BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat pesat berakibat masuknya budaya-budaya asing melalui berbagai media elektronika maupun cetak telah menimbulkan pergeseran-pergeseran nilai budaya maupun nilai- nilai fundamental yang berasal dari ajaran agama.
Kemajuan dalam berbagai bidang ini menuntut bangsa Indonesia untuk mengimbangi perubahan dengan cara mengadakan seleksi dan saringan terhadap budaya asing yang masuk yang sekiranya dapat memberikan dampak negative dalam mengubah tatanan dan budaya bangsa Indonesia. Semakin cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi, dalam era globalisasi ini menuntut peranan agama secara aktif sebagai alternative dan filter terhadap masalah tersebut.
Untuk membentuk generasi bangsa yang berkualitas itu diperlukan suatu proses yang dapat menunjang kearah pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang utuh dalam pengertian manusia Indonesia yang memiliki indentitas kejuangan yang kuat, yang dilandasi oleh nilai- nilai keagamaan yang diyakininya. Salah satu proses pembentukan sumber daya manusia itu adalah melalui pendidikan agama.
Pada dasarnya proses pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional yang telah digariskan. Sistem Pendidikan Nasional kita mengharapkan bahwa setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia di dasari dengan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan sistem pendidikan inilah tujuan pendidikan nasional dapat dicapai.Yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati serta mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan. Dalam kurikulum tingkat SMA mata pelajaran PAI terdiri dari aqidah, fiqih, Alqur’an Hadist dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam pembahasan ini PAI yang diutamakan adalah pendidikan aqidah (tauhid). Karena aqidah merupakan aspek yang sangat fundamental dalam kehudupan seseorang, Aspek inilah yang dapat melandasi keimanan seorang muslim sehingga dapat menjawab tantangan keragaman keyakinan beragama yang ada didunia.
Dalam beberapa dasawarsa ini dengan adanya transisi demokrasi yang tidak hanya memberikan kebebasan dalam ideologi politik tetapi juga kebebasan dalam keyakinan beragama membuat kehidupan beragama di Indonesia diwarnai dengan munculnya banyak aliran baru dalam Islam. Dan yang lebih parah lagi, munculnya kelompok aliran ini mengatasnamakan diri sebagai bagian Islam tetapi tidak menjalankan ibadah yang sesuai dengan tuntunan agama Islam yang syar’i.
Munculnya aliran-aliran tersebut merupakan fenomena gunung es dalam kehidupan spiritual di masyarakat. Tak sedikit dari penganut aliran ini mengaku sebagai nabi atau utusan Tuhan. Mereka menawarkan berbagai jalan keselamatan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Hal ini sesuai dengan hadist nabi yang menyebutkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan : Artinya : “Rasulullah SAW bersabda bahwa Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, satu golongan masuk surga dan yang lainnya masuk neraka.Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, satu golongan masuk surga dan yang lainnya masuk neraka.Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang satu di surga dan yang 72 golongan di neraka. Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka yang masuk surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “ Al-Jama’ah “. (HR.Ibnu Majah dan At-Turmudzi) Setelah sebelumnya umat Islam Indonesia dihebohkan dengan kehadiran
Lia Aminuddin yang mengaku mendapat wahyu dari Jibril dan mendirikan agama baru bernama “ Salamullah “. Kini yang paling baru adalah hadirnya Nabi baru pengganti Nabi Muhammad Saw yang berasal dari Gunung Bunder yang bergelar “ Al Masih Al Ma’wud “ membuat beberapa kalangan dari ormas-ormas dan lembaga sosial keagamaan (seperti NU, Muhammadiyah, FPI dan lainnya) menghujat bahwa kedua aliran tersebut dan beberapa lairan yang sejenis sebagai aliran sesat. Bahkan MUI mengeluarkan fatwa bahwa aliran ini sesat. Aliran sesat atau dalam istilah gerakan sempalan digunakan sebagai sebuatan untuk berbagai gerakan atau aliran agama yang dianggap aneh alias menyimpang dari aqidah, ibadah, amalan atau pendirian mayoritas umat. Gerakan sempalan adalah gerakan yang menyimpang atau memisahkan diri dari ortodoksi yang berlaku. Dalam kasus umat Islam Indonesia masa kini ortodoksi “ mainstream” barangkali boleh dianggap diwakili oleh badan-badan ulama yang berwibawa dan besar seperti MUI,NU dan Muhammadiyah.
Walaupun pada akhirnya aliran sempalan ini telah dinyatakan sesat oleh MUI, tetap saja masih ada dampak negatif dari berdirinya beberapa aliran sempalan. Karena ada dari beberapa aliran ini sudah berdiri lebih dari puluhan tahun dan berasal dari luar negeri. Penganut aliran-aliran sempalan ini sebagain besar adalah para mahasiswa dan pelajar yang tersebar luas di Indonesia. Al- Qiyadah Al-Islamiyah berani mengklaim bahwa penganut mereka sebanyak 40.000 ribu orang dan sebagian besar adalah mahasiswa dan pelajar.4 Mereka adalah objek dakwah yang paling potensial untuk dijadikan pengikut aliran ini. Umumnya mereka membidik kalangan kaum muslimin yang tidak menguasai dasar agama yang kuat dan notabene tidak menekuni ilmu agama di pesantren atau lembaga pendidikan Islam yang formal maupun non formal.
Oleh sebab itu, upaya pencegahan harus segera dilakukan agar pelajar tidak terjebak dalam penistaan agama. Karena masa remaja merupakan masa kegoncangan jiwa dan pencarian jati diri siswa.5 Faktor keluarga dan longgarnya system pendidikan menjadi salah satu penyebab maraknya aliran sesat .Oleh karena itu, para guru harus meningkatkan tanggung jawab moral terhadap anak didiknya.
Dengan demikian untuk pembinaan aqidah siswa dalam hal ini siswa SMA dapat dilakukan melalaui lembaga pendidikan sekolah disamping lembaga pendidikan keluarga dan masyarakat, karena lembaga pendidikan sekolah adalah usaha sadar secara sistematis dan paramatis adalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama dan salah satu faktor pendidikan di sekolah adalah guru.
Sebagaimana dikatakan Cece Wijaya dan A.Tabrani, guru merupakan faktor yang dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya. Karena guru bagi siswa sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.6 Guru agama dalam hal ini mempunyai tugas yang sangat berat yaitu disamping ikut serta membina pribadi siswa, juga yang paling pokok adalah mengajarkan pengetahuan agama Islam kepada siswanya. Terlebih lagi dalam melindungi siswanya dari maraknya penyebaran ajaran Islam sempalan saat ini.
Oleh karenanya guru diharapkan dapat memberikan bentuk-bentuk nyata upaya pencegahan ini secara komunikatif, edukatif dan persuasif sehingga indikator terpengaruhnya siswa terjerat dalam ajaran Islam sempalan tidak sampai terjadi. Sekali lagi di sini guru agama memiliki peran penting untuk mencegahnya melalui interaksi yang edukatif dan intensif. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berusaha untuk menjawab sebuah pertanyaan “ apakah ada pengaruh upaya preventif guru agama terhadap sikap siswa dalam menghadapi maraknya penyebaran ajaran Islam sempalan pada siswa di SMA X “.
B. Identifikasi Variabel dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Variabel
Menurut Sumadi Suryabrata variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan.7 Dari masalah penelitian di atas dapat dikenali variabel- variabel sebagai berikut :
a.. Upaya Preventif Guru Agama
Upaya preventif guru agama merupakan variabel bebas atau yang disebut dengan independet variabel. Upaya preventif guru agama ini diperkirakan akan mempengaruhi variabel lain. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini akan diberi simbol huruf X
b. . Sikap siswa dalam menghadapi penyebaran ajaran Islam sempalan. Sikap siswa ini diperkirakan munculnya dipengaruhi oleh variabel lain, maka dalam penelitian ini akan diberi simbol huruf Y.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan variabel-variabel dan hubungan antara kedua variabel, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana upaya preventif guru agama dalam menghadapi penyebaran ajaran Islam sempalan pada siswa di SMA X ?
b. Bagaimana sikap siswa terhadap maraknya penyebaran ajaran Islam sempalan di SMA X?
c. Adakah pengaruh upaya preventif guru agama terhadap sikap siswa dalam menghadapi penyebaran ajaran Islam sempalan di SMA X ?
C. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah
Penelitian tentang pengaruh upaya preventif guru agama terhadap sikap siswa dalam menghadapi penyebaran ajaran Islam sempalan pada siswa di SMA X ini mempunyai jangkauan yang luas. Namun karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut :
1. Bentuk-bentuk upaya preventif guru agama yang dilakukan di SMA X. Adapun bentuk bentuk upaya preventif ini berupa kegiatan atau aktivitas yang dilakukan guru agama meliputi, contoh sebagai berikut : mengadakan, memberi teladan, memberikan penjelasan, melengkapi, menciptakan, dan lain sebagainya.
2. Sikap siswa-siswi SMA X dalam menghadapi maraknya penyebaran ajaran Islam Sempalan.Adapun sikap yang dimaksud penulis disini adalah sikap menolak siswa terhadap ajaran Islam sempala. Sedangkan ajaran Islam sempalan yang peneliti maksudkan disini adalah munculnya berbagai macam aliran-aliran yang dianggap sesat misalnya saja, Ahmadiyah, LDII, Al Qiyadah Al Islamiyah, Lia Eden dan lain sebagainya.
D. Alasan Memilih Judul
1. Guru dalam hal ini adalah guru agama adalah sebagai orang tua kedua yang berada di sekolah. Tidak hanya sebagai transfer of knowledge tetapi juga sebagai seorang yang bertanggung jawab dalam melindungi anak didikya dari pengaruh negatif semacam ajaran-ajaran Islam yang menyempal. SMA X adalah salah satu sekolah yang memiliki guru-guru yang kritis terhadap masalah sosial yang ada. Mereka melakukan upaya yang kreatif, inovatif serta edukatif dalam melindungi anak didiknya dari pengaruh sesat.
2. Dari segi peserta didik, karakteristik yang dimiliki oleh siswa-siswi SMA X ini cenderung agamis dan taat dalam beribadah karena sekolah ini memiliki suatu wadah kegiatan keagamaan yang selalu aktif dalam berdakwah.
E. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
G. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **