Search This Blog

SKRIPSI EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN X

(KODE : PEND-AIS-0057) : SKRIPSI EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-Undang tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas efisiensi dan efektifitas pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah telah menetapkan tiga strategi pokok pembangunan pada sektor pendidikan, yaitu : (1) pemerataan kesempatan pendidikan, (2) peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan, dan (3) peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
Salah satu indikasi peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari adanya peningkatan potensi akademik atau hasil belajar siswa secara keseluruhan yang meliputi tiga aspek, yaitu : kognitif, berupa pengembangan pendidikan termasuk didalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan, Afektif, berupa pembentukan sikap termasuk didalamnya fungsi perasaan dan sikap, psikomotorik, berupa keterampilan termasuk didalamnya fungsi kehendak, kemauan, dan tingkah laku. Maka dalam rangka upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan tercapainya tujuan pendidikan nasional, ketiga aspek tersebut harus diperhatikan sehingga proses belajar mengajar tidak hanya menekankan pada pemahaman siswa tetapi juga menerapkan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya pendidikan bukanlah sekedar proses transformasi pengetahuan.
Dewasa ini berdasarkan pengamatan Arief Rahman, MPd, salah seorang pengamat dunia pendidikan yang juga menjabat sebagai Executive National Commision untuk lembaga PBB UNESCO menyatakan bahwa masih dirasakan bahwa model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah lebih didasarkan pada kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa.
Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru tersebut terkesan lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini agaknya tidak dapat dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai kurikulum dan pengajaran sangatlah kompleks dan sulit, karena ia berhadapan dengan dua hal yang berada diluar kontrolnya, yaitu pedoman pelaksanaan kurikulum, dimana sistem kurikulum Indonesia masih belum bisa menyesuaikan dengan apa yang mau dihasilkan dari sistem pendidikan itu sendiri yaitu as a workforce dan pengajaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu dari atas, dan siswa yang membawa beragam kemampuan, entry behaviour dan karakteristik lainya ke dalam situasi pembelajaran.
Brenda Watson dalam bukunya "Education and Belief" menyebutkan beberapa kesalahan pengajaran agama di sekolah. Pertama, sering terjadi bahwa guru mengubah proses pendidikan (education-process) menjadi proses indoktrinasi (indoctrination process). Kedua, sering terjadi kesalahan dalam memberikan pelajaran agama yang lebih menekankan pada pelajaran yang bersifat normatif-informatif dan sedikit menekankan pada religious education. Ketiga, ini berkaitan dengan sesuatu yang cukup rumit untuk dielakkan, yaitu biasanya seorang guru susah untuk melepaskan ideologi atau komitmen agama yang dianutnya ketika mengajarkan pendidikan agama.
Hal ini tidak dapat dilepaskan dari kualitas kinerja guru, terutama dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Hal ini dibenarkan oleh Nana Syaodih Sukmadinata yang menyatakan bahwa "Masalah tinggal kelas dan putus sekolah dapat dipandang sebagai salah satu kegagalan sekolah khsususnya guru dalam menciptakan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa mengusai pelajaran secara optimal".
Di sisi lain, model pembelajaran yang diimplementasikan di sekolah-sekolah saat ini pada umumnya masih bersifat konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti, mahasiswa S2 jurusan Teknologi Pendidikan yang meneliti tentang "Perbedaan Prestasi Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Induktif dan Model Pembelajaran Konvensional Siswa SMP Negeri Bandar Lampung" menyatakan, bahwa model pembelajaran konvensional belum mampu menjadikan semua siswa di kelas bisa menguasai kompetensi minimal yang telah ditetapkan, terutama siswa yang berkemampuan rendah. Di samping itu, siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi, juga belum memperoleh layanan pembelajaran yang optimal dalam pembelajaran konvensional. Bermunculannya sekolah-sekolah unggul di beberapa kota besar, merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan saat ini belum memberikan perhatian yang cukup besar terhadap siswa yang memiliki kemampuan rendah (lambat) dan juga siswa yang berkemampuan tinggi (cepat).
Menurut beberapa pakar pendidikan model pembelajaran dikembangkan dewasa ini kelihatan masih belum peduli dan bahkan belum mampu mengapresiasi serta mengakomodasi perbedaan-perbedaan individual siswa, berarti di dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru memberikan layanan pembelajaran yang sama untuk semua siswa, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang ataupun rendah. Dengan perlakuan demikian, siswa yang berbeda kecepatan belajarnya belum mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Siswa yang lambat tetap saja tertinggal dari kelompok sedang. Sementara siswa yang cepat belum mendapatkan layanan yang optimal dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas cenderung belum bisa mendorong mereka maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Salah satu prinsip atau asas mengajar menekankan pentingya "Individualitas ", yaitu menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.
Di sisi lain, hasil penelitian Dwi Nugroho Hidayanto menemukan "Fenomena rendahnya mutu pembelajaran disebabkan oleh sikap spekulatif dan intuitif guru dalam memilih metode dan strategi pembelajaran...". Karena itu ia menyatakan bahwa "peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran, dan peningkatan kualitas pembelajaran dapat ditempuh dengan meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode-metode pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik". Hal ini menunjukkan, bahwa usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah permasalahan yang sederhana, tapi merupakan permasalahan yang kompleks dan saling berkaitan dengan kualitas pembelajaran serta mutu guru.
Fenomena yang digambarkan diatas, baik yang menyangkut rendahnya kualitas prestasi akademik atau hasil belajar siswa maupun layanan pembelajaran yang belum dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individual (aptitude) siswa merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Maka dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang sejauhmana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Identifikasi Variabel dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian, harus ada dua variabel :
a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang keberadaannya tidak terikat dengan variabel yang lain. Variabel ini juga disebut variabel bebas dan diberi simbol X. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang keberadaannya terikat dengan variabel yang lain. Variabel ini diberi simbol Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah prestasi belajar siswa.
2. Rumusan Masalah
Bertolak dari pemikiran di atas, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah mengikuti model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X?
c. Sejauh mana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X ?

C. Definisi Operasional
Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang judul tersebut, dan untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul skripsi tersebut, maka penulis akan memberi pengertian yang jelas atas beberapa istilah yang terkandung dalam judul tersebut, antara lain :
1. Efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab atau perbuatan; akibat; dampak. Dalam skripsi ini yang dimaksud efektifitas adalah pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.
2. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah suatu konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing.
3. Prestasi belajar siswa adalah penguasaan dan perubahan tingkah laku setelah dilaksanakannya proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka. Dalam hal ini hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai post test (tes akhir) yang dilakukan setelah proses pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
Dari rangkaian istilah yang ada pada judul di atas dapatlah dimengerti maksud penulis adalah sejauh mana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.

D. Alasan Pemilihan Judul
Tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya perbedaan kemampuan (aptitude) siswa, proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan tinggi dan ada yang berkemampuan rendah atau pun sedang. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan individual siswa dalam pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar dibutuhkan cara atau pendekatan yang dapat diterapkan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu melalui pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
Maka penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan (efektifitas) model pembelajaran ATI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa serta kemudian merumuskan judul permasalahan itu sebagai berikut :
"Efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X".

E. Tujuan dan Signifikansi penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dalam penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X.
b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa setelah mengikuti model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di SMPN X.
c. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.
2. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
a. Menemukan pemikiran tentang implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sekaligus untuk memperkaya wawasan dalam bidang penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
b. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi sekolah dalam menentukan langkah meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan sebagai bahan masukan bagi guru terutama guru Pendidikan Agama Islam SMPN X.
c. Sebagai bahan masukan pengetahuan khususnya dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam yang ideal melalui pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Menurut Suharsimi, ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian :
1. Hipotesis Kerja atau yang disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel x dan variabel y atau adanya perbedaan antar kelompok.
2. Hipotesis Nol, disingkat Ho. Hipotesis ini menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel x terhadap variabel y.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
a. Hipotesis Kerja (Ha) yang berbunyi;
Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.
b. Hipotesis nol (Ho) yang berbunyi :
Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) tidak efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN X.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian dengan menggunakan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen atau eksperimen murni dan sering kali disebut dengan istilah true experiment. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel dengan cara menghadapkan kelompok eksperimen pada beberapa macam kondisi perlakuan dan membandingkan akibat (hasilnya) dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
2. Lokasi Penelitian
SMPN X sebagai lokasi penelitiannya dengan alasan yakni letaknya sangat strategis terutama bagi siswa yang berada di perumahan maupun siswa yang berkendaraan bagi siswa yang rumahnya jauh. SMPN X berdiri di atas lahan seluas ± 5435 m.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Untuk memperoleh data yang valid maka diperlukan adanya populasi terhadap obyek yang diteliti, sebab tanpa adanya populasi penelitian akan mengalami kesulitan dalam mengolah data.
Menurut Sugiono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Riduwan, mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMPN X, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMPN X yang berjumlah 273 siswa terdiri dari 7 kelas paralel.
b. Sampel
Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono, memberikan pengertian sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. "Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100,lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15%, atau 20%-25% atau lebih".
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Adapun dalam penelitian ini penulis melakukan teknik pengambilan sampel dengan cara sampel acak (random sampling), merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara "mencampur" subyek-subyek dalam populasi sehingga semua subyek dalam populasi dianggap sama. Dengan demikian setiap subyek memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMPN X yang berjumlah 273 siswa yang terdiri dari 7 kelas paralel. Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih 2 kelas dari 7 kelas yang ada, 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol. Adapun data penelitian ini penulis menggunakan cara undian, yaitu dengan cara membuat daftar seluruh kelas VII. Mulai dari kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, DAN VII G. Setelah itu membuat lembar kertas kecil-kecil kemudian digulung baik-baik. Setelah itu gulungan kertas tersebut dimasukkan ke dalam kaleng atau kotak, lalu dikocok. Dengan tanpa prasangka diambil dua gulungan. Dari kedua kelas tersebut, yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas VII E sebanyak 36 siswa yang mendapat pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Sedangkan kelas kontrol adalah kelas VII C sebanyak 35 siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran ATI.

H. Sistematika Pembahasan
Bab I : Membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, alasan pemilihan judul, tujuan dan signifikansi penelitian, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Membahas tentang kajian teori yang berisi hakikat pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) yang meliputi definisi pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan, dan macam-macam perlakuan terhadap perbedaan tingkat kemampuan siswa. Tinjauan prestasi belajar yang meliputi pengertian prestasi belajar, jenis-jenis prestasi belajar, fungsi utama prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, efektifitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan prestasi belajar.
Bab III : Membahas tentang laporan hasil penelitian yang berisi gambaran umum obyek penelitian, yang meliputi sejarah berdirinya SMPN X, letak geografis SMPN X, struktur organisasi SMPN X, keadaan guru dan karyawan. Analisis deskriptif hasil penelitian, yang meliputi analisis data pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan, analisis data macam-macam perlakuan terhadap perbedaan tingkat kemampuan siswa, dan analisis data prestasi belajar siswa. Analisis data statistika yang meliputi (Uji normalitas, uji homogenitas dua variansi dan uji-T).
Bab IV : Membahas penutup yang meliputi kesimpulan, kritik dan saran.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »