Search This Blog

SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MAHMUD YUNUS

(Kode PEND-AIS-0028) : SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MAHMUD YUNUS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia, manusia bisa menghadapi alam semesta demi mempertahankan hidupnya agar tetap survive melalui pendidikan karena pentingnya pendidikan, Islam mendapatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrinnya.
Memasuki abad ke XXI atau milenium ketiga dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera diatasi secara tepat tidak mustahil dunia pendidikan akan ditinggal oleh zaman, kesadaran akan tampilnya dunia pendidikan dalam memecahkan dan merespon berbagai tantangan baru, yang timbul pada setiap zaman adalah suatu hal yang logis, bahkan suatu keharusan hal yang demikian dapat dimengerti, mengingat dunia pendidikan merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat, kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan umat manusia adalah merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa.
Pendidikan merupakan sarana strategi untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi kemajuan beberapa negara di dunia ini merupakan akibat perhatian mereka yang besar dalam mengelola sektor pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sangat terkait erat dengan kegiatan dakwa Islamiah, pendidikan Islam berperan sebagai moderator di mana ajaran Islam dapat disosialisasikan kepada masyarakat dalam berbagai tingkatannya. Melalui pendidikan ini, masyarakat Indonesia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan al-Qur'an dan as-Sunnah. Pengamalan masyarakat terhadap ajaran Islam amat tergantung pada tingkat kualitas pendidikan Islam yang diterimanya.
Suatu sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi dan profesionalisme, sarana prasarana, evaluasi dan pembiayaan. Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan ini seringkali berjalan apa adanya, alami dan tradisional, karena dilanjutkan tanpa perencanaan konsep yang matang akibat keadaan yang demikian, maka menjadikan mutu pendidikan Islam kurang menggembirakan.
Hal ini dikarenakan ketidak tersediaan tenaga pendidik Islam yang profesional yaitu tenaga pendidik yang selain menguasai mated ilmu yang diajarkannya secara baik dan benar, juga harus mampu mengajarkannya secara efisien dan efektif kepada para siswa, serta harus pula memiliki idealisme.
Salah seorang tokoh pendidikan Islam adalah Mahmud Yunus memiliki perhatian dan komitmen yang tinggi terhadap upaya membangun, meningkatkan dan mengembangkan Pendidikan Agama Islam sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang dipemntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam. Gagasan dan pemikirannya dalam bidang pendidikan secara keseluruhan bersifat strategis dan merupakan karya perintis, dalam arti belum pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam sebelumnya. Perhatian dan komitmennya terhadap pembangunan, peningkatan dan pengembangan pendidikan Islam tersebut dapat dilihat lebih lanjut.
Dari segi tujuan pendidikan Islam Mahmud Yunus, terlihat pada gagasannya yang menghendaki agar lulusan pendidikan Islam tidak kalah dengan lulusan pendidikan yang belajar di sekolah-sekolah yang sudah maju, bahkan lulusan pendidikan Islam tersebut mutunya lebih baik dari lulusan sekolah-sekolah yang sudah maju. Yaitu lulusan pendidikan Islam yang selain memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam bidang ilmu-ilmu umum, juga memiliki wawasan dan kepribadian Islami yang kuat. Dengan cara demikian para peserta didik dapat meraih dua kebahagiaan secara seimbang yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan Islam, Mahmud Yunus lebih lanjut merumuskannya yaitu pertama, untuk mencerdaskan perseorangan; kedua, untuk kecakapan mengerjakan pekerjaan. Dalam hubungan ini, ia menilai pendapat ulama tradisional yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam hanyalah untuk beribadah dan sekedar untuk mempelajari agama Islam, sebagai pendapat yang terlalu sempit, kurang dan tidak sempurna. Karena menurutnya, beribada itu merupakan salah satu perintah Islam. Sedangkan pekerjaan duniawi yang menguatkan pengabdian kepada Allah juga merupakan perintah Islam. Dengan demikian, berarti pekerjaan duniawi termasuk tujuan pendidikan Islam.
Selanjutnya Mahmud Yunus juga memiliki pandangan dengan gagasan tentang kurikulum yang pada masa itu tergolong baru, dan untuk di masa sekarang tampak masih cukup relevan untuk digunakan, ia melihat kurikulum sebagai unsur penting dalam pengajaran. Dalam hubungan ini ia mengatakan bahwa kurikulum pengajaran adalah hal yang penting dengan ungkapan At-Thariqah Ahammu min al-Maddah
Dalam bidang kelembagaan, terlihat bahwa Mahmud Yunus termasuk orang yang memelopori perlunya mengubah sistem pengajaran dari yang bercorak individual kepada sistem pengajaran klasikal. Diketahui bahwa bercorak individual sebagaimana diterapkan di pesantren-pesantren menggunakan metode sorongan atau weton. Dalam metode sorongan ini biasanya murid satu persatu mendatangi guru dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kiai atau guru membacakan kitab yang berbahasa Arab, kata demi kata, dilanjutkan dengan menterjemahkan dan menerangkan maksudnya. Selanjutnya murid menyimak dan mengulangi bacaan berikut makna yang terkandung di dalamnya untuk membuktikan apakah bacaannya itu sudah benar atau belum. Dalam metode sorongan ini belum dikenal adanya sistem kelas.
Selain itu dalam bidang metode pengajaran, Mahmud Yunus amat memberikan perhatian yang cukup besar. Menurutnya, metode adalah jalan yang akan ditempuh oleh gum untuk memberikan berbagai jenis mata pelajaran. Jalan itu adalah khittah (garis) yang direncanakan sebelum masuk ke dalam kelas dan dilaksanakan di dalam kelas pada saat mengajar. Oleh sebab itu seorang guru harus menggunakan metode yang efisien dan efektif. Sehingga tidak melelahkan dan membosankan murid, serta beragam dalam pengguaannya.
Sehubungan dengan mengharapkan metode pada suatu mata pelajaran, Mahmud Yunus, juga sangat memperhatikan psikologi anak didik sesuai dengan kaidah-kaidah pengajaran modern, dengan tujuan agar pelajaran dapat dipahami dan diingat secara kritis oleh murid. la juga sangat menekankan tentang pentingnya penanaman moral dalam proses belajar mengajar, karena moralitas adalah merupakan bagian yang sangat penting dari sistem ajaran Islam.
Pandangan Mahmud Yunus yang demikian itu memperlihatkan bahwa konsep yang dirumuskan dan disosialisasikannya itu benar-benar menyeluruh. Mencakup aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Aspek kognitif karena dalam kegiatan belajar mengajar, Mahmud Yunus lebih menekankan pada pendalaman mated untuk membawa murid berpikir secara kritis. Sehingga para siswa menggunakan penelarannya semaksimal mungkin. Aspek psikomotorik, karena dalam kegiatan belajar mengajar, Mahmud Yunus lebih menekankan pada pengembangan kecakapan murid semaksimal mungkin sehingga seorang anak selain cerdas, juga mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajarinya di masyarakat. sedangkan aspek afektif, terlihat dari cara Mahmud Yunus yang menekankan pentingnya seorang guru kepada murid.
Mahmud Yunus juga memberikan cara-cara membangkitkan minat dan perhatian peserta didik dengan cara mengaktifkan panca indra mereka, baik dengan lisan, tulisan, perbuatan, maupun alat peraga. Setelah pelajaran di bahas lalu disimpulkan dan diartikan dengan latihan dan ulangan. Dengan cara demikian, peserta didik dilatih untuk berpikir dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan kekuatannya sendiri, agar pelajaran yang diberikan benar-benar dapat dikuasainya dengan baik.
Selanjutnya Mahmud Yunus juga menyarankan agar setiap pendidik memahami gejolak jiwa, kecenderungan, potensi, gharizah, kemampuan dan bakat yang dimiliki setiap peserta didik. Dengan cara demikian, setiap mata pelajaran yang diberikan dapat diserap oleh anak dengan sebaik-baiknya.
Hubungan antara penerapan metode dengan bakat dan jiwa anak, dapat dilihat dari pendapatnya yang mengatakan bahwa dalam mengajarkan keimanan kepada anak didik harus disesuaikan dengan perkembangan akalnya. Sebab pikiran anak belum berkembang mereka belum berpengalaman dan belum sering melakukan percobaan-percobaan.
Mahmud Yunus menganjurkan agar menggunakan pendekatan integrated dalam mengajar pengetahuan agama dan umum. la menganjurkan agar pelajaran keimanan diintegrasikan dengan pelajaran ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu bumi, ilmu alam, ilmu Biologi, dan sebagainya. selanjutnya sesuai dengan ketentuan dalam ilmu jiwa. Perkembangan, minat keinginan, kesadaran anak untuk beribadah dihidup suburnya dengan cara melatih dan praktik langsung di tempat berwudlu dan tempat shalat, membiasakan membaca basmala pada setiap kali memulai pekerjaan dan membaca hamdala pada saat mengakhiri pekerjaan. Demikian pula pelajaran tentang bermacam-macam shalat fardhu dan sunnat, tata cara mengeluarkan zakat, cara berpuasa dan cara menunaikan ibadah haji hendaknya tidak diberikan teorinya saja melainkan harus dipraktikkan.
Dengan cara demikian, metode pengajaran tersebut selain bersifat integrated juga harus bertolak dari keinginan untuk memberdayakan peserta didik, yaitu mereka yang tidak hanya kaya dalam pengetahuan kognitif (to know). Melainkan juga harus disertai dengan mempraktikkannya (to do), menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari (to act), dan mempergunakannya dalam kehidupan sehari-hari (to life together)
Menurut Mahmud Yunus seorang guru hendaklah menggunakan metode yang tepat dengan cara mengetahui perkembangan jiwa anak didiknya. Untuk itu Mahmud Yunus memberi contoh tentang cara menanamkan keimanan, mendorong anak untuk beribadah dan memperhalus budi pekertinya melalui seni, khususnya nyanyian, hal ini perlu dilakukan karena secara psikologis, jiwa anak-anak masih cenderung kreatif dan bermain.
Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh tentang konsep pendidikan Islam menurut pemikiran Mahmud Yunus dan penelitian tersebut diberi judul "Konsep Pendidikan Islam Perspektif Mahmud Yunus".

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas akan memunculkan beberapa masalah yang akan kami angkat dalam penulisan ini. Adapun rumusannya dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah konsep pendidikan Islam ?
2. Bagaimana konsep Pendidikan Islam perspektif Mahmud Yunus ?
3. Bagaimana implementasi konsep Pendidikan Islam Mahmud Yunus ?

C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran atau dalam rangka menyamakan persepsi terhadap permasalahan terhadap permasalahan ini, maka penulis merasa perlu kiranya membuat pembatasan masalah agar fokus pembahasannya lebih jelas danterarah.
Studi ini akan penulis batasi pada pembahasan sekitar Pendidikan Islam menurut konsep Mahmud Yunus yang meliputi :
1. Tujuan pendidikan Islam
2. Kurikulum pendidikan Islam
3. Gum pendidikan Islam
4. Metode dan proses pembelajaran Islam
5. Kelembagaan Islam

D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam kajian ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui konsep Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus.
3. Untuk menganalisa konsep Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus yang
diaplikasikan di zaman sekarang.

E. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari penulisan skripsi ini diharapkan data dijadikan sebagai berikut:
1. Secara teoritis adalah sebagai sumbangsih terhadap pengembangan keilmuan khususnya tentang konsep Pendidikan Islam atas pemikiran Mahmud Yunus.
2. Secara praktis adalah dapat dijadikan sebagai bahan penyusunan hipotesis bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan konsep Pendidikan Islam atas pemikiran Mahmud Yunus.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada skripsi ini penulis mencoba menguraikan isi pembahasannya. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab antara lain sebagai berikut:
BAB I : Adalah uraian pendahuluan yang berfungsi sebagai pengantar dalam memahami pembahasan bab-bab berikut yang meliputi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Adalah biografi Mahmud Yunus
BAB III : Adalah landasan teori, yang berisikan tentang Pendidikan Agama Islam dan konsep Pendidikan Agama Islam menurut Mahmud Yunus.
BAB IV : Adalah menganalisa atas konsep Pendidikan Agama Islam menurut Mahmud Yunus.
BAB V : Adalah penutup bab terakhir dari skripsi ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »