BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung sangat pesat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, setiap negara dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri.
Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang bersifat terus menerus. Peran pendidikan yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan terus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan antara lain pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan kepustakaan dan laboratorium, penataan manajemen pendidikan serta penerapan produk teknologi.
Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia adalah kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan kurikulum yang saat ini sedang diimplementasikan adalah kurikulum 2004 (Nurhadi, 2004 : 2).
Kurikulum 2004 disebut juga kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian yang dilakukan para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan kimia diarahkan pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Namun dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga X pada tahun X menunjukkan bahwa masih ada beberapa SMA/MA/SMK baik negeri maupun swasta yang mempunyai Nilai Ujian Akhir Sekolah rata-rata untuk mata pelajaran kimia kurang dari enam pada tahun pelajaran X.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Ujian Akhir Sekolah Rata-rata Mata Pelajaran Kimia Beberapa SMA/MA/SMK di X Tahun Pelajaran X
** TABEL SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia tahun pelajaran X, karena proses belajar mengajar hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar tersebut.
Ketepatan dalam penggunaan metode mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat terhadap mata pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan pencapaian hasil belajar siswa. Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal, sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa diharapkan juga metode pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin yaitu dengan cara siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya.
Berkaitan dengan semakin perlunya reformasi metode pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga keberhasilan salah satu anggota kelompok diakibatkan oleh keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk menciptakan tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota tersebut harus membantu kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin, 1995: 5).
Metode STAD (Student Team Achievement Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif berdasarkan penelitian Budi Usodo (1999) terbukti efektif jika diterapkan pada materi hitungan yang memerlukan pemahaman konsep pada materi sebelumnya contohnya penentuan ?H reaksi. Materi pokok penentuan ?H reaksi berhubungan dengan hitungan sehingga kurang diminati siswa. Siswa pada umumnya kesulitan dalam memahami jenis-jenis ?H reaksi dan penentuan reaksi yang terjadi.
Metode kooperatif lain yang digunakan peneliti adalah TAI (Team Assisted Individualization). Metode TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Metode pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Menurut penelitian dari Indah Wijayanti (2006) metode pembelajaran TAI dapat diterapkan pada materi hitungan dan materi yang adanya suatu kegiatan praktikum. Materi penentuan ?H reaksi bersifat hitungan sehingga metode TAI dapat diterapkan. Metode pembelajaran TAI dapat dimodifikasi dengan praktikum. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara individual dapat dipecahkan bersama dengan asisten serta bimbingan guru. Kesulitan pemahaman konsep dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari setiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Metode pembelajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dittikberatkan pada keaktifan siswa.
Dalam pengajaran IPA pencapaian tujuan pendidikan kimia lebih didukung adanya kegiatan laboratorium dan kokurikuler, terutama untuk menggiatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kiranya tidak dapat disangsikan lagi bahwa praktikum yang merupakan salah satu kegiatan laboratorium, sangat berperan dalam menunjang proses belajar mengajar IPA, dapat melatih ketrampilan berpikir ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan masalah barumengenai metode ilmiah dan sebagainya (Moh. Amin, 1988 : 89).
Kebanyakan pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan intelektual (IQ) saja, masyarakat beranggapan bahwa seorang siswa yang IQ-nya tinggi pastilah lebih berhasil daripada siswa dengan IQ rendah. Sedangkan pada kenyataannya untuk keberhasilan dalam menempuh kehidupan tidak hanya cukup dengan kecerdasan intelektual tetapi juga diperlukan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional merupakan sumber utama motivasi, informasi, dan inovasi sehingga bukan hanya penting untuk keberhasilan pembelajaran, tetapi penting pula untuk keberhasilan kehidupan seseorang (Sutratinah Tirtonegoro, 1991: 12). Setiap siswa memiliki kecerdasan emosional yang berbeda-beda yang berperan penting dalam keberhasilan belajar dan menentukan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator proses belajar yang dicapai siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk mengadakan suatu penelitian yang akan membandingkan metode kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum yang ditinjau dari EQ siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok penentuan ?H reaksi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih relatif rendahnya perolehan nilai ujian akhir sekolah atau prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia di SMA Negeri X.
2. Perbedaan penggunaan metode pembelajaran kemungkinan akan berpengaruh pada perbedaan prestasi belajar.
3. Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. EQ kemungkinan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa.
5. Perbedaan tingkat EQ mungkin menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.
6. Adanya perbedaan tingkat EQ pada siswa dengan metode STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Penelitian metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum.
2. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi pokok penentuan ?H reaksi.
3. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Alam semester 1 SMA Negeri X Tahun Pelajaran X.
4. Prestasi belajar siswa yang memiliki EQ tinggi dan rendah pada materi penentuan ?H reaksi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi ?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki EQ tinggi dan siswa yang memiliki EQ rendah pada metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi ?
3. Apakah terdapat interaksi pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum serta tinggi rendahnya EQ siswa terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan antara metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi.
2. Perbedaan antara siswa yang memiliki EQ tinggi dengan siswa yang memiliki EQ rendah pada metode pembelajaran kooperatif STAD dan TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi.
3. Interaksi antara tinggi rendahnya EQ siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dan tinggi rendahnya EQ siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif TAI yang dimodifikasi dengan praktikum terhadap prestasi belajar kimia materi pokok penentuan ?H reaksi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan:
1. Manfaat Praktis:
a. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih mencermati dalam menentukan model pembelajaran sehingga mencapai tujuan dengan baik.
b. Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran (terutama dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi).
2. Manfaat Teoritis:
Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung teori-teori yang telah ada berhubungan dengan masalah yang diteliti.