BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan generasi yang berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam era globalisasi. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sikap yang benar (Tabrani, 1989:15). Dalam dunia pendidikan selain ada masukan (input), proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan hasil dari proses pendidikan.
Seiring dengan usaha pemerintah dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut, masih banyak masalah yang dihadapi, salah satunya adalah masalah efektifitas pendidikan. Masalah efektifitas pendidikan adalah masalah yang berkenaan dengan hubungan antara hasil pendidikan dengan tujuan atau sasaran pendidikan yang diharapkan.
Meskipun demikian, telah diusahakan berbagai upaya dalam mengatasi masalah tersebut yang mencakup semua komponen pendidikan meliputi pembaharuan kurikulum, proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pengajaran, sarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, dan usaha-usaha yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan mengimplementasikan kurikulum 2004.
Kurikulum 2004 disebut juga kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil pendidikan satu di antaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-mengajar.
Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, penguasaan kimia harus diperbaharui agar mampu mengikuti dan mengembangkan IPTEK ke arah yang lebih baik. Untuk tujuan tersebut, maka pengajaran kimia harus bersifat dinamis dalam mengantisipasi perkembangan IPTEK yang semakin pesat.
Tujuan pengajaran ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas adalah agar siswa:
1. Menguasai konsep-konsep kimia esensial secara komprehensif dan proses ilmiah untuk meningkatkan kesadaran akan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesadaran lingkungan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mampu menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, maupun hukumhukum dalam ilmu kimia yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitarnya.
3. Memiliki ketrampilan-ketrampilan proses sains dan sikap-sikap ilmiah yang berlandaskan logika untuk memecahkan masalah-masalah serta menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas, 2002:1).
Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi titik tolak pengajaran kimia adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep kimia, bersikap ilmiah, serta dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh karena itu, maka penguasaan konsepkonsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar. Penyempurnaan dan peningkatan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar atau prestasi belajar yang baik.
Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten X berupa Daftar Nilai Ujian Praktek dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran X menunjukkan bahwa Nilai Rata-rata Ujian Akhir Sekolah di SMA Negeri X untuk mata pelajaran kimia masih rendah, yaitu dengan rata-rata nilai 6,55.
Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran kimia di SMA Negeri X sampai saat ini masih masih perlu ditingkatkan.
Pada dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode mengajar, materi, sarana dan prasarana, motivasi, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang paling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika metode yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan proses pendidikan.
Sejumlah metode mengajar telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan lain-lain, maka tidak mungkin dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis kegiatan belajarmengajar. Dengan demikian perlu dipilih metode yang paling tepat untuk masingmasing kegiatan belajar-mengajar.
Materi pokok Stoikiometri merupakan salah satu dasar dalam pembelajaran kimia, yang harus dikuasai siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Dalam mengerjakan soal-soal stoikiometri diperlukan pemahaman mengenai konsepkonsep dan hukum-hukum tertentu yang saling berkaitan. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada pada meteri stoikiometri. Kesulitan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran dan cara mereka untuk belajar berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya. Agar siswa dapat memahami dengan baik materi stoikiometri, maka siswa dituntut untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat. Hal ini sejalan dengan penggunaan metode pembelajaran problem solving.
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989:111) belajar dikatakan bermakna apabila siswa mampu menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Untuk itu agar belajar menjadi bermakna maka bahan yang dipelajari perlu dibuat seefektif mungkin sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Penyajian materi pelajaran dapat dibuat dengan Key Relation-Chart dan modul. Key Relation- Chart merupakan lembaran yang berisi catatan tentang persamaan-persamaan, rumusrumus, hukum-hukum penting dari materi yang dipelajari. Sedangkan modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar yang berisi tujuan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi yang dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah menurut cara masing-masing.
Di samping ketepatan penggunaan metode pembelajaran, kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa. Kebanyakan dari siswa belum mampu secara mandiri untuk menemukan, mengenal, memerinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari masalahnya. Sebab siswa awalnya hanya menurut yang disajikan oleh guru atau masih bergantung pada guru. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru, akan tetapi terletak pada kemandirian belajar. Untuk menyerap dan menghayati pelajaran jelas telah diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri, sehingga sikap kemandirian belajar menjadi faktor penentu apakah siswa mampu menghadapi tantangan atau tidak.
Key Relation-Chart dan modul dapat dipakai untuk membantu memahami masalah, memungkinkan siswa untuk dapat belajar mandiri dan aktif selain di sekolah maupun di kelas, dan memungkinkan siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialaminya pada saat pelajaran berlangsung di kelas. Selain itu, Key Relation- Chart dan modul dapat dipakai membantu membuat perencanaan dalam memecahkan soal yang dihadapi. Oleh sebab itu, Key Relation-Chart dan modul dapat dianggap sebagai strategi dari problem solving.
Berpijak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart dan Modul Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar.
2. Nilai Ujian Akhir Sekolah atau prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia di SMA Negeri X masih relatif rendah.
3. Diperlukan metode yang paling tepat untuk masing-masing kegiatan belajarmengajar.
4. Metode pembelajaran problem solving dapat digunakan oleh siswa agar mempunyai pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat.
5. Kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa.
6. Metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan problem solving disertai modul dapat digunakan untuk membantu memahami masalah dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri.
7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu diberikan batasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada, maka pengkajian dan pembatasan masalah menitik beratkan pada:
1. Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X semester gasal SMA Negeri X.
2. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan modul.
3. Materi pokok
Materi yang diberikan dibatasi pada materi pokok stoikiometri.
4. Kemandirian belajar siswa dibatasi pada rasa percaya diri dan optimis, daya pikir yang maju, berjerih payah untuk berdaya guna, ulet dan sabar dalam menghadapi kesulitan.
5. Prestasi belajar
Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan rendah pada materi pokok stoikiometri.
D. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah selanjutnya dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
2. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya tentang pembelajaran dengan metode problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode problem solving disertai modul yang memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar bila ditinjau dari kemandirian belajar siswa.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul untuk lebih memahami konsep Stoikiometri.
2. Memberikan alternatif bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Stoikiometri khususnya dapat ditempuh dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan dengan metode pembelajaran problem solving disertai modul.
3. Memberikan informasi kepada guru atau peneliti selanjutnya, bahwa potensi kemandirian yang ada diarahkan dan dikembangkan untuk mendukung proses pembelajaran.