BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Surat Al-‘Alaq [96] : 1-5) memberikan isyarat bahwa Islam amat memperhatikan soal belajar (dalam konteks menuntut ilmu), sehingga implementasinya menuntut ilmu (belajar) itu wajib menurut Islam. Di dalam Alquran banyak ditemukan kalimat seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubsyirun, yasma’un, dan sebagainya. Kalimat-kalimat di atas mengisyaratkan bahwa Alquran (Islam) menganjurkan agar kita menggunakan potensi-potensi atau organ-organ psiko-psikis, seperti akal, indera penglihatan (mata), dan indera pendengaran (telinga) untuk melakukan kegiatan belajar. Sebagai alat belajar, akal merupakan potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif). Selanjutnya, mata dan telinga merupakan alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual dan informasi verbal. Dalam konteks belajar secara umum, Qardhawi mengutip hadits riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani menyatakan : “Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui belajar”.1
Belajar merupakan jendela dunia. Dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam amat menekankan masalah belajar. Allah SWT pun bertanya dalam Alquran : “Apakah sama orang-orang yang berilmu (mengetahui) dengan orang-orang yang tidak berilmu (tidak mengetahui)?”(QS. Al-Zumar [39] : 9). Jawaban pertanyaan Allah ini bisa ditemukan dalam surat Al-Majadalah [58] ayat 11 : “Niscaya Allah SWT akan meninggikan beberapa derajat kapada orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diantara kamu”.
Pendidikan adalah salah satu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan berfungsinya secara kuat dalam kehidupan bermasyarakat.2
Pendidikan, juga bisa diartikan sebagai proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.3
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi semua manusia, secara umum pendidikan nasional diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, dan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional bab III ayat 5 dinyatakan “bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan”.
Hal ini menunjukkan bahwasanya keberadaan anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia untuk mendapatkan kesamaan hak dalam berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan secara penuh sebagai warga negara.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas ya ng paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar-pakar pendidikan, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengetahuan tentang pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : (1) filsafat, (2) adat istiadat dan kebudayaan tradisional, (3) penelitian empirik, dan (4) teori-teori pembelajaran.
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori adalah : (1) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian, dan (2) memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah :
1. Memberikan garis-garis rujukan perancangan pengajaran.
2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas.
3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas.
4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu.4
Memahami motivasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi mereka yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, terutama para guru. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan, yaitu :
1. Para siswa harus senantiasa didorong untuk bekerjasama dalam belajar dan senantiasa berada dalam situasi itu,
2. Para siswa harus senantiasa didorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan belajar,
3. Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan. 5
Guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi di dalam membimbing belajar siswa. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, piagam-piagam prestasi, pujian, dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong siswa agar mau belajar.
Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi belajar. Pembelajaran yang tinggi motivasi, umumnya baik prestasi belajarnya. Sebaliknya, pembelajaran yang rendah motivasinya, rendah pula prestasi belajarnya. Demikian juga pembelajaran yang sedang-sedang saja motivasinya, umumnya perolehannya juga sedang-sedang saja.
Dewasa ini, dikalangan tenaga-tenaga pendidikan, banyak dibicarakan terjadinya “krisis motivasi belajar”. Gejala tersebut ditunjukkan dengan kenyataan berkurangnya perhatian siswa pada waktu pelajaran, kelalaian dalam mengerjakan pekerjaan rumah, penundaan persiapan bagi ulangan atau ujian sampai saat terakhir (belajar musiman), pandangan asal lulus cukup, dan lain-lainnya.
Untuk mengatasi gejala krisis motivasi belajar ini, salah satu cara adalah dengan menerapkan teori Operant Conditioning B.F. Skinner. Burrhus Frederick Skinner (1904-1990) adalah salah satu psikolog yang menganut teori behavioristik. Menurut Skinner belajar adalah perubahan dalam perilaku yang dapat diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik. Sedangkan mengajar adalah mengatur kesatuan penguat untuk mempercepat proses belajar mengajar.
Dengan demikian tugas guru harus menjadi arsitek dalam membentuk tingkah laku peserta didik, melalui penguat sehingga dapat membentuk respon yang tepat di kalangan para peserta didik. Dengan kata lain, fokus nyata dalam pengajaran adalah pemberian penguatan yang konsisten, segera dan positif bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian tujuan pengajaran yang diinginkan. 6
Pendekatan Skinner adalah Operant Conditioning yaitu suatu situasi belajar dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. Dalam pengajaran, operant conditioning menjamin respon-respon terhadap stimuli. Apabila siswa tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimuli, guru tidak akan mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. 7
Skinner berpendapat bahwa ganjaran (reinforcement) merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang atau perilaku yang terjadi adalah sebagai akibat dari respon terhadap adanya kejadian eksternal. Dengan kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan tersebut. Bagi Skinner hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui reward dan punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur seperti emosi karena tidak dapat diamati secara langsung.
Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan. Ganjaran berguna agar anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dapat dicapainya. Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras lagi kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi. Jadi, maksud ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasilnya yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang dicapai anak itu pendidik bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya “Ilmu Pendidikan : Teoritis dan Praktis” disebutkan bahwa pendapat para ahli didik terhadap ganjaran (reinforcement) sebagai alat pendidikan berbeda-beda. Sebagian ahli didik menyetujui dan menganggap penting ganjaran itu dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati anak-anak. Sebaliknya, ada pula ahli ahli didik yang tidak suka sama sekali menggunakan ganjaran itu. Mereka berpendapat bahwa pendidik hendaklah mendidik anak-anak supaya mengerjakan dan berbuat yang baik dengan tidak mengharapkan pujian atau ganjaran, tetapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu memang kewajibannya.
Pendapat yang ketiga yang terbaik terletak di antara kedua pendapat yang bertentangan tersebut di atas. Seorang pendidik hendaknya menginsafi bahwa yang dididik adalah anak-anak, yang masih lemah kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Dari mereka belum dapat di tuntut supaya mereka mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan dan keinginannya sendiri. Untuk itu, maka pujian atau ganjaran sangat diperlukan dan berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan. Bahkan, jika kita mengingat akan kenyataan bahwa manusia menurut alamnya lekas merasa berbesar hati jika mendapat pujian dan sanjungan, juga mempunyai macammacam dorongan yang sering berguna bagi perkembangan pribadinya, maka tidak hanya anak-anak yang membutuhkan penghargaan atau ganjaran, tetapi orang dewasa pun demikian pula.
Tetapi sebaliknya, pendidik hendaklah menginsafi pula bahwa tujuan pendidikan adalah membawa anak dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang tahu akan kewajiban, mau mengerjakan dan berbuat yang baik bukan karena mengharap suatu pujian atau ganjaran. 8
Dengan beracuan pada pendapat para ahli didik, peneliti ingin meneliti tentang pengaruh teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) B.F. Skinner yang menganggap ganjaran (reinforcement) sebagai salah satu unsur yang penting dalam proses belajar mengajar, jika diterapkan dalam pembelajaran tajwid terhadap motivasi siswa, dengan anggapan teori operant conditioning tersebut dapat merubah tingkah laku dengan dengan mengabaikan emosi dan berpikir (perilaku yang tidak dapat diukur atau diamati secara langsung).
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti bermaksud melakukan suatu penelitian tindakan kelas tentang “Pengaruh Penerapan Teori Pembiasaan Perilaku Respon (Operant Conditioning) B.F. Skinner dalam Pembelajaran Tajwid terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa di TPQ X”.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari masalah yang terlalu umum dalam skripsi ini, maka penulis rumuskan permasalahan yang ada agar permasalahan tersebut lebih terfokus terhadap tema atau isi skripsi ini. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan teori operant conditioning B.F. Skinner dalam pembelajaran Tajwid di TPQ X?
2. Apakah ada perbedaan motivasi belajar siswa antara pembelajaran yang menerapkan teori operant conditioning dengan pembelajaran yang tidak menerapkannya?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa antara pembelajaran yang menerapkan teori operant conditioning dengan pembelajaran yang tidak menerapkannya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang penerapan teori operant conditioning B.F. Skinner dalam pembelajaran Tajwid di TPQ X.
2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan hasil belajar antara pembelajaran yang menerapkan teori operant conditioning B.F. Skinner dengan yang tidak menerapkan operant conditioning B.F. Skinner.
3. Untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa antara pembelajaran yang menerapkan teori operant conditioning B.F. Skinner dengan yang tidak menerapkan operant conditioning B.F. Skinner.
D. Kegunaan Penelitian
Setiap hasil penelitian tentu mempunyai arti, makna dan manfaat. Adapun dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang signifikan bagi :
1. Signifikansi Akademik Ilmiah
Maksudnya adalah bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama Tajwid.
2. Signifikansi Sosial Praktis
Maksudnya adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Guru
Dengan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru/calon guru agama bahwa dalam pengajaran Tajwid juga diperlukan adanya reinforcement untuk membentuk kepribadian siswa.
b. Peneliti
Sebagai upaya untuk membelajarkan diri dalam menerapkan konsep teoritis ke dalam studi praktis selama belajar di jurusan Pendidikan Agama Islam.
E. Definisi Operasional
Adapun untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian maka dalam penelitian ini akan dikemukakan batasan-batasan tentang istilah-istilah dalam judul penelitian sebagai berikut :
a. Pengaruh adalah hubungan timbal balik. Maksud dalam penelitian ini adalah hubungan timbal balik antara penerapan teori operant conditioning dalam pembelajaran Tajwid terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.
b. Penerapan adalah pemasangan atau pengenaan maupun perihal mempraktekkan.9 Yang dimaksud di sini adalah penerapan sebuah teori yang diterapkan di TPQ X.
c. Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) adalah teori yang dikembangkan oleh B.F. Skinner (1904-1990) yaitu salah seorang psikolog yang menganut teori Behavioristik. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. 10 Jadi Skinner menganggap reinforcement sebagai faktor terpenting dalam pengajaran.
d. Pembelajaran adalah merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar atau aktivitas belajar mengajar yang dilaksanakan oleh siswa dan guru. Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dengan baik serta berhasil, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didika untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
e. Motivasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. 11
f. Prestasi belajar adalah kemampuan untuk menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang telah dipelajari (teoritis). Secara operasional prestasi belajar adalah skor/nilai yang dapat menunjukkan kemampuan seseorang dalam menguasai materi pelajaran yang telah diterimanya.12
g. TPQ X adalah objek penelitian dalam penelitian ini, yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan agama.