Search This Blog

TESIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA KELAS XI IPS SMAN X

(KODE : PASCSARJ-0018) : TESIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA KELAS XI IPS SMA NEGERI X (PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertangung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Dalam kaitannya dengan masalah pendidikan, Toeti Soekamto ( 1993 : 1) menyatakan :
Dewasa ini pendapat umum di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan tidak memberikan hasil seperti apa yang diharapkan, selain itu program-program intruksional yang ada dianggap masih belum memadai dalam kualitas, sehingga siswa tidak dapat belajar dengan baik karena tidak dapat menangkap apa yang diajarkan guru di sekolah.
Di sekolah, guru merasa kesulitan menerapkan model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran matematika di kelas, seringkali di dalam proses pembelajaran guru bertanya tentang konsep matematika yang sedang dibahas, banyak siswa yang diam sambil menundukkan kepala dan hanya beberapa siswa tertentu yang berani mencoba menjawab, kemudian siswa diminta untuk menanyakan hal yang menjadi kesulitannya, keadaan kelas menjadi sunyi (siswa diam). Terlebih lagi jika siswa diberi tugas di kelas maupun tugas rumah untuk mengerjakan soal, banyak siswa yang hanya menyalin pekerjaan temannya dan jarang ditemukan ide-ide baru siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Sampai saat ini masih banyak siswa yang memandang bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan pemegang otoritas tertinggi di kelas, jadi siswa sangat tergantung pada guru dan kurang mempunyai inisiatif untuk mempelajari materi yang akan diajarkan guru di kelas. Kenyataan ini tentu saja tidak terlalu mengejutkan karena hasil belajar anak-anak Indonesia tergolong relatif rendah terutama pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari prestasi dalam Ujian Nasional ( EBTANAS) selama ± 20 tahun terakhir, rata-rata untuk tingkat SMA sekitar 4,6 ( Marpaung 2005). Hasil Try Out uji coba Ujian Nasional tahun pelajaran XXXX/XXXX SMA kabupaten X untuk matematika rata-rata 3,35 program IPA dan 2,89 untuk program IPS ( MKKS kabupaten X ). Bila didasarkan data tersebut disimpulkan bahwa kemampuan anak Indonesia dalam memahami matematika masih sangat rendah.
Fakta empiris menunjukkan bahwa para guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Banyak perilaku siswa yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran, seperti tidak tahu kalau ditanya atau lupa, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. Pembelajaran yang kurang tepat yaitu menghapalkan semua materi. Pembelajaran matematika yang sering dilakukan guru adalah model konvensional, dengan metode ceramah dan pendekatan mekanistik, yaitu algoritma aritmatika dan rumus matematika diinformasikan dan dilatihkan melalui tugas kepada siswa, dan diakhiri dengan melatihkan aplikasinya. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan caranya sendiri, siswa pasip, tidak terlibat secara langsung. Pembelajaran menggambarkan suatu kegiatan guru aktif memberikan informasi, sedangkan kegiatan siswa menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas.
Sejalan dengan paradigma baru, pendidikan yang menekankan peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Pemerintah mendorong pelaksanaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berorientasi pada Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ( PAIKEM ). Pembelajaran ini menekankan siswa yang aktif, siswa yang kreatif dapat mengembangakan ide-idenya yang tidak harus sama dengan guru. Siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. Dan juga guru disini hanya sebagai fasilisator, pembimbing siswa, tetapi guru juga harus kreatif mengembangkan inovasi pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak monoton. Pembelajaran yang membuat siswa aktif dan membuat siswa tidak terpaksa, sehingga suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Model pembelajaran portofolio, mengarah pembelajaran yang berorientasi PAIKEM. Model pembelajaran portofolio adalah suatu proses pembelajaran dalam mempelajari suatu materi tertentu yang prosesnya dari awal sampai akhir, dan kumpulan hasil pekerjaan peserta didik tersebut dikumpulkan atau didokumentasi yang disimpan dalam satu bendel. Model pembelajaran portofolio mengandung lima prinsip dasar, yaitu : belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, mengajar yang reaktif, dan belajar yang menyenangkan. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai perencanaan di kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan, aktivitas siswa membuat portofolio. Melalui model ini para siswa diberi keleluasaan untuk memilih topik yang menarik dirinya tetapi yang sesuai dengan topik yang dipelajari, yang selanjutnya mencari data dan informasi. Pengalaman terjun ke masyarakat atau institusi adalah salah satu pengalaman belajar riil yang menyenangkan bagi mereka karena bisa belajar di luar kelas atau sekolahan.
Hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah sikap pada diri siswa yaitu sikap siswa terhadap matematika, sebagai reaksi afektif pada diri siswa yang merupakan hasil belajar dan diketahui sebagai kecenderungan mendekati atau menghindar dari matematika, dan diwarnai oleh unsur senang atau tidak senang terhadap matematika. Menurut Haris dalam Mar'at ( 1981 : 19) menyatakan bahwa sikap adalah sebagai suatu konstruk psikologik atau variabel tersembunyi yang perlu ditafsirkan dari reaksi yang dapat diawasi dan memiliki konsistensi. Reaksi tersebut diketahui sebagai kecenderungan mendekati atau menghindar dari obyek, disamping diwarnai oleh unsur senang atau tidak senang sesuai dengan identitasnya. Selanjutnya Shaver dalam Mar'at (1981 : 21) menyatakan untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan ( senang / tidak senang ) terhadap obyek. Komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak terhadap obyek.
Sikap siswa terhadap matematika merupakan faktor yang mempengaruhi dalam hasil belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran yang berlangsung hendaknya dapat menumbuhkan sikap positip terhadap matematika, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal.
Mengingat pentingnya kemampuan matematika bagi siswa dalam proses belajar selanjutnya, maka masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMA perlu diupayakan pemecahannya.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1.Secara umum pembelajaran matematika di SMA belum mengarah pada PAIKEM ini dikarenakan kurangnya pemahaman guru tentang PAIKEM. Ada kemungkinan lemahnya kemampuan matematika para siswa dikarenakan pembelajaran matematika yang didesain guru belum mengarah ke pola PAIKEM. Hal ini dapat diteliti apakah jika pemahaman guru tentang PAIKEM ditingkatkan maka kemampuan matematika siswa lebih baik.
2. Lemahnya kemampuan siswa dalam menguasai matematika yang cenderung rendah di SMA Kabupaten X, kemungkinan diakibatkan rendahnya sikap siswa terhadap matematika. Terkait dengan ini perlu dikaji apakah benar bahwa sikap siswa terhadap matematika berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada akhir pembelajaran.
3. Karakteristik siswa berbeda-beda, maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika tidak selalu cocok bagi semua siswa. Model pembelajaran matematika mungkin cocok bagi siswa tertentu, tetapi tidak cocok bagi siswa lain. Demikian juga mungkin cocok untuk siswa yang sikap terhadap matematika tinggi, tetapi tidak cocok untuk siswa yang sikap terhadap matematika rendah, dan sebaliknya. Terkait dengan ini maka perlu diteliti apakah model pembelajaran matematika di SMA Kabupaten X tergantung dari sikap siswa terhadap matematika.
4. Di SMA Kabupaten X pembelajaran matematika cenderung dengan model konvensional. Ada kemungkinan proses belajar tersebut merupakan penyebab lemahnya hasil belajar matematika. Terkait dengan ini apakah jika model pembelajaran matematika diubah maka hasil belajar matematika menjadi lebih baik.

C. Pemilihan masalah
Karena keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini hanya menyelesaikan masalah nomor 2,3,4 pada identifikasi masalah di atas, yaitu : 2) apakah benar bahwa sikap siswa terhadap matematika berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada akhir pembelajaran, 3) apakah model pembelajaran matematika di SMA Kabupaten X tergantung dari sikap siswa terhadap matematika, 4) apakah jika model pembelajaran matematika diubah maka hasil belajar matematika menjadi lebih baik.

D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat dua hal yang dipersoalkan. Hal pertama adalah efekti vitas model pembelajaran matematika, dalam arti apakah suatu model pembelajaran memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran yang lain. Hal kedua adalah apakah efektivitas penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, maka dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut :
Ada dua model pembelajaran matematika yang dicoba diteliti pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika ( dalam pokok bahasan statistika ), yaitu model pembelajaran portofolio dan model pembelajaran konvensional.
2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS semester pertama tahun pelajaran XXXX/XXXX di SMA Negeri Kabupaten X Propinsi X. Peneliti pilih program IPS, karena siswa program IPS selama proses pembelajaran sikap terhadap matematika dirasa rendah.
3. Sikap siswa terhadap matematika dimaksudkan adalah reaksi afektif pada diri siswa sebagai kecenderungan menghindar atau mendekati dari matematika, dan diwarnai unsur senang atau tidak senang terhadap matematika.
4. Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal statistika yang dicerminkan oleh nilai tes matematika pada pokok bahasan statistika.

E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi, pemilihan dan pembatasan masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaranportofolio lebih baik dari siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional ?
2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika lebih rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika terhadap hasil belajar matematika?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran portofolio lebih baik dari pada yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika sedang maupun rendah.
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika terhadap hasil belajar matematika.

G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan model pembelajaran portofolio dan sikap siswa terhadap matematika. Dengan mengetahui kadar kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa penting variabel tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika terutama dalam mengembangkan cara belajar dengan model portofolio, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
b. Bagi guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model pembelajaran portofolio dan implementasinya terhadap hasil belajar matematika siswa.
c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam menentukan kabijaksanaan terkait dengan proses pembelajaran matematika di kelas.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »