Search This Blog

Skripsi Analisis Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktifitas Komunikasi Pemasaran Wisata X Di Kota X Dalam Membidik Wisatawan Domestik

(Kode ILMU-KOM-0001) : Skripsi Analisis Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktifitas Komunikasi Pemasaran Wisata X Di Kota X Dalam Membidik Wisatawan Domestik

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini sektor pariwisata di indonesia menjadi penyumbang besar bagi devisa negara setelah sektor minyak dan gas. Sektor pariwisata ini memberikan sumbangan sekitar lima miliar dollar AS setiap tahun bagi devisa negara. BPS memperkirakan penerimaan devisa pada tahun XXXX mencapai 5,3 miliar dollar Amerika atau naik 20,45 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,4 miliar dollar Amerika. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah wisman dan pengeluaran per kunjungan.
Berwisata memang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat apalagi diera travelling seperti sekarang ini. Banyak orang melakukan perjalanan dengan berbagai tujuan. Salah satunya yaitu untuk suatu hiburan/relaksasi (leasure). Sesungguhnya leasure adalah sebuah kebutuhan baru yang diciptakan dengan membentuk ”image” (citra) bahwa orang perlu berwisata untuk mendapatkan kembali kesegaran yang telah hilang dari dirinya karena dipakai untuk bekerja. Benar bahwa orang berwisata tidak semata-mata hanya untuk rileks, santai dan bergembira saja tetapi juga bisa mengenal kebudayaan lain atau dalam rangka mendidik diri sendiri atau anak-anak.
Bagi Indonesia, industri pariwisata merupakan peluang yang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Pariwisata telah tumbuh menjadi sebuah industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah dikemudian hari. Oleh karena itu banyak program yang telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia. Antara lain adalah program ”Sadar Wisata” maupun visit indonesian years (VIY) dimana target utamanya adalah meraih kunjungan wisatawan sebanyakbanyaknya baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. kebutuhan akan berwisata khususnya dari negara-negara maju semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari jumlah orang yang berwisata dari tahun ke tahun yang selalu bertambah. Di Indonesia jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ketahun juga semakin meningkat, hal ini bisa dilihat dalam gambar dibawah ini :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Dari grafik diatas, Peluang yang patut dioptimalkan tercermin dari terjadinya pemecahan rekor untuk kunjungan wisatawan mancanegara 10 tahun terakhir, karena pada tahun XXXX mencapai jumlah tertinggi yaitu 5,5 juta orang. Hal ini berarti kepercayaan pasar internasional terhadap pariwisata Indonesia sudah baik, yang sekaligus menjadi tanda adanya peningkatan citra Indonesia secara keseluruhan. Meningkatnya jumah knjungan ini tentu saja diikuti dengan meningkatnya penerimaan negara dari devisa di sektor pariwisata. Oleh sebab itulah maka daerah-daerah pariwisata di Indonesia perlu lebih mengembangkan potensi wisatanya. Salah satu propinsi di Indonesia yang mempunyai potensi wisata yang menjanjikan adalah kota X.
Kota X termasuk salah satu dari 10 daerah tujuan wisata di Indonesia. Daerah tujuan wisata tersebut antara lain Ibu kota Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DIY, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi X menduduki peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata X misalnya berkenaan dengan keragaman obyek. Dengan berbagai predikatnya, X memiliki keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh baik dari segi fisik maupun non fisik, disamping kesiapan sarana penunjang wisata. Menurut informasi dari Bapeda, ragam obyek wisata di X sekarang ini adalah 31 obyek wisata budaya, dan 19 obyek wisata alam.
Citra sebagai kota tujuan wisata ini juga didukung oleh keberadaan pusat-pusat industri kerajinan tangan maupun sebagai cinderamata mulai dari gerabah dan keramik dengan desa kasongan di Bantul, kerajinan perak di Kotagede, kerajinan batik, dan lain-lain. Belum lagi ditambah berbagai jasa boga yang khas. Hal ini semakin memperkuat kota X sebagai kota tujuan wisata. Faktor penting yang tidak kalah penting adalah sarana transportasi dan akomodasi yang menunjang, bandara internasional Adi Sutjipto memungkinkan kedatangan wisatawan dari manca negara secara langsung menuju kota X, sementara itu sarana transportasi yang lainnya juga banyak tersedia pilihan.
Selain sebagai kota tujuan wisata, yang menonjol sekali dari kota X adalah diakui sebagai kota pendidikan di Indonesia hingga mendapat julukan kota pelajar. Sebagai kota pendidikan, X relatif memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya fasilitas dan kegiatan pendidikan di kota ini. Sebutan kota pendidikan diperoleh X karena propinsi X memiliki banyak sekolah. Menurut data dari dinas Pendidikan Propinsi X, pada tahun XXXX, Propinsi X memiliki : 2.063 SD; 417 SMP; 187 SMA; 127 Perguruan tinggi negeri dan swasta. Data ini memperlihatkan betapa banyaknya pelajar dan mahasiswa yang belajar di X. Sudah sekian lama X menjadi tempat tujuan belajar dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Biaya pendidikan yang relatif terjangkau, serta sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung menjadi faktor yang semakin memperkuat kedudukan kota X sebagai kota pelajar.
Dalam konteks X sebagai kota pendidikan, wisatawan domestik tentu tidak hanya ingin menyaksikan betapa beragamnya pelajar dan mahasiswa yang belajar di X, tetapi mereka juga ingin menimba pengetahuan lebih banyak lagi. Mereka ingin memperoleh kesan lebih mendalam lagi tentang keberadaan X sebagai kota pendidikan. Persoalan yang kemudian muncul adalah obyek wisata dan program-program apa saja yang bisa memperkuat kesan bahwa X memang kota Pendidikan
Dalam rangka meningkatkan citra X sebagai kota pelajar dan meningkatkan kualitas pendidikan, sejak tahun XXXX dilaksanakan program akselerasi dan ditahun XXXX diadakan program kelas internasional, sedangkan saat ini sedang digagas sekolah global jogja (SGJ). Selain itu mulai tahun XXXX dibangun Obyek Wisata Taman X yang bermanfaat untuk menerapkan teori yang diperoleh pelajar di sekolah. Diharapkan Taman X ini akan semakin memperkokoh predikat X sebagai kota pendidikan.
X mempunyai potensi wisata Pendidikan karena obyek wisata tersebut jumlahnya cukup banyak di antaranya adalah Museum dan Taman X. Wisata pendidikan seperti ini memerlukan perhatian pemerintah karena sektor pariwisata berbasis pendidikan bisa ikut mendorong pertumbuhan kepariwisataan daerah. Menurut Tazbir, SH, kepala Badan pariwisata Daerah (Baparda) X “Jumlah wisatawan pelajar dari berbagai daerah yang datang ke X setiap tahun jumlahnya selalu meningkat, terutama sekali pada saat liburan sekolah bisa naik 200 persen dibanding bulan sebelumnya selain itu X memiliki ciri khas dalam dunia pendidikan atau masih dipandang sebagai kota pendidikan sehingga masih menjadi tujuan utama wisatawan pelajar dari berbagai daerah. Karena itu perlu keanekaragaman obyek wisata pendidikan agar wisatawan pelajar tidak bosan mengunjungi X, di samping pengelolaan obyek wisatanya perlu ditingkatkan agar tetap menarik”.
Menghadapi realita seperti ini, kota X menggagas sebuah ide untuk memperbanyak obyek wisata berbasis pendidikan yang tidak membosankan. Salah satunya adalah pembangunan Obyek Wisata Taman X yang diresmikan tanggal 20 mei 2006 dan dijadikan sebagai program percontohan science center di Indonesia. Dikawasan ini siswa mulai pra sekolah sampai SMU bisa dengan leluasa memperdalam pemahamannya soal materi pelajaran yang diterima di sekolah dan berekreasi. Taman X memberikan kesempatan bagi anak-anak dan masyarakat umum untuk mengekspresikan, mengapresiasikan, mengkreasikan, serta belajar ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu aspek pendidikan yang turut menentukan kualitas pendidikan adalah sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang baik salah satunya adalah mampu menciptakan proses belajar yang efektif dan efisien dalam suasana yang menyenangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Peter Kline dikutip oleh Dryden dan Vos dalam bukunya ”The Learning Revolution”, mengemukakan bahwa ”Learning is most effective when it’s fun (belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan)”. Sebuah survey yang dilakukan oleh Rose dan Nicholl memperlihatkan bahwa 82% anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri, tapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% ketika mereka berusia 16 tahun, konsekwensinya 4 dari 5 atau 80% remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang baru dengan perasaan yang tidak menyenangkan. (http://lubisgrafura.wordpress.com)
Dunia anak adalah dunia belajar dan bermain. Untuk itu dalam mendidiknya seharusnya lebih dikembangkan pada kreatifitas sesuai potensi yang dimiliki dan dalam suasana yang menyenangkan. Hal inilah yang menjadi salah satu upaya yang sedang digalakkan oleh pemerintah dalam bentuk kampanye program pendidikan yaitu ”Science for All” di mana program ini merupakan salah satu upaya dalam mempopulerkan ilmu pengetahuan yang asyik, mudah dan menyenangkan terutama bagi anak-anak didik. Pembelajaran sains ini akan dilakukan dengan bermain sekaligus belajar untuk mengeksplorasi hal-hal baru agar menjadi sebuah proses ke arah tumbuh kembang anak yang lebih baik.
Selain lembaga formal seperti sekolah, saat ini lembaga non formal menjadi pilihan bagi orang tua untuk menciptakan masa kanak-kanak yang ideal, salah satunya dengan adanya wisata pendidikan. Dari sekian banyak kota dan provinsi di Indonesia, kota X menjadi salah satu yang mengembangkan penggabungan antara dunia pendidikan dan pariwisata. Salah satunya yaitu dengan adanya pembangunan Taman X.
Target pembangunan Taman X adalah memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan teknologi sendiri. X sebagai kota pendidikan dan wisata yang menggunakan landasan filosofi Ki Hajar Dewantoro yaitu niteni (memahami/mengingat), niroake (menirukan), nambahi (mengembangkan), sangat tepat dijadikan sebagai lokasi Taman X yang nantinya akan dijadikan sebagai icon kota Yogya dan simbol kebangkitan kota X sebagai kota pendidikan dan destinasi baru dibidang wisata pendidikan dengan karakteristik kelokalan Jogja.
Keberadaan obyek wisata yang ada disuatu daerah tidak akan dapat diketahui oleh orang lain apabila tidak diadakan suatu komunikasi pemasaran pariwisata dari pihak pemerintah daerah setempat. Demikian juga dengan obyek wisata ”Taman X” yang sangat membutuhkan adanya komunikasi pemasaran, karena obyek ini masih tergolong baru dan juga belum lama diresmikan, jadi belum banyak orang yang tahu tentang keberadaanya. Sejak dibuka Juni XXXX lalu, pengunjung Taman X sebanyak 311.914, rata-rata pengunjung per hari taman untuk siswa SD dan SMP ini sekitar 1500 orang, untuk bulan Maret pengunjung Taman X sebanyak 113.000 orang. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk mengunjungi Taman X cukup tinggi meskipun Pembangunan taman ini belum selesai. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh pihak-pihak pengelola.
Pembangunan Taman X dilakukan secara multi tahun dengan tetap mengupayakan usulan pendanaan dari pemerintah pusat, propinsi dan dunia usaha (swasta). Salah satu strateginya adalah dengan merangkul stakeholders untuk bersama-sama membantu mewujudkan visi dan misi Taman X. Selain itu juga dengan melakukan subsidi silang dengan pengelolaan kawasan komersial seperti exhibition hall, amusement center, food court, gerai IT, souvenir corner, science store, dan teaching factory. Diharapkan ini semua dapat mensubsidi biaya-biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan Taman X.
Selain kedua hal tersebut, diperlukan juga kegiatan promosi yang gencar dalam menjaring wisatawan. Upaya promosi pariwisata ini dilakukan melalui serangkaian aktivitas sebagai salah satu komponen bauran pemasaran serta promosi dengan memanfaatkan media online.
Aktivitas promosi yang dilakukan memanfaatkan berbagai media dari cetak hingga elektronik; melakukan promosi dan informasi ke sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan sebagainya; bekerjasama dengan pihakpihak ketiga atau event organizer dalam menyelenggarakan kegiatan/event-event; melakukan studi banding dengan lembaga sains/IPTEK lainnya. Pemanfaatan media luar ruang seperti pamflet dan spanduk/baliho dalam berbagai kegiatan juga menjadi saluran komunikasi pemasaran yang telah dimanfaatkan pihak pengelola obyek wisata.
Kegiatan komunikasi pemasaran yang lain yang dilakukan pihak Taman X adalah dengan mengikuti Travel Dialog bekerjasama dengan Dinas-Dinas Pemerintah. Hal ini cukup menarik karena mereka mempromosikan Taman X secara langsung ke kota-kota yang berbeda tiap tahunnya bersama dengan perwakilan-perwakilan dari tempat Wisata yang lain di X. Dengan adanya anggaran yang minim, pengelola Taman X selalu berusaha memilih media mana yang efektif untuk beriklan agar bisa mencapai target sasaran yang diinginkan. Meskipun kebanyakan dari media yang digunakan untuk beriklan masih tergolong media lokal dan mereka beriklan hanya pada saat event tertentu saja tetapi banyak juga wisatawan dari daerah lain selain X yang mengunjungi Taman X, serta tiap tahun jumlah pengunjung semakin bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan Taman X sudah cukup efektif dan sudah sesuai dengan target yang mereka inginkan.
Tujuan utama dari pengadaan komunikasi pemasaran ini adalah dalam rangka mengenalkan lebih luas Taman X, meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat luas baik lokal maupun nasional, memperkuat sebutan kota X sebagai kota pendidikan dan salah satu kota tujuan pariwisata. Intinya adalah bertujuan untuk menghubungkan antara pihak pengelola dengan konsumen atau wisatawan.
Selain itu adanya program nasional pemerintah kampanye sadar wisata serta Visit Indonesian Years 2008 (VIY), yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata, dengan mengajak serta partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk ikut ambil bagian dan mensukseskan VIY 2008. Hal ini dapat menjadi dasar pelaksanaan komunikasi pemasaran dan pengembangan wisata di X, salah satunya yaitu pada obyek wisata Taman X. Dengan demikian akan menuntut kerja keras dari pihak-pihak pengelola obyek wisata untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan komunikasi pemasaran wisata pada Obyek wisata Taman X agar bisa tercapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu membidik wisatawan yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan jumlah wisatawan dengan memperhatikan juga aspek pendukung dan penghambat dalam pelaksanaanya. Diharapkan nantinya penelitian ini bermanfaat bagi pihak terkait sebagai dasar penentuan kebijakan kedepan dalam rangka pengembangan Taman X menjadi daerah tujuan wisata pendidikan yang menyenangkan dimasa depan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana aktivitas komunikasi pemasaran obyek wisata Taman X dalam membidik wisatawan domestik?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui aktivitas komunikasi pemasaran di obyek wisata Taman X dalam membidik wisatawan domestik.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan tentang model pengelolaan aktivitas komunikasi pemasaran pada obyek wisata ”Taman X” sehingga model pengelolaan tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman/acuan bagi bidang-bidang yang lain terutama di X. Selain itu juga memberikan informasi mengenai seputar permasalahan dibidang komunikasi pemasaran, terutama dalam rangka membidik wisatawan sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan pemasaran wisata.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »