Search This Blog

Showing posts with label pasangan usia subur. Show all posts
Showing posts with label pasangan usia subur. Show all posts

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KECEMASAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP INFERTILITAS SEKUNDER

(KODE : KEBIDANN-0080) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KECEMASAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP INFERTILITAS SEKUNDER

contoh kti kebidanan

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hamil merupakan salah satu kebahagiaan dalam siklus kehidupan seorang wanita. Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak, secara mengejutkan dapat dialami oleh wanita dewasa sehat. Keadaan ini dapat menyebabkan trauma, baik secara fisik maupun emosional. Dengan adanya kehadiran anak ditengah-tengah keluarga, diharapkan dapat membangun keluarga yang aman, damai, bahagia dan sejahtera.
Setelah memiliki anak pertama dan berkeinginan untuk memiliki anak kedua, tidak sedikit para ibu yang mengalami kesulitan untuk hamil lagi. Kondisi ini dikenal dengan sebutan infertilitas sekunder. Kebanyakan orang percaya bahwa sekali punya anak, telah membuktikan kesuburan dan tidak akan mengalami masalah pada kehamilan berikutnya. Adapun kenyataannya tidak demikian, karena beberapa pasangan mengalami kesulitan untuk hamil berikutnya setelah mendapatkan anak sebelumnya. Infertilitas sekunder merupakan masalah nyata yang menyumbang sekitar 60% dari kasus ketidaksuburan (Neilsen, 2007)
Menurut penelitian Badan Statistik di Amerika Serikat pada tahun 2006, diperkirakan 3,3 juta orang pasangan di Amerika Serikat mengalami infertilitas sekunder. Di Indonesia dilaporkan oleh Nur Sibue (1999), pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sebesar 15,6% dan berdasarkan penelitian Elia Mashuri (2006), di Rumah Sakit Umum X ditemukan pasangan dengan infertilitas sekunder sebesar 9,68%.
Penemuan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sebagai pasangan yang telah memiliki satu anak sebelumnya, sering sekali tidak dianggap sebagai suatu masalah dibanding dengan pasangan yang mengalami infertilitas primer yaitu pasangan yang belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan banyak penyedia layanan kesehatan dan peneliti kurang memperhatikan infertilitas sekunder daripada infertilitas primer, sehingga terjadi kegagalan untuk melihat jenis infertilitas sekunder sebagai satu masalah.
Pada pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sering tidak mendapat bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan dari teman-teman dan keluarga, karena mereka dianggap benar-benar subur karena sudah memiliki anak. Kegagalan mengembangkan keluarga pada pasangan suami istri akan menyebabkan perasaan sedih dan cemas. Selain dengan bertambahnya usia, akan menambah perasaan cemas pada pasangan karena usia sangat berpengaruh terhadap kesuburan dan kehamilan. Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan sangat berkaitan dengan fungsi reproduksi yang dapat menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada saat koitus (Kartono, 2007:74).
Untuk dapat mengetahui masalah pada pasangan infertilitas sekunder, tidak hanya diperlukan penelitian yang menjelaskan tentang faktor penyebab terjadinya infertilitas sekunder pada setiap pasangan yang mengalaminya, tetapi lebih baik jika diimbangi dengan mengetahui kecemasan pasangan usia subur tersebut terhadap infertilitas sekunder. Untuk itulah peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang kecemasan pasangan usia subur terhadap infertilitas sekunder.