BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Ilmu kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam dan diajarkan di SMA mempunyai tujuan pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep kimia serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, serta mampu menerapkan sebagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi secara ilmiah (Depdiknas, 2004 : 2). Dalam proses pengajaran kimia selama ini, peranan guru lebih dominan dibanding dengan peranan siswa. Hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum 2004, yang menitikberakan pada ketrampilan proses. Apalagi sekarang ini sudah ada pembaharuan kurikulum lagi, dimana mulai tahun ajaran 2003/2004 sudah mulai uji coba kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam KBK ini, peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari“ saja, melainkan “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak“. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interraksi aktif dengan teman, lingkungan dan narasumber lain.
Pembelajaran di sini perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan yaitu kandungan ilmu, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya m etode mengajar yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam proses yang aktif.
Keterampilan proses akan terbina dalam diri siswa apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar menggunakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sendiri atau melalui pendekatan keterampilan proses, sehingga dapat meningkatkan cara berpikir siswa dan untuk meningkatkan pengetahuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasikan pada keaktifan dan kemandirian siswa, maka siswa perlu mencoba sendiri, mencari jawaban sendiri dalam memecahkan masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, menyimpulkan hasil kerja sama dan lain sebagainya. Guru hanya membantu mengarahkan siswa dan bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Dengan kata lain pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya.
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan kurikulum 2004 harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah ”mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu menyelidiki daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakanLarutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan melaksanakan percobaan dan menafsirkan hasilnya. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar.
Metode pembelajaran yang bisa digunakan pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara lain metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi. Melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa akan dimotivasi lebih banyak karena siswa terlibat langsung dalam penemuan konsep atau prinsip. Untuk membuat penemuan-penemuan konsep melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa harus melakukan proses-proses mental misalnya mengamati, menggolong- golongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik suatu kesimpulan. Program pengembangan metode mengajar yang berorientasi pada penemuan ilmiah harus disertai pengadan sarana laboratorium yang cukup memadai agar dihasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Metode pengajaran yang diterapkan dalam pencapaian konsep kimia harus mampu mendorong siswa secara aktif bekerja dengan metode ilmiah. Siswa melakukan sendiri kegiatan eksperimen dengan panduan guru sehingga dapat menemukan konsep materi yang dipelajari. Konsep yang didapat akan bertahan lama dan mendalam dalam ingatan siswa. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian dalam usaha peningkatan peran aktif siswa dalam penemuan suatu konsep.
Metode mengajar yang juga bisa digunakan adalah metode demonstrasi dimana biasanya guru yang melakukan percobaan dan siswanya mengamati. Tetapi dalam penelitian ini metode demonstrasi divariasikan dengan menggunakan konflik kognitif. Konflik kognitif yang dimaksud adalah guru memberikan pertanyaan yang berisi permasalahan yang berhubungan dengan materi dimana pertanyaan ini memungkinkan beberapa jawaban yang bermacam-macam dari siswa sesuai dengan pemikiran dan pengetahuan masing-masing siswa yang akan menimbulkan konflik, dan untuk membuktikan kebenaran jawaban itu dilakukan demonstrasi oleh guru sehingga siswa benar-benar tahu jawaban yang sebenarnya. Dalam metode ini siswa ikut serta aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini ditunjukkan dengan munculnya bermacam-macam dugaan jawaban yang tentunya saling bertentangan dan siswa diajak oleh guru untuk membuktikan kebenaran jawaban melalui percobaan.
Penggunaan metode pengajaran yang menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran terutama pada materi yang berhubungan dengan praktikum akan menimbulkan suatu sikap ilmiah. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain mempunyai sikap ilmiah yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi hasil belajar.
SMA Negeri X adalah SMA yang mempunyai sarana laboratorium yang cukup lengkap dan telah menggunakan KBK. Tetapi dalam kenyataannya dalam proses pembelajaran kimia belum sepenuhnya menggunakan pengajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Sarana laboratorium yang ada belum digunakan sebagaimana mestinya sehingga siswa kurang mampu menerapkan konsep materi yang ada. Walaupun dinilai sudah cukup berhasil namun ada beberapa kekurangan yaitu siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar, waktu belajar habis digunakan untuk mendengar dan mencatat, sehingga situasi belajar cenderung pasif, maka siswa cepat merasa bosan dan mengantuk dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan sekarang adalah metode mengajar apa yang memberikan hasil yang lebih baik terhadap pencapaian prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa. Untuk mengetahui metode mengajar apa yang memberikan pencapaian prestasi belajar yang lebih baik pada pembelajaran kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul :” Pengaruh Pembelajaran Kimia dengan Metode Scientific Inquiry dan Metode Demonstrasi dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Siswa SMA Negeri X Kelas X Semester 2 Tahun Ajaran X”.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaan metode Scientific Inquiry dan Demonstrasi pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolt dan Non Elektrolit dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah metode mengajar Scientific Inquiry dan Demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ?
2. Apakah penggunaan metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dalam pembelajaran Kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?
4. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit ?
5. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu pembatasan masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus antara lain :
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah siswa kelas X Semester Genap SMA Negeri X tahun pelajaran X.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scientific Inquiry (untuk kelas eksperimen-1) dan metode Demontrasi (untuk kelas eksperimen- 2).
3. Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini adalah pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non elektrolit.
4. Penilaian
Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian kognitif dan afektif.
D. Perumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
2. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
3. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengam masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X
2. Untuk mengetahui sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Sememster 2 SMA Negeri X.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pengajar bidanng sudi kimia dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran.
b. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia yang menggunakan metode Scientific Inquiry maupun yang menggunakan metode Demonstrasi pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.