Search This Blog

Showing posts with label skripsi kebidanan. Show all posts
Showing posts with label skripsi kebidanan. Show all posts

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II

(KODE : KEBIDANN-0076) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II


BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satunya adalah sektor pendidikan. Posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun (Rosyada, 2007). Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, anak di paksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya sehingga anak didik ketika lulus sekolah mereka pintar secara teoritis, namun mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh tersebut (Sanjaya, 2011).
Pendidikan yang seharusnya mampu menanamkan kemandirian kerja keras dan kreativitas peserta didik agar dapat berhasil dan berguna dalam masyarakat, malah menghasilkan peserta didik yang bermental benalu, yakni lulusan pendidik formal hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan formal semata. Hal ini dilatarbelakangi sistem pendidikan kita yang top down (dari atas ke bawah) menganggap bahwa pendidikan sebagai proses pemindahan ilmu dari dosen kepada mahasiswa. Kognitif mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, yakni pengetahuan dianggap berasal dari dosen dan ditransfer kepada mahasiswa. Dalam arti lain mahasiswa hanya menampung apa yang disampaikan dosen (Elmubarok, 2009).
Di samping keteladanan sebagai dosen yang utama pengajaran di universitas perlu juga menggunakan metode pembelajaran yang menyentuh emosi dan keterlibatan para mahasiswa seperti permainan, stimulasi dan imajinasi. Dosen hendaknya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga timbul kebutuhan dari dirinya untuk memperoleh keterampilan dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya (Elmubarok, 2009).
Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar mahasiswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajaran. Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap mated pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok berbasis dosen {teacher centered learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh dosen, mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30% (Warsono & Haryanto, 2012). Universitas sebagai suatu tempat pendidikan seharusnya mengajarkan pembelajaran cooperative learning melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan menjadikan mahasiswa sebagai sumber belajar bagi teman lainnya (Wena, 2011).
Menurut hasil penelitian Wirahana (2012) menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41% (sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi 87.5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53.06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.
Dalam konteks ini kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu jigsaw, number head together, group investigation, student teams achievement division dan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif seperti talking stick, snowball drilling, everyone is teacher here dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengambil pembelajaran talking sticky ang bertujuan lebih efektif dan bermakna. Karena dengan pembelajaran talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam hal ini peserta didik harus mampu mengerti makna belajar, manfaat pembelajaran, dan bagaimana para peserta didik mampu mencapai proses pembelajaran dengan baik. Seyogyanya diharapkan kepada peserta didik selain terdapat peningkatan hasil belajar secara kognitif dan afektif, juga terdapat nilai-nila yang bisa diaplikasikan atau diterapkan peserta didik ke dalam kehidupan sehari-hari.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAHIRKAN SECARA SEKSIO SESAREA

(KODE : KEBIDANN-0075) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAHIRKAN SECARA SEKSIO SESAREA

contoh karya tulis ilmiah kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli banyak menemukan berbagai penemuan bam, khususnya dibidang kesehatan. Seperti halnya cara melahirkan, yang semula dengan cara pervaginam yang kita kenal dengan melahirkan normal, ternyata juga bisa dilakukan perabdominal, yang disebut sectio caesar atau operasi sesarea.
Menurut Kasdu (2003) pada awalnya seksio sesarea dikembangkan sebagai salah satu metode modern dibidang kedokteran khususnya di kebidanan untuk membantu menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan. Dalam sejarah kedokteran, operasi sesarea baru disebut sebagai cara untuk melahirkan bayi, tepatnya tahun 1794, yaitu ketika dokter Virginia Amerika Serikat melakukan operasi pada istrinya. Saat itu, tercatat sekitar 10% wanita yang dapat hidup setelah persalinan dengan operasi. Hal ini disebabkan prosedur operasi yang tidak steril, efek obat bius, antibiotik, teknik pembedahan, perdarahan, pemantauan pasca operasi, manajemen, serta kontrol rasa sakit yang belum ada.
Banyak hal yang menjadi penyebab atau indikasi seorang ibu harus melakukan operasi seksio. Baik itu karena pertimbangan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, maupun karena pertimbangan nonmedis yang lebih bertujuan pada pemenuhan keinginan ibu atau permintaan ibu yang tidak tahan sakit jika harus melahirkan normal.
Menurut Pritchard, Macdonald dan Gant (1991) pada umumnya, tindakan seksio sesarea akan dilaksanakan dalam keadaan di mana penundaan kelahiran akan memperburuk keadaan janin, ibu atau bahkan keduanya. Sedangkan kelahiran secara normal tidak mungkin dilakukan dengan aman.
Menurut Stoppard (2008) jika kelahiran bayi dilakukan secara normal melalui vagina bisa membahayakan atau bahkan tidak memungkinkan bagi ibu bisa dikarenakan kondisi kehamilan ibu tidak diperbolehkan untuk melahirkan normal seperti adanya perdarahan akibat letak plasenta yang tidak normal maka, bayi akan dilahirkan dengan cara operasi caesar, walaupun si ibu dan keluarga tetap bersikeras ingin melalui jalan normal, pihak dokter pasti tidak akan mengizinkan, karena akan membahayakan keselamatan ibu, janin bahkan keduanya.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran dan kebidanan, maka kini operasi sesarea sudah banyak dimanfaatkan sebagai alternatif untuk melahirkan tanpa rasa sakit. Bahkan, bagi sebagian orang operasi dilakukan sebagai cara tercepat untuk persalinan yang mudah dan aman, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika, pada tahun 1994, menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sesarea yang tercatat, secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya, tidak ada kegawatdaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Hasil serupa yang dilakukan setahun kemudian berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Amerika, sebanyak 25% dari angka kelahiran yang tercatat pada tahun itu diseluruh Amerika merupakan kelahiran sesarea yang dilakukan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki risiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi persalinan lain (Kasdu, 2003).
Indikasi lain yang sulit dipercaya tetapi nyata dan hampir atau sama sekali tidak berhubungan dengan faktor 3P (power, passenger dan passage) yaitu karena adanya indikasi nonmedis yang berasal dari pasien sendiri, suami bahkan keluarga, di antaranya karena ibu tidak ingin keadaan vaginanya agak longgar, atau karena terlalu sayang pada anak sehingga tidak tega membiarkan anak menunggu lahir atau bersusah payah melewati jalan lahir. Atau, karena percaya adanya hubungan antara saat kelahiran dengan perjalanan nasib. Nasib seakan-akan bisa diatur dengan merekayasa waktu persalinan, dengan cara menentukan tanggal, bulan yang tepat sesuai dengan yang diyakini oleh ibu dan keluarga, hal ini terjadi akibat adanya pengaruh budaya, agama, adat istiadat yang berkembang di masyarakat dan hal tersebut masih berkembang sampai saat ini, walaupun zaman sudah semakin canggih (Dewi & Fauzi, 2007).
Tidak jauh berbeda dengan di Amerika Serikat, di Indonesia pada awalnya masih banyak orang yang khawatir bila mendengar melahirkan melalui operasi sesarea karena prosesnya yang menakutkan atau karena faktor biaya yang sangat mahal dibandingkan jika hanya melahirkan normal. Akan tapi, sekarang sudah banyak masyarakat yang mengenal operasi sesarea.
Sebagaimana menurut Dewi dan Indarwati (2010), salah satu alasan dilakukan operasi seksio sesarea yang dilakukan tanpa pertimbangan dari segi medis di antaranya karena permintaan pasien. Tidak sedikit kasus yang ditemui di rumah sakit tentang seorang ibu yang tidak ingin merasakan sakit sewaktu melahirkan secara normal akibat kontraksi rahim. Biasanya tanpa pertimbangan, mereka meminta untuk dilakukan seksio agar ibu tidak merasakan sakit pada saat melahirkan bayinya.
Alasan lainnya adalah menjaga keharmonisan suami istri agar tetap mesra karena ada anggapan jika melahirkan melalui jalan normal akan mengendurkan otot-otot di vagina sehingga akan mengganggu hubungan suami istri. Hal lain yang menyebabkan ibu memilih operasi sesarea adalah pekerjaan, sebab ibu yang bekerja memiliki keterikatan waktu sehingga ia harus dapat mengatur jadwal kapan ia akan melahirkan dan kapan ia harus dapat kembali bekerja, tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun, tidak sedikit pula persalinan sesarea tersebut dilakukan karena kondisi ibu maupun janin tidak memungkinkan untuk melahirkan secara alami. Adapun tanda-tanda umum yang menjadi indikasi dilakukan bedah caesar yaitu adanya masalah kesehatan ibu seperti distosia (keadaan yang sulit pada suatu persalinan), plasenta previa/letak plasenta abnormal yang menutupi jalan lahir), cephalopelvic disproportion kepala bayi tidak sepadan dengan panggul ibu), sedangkan masalah dari janin seperti, gamelli (bayi kembar), malpresentasi (seperti letak sungsang, letak lintang) (Ventura, et al. 2000).
Setiap intervensi atau tindakan apapun pasti memiliki risiko, tetapi alangkah lebih baik jika risiko yang akan timbul dapat diminimalisasi. Tidak menutup kemungkinan tindakan operasi sesarea juga dapat menimbulkan risiko. Menurut Bensons dan Pernolls (dalam Dewi & Fauzi, 2007, hal. 23) angka kematian pada operasi sesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu. Komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan operasi sesarea dengan frekuensi diatas 11% antara lain: cedera kandung kemih, cedera pada rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan dapat pula cedera pada bayi. Pada operasi sesarea yang direncanakan angka komplikasinya kurang lebih 4,2%. Operasi sesarea darurat berangka kurang lebih 19%.
Apapun kategori yang akan dilaksanakan dalam bedah sesarea, baik itu kategori bedah sesarea yang direncanakan, maupun kategori bedah sesarea darurat, sangatlah penting sekali agar pihak yang berkaitan dengan tindakan operasi tersebut khususnya di bagian kebidanan dan anastesi pada semua rumah sakit harus memiliki protokol yang tersusun dengan baik untuk pelaksanaan bedah sesarea yang hasilnya tidak akan mengecewakan (Rayburn, 2001).
Jika proses persalinan normal memang tidak dimungkinkan untuk dilakukan, karena adanya alasan medis maka operasi sesarea adalah jalan terbaik. Namun, kebanyakan operasi seksio sesarea bukan karena alasan medis. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengalaman ibu primipara yang melahirkan secara seksio sesarea.
Beberapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan keadaan ini ialah mengapa para ibu yang baru pertama melahirkan sudah harus operasi? Apakah karena alasan medis atau bukan. Dengan alasan yang tepat tindakan sesarea dapat dilakukan dan mengurangi angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu.
Diharapkan para ibu dapat lebih cerdas dalam menentukan pilihan untuk kelahiran bayinya, bagi tenaga medis diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan asuhan sayang ibu dan berupaya untuk menurunkan angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu. Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian tentang pengalaman ibu primipara yang melahirkan secara seksio sesarea.
Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh merupakan fenomena sosial dan masalah manusia secara alamiah. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian fenomenologi. Pada penelitian ini dijelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Fenomenologi diartikan sebagai, pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH KEBIDANAN

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH KEBIDANAN

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH KEBIDANAN

  • (KODE : KEBIDANN-0002) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUANG KEBIDANAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT X
  • (KODE : KEBIDANN-0003) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI KEBIDANAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0005) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA AKIBAT INKOMPATIBILITAS ABO DI RSU X
  • (KODE : KEBIDANN-0006) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN KETEPATAN JADWAL IMUNISASI DASAR BAYI DI POLINDES X
  • (KODE : KEBIDANN-0007) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERIAN TABLET MERAH TERHADAP PENINGKATAN HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN
  • (KODE : KEBIDANN-0008) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN TENTANG SINDROM KLIMAKTERIUM PADA WANITA USIA 40-60 TAHUN DI DESA X 
  • (KODE : KEBIDANN-0009) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN PERSALINAN DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA
  • (KODE : KEBIDANN-0010) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN C TERHADAP KENAIKAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
  • (KODE : KEBIDANN-0011) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH ANEMIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU DAN DUA SMP X
  • (KODE : KEBIDANN-0012) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PILIHAN IBU MENJADI AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPS X
  • (KODE : KEBIDANN-0013) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RS X
  • (KODE : KEBIDANN-0014) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI D IV KEBIDANAN DI UNIVERSITAS X
  • (KODE : KEBIDANN-0015) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA D IV KEBIDANAN UNIVERSITAS X
  • (KODE : KEBIDANN-0016) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEBIDANAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0017) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID DENGAN STATUS IMUNISASI TETANUS TOKSOID WANITA USIA SUBUR DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0018) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH ANEMIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP X
  • (KODE : KEBIDANN-0019) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH MASA TROTZALTER TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU X
  • (KODE : KEBIDANN-0020) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA WANITA PREMENOPAUSE DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0021) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERILAKU MEMBACAKAN CERITA PADA ANAK DI DUSUN X 
  • (KODE : KEBIDANN-0022) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN BANYAKNYA MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMU X 
  • (KODE : KEBIDANN-0023) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) 
  • (KODE : KEBIDANN-0024) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA X 
  • (KODE : KEBIDANN-0025) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG DI RUMAH BERSALIN X 
  • (KODE : KEBIDANN-0026) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL KEBIDANAN PADA BADAN RSUD X 
  • (KODE : KEBIDANN-0027) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PIJAT BAYI TERHADAP PRAKTIK PIJAT BAYI DI POLINDES X 
  • (KODE : KEBIDANN-0028) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH ANEMIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP X 
  • (KODE : KEBIDANN-0029) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BPS X 
  • (KODE : KEBIDANN-0030) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PEMBERIANNYA DI WILAYAH PUSKESMAS X 
  • (KODE : KEBIDANN-0031) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU MENYUSUI DI KECAMATAN X 
  • (KODE : KEBIDANN-0032) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERUBAHAN POLA MENSTRUASI PADA 9 BULAN PERTAMA KB SUNTIK DMPA DI KLINIK X
  • (KODE : KEBIDANN-0033) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) MOTIVASI MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PENDIDIKAN BIDAN PENDIDIK
  • (KODE : KEBIDANN-0034) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III DALAM MATAKULIAH PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN DI AKADEMI KEBIDANAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0035) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENJADI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
  • (KODE : KEBIDANN-0036) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES X
  • (KODE : KEBIDANN-0037) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) EFEKTIFITAS PEMIJATAN PERINEUM TERHADAP RUPTUR PERINEUM DI KLINIK BERSALIN X
  • (KODE : KEBIDANN-0038) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI PREMATUR
  • (KODE : KEBIDANN-0039) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR
  • (KODE : KEBIDANN-0040) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BAYI DI KLINIK X
  • (KODE : KEBIDANN-0041) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RB X
  • (KODE : KEBIDANN-0042) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA REGULER SEMESTER IV
  • (KODE : KEBIDANN-0043) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0044) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PREMATURITAS DI RSUD X
  • (KODE : KEBIDANN-0045) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN CARA PENANGANAN PREMENSTRUAL SYNDROME
  • (KODE : KEBIDANN-0046) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN FAKTOR RISIKO MULTIPARITAS DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RS X
  • (KODE : KEBIDANN-0047) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN RAWAT INAP DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RS X
  • (KODE : KEBIDANN-0048) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI BPS X
  • (KODE : KEBIDANN-0049) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN LINGKUNGAN PERGAULAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJA
  • (KODE : KEBIDANN-0050) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL
  • (KODE : KEBIDANN-0051) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PELAKSANAAN K4
  • (KODE : KEBIDANN-0052) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-8 BULAN DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0053) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAKNYA DI SD X
  • (KODE : KEBIDANN-0054) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0055) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PERAN DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKBID X
  • (KODE : KEBIDANN-0056) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0057) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR BAYI
  • (KODE : KEBIDANN-0058) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KETAATAN KUNJUNGAN IMUNISASI BAYI DI POSYANDU
  • (KODE : KEBIDANN-0059) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS X
  • (KODE : KEBIDANN-0060) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG METODE KONTRASEPSI
  • (KODE : KEBIDANN-0061) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN NYERI HAID PRIMER DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI SDN X
  • (KODE : KEBIDANN-0062) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0063) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG
  • (KODE : KEBIDANN-0064) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE
  • (KODE : KEBIDANN-0065) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SADARI DENGAN PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA MAHASISWI
  • (KODE : KEBIDANN-0066) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA
  • (KODE : KEBIDANN-0067) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI DEPOPROVERA TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR
  • (KODE : KEBIDANN-0068) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN AKSEPTOR SUNTIK TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DI KLINIK BERSALIN X
  • (KODE : KEBIDANN-0069) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PIJAT BAYI DI RUMAH SAKIT X
  • (KODE : KEBIDANN-0070) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMA X
  • (KODE : KEBIDANN-0071) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) TINDAKAN PRIA PESERTA KB AKTIF DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI BAGI KB
  • (KODE : KEBIDANN-0072) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI KEC X
  • (KODE : KEBIDANN-0073) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) IBU HAMIL DAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
  • (KODE : KEBIDANN-0074) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGUASAAN MATA KULIAH INTI KEBIDANAN DENGAN SIKAP TERHADAP PROFESI BIDAN DI STIKES
  • (KODE : KEBIDANN-0075) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAHIRKAN SECARA SEKSIO SESAREA [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0076) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0077) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEMBERIAN ASI BERSAMAAN MAKANAN TAMBAHAN OLEH IBU PADA BAYI 0-6 BULAN [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0078) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA TRIMESTER I [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0079) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS DI SLTP [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0080) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KECEMASAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP INFERTILITAS SEKUNDER [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0081) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM DENGAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS HARI KEENAM [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0082) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS [[ LIHAT BAB I ]]
KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES X

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES X


(KODE : KEBIDANN-0036) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES X 


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini peradaban manusia semakin berkembang dengan pesat. Pola kehidupan manusia akan selalu berubah, disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sistem perekonomian yang semakin tertata, peralatan elektronik dan telekomunikasi yang semakin canggih serta pemberdayaan dalam semua bidang kehidupan yang semakin optimal. Kesemuanya tidak terlepas dari campur tangan pendidikan. Bisa dikatakan pendidikan memegang pengaruh penting dalam menciptakan kualitas suatu bangsa. Mulai dari bagaimana cara manusia memngenali sesuatu, sampai bagaimana melatih manusia agar mampu memunculkan suatu inovasi yang luar biasa. Oleh karena itu, untuk memajukan suatu bangsa, pendidikan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 th 2003 dalam Hasbulloh, 2005 : 4). Dalam pendidikan tentunya mencakup peserta didik, pengajar dan keluarga, dimana ketiganya saling berkaitan erat. Pada pelaksanaannya, proses belajar-mengajar akan menghasilkan suatu output berupa prestasi belajar (Rahayu, 2004 : 2).
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata (Kamus Besar bahasa Indonesia, 2001 : 895). Menurut Rahayu (2004 : 48) prestasi belajar merupakan perwujudan keberhasilan belajar peserta didik yang menunjukkan keuletan dan kesungguhannya dalam belajar.
Dalam penyelenggaraan pendidikan tentunya hasil yang ingin dicapai adalah predikat baik, namun kenyataannya dalam setiap proses belajar mengajar menunjukkan tidak semua peserta didik memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Ada sebagian peserta didik yang memperoleh hasil kurang meskipun penyampaian materi sama. Hal ini dapat dimaklumi karena kemampuan dan kecakapan yang dimiliki setiap peserta didik tidak sama (Rahayu, 2004 : 3).
Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif (Skinner dalam Syah, 2005 : 64). Menurut Gerungan (2000 : 54) salah satu usaha seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya adalah dengan interaksi sosial. Sehingga bisa dikatakan bahwa interaksi sosial peserta didik terhadap lingkungannya dapat memberikan pengaruh terhadap proses penyesuaian diri (belajar).
Menurut Rahayu (2004 : 51) pada prinsipnya faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup keadaan fisiologis dan psikologis.. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang meliputi faktor sosial dan non sosial. Interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Syani, 2002 : 151). Dalam hal ini interaksi merupakan perpaduan antara faktor psikologis peserta didik (internal) dengan faktor lingkungan khususnya lingkungan sosial (eksternal) untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal.
Salah satu faktor lingkungan sosial yang turut berperan dalam proses belajar peserta didik adalah lingkungan institusi pendidikan. Lingkungan institusi pendidikan adalah lingkungan yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik selain lingkungan keluarga (Syah, 2005 : 152-153). Dikatakan oleh Sukmadinata (2003 : 28) bahwa lingkungan institusi pendidikan adalah faktor utama yang mempengaruhi pendidikan. Sehingga faktor lingkungan institusi pendidikan yang mencakup interaksi sosial memiliki peran yang cukup penting terhadap tingkat pencapaian belajar.
Interaksi sosial peserta didik dalam lingkungan institusi pendidikan di bedakan menjadi beberapa macam, dapat terjadi antara peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, dengan pengajar atau karyawan. Khusus dalam lingkup kelas interaksi sosial antara peserta didik dengan temannya, dinilai sangat penting karena dapat memberikan motivasi belajar yang baik bagi peserta didik tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2003 : 68) yaitu relasi peserta didik dengan peserta didik yang lain merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Klaten berdiri pada tahun 2005 dengan membuka dua Program Studi, yaitu S1 Keperawatan dan Diploma III Kebidanan. Sebagai salah satu institusi pendidikan yang bergerak dibidang kesehatan, tentunya Stikes X memiliki tujuan yang sama dengan institusi pendidikan yang lain, yaitu menghasilkan output mahasiswa yang kompeten baik dari segi teori maupun praktek. Untuk mencapai tujuan tersebut, hendaknya segala faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar harus diperhatikan. Yang sudah baik dipertahankan dan yang masih kurang memadai harus segera ditingkatkan, mengingat Stikes X merupakan institusi pendidikan yang tergolong masih muda berkecimpung di kancah pendidikan kesehatan. Kualitas harus ditingkatkan, agar dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Telah dijelaskan di depan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar mahasiswa, salah satunya adalah interaksi sosial. Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil responden mahasiswa tingkat I, harapannya adalah memperoleh perbedaan interaksi sosial yang lebih signifikan antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain, mengingat mahasiswa tersebut berada pada tahun pertama yang merupakan masa adaptasi dengan lingkungan sekolah, baik dengan dosen, karyawan atau sesama teman.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud membahas mengenai hubungan antara interaksi sosial (khususnya interaksi sosial mahasiswa dengan mahasiswa yang lain) dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes X.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
Apakah ada hubungan antara interaksi sosial dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes X ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui : Hubungan antara interaksi sosial dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes X.

D. MANFAAT PENELITIAN 
1. Bagi institusi pendidikan Stikes X
Sebagai masukan positif bagi pihak institusi pendidikan, untuk lebih memperhatikan mahasiswa dengan prestasi belajar rendah. Apabila interaksi sosial terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar, segenap anggota institusi pendidikan harus berupaya untuk dapat memaksimalkan interaksi sosial yang positif di dalam lingkungan institusi pendidikan tersebut.
2. Bagi mahasiswa tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes X
Memberikan motivasi positif bagi mahasiswa agar dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya lingkungan institusi pendidikan yang memiliki peran penting dalam proses pembelajaran mahasiswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian yang relevan dan mendalam pada masa yang akan datang.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENJADI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENJADI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


(KODE : KEBIDANN-0035) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENJADI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka (Syah, 2005).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si stem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1), pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syah, 2005).
Tujuan pendidikan nasional itu sendiri menurut TAP MPR No. II Tahun 1998, adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial.
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik, baik ketika ia berada di lingkungan pendidikan seperti sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2005).
Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi munculnya peserta didik yang berprestasi tinggi atau rendah atau mungkin gagal sama sekali (Syah, 2005).
Intelegensia (IQ) merupakan salah satu faktor internal yang memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk sukses. Selain faktor intelegensi, terdapat faktor lain yang cukup besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa yaitu motivasi (Syah, 2005).
Motivasi mendorong seseorang untuk bertingkah laku (Uno, 2007). Seseorang yang memiliki motivasi untuk sukses akan berusaha untuk mencapai keinginannya tersebut. Tanpa motivasi seseorang akan melakukan kegiatan tanpa terarah dan sungguh-sungguh dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil (Sukmadinata, 2004).
Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2007). Tumbuhnya motivasi pada seseorang senantiasa dilandasi kesadaran akan diri berkenaan dengan hakikat dan keberadaan kehidupannya masing-masing. Motivasi memiliki peranan yang penting ketika seorang peserta didik melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat lebih tinggi, termasuk melanjutkan pendidikannya ke DIII Kebidanan. Setiap peserta didik memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam melanjutkan jenjang pendidikannya ke DIII Kebidanan. Salah satu motivasinya adalah untuk menjadi seorang bidan.
STIKES X merupakan salah satu lembaga pendidikan kesehatan milik Pemerintah Daerah X. STIKES X berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 39/D/O/2005. Program studi D III Kebidanan merupakan salah satu program studi yang terdapat di STIKES X.
Intensitas motivasi menjadi bidan yang berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lainnya berpengaruh terhadap usaha belajar mahasiswa dalam mempelajari materi setiap mata kuliah, terutama mata kuliah yang berhubungan langsung dengan tugas bidan, seperti mata kuliah Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil merupakan salah satu mata kuliah yang dipelajari mahasiswa kebidanan semester II. Mata kuliah ini sangat diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup sebagai bekal seorang bidan dalam menghadapi pasien di lahan praktek dan di masyarakat setelah lulus nanti.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengkaji "Adakah hubungan antara motivasi menjadi bidan dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan ?"

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara motivasi menjadi bidan dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui motivasi menjadi bidan pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan.
b. Mengetahui prestasi belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan.

D. Manfaat Penelitian
Membantu mahasiswa mencapai prestasi belajar yang optimal dengan menumbuhkan motivasi mahasiswa melalui tenaga pendidik, orang tua maupun sesama mahasiswa.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III DALAM MATAKULIAH PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN DI AKADEMI KEBIDANAN X

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III DALAM MATAKULIAH PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN DI AKADEMI KEBIDANAN X


(KODE : KEBIDANN-0034) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III DALAM MATAKULIAH PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN DI AKADEMI KEBIDANAN X


BAB I 
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pada tahun 1902 bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi dan lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang kurang mampu secara cuma-cuma.
Pada tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1975-984 institusi pendidikan ditutup, sehingga 10 tahun tidak menghasilkan bidan.
Pada tahun 1989 dibuka kursus program pendidikan bidan secara nasional, program ini dikenal sebagai program Pendidikan Kebidanan Bidan A (PPB/A). Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B dan C.
Selain program pendidikan bidan diatas, sejak tahun 1994-995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (distance learning), kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan mutu tenga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Kebidanan di seluruh Indonesia pada tahun ini telah meluluskan peserta didik sebanyak 1196 orang. Harapan yang tinggi terhadap lulusan yang dihasilkan oleh pendidikan ini ialah mampu menganalisis, mengantisipasi, dan lebih cepat dan tepat mengambil keputusan untuk menyelamatkan dua nyawa, ibu dan bayi, yang berdampak pada kesejahteraan keluarga.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogianya dirancang secara berkesinambungan, berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakatnya. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan formal. Dikatakan professional apabila memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkan pendidikan yang cukup untuk memenuhi kompetensi profesionalnya.
Bidan dalam melakanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan, dimana wewenang yang diberikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Permenkes 900, 2002).
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa, dimana dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kwewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi.
Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian yaitu dengan cara menyediakan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dan dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pregnency Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pncegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil dan didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan standar kebidanan (Azwar, 2002).
Kurikulum Pendidikan Diploma III Kebidanan disusun melalui proses pemahaman dasar kesehatan reproduksi, analisa, asuhan, dan pelayanan kebidanan, penetapan peran, fungsi dan kompetensi bidan. Berdasarkan kompetensi tersebut ditentukan mata kuliah yang diperlukan dalam memenuhi kualifikasi bidan professional, salah satunya adalah mata kuliah praktek klinik kebidanan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu faktor internal yang meliputi intelegensia, sikap, bakat, minat dan motivasi. Faktor eksternal yang meliputi keluarga, akademik, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Pada penelitian juga akan dibahas kemampuan dosen, serta kegiatan pembelajaran (Djaali, 2007).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rospita Lubis, di AKBID X pada mahasiswa tingkat II semester IV tahun 2005, didapati kesimpulan bahwa faktor motivasi mempunyai pengaruh terhadap pencapaian kemampuan dari matakuliah asuhan kebidanan pada ibu, dimana didapati dari 69 responden didapatkan bahwa75.3% memiliki motivasi yang tinggi sehingga mendapat nilai yang baik, 71,0% responden berpendapat tingkat kemampuan dosen yang paling tinggi adalah berada pada kategori mampu, 74% responden berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran yang paling sering dilakukan di AKBID X adalah kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi.
Nilai mahasiswa X angkatan pertama dari matakuliah praktek klinik kebidanan untuk semester IV yang mendapat nilai sangat baik 6 orang, baik sebanyak 59 orang, cukup sebanyak 4 orang. Nilai semester VI yang mendapat nilai sangat baik sebanyak 10 orang, baik sebanyak 35 orang, dan yang mendapat nilai cukup 24 orang. Nilai mahasiswa angkatan kedua untuk semester IV yang mendapat nilai sangat baik 17 orang, baik sebanyak 40 orang, cukup sebanyak 12 orang. Nilai semester VI yang mendapat nilai sangat baik sebanyak 8 orang, baik sebanyak 37 orang, cukup sebanyak 24 orang. Nilai angkatan ketiga untuk semester IV yang mendapat nilai sangat baik sebanyak 6 baik, baik sebanyak 49 orang, dan yang mendapat nilai cukup 4 orang.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa tingkat III dalam matakuliah praktek klinik kebidanan di Akademi Kebidanan X.

1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa tingkat III dalam matakuliah praktek klinik kebidanan di Akademi Kebidanan X.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa tingkat III dalam matakuliah praktek klinik kebidanan DI Akademi Kebidanan X.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi faktor internal (faktor dari dalam) terhadap prestasi belajar dalam matakuliah praktek klinik kebidanan.
2. Mengidentifikasi faktor eksternal (faktor dari luar) terhadap prestasi belajar dalam matakuliah praktek klinik kebidanan.
3. Mengidentifikasi kemampuan dosen terhadap prestasi belajar dalam matakuliah praktek klinik kebidanan.
4. Mengidentifikasi kegiatan pembelajaran terhadap prestasi belajar dalam matakuliah praktek kilnik kebidanan.
5. Mengidentifikasi lahan praktek klinik terhadap prestasi belajar dalam matakuliah praktek klinik kebidanan.

1.4. Manfaat Penelitian 
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis tentang pentingnya mata kuliah praktek klinik kebidanan dalam melakukan penelitian.
1.4.2. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi staf pengajar AKBID X sebagai bahan pertimbangan dalam hal pemberian mata kuliah praktek klinik kebidanan.
1.4.3. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan bagi program pendidikan D-IV Bidan Pendidik untuk penelitian selanjutnya.