulitan siswa peneliti melihat tiga hal sebagai predictor yaitu kemampuan verbal siswa, kemampuan penalaran formal siswa, dan kemampuan awal siswa.
Kemampuan verbal merupakan salah satu jenis kemampuan pada intelegensi. Selanjutnya Winkel (1991:72) menjelaskan bahwa kemampuan verbal adalah pengetahuan seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk lisan atau tertulis dan diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau tertulis juga. Sub tes penalaran verbal merupakan sub tes yang mengungkapkan kemampuan untuk memahami konsep dalam kata-kata verbal. Sub tes penalaran verbal merupakan aspek dari tes IQ (Intelligence Quotient) yang diberikan kepada siswa. (Dewa Ketut Sukardi,1997:114).
Menurut Suriasumantri dalam penalaran merupakan kemampuan manusia untuk mengikuti suatu alur tertentu di dalam memahami dan mengembangkan pengetahuan. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Kemampuan manusia dalam melalukan upaya penalaran, pemecahan masalah serta pengolahan informasi merupakan tiga hal pokok dalam kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif sendiri mengandung arti sebagai kegiatan mental yang terkait dalam proses memperoleh, menyimpan, retrieve (memunculkan kembali), dan memanfaatkan berbagai pengetahuan.
Dalam hubungan ini penggunaan pengetahuan diharapkan mampu mendukung pelaksanaan proses penalaran, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara efektif. Proses penalaran sendiri memerlukan landasan logika. Sedangkan menurut Huffman landasan logika berkaitan dengan penarikan kesimpulan yang berorientasi pada terumuskannya suatu pengetahuan baru bagi dirinya. Cara orang menarik kesimpulan berdasarkan logika yang terdiri dari (1) logika induktif dan (2) logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan logika deduktif menarik kesimpulan yang bersifat khusus menjadi kasus yang bersifat khusus (www.depkdiknas.go.id). Menurut Nana Sudjana, (1995:38) : “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan, termasuk di dalamnya latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat mulai mengikuti suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum proses belajar-mengajar. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran dibanding siswa yang memiliki kemampuan awal sedang, atau rendah. Materi pelajaran yang baru merupakan kelanjutan dari materi pelajaran sebelumnya, sehingga diharapkan siswa yang memiliki kemampuan awal lebih tinggi akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal sedang, atau rendah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagai prediktor kemampuan yang harus dimiliki siswa sebelum menempuh materi dengan judul : “PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL, KEMAMPUAN PENALARAN, DAN KEMAMPUAN AWAL PADA SUB MATERI POKOK TEORI ASAM BASA ARRHENIUS PADA SISWA KELAS XI PROGRAM ILMU ALAM SEMESTER GENAP SMA NEGERI X TAHUN PELAJARAN XXXX/XXXX”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dididentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya.
2. Faktor-faktor karakter kognitif yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
3. Faktor-faktor internal yang menjadi penghambat utama siswa dalam mempelajari sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
4. Adanya kemungkinan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan yang memiliki kemampuan verbal rendah.
5. Adanya kemungkinan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan yang memiliki kemampuan penalaran rendah.
6. Adanya kemungkinan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal kimia tinggi dan yang memiliki kemampuan awal kimia rendah.
7. Kemampuan (verbal, penalaran, atau awal) siswa yang memiliki sumbangan terbesar dalam mempelajari sub pokok materi teori asam basa Arrhenius.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dan pembatasannya dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas serta untuk memperoleh kedalaman pada penarikan kesimpulan yang sahih, maka dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut :
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI program ilmu alam SMA Negeri X.
2. Objek penelitian dibatasi pada kemampuan verbal, kemampuan penalaran, dan kemampuan awal kimia siswa.

D. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan yang memiliki kemampuan verbal rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?
2. Bagaimana hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?
3. Bagaimana hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan awal kimia tinggi dan yang memiliki kemampuan awal kimia rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?
4. Manakah yang memiliki sumbangan terbesar, apakah kemampuan verbal, kemampuan penalaran, atau kemampuan awal kimia, pada prestasi belajar kimia siswa sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan yang memiliki kemampuan verbal rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
2. Mengetahui hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
3. Mengetahui hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan awal kimia tinggi dan yang memiliki kemampuan awal kimia rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
4. Mengetahui kemampuan yang memiliki sumbangan terbesar terhadap prestasi belajar kimia siswa sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi kepada guru faktor-faktor intern siswa yang paling berpengaruh terhadap pembelajaran kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
b. Memberikan masukan kepada guru dalam menentukan metode mengajar yang tepat dalam pengajaran kimia setelah mengetahui karakter siswa melalui kemampuan awal dan kecerdasan yang dimiliki siswa.
c. Memberikan masukan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia di SMA.
2. Manfaat Praktis
Meningkatkan mutu proses belajar mengajar kimia di sekolah dan memberikan prediksi bagi guru dalam mempertimbangkan kemampuan siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia siswa.
Skripsi Pengaruh Agresitivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 X

Skripsi Pengaruh Agresitivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 X

(Kode PENDMIPA-0009) : Skripsi Pengaruh Agresitivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan dan pemberdayaan bidang pendidikan di Indonesia mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah dan sedang mengadakan pengembangan yang meliputi segi fisik dan non fisik. Usaha-usaha tersebut antara lain: Pembaharuan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku-buku pelajaran, pembangunan gedung-gedung sekolah dan sebagainya. Realisasi pelaksanaan pembangunan pendidikan salah satunya dengan melalui pendidikan formal di sekolah. Penekanan yang terpenting dalam pelaksanaan formal adalah proses belajar dan mengajar. Proses belajar dan mengajar sebagai salah satu upaya melaksanakan Pembangunan Nasional yang merupakan tanggung jawab yang berat khususnya bagi pelaksana di bidang pendidikan yaitu guru di sekolah. Guru tidak hanya memindahkan informasi pelajaran pada siswa, akan tetapi juga pelaksanaan pembinaan mental terhadap siswa untuk dapat menjadi manusia Indonesia dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan banyak lulusan yang bermutu tinggi, akan tetapi untuk melaksanakan suatu proses belajar mengajar yang baik juga diperlukan pemikiran dan perencanaan yang sungguh-sungguh. Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang selalu terkait dan tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil yang baik. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata.
Pada proses belajar mengajar, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain perhatian, kesehatan, perilaku agresif, intelegensi, minat, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain : keadaan keluarga, keadaan awal, tempat tinggal, guru yang mengajar, cara mengajar dan lingkungan sekolah. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah perilaku yang agresivitas siswa. Perilaku ini bersifat rnerugikan diri sendiri, orang lain atau bersifat merusak benda. Hal ini dapat timbul karena adanya faktor-faktor yang memicu timbulnya perilaku agresi antara lain keluarga, teman, media massa dan perasaan diri sendiri. Perlu menjadi perhatian bagi seorang guru bahwa tiap siswa adalah pribadi yang berbeda satu dengan yang lain. Tiap siswa memiliki kepribadian, sifat-sifat dan sikap yang khas. Keadaan ini tentunya membawa dampak yang berbeda pada tiap siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Agresivitas tersebut akan berpengaruh pada penilaian guru terhadap siswa. Perilaku agresif sedikit banyak akan mempengaruhi sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Perilaku agresif siswa dalam lingkungan sekolah dapat diketahui dari sikap siswa (terhadap guru, sesama teman, dan kemampuan siswa dalam mengendalikan rasa marah atau emosi. Sikap tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi seorang guru untuk memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa, terutama di bidang afektif.
Aktivitas belajar siswa merupakan hal yang menunjang dalam usaha peningkatan prestasi belajar anak. Kegiatan atau kesibukan yang dilakukan seseorang dalam belajar akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Siswa yang belajar dengan cara menulis, mengerjakan soal-soal, membuat rangkuman hasilnya akan lebih baik dari pada siswa yang belajarnya hanya membaca saja. Aktivitas dapat dilakukan siswa selama di kelas dan di rumah. Aktivitas di kelas berupa kegiatan yang dilakukan siswa secara jasmani maupun rohani yang menunjang proses belajar mengajar di sekolah misalnya mencatat, mendengarkan penjelasan guru, bertanya pada guru, pergi ke perpustakaan dan sebagainya. Sedangkan aktivitas belajar di rumah berupa kegiatan yang dilakukan siswa selama di rumah dan merupakan kelanjutan dari belajar di sekolah misalnya mengerjakan PR, mengerjakan latihan-latihan soal, merapikan catatan dan sebagainya. Karena waktu di rumah lebih lama dari pada di sekolah, siswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tertuang dalam kurikulum. Matematika merupakan bidang studi yang memerlukan banyak pemikiran, pemahaman dan latihan mengerjakan soal. Oleh karena itu aktivitas belajar siswa diperlukan untuk tercapainya tingkat penguasaan matematika. Dalam uraian yang telah dipaparkan di depan, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh agresivitas dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adanya agresivitas tiap-tiap siswa yang berbeda dimungkinkan dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
2. Aktivitas belajar tiap-tiap siswa berbeda. Ada siswa yang aktif dalam belajarnya dan sebaliknya ada siswa yang malas dalam belajarnya, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan prestasi belajar siswa khususnya matematika.
3. Prestasi belajar matematika yang dicapai oleh siswa merupakan interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, sehingga agresivitas dan aktivitas belajar siswa memungkinkan terjadinya perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar matematika.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas agar permasalahan yang dikaji lebih terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Agresivitas dibatasi pada ciri perilaku siswa yang bersifat merugikan diri sendiri, orang lain atau yang bersifat merusak benda pada proses belajar matematika.
2. Aktivitas belajar dibatasi pada kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yang timbul karena adanya dorongan dari siswa untuk belajar matematika.
3. Prestasi belajar dibatasi pada prestasi belajar matematika yaitu nilai mid semester siswa kelas VII semestar 2 SMP Negeri X Kabupaten X tahun pelajaran XXXX/XXXX.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh agresivitas siswa terhadap prestasi belajar matematika?
2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?
3. Apakah ada interaksi bersama antara agresivitas siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh agresivitas siswa terhadap prestasi belajar matematika.
2. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi bersama antara agresivitas dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

F. Manfaat Penelitian
Manfaaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran kepada pembaca khususnya calon guru tentang pengaruh agresivitas dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
2. Sebagai referensi bagi penelitian sejenis.
Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif

Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif

(Kode PENDMIPA-0018) : Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian dan penanganan secara intensif baik oleh pemerintah atau masyarakat pada umumnya dan para pengelola pendidikan pada khususnya.
Usaha meningkatkan kualitas pendidikan dilaksanakan dengan menyempurnakan proses belajar-mengajar. Peningkatan kualitas proses belajar mengajar bertujuan agar siswa memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intern atau faktor dari dalam maupun faktor ekstern atau faktor dari luar.
Beberapa faktor dari dalam siswa yang diperkirakan dapat mempengaruhi keberhasilan tersebut antara lain: nilai-nilai religius dan kreativitas belajar. Kualitas manusia sangat dipengaruhi oleh keimanan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebab dari keimanan dan ketaqwaan tersebut akan menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji lainnya, yang pada akhirnya akan membentuk akhlak dan moral yang mulia. Manusia Indonesia seutuhnya seperti tercantum dalam semangat tujuan pendidikan nasional mengarah sikap batin seutuhnya integral dalam memandang dan meyakini alam semesta, karena itu kharakternya tidak dualistik atau terhalang oleh dinding pemisah antara dunia ilmu dan agama, serta menyadari bahwa realitas fisik dan realitas spiritual merupakan harmoni. Meyakini satu sisi saja hanya akan mendatangkan kesejahteraan yang tidak seimbang, bahkan bisa mendatangkan kesengsaraan, keterbelakangan bahkan malapetaka umat manusia dan alam sekitarnya.
Disenafaskan iman dan taqwa serta kebudayaan merupakan landasan bagi generasi sekarang dan mendatang untuk menjamin berkembangnya cara hidup yang akan mendatangkan kesejahteraan dunia dan akhirat, serta tangguh menghadapi ekses-ekses globalisasi yang bisa mengancam kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh Muhammad Numan Sumantri (2001: 54) bahwa, “Kedudukan agama bukan hanya kebudayaan pribadi, melainkan berada dalam lingkaran pendidikan sebagai nilai sentral pembangunan, sebagai kekuatan dan pengaruh kekuatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mensenafaskan iman, taqwa dan kebudayaan”.
Nilai-nilai religius sebagai salah satu faktor internal siswa yang mempunyai andil dalam prestasi belajar. Dalam hal ini pencapaian prestasi belajar biologi pada ranah kognitif, tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses, sehingga antara siswa satu dengan lainnya tidak sama tingkat nilai-nilai religiusnya. Siswa pada hakikatnya merupakan masa transisi dari anak-anak menuju remaja. Pada masa ini dimulai pembentukan dan perkembangan sistem moral sejalan dengan pertumbuhan pengalaman ke-Tuhanan yang individual. Dalam perkembangan lebih lanjut pengalaman kehidupan berke-Tuhanan sedikit demi sedikit semakin mantap sebagai suatu unit yang otonom dalam kepribadiannya. Unit itu merupakan organisasi yang disebut “nilai-nilai religius” sebagai hasil peranan fungsi kejiwaan terutama motivasi, emosi, dan intelegensi.
Bagi siswa yang memiliki nilai-nilai religius yang tinggi, pengalaman-pengalaman kehidupan yang terorganisasi tadi merupakan pusat kehidupan mental yang mewarnai keseluruhan aspek kepribadiannya. Nilai-nilai religius merupakan dasar dan arah dari kesiapan siswa mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangsang yang datang dari luar. Semua tingkah laku dalam kehidupannya seperti belajar, bergaul dan bermasyarakat diwarnai oleh sistem nilai-nilai religiusnya. Sehingga, jika siswa yang tinggi nilai-nilai religiusnya maka besar kemungkinan mereka akan menjadi siswa yang baik, rajin belajar dan taat pada tata tertib sekolah. Siswa tersebut akan belajar dengan penuh kesadaran tanpa ada unsur paksaan sebab mereka sadar bahwa belajar merupakan salah satu kewajiban dari ajaran ke-Tuhanan.
Biologi merupakan komponen Ilmu Pengetahuan Alam yang mengkaji seluk beluk makhluk hidup.Tujuan pengajaran biologi adalah mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dari metode biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial. Dalam hal ini, kreativitas belajar dari siswa sangat diperlukan.
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono mengenai anak yang kreatif (1991: 97) mengemukakan bahwa, “Dalam kegiatan belajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah”. Secara universal anak mempunyai tingkat kreativitas yang berbeda-beda, ada yang sudah mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi namun ada juga yang masih rendah. Sehingga kemampuan untuk dapat memecahkan masalah dalam biologi juga berbeda.
Nilai-nilai religius siswa dan kreativitas belajar siswa dalam belajar merupakan hal yang penting untuk diteliti dalam upaya pencapaian prestasi belajar biologi pada ranah kognitif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “KORELASI ANTARA NILAI-NILAI RELIGIUS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI PADA RANAH KOGNITIF”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah dapat diindentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Masih terdapatnya prestasi belajar yang kurang pada diri siswa.
2. Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Nilai-nilai religius dapat berperanan pada terbentuknya kesehatan jiwa yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar.
4. Kreativitas belajar dari siswa sangat diperlukan guna mengembangkan cara berpikir ilmiah dan percobaan mengembangkan pengetahuan praktis biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu.
5. Adanya perbedaan sikap kreativitas belajar siswa. 6. Perbedaan nilai-nilai religius dan kreativitas belajar siswa akan menyebabkan prestasi belajar biologi yang berbeda.

C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan adanya masalah-masalah di atas, agar permasalahan tidak berkembang perlu dibatasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
2. Objek penelitian
Objek dari penelitian ini adalah :
a. Nilai-nilai religius adalah nilai-nilai ketaatan kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi pengamalan dan konsekuensi.
b. Kreativitas siswa adalah proses yang samar-samar yang mentransformasikan serangkaian gagasan abstrak lebih dekat ke realitas, penggunaan kemampuan dan keingintahuan mental dalam proses belajar siswa ke suatu tempat yang menghasilkan penciptaan atau penemuan sesuatu yang baru.
c. Prestasi belajar biologi ranah kognitif dibatasi pada dokumentasi nilai mid kognitif mata pelajaran biologi siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara nilai-nilai religius dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X?
2. Adakah hubungan antara kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X?
3. Adakah hubungan antara nilai-nilai religius dan kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif biologi siswa kelas X MAN X tahun ajaran X?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui :
1. Adanya hubungan antara nilai-nilai religius dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
2. Adanya hubungan antara kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
3. Adanya hubungan antara nilai-nilai religius dan kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
4. Kontribusi variabel bebas yang dominan dalam memprediksi prestasi belajar biologi pada ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat :
1. Memberikan gambaran kepada guru, orang tua, dan siswa bahwa nilai-nilai religius berperan terhadap pencapaian prestasi belajar biologi, sehingga diperlukan kesadaran semua pihak untuk memperhatikan masalah ini.
2. Memberi bahan masukan bagi para guru, dan siswa bahwa kreativitas belajar berperan terhadap prestasi belajar biologi.
3. Sebagai masukan pada penelitian sejenis di masa yang akan datang.
Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(Kode PENDMIPA-0017) : Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan generasi yang berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam era globalisasi. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sikap yang benar (Tabrani, 1989:15). Dalam dunia pendidikan selain ada masukan (input), proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan hasil dari proses pendidikan.
Seiring dengan usaha pemerintah dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut, masih banyak masalah yang dihadapi, salah satunya adalah masalah efektifitas pendidikan. Masalah efektifitas pendidikan adalah masalah yang berkenaan dengan hubungan antara hasil pendidikan dengan tujuan atau sasaran pendidikan yang diharapkan.
Meskipun demikian, telah diusahakan berbagai upaya dalam mengatasi masalah tersebut yang mencakup semua komponen pendidikan meliputi pembaharuan kurikulum, proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pengajaran, sarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, dan usaha-usaha yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan mengimplementasikan kurikulum 2004.
Kurikulum 2004 disebut juga kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil pendidikan satu di antaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-mengajar.
Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, penguasaan kimia harus diperbaharui agar mampu mengikuti dan mengembangkan IPTEK ke arah yang lebih baik. Untuk tujuan tersebut, maka pengajaran kimia harus bersifat dinamis dalam mengantisipasi perkembangan IPTEK yang semakin pesat.
Tujuan pengajaran ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas adalah agar siswa:
1. Menguasai konsep-konsep kimia esensial secara komprehensif dan proses ilmiah untuk meningkatkan kesadaran akan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesadaran lingkungan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mampu menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, maupun hukumhukum dalam ilmu kimia yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitarnya.
3. Memiliki ketrampilan-ketrampilan proses sains dan sikap-sikap ilmiah yang berlandaskan logika untuk memecahkan masalah-masalah serta menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas, 2002:1).
Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi titik tolak pengajaran kimia adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep kimia, bersikap ilmiah, serta dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh karena itu, maka penguasaan konsepkonsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar. Penyempurnaan dan peningkatan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar atau prestasi belajar yang baik.
Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten X berupa Daftar Nilai Ujian Praktek dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran X menunjukkan bahwa Nilai Rata-rata Ujian Akhir Sekolah di SMA Negeri X untuk mata pelajaran kimia masih rendah, yaitu dengan rata-rata nilai 6,55.
Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran kimia di SMA Negeri X sampai saat ini masih masih perlu ditingkatkan.
Pada dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode mengajar, materi, sarana dan prasarana, motivasi, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang paling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika metode yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan proses pendidikan.
Sejumlah metode mengajar telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan lain-lain, maka tidak mungkin dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis kegiatan belajarmengajar. Dengan demikian perlu dipilih metode yang paling tepat untuk masingmasing kegiatan belajar-mengajar.
Materi pokok Stoikiometri merupakan salah satu dasar dalam pembelajaran kimia, yang harus dikuasai siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Dalam mengerjakan soal-soal stoikiometri diperlukan pemahaman mengenai konsepkonsep dan hukum-hukum tertentu yang saling berkaitan. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada pada meteri stoikiometri. Kesulitan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran dan cara mereka untuk belajar berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya. Agar siswa dapat memahami dengan baik materi stoikiometri, maka siswa dituntut untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat. Hal ini sejalan dengan penggunaan metode pembelajaran problem solving.
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989:111) belajar dikatakan bermakna apabila siswa mampu menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Untuk itu agar belajar menjadi bermakna maka bahan yang dipelajari perlu dibuat seefektif mungkin sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Penyajian materi pelajaran dapat dibuat dengan Key Relation-Chart dan modul. Key Relation- Chart merupakan lembaran yang berisi catatan tentang persamaan-persamaan, rumusrumus, hukum-hukum penting dari materi yang dipelajari. Sedangkan modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar yang berisi tujuan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi yang dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah menurut cara masing-masing.
Di samping ketepatan penggunaan metode pembelajaran, kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa. Kebanyakan dari siswa belum mampu secara mandiri untuk menemukan, mengenal, memerinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari masalahnya. Sebab siswa awalnya hanya menurut yang disajikan oleh guru atau masih bergantung pada guru. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru, akan tetapi terletak pada kemandirian belajar. Untuk menyerap dan menghayati pelajaran jelas telah diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri, sehingga sikap kemandirian belajar menjadi faktor penentu apakah siswa mampu menghadapi tantangan atau tidak.
Key Relation-Chart dan modul dapat dipakai untuk membantu memahami masalah, memungkinkan siswa untuk dapat belajar mandiri dan aktif selain di sekolah maupun di kelas, dan memungkinkan siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialaminya pada saat pelajaran berlangsung di kelas. Selain itu, Key Relation- Chart dan modul dapat dipakai membantu membuat perencanaan dalam memecahkan soal yang dihadapi. Oleh sebab itu, Key Relation-Chart dan modul dapat dianggap sebagai strategi dari problem solving.
Berpijak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart dan Modul Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar.
2. Nilai Ujian Akhir Sekolah atau prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia di SMA Negeri X masih relatif rendah.
3. Diperlukan metode yang paling tepat untuk masing-masing kegiatan belajarmengajar.
4. Metode pembelajaran problem solving dapat digunakan oleh siswa agar mempunyai pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat.
5. Kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa.
6. Metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan problem solving disertai modul dapat digunakan untuk membantu memahami masalah dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri.
7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu diberikan batasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada, maka pengkajian dan pembatasan masalah menitik beratkan pada:
1. Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X semester gasal SMA Negeri X.
2. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan modul.
3. Materi pokok
Materi yang diberikan dibatasi pada materi pokok stoikiometri.
4. Kemandirian belajar siswa dibatasi pada rasa percaya diri dan optimis, daya pikir yang maju, berjerih payah untuk berdaya guna, ulet dan sabar dalam menghadapi kesulitan.
5. Prestasi belajar
Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan rendah pada materi pokok stoikiometri.

D. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah selanjutnya dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
2. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya tentang pembelajaran dengan metode problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode problem solving disertai modul yang memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar bila ditinjau dari kemandirian belajar siswa.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul untuk lebih memahami konsep Stoikiometri.
2. Memberikan alternatif bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Stoikiometri khususnya dapat ditempuh dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan dengan metode pembelajaran problem solving disertai modul.
3. Memberikan informasi kepada guru atau peneliti selanjutnya, bahwa potensi kemandirian yang ada diarahkan dan dikembangkan untuk mendukung proses pembelajaran.
Skripsi Tingkat Penguasaan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan Murid Kelas VI SDN X

Skripsi Tingkat Penguasaan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan Murid Kelas VI SDN X

(Kode PENDMIPA-0015) : Skripsi Tingkat Penguasaan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan Murid Kelas VI SDN X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi (Akib, 2001:143). Menurut Soedjadi (Akib, 2001: 143) dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis. Dengan demikian matematika menempatkan diri sebagai sarana strategis dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual.
Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian anak. Karena itu Mendikbud Wardiman Djojonegoro dalam sambutannya pada konferensi Matematika Asia Tenggara IV, mengemukakan bahwa pelajaran matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, peserta didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Namun kenyataan menunjukkan banyaknya keluhan dari murid tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan.
Meskipun upaya untuk mengatasi hasil belajar matematika yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah. Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan guru-guru melalui penataran, serta melakukan berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar matematika. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih jauh dari yang diharapkan.
Pernyataan di atas didukung oleh kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika murid SDN X masih rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Hal ini antara lain dapat dilihat pada data perolehan nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) murid SDN X Tahun Pelajaran X seperti yang disajikan dalam tabel berikut:
TABEL 1. Perolehan NEM/Nilai UAS Murid SD X dari Tahun Pelajaran X sampai dengan Tahun Pelajaran X

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai murid SDN X selalu paling rendah di antara lima bidang studi yang diebtanaskan. Selain itu penguasaan bahan ajar matematika oleh murid belum sesuai yang diharapkan. Sedangkan Usman Mulbar (Alwi, 2001:2) mengatakan bahwa pengajaran matematika sulit diikuti oleh murid. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran matematika sekolah hingga dewasa ini umumnya kurang berhasil.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika murid SD X, baik yang berasal dalam dalam diri murid itu sendiri maupun yang berasal dari luar diri murid. Faktor dari dalam diri murid misalnya, motivasi belajar, minat belajar, sikap terhadap matematika, serta kemampuan berfikir konvergen dan divergen. Sedangkan faktor yang berasal dari luar misalnya kemampuan guru dalam mengelola proses belajar, sarana belajar, dan lingkungan pendukung.
Berdasarkan kenyataan di atas, kiranya perlu diamati permasalahan mengenai kesulitan murid terhadap materi matematika, khususnya materi matematika sekolah dasar. Sesuai dengan materi yang tercantum dalam kurikulum matematika SD, maka konsep dasar berhitung yang perlu dikuasai murid antara lain: penguasaan operasi bilangan bulat dan operasi pecahan.
Dalam kurikulum SD Tahun 1994 murid SD sudah mulai diperkenalkan dengan operasi pecahan pada Kelas III. Operasi pecahan biasa diajarkan di Kelas III Cawu 1, 2, 3, di Kelas IV Cawu 1, 2, 3, di Kelas V Cawu 2, dan di Kelas VI Cawu 1 dan 3. sedangkan pecahan desimal mulai diajarkan di Kelas IV Cawu 1, Kelas V Cawu 3 dan diperluas pada Kelas VI Cawu 2 dan 3. namun siswa dalam mempelajari operasi hitung bilangan pecahan murid masih nampak mengalami kesulitan. Misalnya pada pelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Dengan demikian murid akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan lain yang dikaitkan dengan topik tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dan penguasaan operasi hitung bilangan pecahan murid Kelas VI SDN X.

B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:
“Seberapa besar tingkat penguasaan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan pecahan murid Kelas VI SDN X Tahun Pelajaran X?”

C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan di atas, yaitu: Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang tingkat penguasaan murid Kelas VI SDN X pada operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pecahan Tahun Pelajaran X.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Informasi tentang tingkat penguasaan murid Kelas VI SDN X terhadap masing-masing operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) bilangan pecahan dapat dijadikan masukan atau sebagai tolok ukur para guru matematika di sekolah agar dapat mempertahankan atau mencari alternatif lain pada proses pembelajaran yang digunakan selama ini, khususnya pada materi operasi hitung bilangan pecahan.
2. Sebagai masukan bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya guru yang mengajarkan matematika dalam usaha meningkatkan prsetasi belajar matematika pada umumnya.
3. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti lain yang berminat meneliti hal yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan yang lebih luas, baik tentang masalah yang diteliti maupun tentang subjek penelitian.
4. Sebagai media belajar bagi penulis untuk menyatakan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah.
Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi

Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi

(Kode PENDMIPA-0013) : Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Elektro dan sebagainya. Seringkali model matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal atau sulit untuk dikerjakan secara analitik untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution). Yang dimaksud dengan metode analitik adalah metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku atau lazim digunakan.
Sebagai ilustrasi, diberikan beberapa contoh berikut ini :
1. Penyelesaian akar-akar persamaan polinom :
23,4x7 – 1,25x6 + 120x4 + 15x3 - 120x2 - x + 100 = 0
2. Pencarian harga x yang memenuhi persamaan:

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

3. Penyelesaian sistem persamaaan linear :
1,2a - 3b - 12c + 12d + 4,8e – 5,5f + 100g = 18
0,9a + 3b - c + 16d + 8e - 5f - 10g = 17
4,6a + 3b - 6c - 2d + 4e + 6,5f - 13g = 19
3,7a - 3b + 8c - 7d + 14e + 8,4f + 16g = 6
2,2a + 3b + 17c + 6d + 12e – 7,5f + 18g = 9
5,9a + 3b + 11c + 9d - 5e - 25f - 10g = 0
1,6a + 3b + 1,8c + 12d -7e +2,5f + g =-5
(Susy, 2006 : 1-2)

Setelah melihat beberapa contoh ilustrasi di atas, kemungkinan besar cara analitik tidak dapat digunakan. Untuk polinom berderajat 2, masih bisa dicari akarnya menggunakan rumus abc yang sudah terkenal, yaitu :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Namun, untuk polinom yang berderajat lebih besar dari 2, tidak ada rumus aljabar untuk menghitung akar polinom tersebut. Alternatifnya adalah dengan memanipulasi polinom, misalnya dengan pemfaktoran atau menguraikan polinom tersebut menjadi perkalian beberapa suku. Semakin tinggi derajat polinom, jelas semakin sukar memfaktorkannya. Begitu juga untuk menyelesaian sistem persamaan linear. Apabila sistem persamaannya hanya berupa dua atau tiga garis lurus dengan dua atau tiga peubah, masih dapat ditemukan solusinya (dalam hal ini titik potong kedua garis) dengan menggunakan rumus titik potong dua buah garis. Titik potong tersebut juga dapat ditemukan dengan menggambar kedua garis pada kertas grafik. Tetapi untuk sistem dengan jumlah persamaan dan jumlah peubah lebih besar dari tiga, tidak ada rumus yang dapat dipakai untuk memecahkannya.
Contoh-contoh ilustrasi di atas memperlihatkan bahwa ada beberapa persoalan matematika yang tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik. Akan tetapi metode analitik unggul untuk sejumlah persoalan yang memiliki tafsiran geometri sederhana. Misalnya menentukan akar penyelesaian dari menggunakan rumus abc. Padahal persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu dalam bentuk sederhana tetapi sangat kompleks serta melibatkan bentuk dan proses yang rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik menjadi terbatas. Bila metode analitik tidak dapat lagi digunakan, maka salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan metode Numerik. Metode Numerik adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa (tambah, kurang, kali, dan bagi) (Susy, 2006 : 3-5).
Penyelesaian secara numerik umumnya melibatkan proses iterasi, perhitungan berulang dari data numerik yang ada. Jika proses iterasi tersebut dilakukan secara manual, akan membutuhkan waktu yang relatif lama dan kemungkinan timbulnya nilai kesalahan (error) akibat manusia itu sendiri juga relatif besar. Misalnya untuk menyelesaikan persoalan persamaan non-linear , jika diselesaikan menggunakan cara manual menggunakan Metode Biseksi diperlukan beberapa iterasi. Untuk penyelesaian sampai tujuh angka di belakang koma dapat terjadi iterasi sampai puluhan kali. Ini tentu membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada kenyataannya sering terjadi proses iterasi sampai ratusan kali, pada keadaan demikian ini komputer sangat dibutuhkan untuk mengurangi waktu penyelesaian (Munif, 1995 : 3). Selain mempercepat perhitungan numerik, dengan komputer dapat dicoba berbagai kemungkinan solusi yang terjadi akibat perubahan beberapa parameter tanpa menyita waktu dan pikiran. Solusi yang diperoleh juga dapat ditingkatkan ketelitiannya dengan mengubah-ubah nilai parameter (Susy, 2006 : 9).
Persamaan linear jika digambarkan pada sumbu kartesius berupa garis lurus. Sedangkan untuk persamaan non-linear jika digambarkan pada sumbu kartesius berupa kurva (garis lengkung). Persamaan yang termasuk persamaan non-linear adalah persamaan polinomial, persamaan eksponensial, persamaan logaritmik, persamaan sinusoida, dan sebagainya (Munif, 1995 : 7). Sebagai contoh misalnya terdapat persamaan : dengan daerah asal {x | -2 ? x ? 6, x ? R}. Persamaan tersebut jika digambarkan pada sumbu kartesius :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa persamaan jika digambarkan pada sumbu kartesius berupa kurva. Jika dicari nilai x yang memenuhi persamaan biasanya digunakan rumus abc, maka diperoleh x1 = 0 dan x2 = 4. Nilai-nilai x yang memenuhi persamaan ini pada gambar terlihat jelas yaitu titik potong garis dengan sumbu x.
Akan tetapi jika diilustrasikan untuk persamaan non-linear : 23,4x7 – 1,25x6 + 120x4 + 15x3 - 120x2 - x + 100 = 0 maka rumus abc sudah tidak berlaku lagi, karena persamaan tersebut mempunyai pangkat yang lebih besar dari 2. Metode analitik tidak berlaku lagi karena terlalu memakan banyak waktu, tenaga dan pikiran. Jalan yang paling efektif dan efisien adalah dengan mengggunakan metode Numerik, karena hanya dengan beberapa langkah saja sudah bisa didapatkan apa yang diinginkan.
Penyelesaian yang digunakan dalam metode Numerik adalah penyelesaian pendekatan, oleh karena itu biasanya timbul kesalahan (error). Pada penyelesaiannya diusahakan untuk mendapatkan error yang sekecil mungkin. Langkah pertama yang dilakukan dalam penyelesaian persamaan non-linear dengan menggunakan metode Biseksi dan metode Regula Falsi adalah menetapkan nilai sebarang a sebagai batas atas dan nilai sebarang b sebagai batas bawah kemudian ditentukan nilai fungsi f(x) untuk x = a dan x = b. Selanjutnya adalah memeriksa apakah f(a).f(b) < 0, apabila terpenuhi syarat tersebut berarti akar fungsi terdapat di antara a dan b. Jika tidak terpenuhi maka kembali harus menetapkan nilai sebarang a dan b sedemikian rupa sehingga ketentuan perkalian terpenuhi (Wibowo, 2007 : 1). Jika ketentuan perkalian terpenuhi maka selanjutnya adalah menentukan titik c (titik di antara a dan b). Untuk metode Biseksi menggunakan rumus sedangkan untuk metode Regula Falsi menggunakan rumus . Langkah selanjutnya adalah mencari nilai c yang lain sehingga didapat error yang kecil atau sama dengan nol.
Selain sederhana, metode Biseksi dan metode Regula Falsi mempunyai beberapa kelebihan yaitu proses iterasi lebih cepat, mudah untuk dibuat program dan tingkat kesalahan kecil. Untuk metode yang menghasilkan error kecil maka metode tersebut lebih teliti dibanding dengan metode lain. Dalam metode Numerik ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan non-linear, diantaranya metode Tabulasi, metode Biseksi, metode Regula Falsi, metode Iterasi bentuk x = g(x), metode Newton Rapson, metode Faktorisasi (P3, P4, P5), metode Bairstow dan metode Quotient-Difference (Q-D) (Munif, 1995 : 8).
Berdasarkan uraian di atas, tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi dan metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi serta mengetahui perbedaan kecepatannya dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi dengan program komputer.
2. Bagaimana penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Regula Falsi dengan program komputer
3. Bagaimana perbedaan kecepatan antara metode Biseksi dan metode Regula Falsi dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.

C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah persamaan non-linear dalam bentuk polinomial satu variabel.

D. Tujuan Penelitian
Dengan adanya permasalahan yang muncul, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat program komputer untuk menyelesaikan persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi.
2. Membuat program komputer untuk menyelesaikan persamaan non-linear menggunakan metode Regula Falsi.
3. Mengetahui perbedaan kecepatan antara metode Biseksi dan metode Regula Falsi dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.

E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Mengetahui perbedaan kecepatan antara metode Biseksi dan metode Regula Falsi dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.
2. Memberi masukkan bagi peneliti yang ingin mempelajari lebih jauh tentang metode Numerik.
Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar

Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(Kode PENDMIPA-0012) : Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri X


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Ilmu kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam dan diajarkan di SMA mempunyai tujuan pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep kimia serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, serta mampu menerapkan sebagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi secara ilmiah (Depdiknas, 2004 : 2). Dalam proses pengajaran kimia selama ini, peranan guru lebih dominan dibanding dengan peranan siswa. Hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum 2004, yang menitikberakan pada ketrampilan proses. Apalagi sekarang ini sudah ada pembaharuan kurikulum lagi, dimana mulai tahun ajaran 2003/2004 sudah mulai uji coba kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam KBK ini, peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari“ saja, melainkan “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak“. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interraksi aktif dengan teman, lingkungan dan narasumber lain.
Pembelajaran di sini perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan yaitu kandungan ilmu, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya m etode mengajar yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam proses yang aktif.
Keterampilan proses akan terbina dalam diri siswa apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar menggunakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sendiri atau melalui pendekatan keterampilan proses, sehingga dapat meningkatkan cara berpikir siswa dan untuk meningkatkan pengetahuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasikan pada keaktifan dan kemandirian siswa, maka siswa perlu mencoba sendiri, mencari jawaban sendiri dalam memecahkan masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, menyimpulkan hasil kerja sama dan lain sebagainya. Guru hanya membantu mengarahkan siswa dan bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Dengan kata lain pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya.
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan kurikulum 2004 harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah ”mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu menyelidiki daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakanLarutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan melaksanakan percobaan dan menafsirkan hasilnya. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar.
Metode pembelajaran yang bisa digunakan pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara lain metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi. Melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa akan dimotivasi lebih banyak karena siswa terlibat langsung dalam penemuan konsep atau prinsip. Untuk membuat penemuan-penemuan konsep melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa harus melakukan proses-proses mental misalnya mengamati, menggolong- golongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik suatu kesimpulan. Program pengembangan metode mengajar yang berorientasi pada penemuan ilmiah harus disertai pengadan sarana laboratorium yang cukup memadai agar dihasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Metode pengajaran yang diterapkan dalam pencapaian konsep kimia harus mampu mendorong siswa secara aktif bekerja dengan metode ilmiah. Siswa melakukan sendiri kegiatan eksperimen dengan panduan guru sehingga dapat menemukan konsep materi yang dipelajari. Konsep yang didapat akan bertahan lama dan mendalam dalam ingatan siswa. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian dalam usaha peningkatan peran aktif siswa dalam penemuan suatu konsep.
Metode mengajar yang juga bisa digunakan adalah metode demonstrasi dimana biasanya guru yang melakukan percobaan dan siswanya mengamati. Tetapi dalam penelitian ini metode demonstrasi divariasikan dengan menggunakan konflik kognitif. Konflik kognitif yang dimaksud adalah guru memberikan pertanyaan yang berisi permasalahan yang berhubungan dengan materi dimana pertanyaan ini memungkinkan beberapa jawaban yang bermacam-macam dari siswa sesuai dengan pemikiran dan pengetahuan masing-masing siswa yang akan menimbulkan konflik, dan untuk membuktikan kebenaran jawaban itu dilakukan demonstrasi oleh guru sehingga siswa benar-benar tahu jawaban yang sebenarnya. Dalam metode ini siswa ikut serta aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini ditunjukkan dengan munculnya bermacam-macam dugaan jawaban yang tentunya saling bertentangan dan siswa diajak oleh guru untuk membuktikan kebenaran jawaban melalui percobaan.
Penggunaan metode pengajaran yang menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran terutama pada materi yang berhubungan dengan praktikum akan menimbulkan suatu sikap ilmiah. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain mempunyai sikap ilmiah yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi hasil belajar.
SMA Negeri X adalah SMA yang mempunyai sarana laboratorium yang cukup lengkap dan telah menggunakan KBK. Tetapi dalam kenyataannya dalam proses pembelajaran kimia belum sepenuhnya menggunakan pengajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Sarana laboratorium yang ada belum digunakan sebagaimana mestinya sehingga siswa kurang mampu menerapkan konsep materi yang ada. Walaupun dinilai sudah cukup berhasil namun ada beberapa kekurangan yaitu siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar, waktu belajar habis digunakan untuk mendengar dan mencatat, sehingga situasi belajar cenderung pasif, maka siswa cepat merasa bosan dan mengantuk dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan sekarang adalah metode mengajar apa yang memberikan hasil yang lebih baik terhadap pencapaian prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa. Untuk mengetahui metode mengajar apa yang memberikan pencapaian prestasi belajar yang lebih baik pada pembelajaran kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul :” Pengaruh Pembelajaran Kimia dengan Metode Scientific Inquiry dan Metode Demonstrasi dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Siswa SMA Negeri X Kelas X Semester 2 Tahun Ajaran X”.

B. Identifikasi Masalah
Masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaan metode Scientific Inquiry dan Demonstrasi pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolt dan Non Elektrolit dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah metode mengajar Scientific Inquiry dan Demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ?
2. Apakah penggunaan metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dalam pembelajaran Kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?
4. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit ?
5. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu pembatasan masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus antara lain :
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah siswa kelas X Semester Genap SMA Negeri X tahun pelajaran X.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scientific Inquiry (untuk kelas eksperimen-1) dan metode Demontrasi (untuk kelas eksperimen- 2).
3. Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini adalah pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non elektrolit.
4. Penilaian
Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian kognitif dan afektif.

D. Perumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
2. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
3. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengam masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X
2. Untuk mengetahui sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Sememster 2 SMA Negeri X.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pengajar bidanng sudi kimia dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran.
b. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia yang menggunakan metode Scientific Inquiry maupun yang menggunakan metode Demonstrasi pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.
Skripsi Pengaruh Metode Kooperatif STAD dan TAI Yang Dimodifikasi Dengan Praktikum Dengan Memperhatikan EQ (Emotional Quotient) Siswa

Skripsi Pengaruh Metode Kooperatif STAD dan TAI Yang Dimodifikasi Dengan Praktikum Dengan Memperhatikan EQ (Emotional Quotient) Siswa

(Kode PENDMIPA-0011) : Skripsi Pengaruh Metode Kooperatif (Student Team Achievement Divisions Dan Team Assisted Individualization) Yang Dimodifikasi Dengan Praktikum Dengan Memperhatikan EQ (Emotional Quotient) Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Penentuan ?H Reaksi SMAN X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung sangat pesat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, setiap negara dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri.
Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang bersifat terus menerus. Peran pendidikan yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan terus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan antara lain pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan kepustakaan dan laboratorium, penataan manajemen pendidikan serta penerapan produk teknologi.
Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia adalah kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan kurikulum yang saat ini sedang diimplementasikan adalah kurikulum 2004 (Nurhadi, 2004 : 2).
Kurikulum 2004 disebut juga kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian yang dilakukan para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan kimia diarahkan pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Namun dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga X pada tahun X menunjukkan bahwa masih ada beberapa SMA/MA/SMK baik negeri maupun swasta yang mempunyai Nilai Ujian Akhir Sekolah rata-rata untuk mata pelajaran kimia kurang dari enam pada tahun pelajaran X.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Ujian Akhir Sekolah Rata-rata Mata Pelajaran Kimia Beberapa SMA/MA/SMK di X Tahun Pelajaran X

** TABEL SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia tahun pelajaran X, karena proses belajar mengajar hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar tersebut.
Ketepatan dalam penggunaan metode mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat terhadap mata pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan pencapaian hasil belajar siswa. Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal, sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa diharapkan juga metode pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin yaitu dengan cara siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya.
Berkaitan dengan semakin perlunya reformasi metode pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga keberhasilan salah satu anggota kelompok diakibatkan oleh keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk menciptakan tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota tersebut harus membantu kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin, 1995: 5).
Metode STAD (Student Team Achievement Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif berdasarkan penelitian Budi Usodo (1999) terbukti efektif jika diterapkan pada materi hitungan yang memerlukan pemahaman konsep pada materi sebelumnya contohnya penentuan ?H reaksi. Materi pokok penentuan ?H reaksi berhubungan dengan hitungan sehingga kurang diminati siswa. Siswa pada umumnya kesulitan dalam memahami jenis-jenis ?H reaksi dan penentuan reaksi yang terjadi.
Metode kooperatif lain yang digunakan peneliti adalah TAI (Team Assisted Individualization). Metode TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Metode pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Menurut penelitian dari Indah Wijayanti (2006) metode pembelajaran TAI dapat diterapkan pada materi hitungan dan materi yang adanya suatu kegiatan praktikum. Materi penentuan ?H reaksi bersifat hitungan sehingga metode TAI dapat diterapkan. Metode pembelajaran TAI dapat dimodifikasi dengan praktikum. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara individual dapat dipecahkan bersama dengan asisten serta bimbingan guru. Kesulitan pemahaman konsep dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari setiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Metode pembelajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dittikberatkan pada keaktifan siswa.
Dalam pengajaran IPA pencapaian tujuan pendidikan kimia lebih didukung adanya kegiatan laboratorium dan kokurikuler, terutama untuk menggiatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kiranya tidak dapat disangsikan lagi bahwa praktikum yang merupakan salah satu kegiatan laboratorium, sangat berperan dalam menunjang proses belajar mengajar IPA, dapat melatih ketrampilan berpikir ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan masalah barumengenai metode ilmiah dan sebagainya (Moh. Amin, 1988 : 89).
Kebanyakan pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan intelektual (IQ) saja, masyarakat beranggapan bahwa seorang siswa yang IQ-nya tinggi pastilah lebih berhasil daripada siswa dengan IQ rendah. Sedangkan pada kenyataannya untuk keberhasilan dalam menempuh kehidupan tidak hanya cukup dengan kecerdasan intelektual tetapi juga diperlukan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional merupakan sumber utama motivasi, informasi, dan inovasi sehingga bukan hanya penting untuk keberhasilan pembelajaran, tetapi penting pula untuk keberhasilan kehidupan seseorang (Sutratinah Tirtonegoro, 1991: 12). Setiap siswa memiliki kecerdasan emosional yang berbeda-beda yang berperan penting dalam keberhasilan belajar dan menentukan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator proses belajar yang dicapai siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk mengadakan suatu penelitian yang akan membandingkan metode kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum yang ditinjau dari EQ siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok penentuan ?H reaksi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih relatif rendahnya perolehan nilai ujian akhir sekolah atau prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia di SMA Negeri X.
2. Perbedaan penggunaan metode pembelajaran kemungkinan akan berpengaruh pada perbedaan prestasi belajar.
3. Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. EQ kemungkinan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa.
5. Perbedaan tingkat EQ mungkin menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.
6. Adanya perbedaan tingkat EQ pada siswa dengan metode STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Penelitian metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum.
2. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi pokok penentuan ?H reaksi.
3. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Alam semester 1 SMA Negeri X Tahun Pelajaran X.
4. Prestasi belajar siswa yang memiliki EQ tinggi dan rendah pada materi penentuan ?H reaksi.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi ?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki EQ tinggi dan siswa yang memiliki EQ rendah pada metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi ?
3. Apakah terdapat interaksi pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum serta tinggi rendahnya EQ siswa terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan antara metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi.
2. Perbedaan antara siswa yang memiliki EQ tinggi dengan siswa yang memiliki EQ rendah pada metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi.
3. Interaksi antara tinggi rendahnya EQ siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dan tinggi rendahnya EQ siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan:
1. Manfaat Praktis:
a. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih mencermati dalam menentukan model pembelajaran sehingga mencapai tujuan dengan baik.
b. Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran (terutama dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi).
2. Manfaat Teoritis:
Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung teori-teori yang telah ada berhubungan dengan masalah yang diteliti.