Search This Blog

SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(KODE : PTK-0145) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (SEJARAH KELAS VII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya manusia dan merupakan wahana atau salah satu instrument yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat memperoleh manusia baru yang produktif.
Adapun pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam Munib (2007 : 33) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan pendidikan diharapkan manusia mengetahui akan segala kelebihannya yang dipotensikan untuk kualitas hidup lebih baik dari sebelumnya.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya karena pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik secara pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah selalu merevisi kurikulum yang sudah ada selalu dengan perkembangan jaman, demikian pula dengan model pembelajaran yang diterapkan sekarang ini selalu mengalami perkembangan.
Demikian juga dengan seorang guru, keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepandaian guru dalam menerapkan suatu metode, teknik dan taktik pembelajaran. Setiap guru memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, ciri dan cara pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang baik mempunyai anggapan bahwa selain memberikan materi, mengajar adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning) (Sanjaya, 2007 :52). Terutama guru sejarah yang dituntut untuk menguasai berbagai macam metode dan teknik pembelajaran sejarah, dan mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman serta menyenangkan agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, maka Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sejarah memuat pokok-pokok bahasan yang mengandung tujuan Pendidikan Nasional tersebut. Mata pelajaran IPS Materi Sejarah merupakan pelajaran yang bersifat deskriptif kronologis. Ditinjau dari materinya, pelajaran Sejarah mendeskripsikan tentang proses pertumbuhan, perkembangan serta keruntuhan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Materi pelajaran Sejarah juga berisi tentang hubungan sebab akibat terjadinya suatu peristiwa sejarah secara kronologis, termasuk perkembangan peradaban bangsa Indonesia.
Pelajaran Sejarah memiliki arti penting dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Mata pelajaran Sejarah mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme dan semangat pantang menyerah. Nilai-nilai tersebut mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian anak peserta didik bangsa. Pelajaran Sejarah juga memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa termasuk peradaban bangsa Indonesia.
Belajar sejarah yang baik harus bisa menunjukkan adanya pemahaman dan kesadaran terhadap masa lalu secara baik. Menurut Kuntowijoyo (1995 :5) untuk SMP, sejarah hendaklah diberikan dengan pendekatan etis, kepada siswa harus ditanamkan pengertian bahwa mereka hidup bersama orang, masyarakat dan kebudayaan lain, baik yang dulu maupun sekarang. Prestasi belajar yang baik secara tidak langsung menunjukkan adanya upaya dalam pengembangan potensi siswa menjadi manusia yang berperikemanusiaan serta memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Akan tetapi dalam praktik pelaksanaannya hasil belajar sejarah siswa tidak mengalami perkembangan yang signifikan bahkan berada pada posisi yang stagnant. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya selalu mengikutsertakan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan mengamati, merencanakan, meneliti dan menemukan hasil sehingga guru mengetahui kesulitan yang dialami siswa dan selanjutnya mencari solusi yang tepat. Guru memegang peranan penting dalam pendidikan. Guru harus bisa melakukan interaksi yang baik dengan anak didiknya. Diharapkan dengan pendekatan yang baik, yang dilakukan oleh seorang guru terhadap anak didiknya, maka akan memudahkan seorang guru mentransferkan ilmunya kepada anak didiknya, begitu juga sebaliknya peserta didik akan mudah dalam menerima pelajaran.
Di SMPN X hanya terdapat satu guru pengampu mata pelajaran IPS. Guru IPS disini ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu siswa dalam proses belajar sejarah. Pada umumnya pembelajaran pada kurikulum KTSP yang sedang berlangsung pada saat ini perhatian utama ialah siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Menurut Martinis Yamin (2007 : 8) di dalam kelas guru menjelaskan, siswa bertanya, menyimak, sebaliknya guru mendapatkan informasi dari siswa-siswanya dan menjawab pertanyaan siswa serta mencari solusi bersama-sama, kedua belah pihak (komunikator, komunikan) aktif dan peran yang lebih dominan terletak pada siswa atau siswa yang lebih aktif. Hal ini berarti bahwa proses pembelajaran sesungguhnya berpusat pada peserta didik. Disini siswa diharapkan berperan aktif pada tiap proses pembelajaran, namun pada kenyataannya praktik pengajaran sejarah di sekolah selama ini terkesan tidak menarik bagi siswa. 
Pada umumnya siswa menganggap pelajaran sejarah hanya sebagai pelajaran yang lebih bersifat hafalan. Guru dalam melakukan pembelajaran IPS materi sejarah sering dilakukan dengan cara menularkan pengetahuan, memberikan informasi melalui lisan. Sehingga yang aktif disini adalah guru sedangkan siswa hanya pasif mencatat dan mendengarkan sehingga aktivitas dan kreativitas siswa kurang tampak. Siswa merasa takut untuk bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti atau mengemukakan pendapat sehingga mereka memilih untuk duduk diam, mencatat dan mendengarkan pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa beranggapan bahwa pelajaran sejarah terlalu sulit untuk dipahami, banyak hafalan angka dan peristiwa-peristiwa materinya tersusun dari paragraf demi paragraf yang naratif dan panjang lebar. Sehingga membuat kesan membosankan. 
Tidak jarang pada saat pelajaran berlangsung siswa melakukan kegiatan seperti mengobrol, bercanda dengan teman sebangku, gaduh, dan aktivitas lain yang kurang edukatif. Selain itu Guru dalam penyampaian materi biasanya hanya berbicara dan menulis catatan di papan tulis, siswa bersifat pasif karena hanya mendengarkan. Siswa kemudian mencatat apa yang didiktekan atau dicatatkan guru di papan tulis. Dimana buku teks sangat kurang, kadang-kadang guru mulai mengajar dengan hanya mendiktekan saja pelajaran dan jika masih ada waktu baru memberikan penjelasan sekedarnya. Bahkan dalam soal yang mengundang perbedaan pendapat hanya sekali-kali saja penjelasan guru menampilkan lebih dari satu pandangan ataupun tafsiran yang sebaliknya. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS tersebut mengajar beliau mengalami keterbatasan karena faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal ini dipicu oleh terbatasnya fasilitas pembelajaran pendidikan di SMP Satu Atap ini sehingga guru tidak dapat menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah lain di kota yang lebih maju di era globalisasi ini, Hal ini semakin membuat siswa bosan dan bertindak semaunya sendiri pada saat pelajaran berlangsung.
Secara empiris dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas VII SMPN X yang masih menunjukkan rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan tengah semester genap yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran sejarah yang telah ditentukan yaitu 60.
Suasana belajar yang digambarkan diatas jelas tidak kondusif yang menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak efektif karena tidak ada komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi karena siswa telah kehilangan semangat, minat dan motivasi untuk belajar sejarah. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan berlarut-larut begitu saja sebab jika dalam pembelajaran sudah tidak kondusif dan efektif akan menyebabkan prestasi belajar yang dicapai juga tidak maksimal.
Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisasi semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis (Suyitno, 2006 :12). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2006 :1).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar agar dapat mencapai prestasi belajar dengan nilai rata-rata yang maksimal, maka seorang guru membutuhkan suatu strategi agar dapat mendorong siswa untuk lebih aktif serta tertarik dan menyukai mata pelajaran sejarah. Salah satu pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam kelompok-kelompok kecil, dimana pada model pembelajaran ini siswa dalam kelompoknya mempunyai konsep bahwa mereka memiliki tanggung jawab bersama-sama untuk membantu teman sekelompoknya agar berhasil dan mendorong teman kelompoknya untuk melakukan upaya yang maksimal (Slavin, 2008 :16). Pembelajaran kooperatif identik dengan kerja kelompok serta diskusi. Kerja kelompok ini perlu memperhatikan aspek-aspek antara lain; pertama, tujuan yang jelas sehingga setiap anggota kelompok mengetahui apa yang akan dilakukan. Kedua, dalam kerja kelompok perlu adanya pembagian kerja sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Ketiga, dengan adanya tujuan yang jelas, komunikasi yang efektif kerja kelompok akan lebih baik serta dengan kepemimpinan yang baik akan mempengaruhi hasil kerja yang maksimal dan memuaskan. Untuk itu perlu adanya strategi pembelajaran yang inovatif yang dapat berpengaruh dalam penguasaan materi dan dapat berpengaruh pada keaktifan siswa serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreatifitas siswa. Meskipun dalam strategi pembelajaran ini siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk memberikan semangat, dorongan belajar dan memberikan bimbingan secara individu atau kelompok. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling diskusi dengan temannya.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di kelas karena memberi kesempatan siswa untuk berpikir secara berkelompok atau bersama-sama, sehingga memberikan banyak waktu kepada siswa untuk berpikir dan merespon jika ada kesulitan agar dapat saling membatu memecahkan masalah tersebut (Trianto 2007 :61). Serta dapat bekerjasama dengan orang lain serta mengoptimalisasikan partisipasi siswa.
Untuk mengatasi agar pengajaran sejarah lebih tidak monoton dan lebih bervariasi maka dapat digunakan strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan media Mind Map. Media tersebut digunakan untuk membantu guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa dan dapat juga membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan. Pengertian media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses terjadi. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar media sangat diperlukan agar siswa bisa menerima pesan dengan baik dan benar. 
Di SMPN X kemampuan siswa terletak di dalam hal mencatat. Metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan, bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi dan memberikan wawasan baru, peta pikiran memungkinkan terjadinya semua hal itu (De Porter, 2008 :175) sehingga peneliti menggunakan media Mind Map di dalam penelitian ini. Mind Map (peta pikiran) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang (http://wordpress.com/model-pembelajaran-mind-map (01/03/2011). Sehingga siswa dapat mengembangkan daya kerja otak masing-masing sesuai dengan pemahamannya terhadap materi. Siswa dapat menuangkan ide-idenya dengan menggambar peta pikiran suatu materi yang telah diberikan oleh guru. Dengan Mind Map siswa dapat mencatat fakta dan ide dengan menggunakan kata dan gambar. Dengan cara ini siswa dapat mengorganisasikan informasi sambil membuat peta ketika mereka sedang mendengarkan pelajaran di kelas. Dengan media Mind Map siswa dapat berpikir tentang apa yang mereka catat dan menempatkannya ditempat yang sesuai dalam peta (Margulies dan Valenza, 2008 :18). Strategi pembelajaran ini perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, agar bisa kondusif dengan proses pendewasaan dan pengembangan bagi siswa. Strategi pembelajaran ini juga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan sebagai pembelajaran inovatif.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas yang akan diteliti melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Melaui refleksi guru akan meningkatkan kembali apa yang sudah dikerjakan di depan kelas ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemikiran seorang guru yang dituangkan dalam sebuah pemikiran yang diberi nama refleksi diri guru, refleksi diri guru tersebut memberikan gambaran tentang jati dirinya sebagai seorang guru dalam mentransfer ilmunya, penjelasan yang terlalu cepat, atau memberikan contoh yang memadai, dan bahasa yang digunakan mudah dipahami serta serangkaian pertanyaan lain dapat diperoleh dari perenungan diri. Sehingga akan menemukan kelemahan dan akan memperbaikinya dari tindakan yang salah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) dengan menggunakan media Mind Map dapat dijadikan satu metode yang inovatif dan strategi pembelajaran yang cukup bermanfaat serta berpengaruh dalam pemahaman konsep sejarah siswa oleh karana itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMPN X.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan penggunaan media Mind Map pada pelajaran IPS sejarah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMPN X ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan penggunaan media Mind Map pada pelajaran IPS sejarah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMPN X. 

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretik
Sebagai bahan pertimbangan oleh para guru dalam memberikan materi pelajaran maka penulis membuat penelitian tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan penggunaan media Mind Map pada pelajaran IPS sejarah agar para guru lebih mudah dalam penyampaian materi yang akan dibahas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah pengetahuan tentang strategi pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan penggunaan media Mind Map.
b. Bagi Guru
Agar guru dapat memberikan materi dengan menggunakan bermacam-macam variasi metode pembelajaran sehingga siswa tidak merasa cepat jenuh.
c. Bagi Siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang kebanyakan kurang antusias terhadap mata pelajaran sejarah karena membosankan. Dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan penggunaan media Mind Map siswa akan lebih aktif dalam bertanya dan mempererat kerjasama dengan kelompoknya dalam menyelesaikan masalah.
d. Bagi Sekolah
Model pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan dilakukan khususnya pada pelajaran IPS sejarah.

SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN HIDROKARBON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL BERBASIS WEB

SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN HIDROKARBON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL BERBASIS WEB

(KODE : PTK-0144) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN HIDROKARBON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL BERBASIS WEB (KIMIA KELAS X)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa salah satunya ditentukan oleh faktor pendidikan. Kualitas pendidikan yang rendah akan berakibat pada rendahnya kualitas kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia cenderung sangat teoretik dan tidak terkait dengan lingkungan siswa. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan materi yang dipelajarinya di sekolah untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahami. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara yang mereka pelajari dengan pemanfaatan pengetahuan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik karena mereka diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah.
Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. (http://pakguruonline.pendidikan.net).
Ilmu kimia umumnya bersifat abstrak dan kuantitatif menyebabkan sulit dipelajari dan kurang diminati siswa di antara pelajaran IPA lainnya. Untuk itu guru sebagai pengelola kelas secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan dan minat siswa. Sehingga guru dituntut menguasai bahan yang diajarkan dan trampil dalam cara mengajarkannya baik di kelas maupun di laboratorium. (Sugiharti, Gulmah. http://digilib.upi.edu/pasca)
Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran kimia yaitu pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien serta lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa dan bukan pada aktifitas mengajar guru. Sehingga diharapkan penguasaan materi menjadi lebih baik.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. (http:/pakguruonline.pendidikan.net).
Perkembangan teknologi informasi dan penerapannya dalam pendidikan menjadi wacana yang berkembang saat ini. Integrasi teknologi informasi ke dalam pendidikan salah satunya dalam bentuk pembelajaran berbasis web. (http://rohandi.wordpress.com).

B. Identifikasi Masalah
Sebelum dipilih pendekatan pembelajaran, dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut proses pembelajaran di SMA yang akan diteliti yaitu kelas X SMA X.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kolaborator, peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah yaitu :
1. Kondisi Siswa
a. Semangat belajar kimia siswa rendah.
b. Pemahaman konsep siswa masih rendah yang ditunjukkan nilai ulangan tengah semester dengan rata-rata 54 dan ketuntasan belajar 34,21%.
c. Siswa jarang mendapat tugas atau menerima pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas mereka.
2. Kondisi Guru
a. Guru tidak pernah melakukan variasi dalam proses pembelajaran. 
b. Guru jarang memberi tugas dan melakukan metode yang memacu keaktifan siswa.
3. Kondisi Proses Pembelajaran
a. Metode yang paling sering digunakan metode ceramah.
b. Komunikasi praktis searah dan interaksi dalam belajar kurang.
c. Siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
d. Sumber bahan pelajaran yang digunakan kurang memadai.
4. Kondisi Sarana Prasarana
a. Pemanfaatan laboratorium tidak optimal.
b. Terbatasnya tempat praktikum (laboratorium kimia menjadi satu tempat dengan laboratorium biologi).
c. Pemanfaatan perpustakaan kurang optimal.
d. Pemanfaatan laboratorium komputer/internet kurang optimal.
Berdasarkan identifikasi masalah dari hasil observasi awal dapat disimpulkan akar permasalahannya yaitu proses pembelajaran yang berjalan kurang baik dan kurang melibatkan aktivitas siswa serta kurang optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pembelajaran.

C. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian tindakan kelas yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA X karena proses pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ’’apakah pendekatan CTL berbasis web dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia pokok bahasan hidrokarbon siswa kelas X SMA X ?’’.

D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap pembelajaran yang selama ini diterapkan di SMA X khususnya kelas X-2, pemecahan masalah yang dipilih yaitu memperbaiki proses pembelajaran sebelumnya dengan model pembelajaran CTL berbasis web. Pembelajaran CTL berbasis web dirancang untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan memberikan kesempatan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Media web dapat memacu siswa berperan aktif mencari sumber belajar yang relevan dengan materi pembelajaran.

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia pada pokok bahasan hidrokarbon siswa kelas X-2 SMA X melalui model pembelajaran CTL Berbasis Web.
2. Tujuan Khusus
a. Sekurang-kurangnya 85% siswa mencapai ketuntasan belajar yaitu mendapat nilai > 65.
b. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar dengan kriteria tinggi.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah.
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Memberikan motivasi dan semangat baru untuk mengikuti proses pembelajaran kimia.
b. Meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran kimia.
c. Siswa dapat menerapkan konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Memberikan masukan bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik minat siswa.
b. Menyediakan alternatif pembelajaran kimia yang dapat mengembangkan aktivitas siswa.
3. Manfaat Bagi Sekolah
Memberikan kontribusi pada sekolah dalam rangka perbaikan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa-siswinya

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI DENGAN METODE JIGSAW

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI DENGAN METODE JIGSAW

(KODE : PTK-0143) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI DENGAN METODE JIGSAW (BAHASA INDONESIA KELAS X)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang pasti pernah melakukan diskusi, karena berdiskusi bisa dilakukan dimana saja : di tepi jalan, di kantin, di dalam kendaraan, di kantor, atau di kelas. Kegiatan diskusi selalu diwarnai tanya jawab antara peserta, ini memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat, menambahkan bukti dan alasan, menolak suatu gagasan, memberi tanggapan dan saran, dan berpartisipasi aktif di dalam berdiskusi. Selain itu, peserta juga dapat memperoleh informasi lengkap dan terperinci mengenai masalah yang didiskusikan. Dengan demikian hasil dari kegiatan berdiskusi itu yang berupa kesimpulan atau kesepakatan merupakan hasil pemikiran bersama.
Diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan suatu permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Diskusi berlangsung apabila orang-orang yang berminat dalam suatu masalah khusus berkumpul untuk mendiskusikannya dengan harapan agar sampai pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Diskusi yang efektif itu tidak hanya sekedar berkumpul saja tetapi pembentukan kelompok yang dinamis dengan sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat para anggotanya sehingga menghasilkan suatu penyelesaian terhadap suatu masalah tertentu (Tarigan : 2008 : 40).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berdiskusi adalah sebuah interaksi antara dua atau lebih yang tujuannya untuk membahas atau memperbincangkan topik tertentu, dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Di dalam pelaksanaan berdiskusi pada siswa harus menguasai materi, sehingga mampu dan terampil dalam melaksanakan diskusi. Keterampilan berdiskusi tidak hanya diperoleh begitu saja, tetapi harus dipelajari dan dilatih. Keterampilan berdiskusi yang baik dapat dimiliki dengan mengasah serta melatih seluruh potensi yang ada. Melalui pembelajaran diskusi siswa diharapkan mampu menyampaikan gagasan, ide dan pikiran kepada guru, teman serta orang lain. Selain itu berdiskusi juga mampu merangsang daya kritis, kreatif, inovatif, berani, dan lancar mengungkapkan pendapat, tanggapan, maupun gagasan.
Pada kenyataannya keterampilan berdiskusi siswa di sekolah pada umumnya masih rendah, terlihat siswa cenderung masih malu dan tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide, pikiran, bantahan, persetujuan maupun pendapatnya di forum diskusi, selain itu kurang adanya kerjasama kegiatan diskusi hanya menjadi milik siswa-siswa yang aktif dan tidak semua siswa secara merata dapat mengungkapkan pendapatnya. Siswa yang biasa berbicara dengan orang lain belum tentu terampil berdiskusi, karena keterampilan berdiskusi tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki seseorang, keterampilan berdiskusi yang baik dapat dimiliki dengan jalan mengasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.
Karena kurang aktifnya siswa dalam berdiskusi maka diperlukan banyak latihan untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi, misalnya dengan cara berlatih dan berpraktik melalui forum kecil, latihan dan praktik melalui forum kecil ini dapat dilaksanakan di mana saja, seperti dengan teman-teman saat bermain, di keluarga, dan yang paling efektif adalah di sekolah pada saat pelajaran berlangsung. Guru melakukan pembelajaran dengan cara berdiskusi, sehingga melatih dan membiasakan siswa untuk berbicara yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan berdiskusi siswa.
Keterampilan berdiskusi akan berhasil dan meningkat dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Menentukan metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai materi yang disampaikan dan metode yang dikuasai. Seorang guru harus menentukan teknik pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mudah menyerap materi yang disampaikan sesuai dengan realitas, situasi kelas dan gaya belajar yang dimiliki siswa, juga dapat meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa.
Ada beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengajar berdiskusi yaitu : (a) Student Teams Achievement Division (Divisi Presentasi Kelompok Siswa), (b) Team Game Tournament (Perlombaan Permainan Kelompok) (c) Jig Saw, dan (d) Group Investigation. Salah satu dari metode pembelajaran kooperatif yang dipilih untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa adalah metode Jig Saw. Jig Saw sangat cocok untuk melatih diskusi, sebab dalam pelaksanaannya metode Jig Saw, siswa mendapatkan kesempatan untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya, menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapatnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru Bahasa Indonesia Kelas X SMAN X, dimana kelas X ini terbagi menjadi enam kelas, yaitu dari kelas XA sampai kelas XF. Dari keenam kelas itu diperoleh kelas yang bisa untuk dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu kelas XF, bahwa proses keterampilan berdiskusi Siswa X SMAN X selama ini belum optimal jika dibandingkan dengan kelima kelas X yang lainnya. Hal ini terbukti dengan kurang lancarnya siswa dalam berbicara dan menyampaikan pendapat maupun tanggapan, salah satu penyebabnya siswa tidak fokus dan kurang memperhatikan penjelasan yang guru sampaikan, selain itu penggunaan metode mengajar yang kurang bervariatif dan kurangnya kegiatan berlatih berbicara dan berdiskusi juga menjadi salah satu penyebabnya, sehingga hasil keterampilan berdiskusi siswa kelas X SMAN X masih rendah jika dibandingkan dengan kelima kelas X lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan metode yang dapat menarik minat dan semangat siswa agar para siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan berdiskusi tanpa merasa tertekan dan terbebani. Adapun salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa adalah metode Jig Saw.
Metode Jig Saw ini dipilih untuk meningkatkan proses dan hasil keterampilan berdiskusi siswa kelas X SMAN X, karena memang sebelumnya guru yang terkait dengan bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia belum pernah menerapkan metode Jig Saw khususnya dalam pembelajaran keterampilan berdiskusi. Dengan menerapkan metode Jig Saw ini dapat meningkatkan proses keterampilan berdiskusi siswa, dapat menciptakan suasana diskusi menjadi aktif, siswa tidak merasa malu-malu lagi untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pendapatnya, siswa menjadi berani untuk berbicara, dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, serta dapat meningkatkan hasil keterampilan berdiskusi siswa, sedangkan guru dapat lebih mudah dalam membimbing siswa.
Dengan adanya metode pembelajaran Jig Saw ini, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya mengatasi permasalahan para siswa dalam menumbuhkan keberanian mengungkapkan pendapat. Metode Jig Saw juga diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi di kelas X SMAN X yang terkait dengan rendahnya keterampilan berbicara siswa khususnya berdiskusi dalam menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah, masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Siswa kurang aktif dan takut untuk mengemukakan ide, gagasan, dan pendapatnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya berdiskusi pada Siswa Kelas X SMAN X.
2. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi Siswa Kelas X SMAN X.
3. Hasil kemampuan keterampilan berdiskusi pada Siswa Kelas X SMAN X belum optimal sehingga masih perlu ditingkatkan lagi.
4. Metode Jig Saw belum pernah diterapkan pada siswa kelas X SMAN X sebagai metode pembelajaran.
5. Dalam proses pembelajaran keterampilan berdiskusi sikap siswa kelas X SMAN X masih belum optimal sehingga masih perlu ditingkatkan lagi.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah terdapat berbagai permasalahan yang cukup bervariasi. Agar penelitian ini lebih terfokus perlu adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada permasalahan bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan berdiskusi siswa kelas X SMAN X dengan menggunakan metode Jig Saw dan bagaimana cara meningkatkan hasil keterampilan berdiskusi siswa kelas X SMAN X dengan menggunakan metode Jig Saw. Pembatasan masalah tersebut dipilih terkait dengan adanya masalah, yaitu sulitnya siswa untuk menentukan ide atau gagasan saat berdiskusi di depan kelas, kurangnya keberanian siswa, siswa masih takut dan gugup, serta rendahnya keterampilan berdiskusi siswa kelas X SMAN X.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimana cara meningkatkan pembelajaran keterampilan berdiskusi melalui metode Jig Saw pada Siswa Kelas X SMAN X ?

E. Tujuan Penelitian
Dari hasil rumusan masalah di atas dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan berdiskusi melalui metode Jig Saw pada Siswa Kelas X SMAN X.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sebagai pelaksanaan tugas akhir saja, tetapi diharapkan memberi manfaat.
1. Secara Teoretis
a. Memberikan masukan teori dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan berdiskusi, khususnya pada Siswa Kelas X SMAN X.
b. Memberikan masukan metode dalam pembelajaran keterampilan berdiskusi, khususnya pada Siswa Kelas X SMAN X.
2. Secara Praktis
a. Pihak sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di SMAN X.
b. Guru dalam upaya peningkatan mutu pengetahuan dan pengelolaan pembelajaran keterampilan berdiskusi sebagai aspek pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
c. Siswa dalam peningkatan kualitas keterampilan berdiskusi melalui model pembelajaran Jig Saw.

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK

(KODE : PTK-0142) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK (PENJAS KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. 
Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajarannya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajarannya.
Ini pula yang terjadi pada pembelajaran Lempar Cakram di MTs X. Kondisi nyata di sekolah, media Cakram hanya tersedia 2 buah, 1 untuk putri dan 1 untuk putra. Sementara rata-rata siswa di MTs X berjumlah 30-40 orang, jadi komparasi antara jumlah Cakram dan jumlah siswa adalah 1 : 17 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran Lempar Cakram menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum menjadi sangat rendah.
Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai detik ini belum bisa memenuhi sarana Cakram tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 (1 cakram untuk 2 orang). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensitas yang tinggi untuk dipenuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah untuk menyediakan Cakram sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah. Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa dilakukan oleh guru. 
Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram yang memang cukup mahal. Media alternatif modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik cakram, murah, banyak tersedia atau mudah di dapat.
Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram tersebut nampaknya piring plastik bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk cakram, dari segi ketersediaan dan harga, maka piring plastik sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.
Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul Penelitian Tindakan Kelas ini UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK PADA KELAS VIII MTS X.

B. Perumusan Masalah
1. Rumusan Penelitian
Dari latar belakang tersebut di atas, maka Rumusan Penelitian yang diajukan adalah : Apakah media modifikasi piring plastik bisa meningkatkan efektivitas belajar Lempar Cakram di kelas VIII MTs X ?
2. Pertanyaan Penelitian
a. Sejauhmana aktivitas siswa kelas VIII dalam belajar lempar Cakram ?
b. Sejauhmana aktivitas guru dalam mengajar lempar cakram ? 
c. Sejauhmana hasil belajar lempar cakram yang dilakukan siswa dengan modifikasi piring plastik ? 
d. Sejauhmana respon siswa terhadap pembelajaran lempar cakram dengan modifikasi piring plastik ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui sejauhmana media modifikasi piring plastik bisa meningkatkan efektivitas belajar Lempar Cakram di kelas VIII MTs X 
2. Tujuan Khusus 
a. Untuk mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram 
b. Untuk mengetahui sejauhmana aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram 
c. Untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran Lempar Cakram dengan media piring plastik 
d. Untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar Lempar Cakram yang dilakukan siswa dengan media modifikasi piring plastik

D. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Bagi siswa
Siswa lebih partisipatif dalam proses pembelajaran Lempar Cakram 
2. Bagi guru
Selain menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar yang di modifikasi, juga membuat pengajaran Lempar Cakram menjadi lebih efektif 
3. Bagi Guru Penjas Orkes
Bisa mencoba media modifikasi piring plastik dalam pembelajaran Lempar Cakram apabila Cakram tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, dan bisa menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lainnya dalam cabang penjas lainnya. 
4. Bagi sekolah
Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO FM PADA MINAT PEMASANG IKLAN

SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO FM PADA MINAT PEMASANG IKLAN

(KODE : ILMU-KOM-0083) : SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO FM PADA MINAT PEMASANG IKLAN



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan public relations dalam suatu organisasi atau perusahaan adalah sebuah indikasi bahwa public relations memiliki peran penting dalam perputaran sistem dan manajemen yang ada dalam perusahaan atau organisasi. Keberadaannya mampu menyentuh dan menerobos aspek-aspek sosial dan kepentingan publik.
Public relations pada praktiknya memiliki keterkaitan dengan ilmu komunikasi karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan mata rantai yang menunjang kegiatan public relations. Kegiatan komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan public relations. Bagi publik relations melaksanakan fungsi dan kegiatannya, berpusat pada komunikasi. Ini berarti bahwa tidak ada aktivitas tanpa ada komunikasi secara langsung ataupun tidak langsung, verbal maupun non verbal dengan bentuk apapun. Begitu juga organisasi, lembaga itu menempatkan komunikasi sebagai salah satu unsur administrasi.
Karena public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi. Menurut De Fleur dan Dennis dari perspektif ilmu komunikasi yang dikutip Yosal Iriantara dalam bukunya Community Relations, Public relations adalah sebuah proses komunikasi dimana individu atau unit-unit masyarakat berupaya untuk menjalin relasi yang terorganisasi dengan berbagai kelompok atau publik untuk tujuan tertentu. Sebagai proses komunikasi, public relations merupakan kegiatan yang terorganisir dan bertujuan sehingga bisa dibedakan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan begitu saja dan tak memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan sebagai kegiatan, public relations bertujuan untuk membantu publik untuk memahami organisasi dan produk organisasi tersebut.
Strategi dalam hal ini, digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.
Strategi komunikasi harus selalu berawal dari perlunya untuk secara spesifik dan ideal mengkomunikasikan tujuan. Tujuan yang paling utama adalah mencapai posisi khusus yang akan melampaui tujuan bagi audiens yang berbeda-beda. Posisi itu sendiri harus diperoleh melalui analisis. Strategi public relations harus mempertimbangkan cara-cara yang dapat mengintegrasikan semua aktivitasnya, dan cara yang paling praktis serta definitif saat ini adalah mendasarkan program-program public relations pada analisis audiens atau stakeholder.
Saat ini media di Indonesia berkembang begitu pesat. Kebutuhan masyarakat akan informasi juga turut meningkat. Kemajuan teknologi juga turut mempengaruhi perkembangan media massa saat ini, bentuk penyajian informasi yang beragam, mulai dari berupa tulisan, gambar, audio, visual dan audio visual hadir dalam kemasan yang menarik.
Radio adalah salah satu media masa elektronik yang mampu merealisasikan tujuan serta efisien dan murah. Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.
Dalam dunia radio juga tidak lepas dari peranan public relations yang merupakan unsur penting dalam struktur perusahaan khususnya perusahaan radio swasta seperti Radio X FM. Secara komersil, atau sektor swasta dari setiap perekonomian, bidang public relations bertugas untuk menarik minat pemasang iklan.
Tidak mudah bagi public relations sebuah stasiun radio dalam menarik minat pemasang iklan, mengingat saat ini banyak sekali media massa-media massa yang lebih canggih dan lebih efisien dari radio. Televisi contohnya, media massa ini lebih banyak diminati oleh khalayak karena merupakan media massa audio visual.
Dalam hal ini kenapa peneliti mengambil Radio X FM sebagai objek penelitian karena Radio X FM merupakan radio yang baru berdiri sekitar tiga tahun tetapi mampu memperoleh penghargaan bergengsi dari sebuah majalah musik, yang dinobatkan sebagai The Phenomenal Station oleh editor Rolling Stone karena dianggap sebagai radio yang berhasil membawa musik Indonesia terbaik kepada masyarakat Jakarta.
Dengan kekurangan dan kelebihan suatu stasiun radio, public relations dituntut untuk mampu meyakinkan pemasang iklan agar mau bergabung dengan Radio X FM.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian strategi komunikasi yang digunakan Radio X FM yang menyebabkan banyaknya pemasang iklan yang berniat pada radio tersebut dan penelitian ini diberi judul "STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO X FM TERHADAP MINAT PEMASANG IKLAN".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Seperti diketahui bersama tentang kekurangan dan kelebihan radio, Banyak hal menyebabkan ketertarikan orang untuk memasang iklan di Radio X FM. Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka peneliti membatasi penelitian ini pada strategi komunikasi yang digunakan oleh public relations Radio X FM yang mencakup tugas promosi dari sales sebagai bagian dari public relations dalam menarik minat pemasang iklan.
2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas tentang kelebihan dan kekurangan radio, maka dengan ini peneliti perumusan masalahnya sebagai berikut : 
a. Apa strategi komunikasi yang digunakan public relations Radio X FM dalam menarik minat pemasang iklan ?
b. Apakah strategi komunikasi yang digunakan public relations Radio X FM sudah efektif ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu : 
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan public relations dalam menarik minat pemasang iklan.
b. Untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan public relation Radio X FM dalam menarik minat pemasang iklan sudah efektif.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian Ilmu Pengetahuan Komunikasi dalam bidang teori yang membahas public relation.
b. Bagi Jurusan/Fakultas Komunikasi diharapkan dapat membantu pengayaan kurikulum tentang public relations yang dikembangkan dalam organisasi ataupun perusahaan.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga dapat memberi masukan bagi akademis dan para public relations tentang bagaimana strategi public relations terhadap minat pemasang iklan di industri radio.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini akan diuraikan sebagai berikut : 
BAB I PENDAHULUAN meliputi : Menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI memuat pengertian tentang public relations dan ruang lingkupnya, strategi komunikasi public relations, pengertian radio dan pengertian periklanan.
BAB III GAMBARAN UMUM membahas sekilas tentang gambaran umum Radio X FM dan gambaran umum public relations Radio X FM
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN PENELITIAN
Bab analisis dan pembahasan ini berisi, strategi komunikasi public relations serta efektif tidaknya strategi yang digunakan public relation Radio X FM dalam menarik minat pemasang iklan. 
BAB V PENUTUP meliputi simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

SKRIPSI PENGARUH STRATEGI HUMAS TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DI KANTOR BANK INDONESIA

SKRIPSI PENGARUH STRATEGI HUMAS TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DI KANTOR BANK INDONESIA

(KODE : ILMU-KOM-0082) : SKRIPSI PENGARUH STRATEGI HUMAS TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DI KANTOR BANK INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang pengertian "Strategi Humas dan Citra Perusahaan" sebagai objek yang diteliti, perlu diperhatikan lebih dahulu mengenai pemahaman istilah strategi. Harold Koontz menjelaskan kata "strategi" berasal dari Bahasa Yunani "strategos" memiliki makna cara yang berbeda untuk digunakan. Selanjutnya Harold Koontz menjelaskan strategi adalah menganalisa situasi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk menetapkan sasaran (Koontz Harold, Cyril O’Donnell, 1959 : 88).
Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti 'umum' atau 'sama'.
Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.
Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan tidak hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah fragile commodity (komoditas yang rapuh/mudah pecah). Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang (Seitel, 1992 : 193).
Menurut Bill Canton dalam Skatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi). Jadi, citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi (Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro, 2004 : 111-112).
PR adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Citra perusahaan dalam hal ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanan saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang positif dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan (Anggoro, M. Linggar, 2000 : 67).
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam kaitannya dengan sejarah perjalanan bangsa telah mengalami berbagai perubahan. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1953 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953, maka Bank Indonesia tidak hanya bertindak sebagai Bank Sentral yang dengan tugasnya sebagai Bank Sirkulasi tetapi juga sebagai Bank Komersil sampai dengan akhir tahun 1965. Dalam rangka upaya penataan perekonomian dan perbankan nasional maka secara murni sebagai Bank Sentral yang tugas utamanya mendorong kelancaran pembangunan. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menetapkan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara yang Independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan lembaga lainnya.
Tidak semua karya gemilang yang dapat dihasilkan oleh PRO/humas merupakan pembangunan citra perusahaan di mata khalayak sasaran maupun masyarakat luas. Bahkan sebaliknya di tangan Public Relations yang buruk dan lemah visinya, hasilnya bisa nol dan bahkan juga terjadi minus. Bukannya akan membentuk citra baik bagi perusahaan malah sebaliknya kehilangan citra karena merosotnya kepercayaan. Banyak dibuktikan di lapangan, kalau sudah kehilangan kepercayaan masyarakat, akan sulit untuk meraihnya kembali dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berhasil kembali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia X.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
"Apakah strategi humas berpengaruh terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia X ?"

C. Pembatasan Masalah
Untuk mempertajam lingkup masalah yang diteliti, ada beberapa asumsi yang dianjurkan dalam pembatasan masalah, yaitu : 
1. Studi tentang Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia X cukup aktual untuk dipecahkan pada saat sekarang ini melalui tahapan pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data.
2. Studi tentang Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia X merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk melakukan analisis hubungan tentang pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan.
3. Unit analisis dalam penelitian adalah pegawai Kantor Bank Indonesia X. 
4. Dilihat dari letak geografis antara lokasi penelitian dengan tempat tinggal penulis cukup ideal untuk menjamin keberlangsungan penelitian.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 
1. Tujuan Penelitian
Karena penelitian ini ditetapkan sebagai penelitian korelasional, maka tujuannya adalah : 
1. Untuk mengetahui variabel penelitian yang paling berpengaruh dalam meningkatkan citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia sekaligus menguji hipotesis dari kegiatan penelitian ini.
2. Untuk mengetahui pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia X.
2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif kepada mahasiswa FISIP khususnya terhadap Departemen Ilmu Komunikasi mengenai dunia Public Relations.
2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN CUSTOMER SERVICE TERHADAP CITRA PERUSAHAAN (STUDI PT PLN)

SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN CUSTOMER SERVICE TERHADAP CITRA PERUSAHAAN (STUDI PT PLN)

(KODE : ILMU-KOM-0081) : SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN CUSTOMER SERVICE TERHADAP CITRA PERUSAHAAN (STUDI PT PLN)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Service memang bukan produk utama suatu perusahaan. Sebuah perusahaan perbankan misalnya, memiliki produk utama funding (tabungan, deposito dan investasi lainnya) dan produk lending (kredit pemilikan rumah, kredit multi guna, kredit tanpa agunan, dsb). Tetapi pada saat produk itu disampaikan kepada nasabah tidak akan dapat memuaskan nasabah apabila tidak 'dibungkus' dengan service yang baik. Pada dasarnya semua orang ingin dan senang dihargai, sehingga ketika dalam satu pertemuan atau transaksi terjadi hal-hal yang menurut pelanggan tidak sesuai dengan yang harus diterima, akan timbul ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan ini apabila tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan keluhan yang ujung-ujungnya adalah kepergian pelanggan dan yang paling buruk adalah rusaknya citra perusahaan.
Persaingan, baik sesama industri maupun komplemennya juga merupakan faktor kunci yang menjadikan service semakin diperhitungkan. Anda menyajikan produk yang baik saja tetapi pesaing Anda menyajikan produk yang baik dan service yang baik, maka pelanggan akan pergi juga ke pesaing. Service dalam artian yang comprehensive bukan melulu berkaitan dengan sikap sopan santun para Customer Service atau kenyamanan ruang tunggu pelanggan tetapi meliputi : People yaitu sikap pelayanan dari orang-orang yang ada di seluruh perusahaan tersebut, Process yaitu system pelayanan termasuk fasilitas, ketepatan dan kecepatan melayani dan Physical yaitu fisik bangunan atau lokasi termasuk kenyamanan, keamanan dan kemudahan akses menuju lokasi. Ini baru meliputi saat bertransaksi, belum termasuk layanan purna jual dan customer communication. Dengan demikian luasnya cakupan pelayanan maka tidak mungkin ada perusahaan atau industri yang tidak perlu memperhatikan service.
Pelayanan publik harus memperoleh perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh karena merupakan tugas dan fungsi yang melekat pada setiap Aparatur Pemerintah. Aparatur Pemerintah hendaknya selalu lebih mengutamakan kepentingan masyarakat, lebih mempercepat proses penyelesaian urusan masyarakat, memberikan yang lebih berkualitas. Pada prinsipnya pelayanan harus diberikan oleh semua unsur yang terlibat. Semua harus mau dan mampu memberikan pelayanan yang kualitasnya sama. Masing-masing harus saling mendukung, sehingga pelayanan yang diberikan dalam rangka memberikan kepuasan kepada masyarakat dapat optimal. Hanya saja dalam prakteknya pelayanan utama lebih banyak diberikan kepada petugas yang langsung menangani atau yang berhubungan langsung dengan masyarakat, seperti Customer Service karena mereka inilah yang akan menjadi ujung tombak dalam memberikan pelayanan. Untuk dapat melaksanakan tugas utama dimaksud dengan baik, Petugas Customer Service perlu dibekali dengan kemampuan dan keterampilan untuk melayani yaitu tentang dasar-dasar pelayanan agar masyarakat yang dilayani semakin merasa puas. Pembekalan perlu diberikan mulai dari penampilan luar (fisik) kemudian ditambah pembekalan dari dalam pribadi manusia itu sendiri.
Pelayanan Customer Service tidak terlepas dari proses komunikasi. Dengan berkomunikasi orang dapat mengerti dirinya sendiri dan mengerti orang lain, juga dapat memahami apa yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan orang lain. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Besarnya peranan komunikasi dalam kehidupan manusia memancing timbulnya penelitian secara ilmiah untuk mengetahui jumlah waktu yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang begitu akrab di dalam interaksi sesama manusia adalah bentuk komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah komunikasi seputar diri seorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun komunikan (Effendy, 2003 : 57). Komunikasi antar pribadi sebagai salah satu bentuk komunikasi adalah salah satu cara yang dipakai dalam pelayanan oleh Customer Service PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Peranan Komunikasi Antarpribadi yang dimaksudkan adalah dapat mengajak atau melayani para pelanggan dan juga menjawab segala keluh kesah mereka dengan cara yang baik, efektif dan menyenangkan. Para customer service dapat memberikan solusi yang terbaik bagi pelanggan dan umpan balik positif dari pelanggan karena disambut hangat dan juga terbuka oleh petugas.
Keluhan muncul ketika pelanggan menerima produk atau jasa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dibutuhkan. Tidak sesuai dalam artian di bawah standar, apakah itu dari segi kualitas barang/jasa, waktu, tempat, harga atau yang berkaitan dengan layanan petugas seperti keramahan dan sebagainya. Literatur service excellence dan pengalaman di lapangan mengajarkan bahwa komplain atau keluhan yang disampaikan pelanggan tidak untuk dihindari (John, 2003 : 24). Mengapa ? Karena keluhan adalah masukan yang berharga bagi perkembangan bisnis perusahaan dan apabila ditangani dengan prima dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Keluhan pelanggan dapat diibaratkan cermin yang menggambarkan "wajah" pelayanan kita kepada pelanggan.
Pada dasarnya penanganan keluhan pelanggan apalagi untuk komplain yang tidak rumit dan tidak memerlukan waktu panjang dan inovasi mahal untuk menanganinya, secara sederhana terdiri dari 4 hal utama yaitu mendengarkan, meminta maaf, pastikan penyebab permasalahan dan berikan jalan keluar (John, 2003 : 25). Setiap orang yang kecewa dan ingin mengungkapkan kekecewaannya, perlu didengarkan baik-baik. Pertama Anda sebagai pribadi atau wakil perusahaan menjadi tahu dengan jelas masalah yang terjadi. Kedua, pelanggan merasa dihargai ketika keluhannya didengarkan baik-baik apalagi dengan penuh empati. 
Ketiga, kadar emosi pelanggan yang komplain akan menurun ketika didengarkan dengan baik, akibatnya pelanggan dapat berpikir dengan tenang dan menangkap penjelasan yang Anda sampaikan. Sekalipun belum jelas siapa yang salah, mintalah maaf terlebih dahulu, minimal untuk keadaan atau ketidaknyamanan yang terjadi. Permintaan maaf yang tulus merupakan senjata yang ampuh untuk cooling down emosi pelanggan dan merupakan modal penting untuk memasuki pembicaraan berikutnya (http://allaboutmech.blogspot.com/2009/04/definisi-customer-service-officer.html).
Seiring perjalanan waktu dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, di samping kesadaran masyarakat sebagai pelanggan listrik semakin tinggi menuntut PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan cepat. Selama ini PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rayon X mengalami tiga kendala dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan yakni kendala keterbatasan daya, keterbatasan dana investasi dan tingginya permintaan masyarakat terhadap listrik. Daya dan investasi, berpengaruh terhadap pelayanan permohonan masyarakat akan listrik. Kondisi seperti itu, menyebabkan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) menangguhkan pelayanan sambung baru dan para pemohon sambung baru harus masuk dalam daftar tunggu. Kondisi ini juga oleh masyarakat dilihat tidak jelas sejauh mana daftar tunggu yang ada karena terbatasnya akses informasi masyarakat untuk pemasangan baru. Di lapangan beredar informasi-informasi terkait sulitnya pemasangan baru listrik dan tingginya biaya pemasangan.
Semua keluhan para pelanggan tersebut dapat diadukan melalui petugas pencatat pengaduan pelanggan atau sering disebut dengan istilah Customer Service. Hal ini penting dilakukan sebab hal ini akan mempengaruhi citra perusahaan di mata pelanggan. Jika mereka mendapatkan pelayanan yang baik ketika melakukan pengaduan, pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) tentunya akan memiliki citra yang positif demikian pula sebaliknya. Penelitian ini nantinya akan dilakukan di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rayon X dengan alasan tingkat pengaduan pelanggan cukup tinggi dikarenakan adanya program penambahan daya listrik gratis dari pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "PENGARUH PELAYANAN CUSTOMER SERVICE TERHADAP CITRA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)".

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
"Sejauh mana pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap citra Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rayon X ?"

C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah : 
a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.
b. Penelitian ini menganalisis hubungan antara pelayanan Customer Service terhadap citra Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rayon X.
c. Objek penelitian adalah para pelanggan di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rayon X.
d. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2011.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komunikasi efektif yang diberikan oleh Customer Service kepada para pelanggan yang melakukan pengaduan.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah apa saja yang menjadi permasalahan para pelanggan ketika mengadukan pengaduan kepada Customer Service.
c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap citra Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rayon X.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan, khususnya penelitian tentang komunikasi efektif.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala dan wawasan peneliti tentang customer service khususnya yang berkaitan dengan program perusahaan dan citra perusahaan.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) terutama yang berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan.

SKRIPSI INOVASI PENYIARAN PROGRAM BERITA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MEDIA MASSA

SKRIPSI INOVASI PENYIARAN PROGRAM BERITA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MEDIA MASSA

(KODE : ILMU-KOM-0080) : SKRIPSI INOVASI PENYIARAN PROGRAM BERITA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MEDIA MASSA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemasan program berita di era hiburan seperti saat ini tampaknya kian penting, bahkan bisa sama pentingnya dengan isi. Itulah yang membuat para produser berita terus mencari bentuk baru penyajian program berita agar bisa mendapat rating yang bagus dan meraih segmen yang lebih luas seperti halnya program hiburan. (Kompas, 16 Januari 2011 : 15)
Pada era informasi seperti sekarang ini, perkembangan dunia komunikasi telah mencapai babak baru seiring dengan pertumbuhan media komunikasi yang pesat. Pertumbuhan berbagai media baru sejalan dengan meningkatnya kebutuhan khalayak akan informasi. Kebutuhan khalayak akan informasi sebetulnya sudah ada sejak munculnya Acta Diurna (Pengumuman Harian dari Pemerintah) dan Acta Senata (Pengumuman Senat) di kerajaan romawi kuno pada masa Julius Caesar, tahun 59 Sebelum Masehi, masyarakat membutuhkan informasi atau berita sebagai bagian dari aktivitas kehidupan sosialnya. Berbagai teknologi kemudian diciptakan untuk memudahkan khalayak mendapatkan sejumlah informasi. Kemudahan untuk mengakses berbagai informasi itulah yang kemudian membuat khalayak kini lebih selektif dan cerdas dalam memilih jenis media massa penyedia informasi.
Adanya internet sebagai media baru atau new media kian meramaikan persaingan media komunikasi di tengah media massa konvensional seperti cetak dan elektronik yang sudah lebih dulu ada. Surat kabar dan majalah yang termasuk dalam kategori media cetak, serta televisi dan radio yang merupakan media elektronik tentunya mengedepankan keunggulan tersendiri dibandingkan dengan internet sebagai media baru yang mengutamakan unsur kecepatan. Oleh karena itu, media massa konvensional harus melakukan inovasi dalam penyajian informasi yang kini tidak hanya dituntut untuk lebih cepat, tetapi juga harus memiliki keunikan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan persaingan industri media untuk mendapatkan perhatian khalayak.
Penulis dalam hal ini lebih memfokuskan pada media elektronik televisi dalam penelitian. Media televisi, satu dari beberapa jenis media massa yang berkembang di Indonesia, yang hasil dari inovasi dan proses kreatifnya dapat langsung dinilai oleh khalayak. Sejak awal abad ke-20, televisi telah menjadi pusat perhatian masyarakat modern dari berbagai negara. Televisi diproyeksikan sebagai media paling lengkap dalam menggabungkan dan memadukan suara dan gambar atau dikenal dengan media audio visual. Keberadaan televisi membuktikan bahwa perkembangan teknologi media komunikasi dalam masyarakat tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu. Sebagai media informasi, televisi berfungsi sebagai media yang dapat semakin mendekatkan masyarakat pada permasalahan kemanusiaan di berbagai belahan penjuru dunia. Sebagai media hiburan, televisi dapat mencakup keuntungan dari kedua media yang merupakan cikal bakal kelahirannya, radio dan film. Dengan televisi audiens dapat menyaksikan gambar, tidak hanya suara, dan dapat dinikmati di rumah tanpa harus mendatangi suatu tempat seperti gedung bioskop.
Informasi atau berita memang merupakan tujuan utama dalam media komunikasi, baik cetak maupun audio visual. Informasi atau berita berada di posisi teratas dalam skala prioritas media dibandingkan dengan pendidikan atau hiburan sebagai tujuan-tujuan yang lain. Sayangnya, perkembangan program siaran media televisi swasta di Indonesia saat ini justru menyodorkan program-program hiburan secara dominan. Dengan waktu siar rata-rata stasiun televisi sebanyak 20 jam dan bahkan 24 jam per hari pada akhir pekan, penyiaran program khusus berita hanya sekitar 5 jam per hari. Masing-masing satu jam pada pagi dan siang hari, petang serta tengah malam. Ditambah dengan berita sekilas yang ditayangkan setiap beberapa jam disela-sela dominasi acara hiburan seperti program musik, sinema drama, game show, dan siaran olahraga.
Peran utama televisi sebagai media penyebar informasi atau berita kian terancam tergeser oleh dominasi program hiburan. Untuk mengatasi ancaman tersebut diperlukan kreatifitas dan inovasi dalam pengemasan program berita. Pembaruan dan inovasi sendiri bukanlah hal baru bagi dunia persaingan media. Beberapa stasiun televisi swasta nasional dan lokal tentunya sudah mencoba hal tersebut. Hanya saja keberhasilannya berbeda pada setiap program. Misalnya program BUSER di RCTI yang secara khusus memisahkan rangkuman berita kriminal dan dibahas secara lebih mendalam. Terpisah dari induk program beritanya, Seputar Indonesia. Juga program Jelang Siang di Trans Tv yang hanya menyajikan soft news untuk menemani pemirsanya di siang hari. Serta program Halo Polisi di stasiun televisi Indosiar. Program tersebut mencoba menggabungkan berita kriminal dan tanya jawab langsung dengan narasumber, juga menyediakan layanan dialog interaktif bagi pemirsanya. Hal ini ditujukan agar khalayak atau pemirsanya merasa memiliki kedekatan dengan penyiar atau narasumber yang biasanya merupakan tokoh penting. Program berita formal seperti Seputar Indonesia di RCTI, Apa Kabar Indonesia di Trans TV, juga Liputan 6 di SCTV, bahkan ikut menyisipkan sedikit berita hiburan dalam program acaranya.
Pada intinya inovasi yang dilakukan program-program berita tersebut ialah dengan menyuguhkan informasi atau berita yang aktual dan faktual, tetapi dikemas dalam balutan soft news sehingga tampil lebih baru dan menarik sehingga dapat menjangkau khalayak lebih luas. Inovasi semacam ini dibutuhkan untuk mematahkan stigma program penyiaran berita cara lama yang kaku dan membosankan. Dengan demikian program berita tetap dapat bertahan di tengah persaingan antar sesama program berita maupun persaingan dengan program hiburan yang semakin mendominasi.
Penulis dalam hal ini memfokuskan penelitian terhadap 8-11 Show, salah satu program siaran di stasiun televisi Metro TV. Menyandang status sebagai stasiun televisi berita, lebih dari 70 % program yang dihadirkan Metro TV di layar kaca khalayak tentunya merupakan program berita. Menarik bagi penulis mengamati bagaimana Metro TV menghadirkan konsep dan karakteristik yang khas bagi setiap programnya, meskipun hampir semua program yang ada merupakan program berita. 8-11 Show, merupakan salah satu terobosan Metro TV yang cukup baru dan menarik.
8-11 Show menghadirkan konsep acara berita yang berbeda di tengah persaingan media televisi saat ini. Meskipun bertempat di dalam studio, desain interior dan dekorasinya terkesan tidak formal. Studio di set terbagi atas beberapa ruangan tanpa sekat. Setiap bagian ruangan memberikan kesan hangat dan terbuka. Ruang tengah yang difungsikan sebagai tempat mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan isu-isu terhangat. Panggung kecil sebagai persinggahan dan tampilnya grup musik tertentu, dan dapur sebagai area masak-memasak aneka hidangan sehat dan lezat. Tiga anchor muda dan menarik, dengan penguasaan bahasa asing sengaja dihadirkan untuk menyampaikan informasi terkini kepada khalayaknya, memandu segmen tanya jawab, bahkan hingga masak-memasak. Tentunya merupakan pemandangan baru bagi khalayak menyaksikan news anchor dengan jas, kemeja, serta dasi yang normalnya hanya mewawancarai narasumber di ruang tengah studio, mengaduk-aduk adonan bersama koki di dapur studio.
Penulis menilai penggabungan beberapa jenis acara seperti musik dan masak menyatu dengan acara berita umum serta ekonomi dan bisnis terkini merupakan hal baru di tengah persaingan industri media televisi di Indonesia saat ini. Ditambah lagi dengan penataan studio yang mendukung serta pemilihan news anchor yang tidak hanya muda dan menarik, tetapi juga berkualitas. Tentunya esensi berita atau informasi dalam acara ini tetap dominan. Dengan kata lain acara 8-11 Show ini tidak beralih fungsi menjadi acara hiburan hanya karena disisipkan jenis acara lain didalamnya. Sebaliknya, 8-11 Show malah mampu menarik perhatian khalayak dalam jumlah yang cukup banyak. Terbukti dari akun twitter @811show yang memiliki lebih dari lima puluh ribu pengikut. Beberapa saran dan komentar yang dikirimkan melalui akun tersebut juga dibacakan atau bahkan ditanyakan langsung kepada narasumber saat acara berlangsung. Hal ini menunjukkan 8-11 Show mampu berinovasi dalam konsep acara, bersaing dengan beberapa stasiun televisi sekaligus media internet, namun tetap mempertahankan esensi berita. Hal inilah yang membuat penulis berpikir program 8-11 Show layak untuk dikaji lebih jauh dalam sebuah penelitian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian dengan merumuskan masalah sebagai berikut : 
Bagaimana Inovasi Penyiaran Program Berita Dilakukan Sebagai Strategi Dalam Menghadapi Persaingan Media Massa (Studi Kasus Pada Penyajian 8-11 Show di Metro TV).

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan inovasi konsep yang dilakukan oleh produser dalam menyajikan materi berita 8-11 Show sebagai strategi agar dapat bertahan di tengah persaingan antar industri media.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dilihat secara akademis dan secara praktis, yaitu : 
1. Akademis
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mengembangkan kajian ilmu komunikasi untuk mengetahui strategi produser dalam menyajikan materi berita di media televisi. Serta sebagai bukti bahwa penelitian ini memiliki signifikansi dalam hal teori dan metodologi sebagai fenomena komunikasi.
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada redaksi atau produser program berita dalam menyajikan materi berita kepada pemirsanya.

E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan proposal penelitian, penulis membuat kerangka sistematika penulisannya, sebagai berikut : 
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini berisi uraian mengenai teori-teori dasar yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan antara lain, Teori Komunikasi Massa, Fungsi Komunikasi Massa, Jurnalistik Media Televisi, Manajemen Media Massa, Inovasi, Penyiaran, Program, Penyajian Program, Materi berita, Nilai dan Kualitas Berita, dan teori lain yang relevan dengan kasus yang diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai metode jenis penelitian kualitatif, Key Informan dan Informan, metode pengumpulan data, metode analisis data, waktu dan lokasi penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan objek penelitian yang diangkat yaitu mengenai Inovasi Penyiaran Program Berita 8-11 Show Sebagai Strategi Dalam Menghadapi Persaingan Media Massa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari penulis berdasarkan apa yang telah diteliti oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

SKRIPSI HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

SKRIPSI HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

(KODE : ILMU-KOM-0079) : SKRIPSI HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan organisasi pencapaian tujuan dengan segala prosesnya membutuhkan komunikasi yang efektif. Para anggota organisasi mutlak perlu berkomunikasi satu sama yang lain. Komunikasi merupakan bagian integral dari suatu proses manajemen melalui komunikasi yang efektif, kerja sama yang harmonis dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan (Nitisemito, http://www.scribd.com dikutip tanggal 5 Mei 2010).
Seperti yang dikatakan pula oleh Terry (http://www.scribd.com dikutip tanggal 5 Mei 2010) bahwa komunikasi menempati urutan teratas mengenai apa saja yang harus dibuat dan dikerjakan untuk menghasilkan motivasi efektif, usaha-usaha komunikatif berpengaruh terhadap antusiasme kerja. Melalui komunikasi maka dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan yang membuat karyawan dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab pada diri sendiri yang pada waktu bersamaan dapat mengembangkan semangat kerja para karyawan. Adanya kerja sama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan kerja para pegawai, karena komunikasi berhubungan dengan keseluruhan proses pembinaan perilaku manusia dalam organisasi.
Menurut Rathakrishnan, 2006, komunikasi merupakan aspek dan elemen yang penting dalam sebuah organisasi. Komunikasi dalam organisasi mempunyai hubungan yang rapat dan saling mempengaruhi. Para pengurus menghabiskan 95% dari pada masa bekerja mereka untuk berkomunikasi, manakala pekerja bawahan menggunakan 60 persen daripada masa bekerja mereka dalam berbagai bentuk komunikasi. Ini menunjukkan proses komunikasi dalam organisasi boleh melibatkan setiap anggota organisasi.
Dengan demikian pelaksanaan komunikasi organisasi sangat diperlukan untuk melancarkan tugas-tugas pegawai. Sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari jika hubungan antara pimpinan dan bawahan kurang baik maka para pegawai dalam melaksanakan tugasnya akan semakin malas. Tetapi sebaliknya jika hubungan atasan dan bawahan baik maka mereka juga dalam melaksanakan pekerjaan akan semakin baik pula. Berkaitan dengan hal tersebut selain komunikasi setiap organisasi tidak terlepas dari peran pemimpinnya baik organisasi publik maupun swasta, Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan kerja (produktivitas) para pegawai, organisasi harus menjalankan usaha-usaha pengembangan pegawai atau karyawannya. Jadi, pengembangan pegawai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja pegawai dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.
Peranan sumber daya manusia terhadap lembaga negara tergantung kepada jumlahnya secara kuantitatif dan kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri yang disifati dengan tinggi rendahnya kemampuan sumber daya manusia, menurut Standar Nasional Indonesia 19-9004-2002 terdiri dari unsur pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman. Oleh karena itu penyediaan pendidikan dan pelatihan bagi para personil dimaksudkan untuk memastikan bahwa personil sadar akan relevansi dan kegiatan mereka serta bagaimana sumbangan mereka bagi pencapaian sasaran mutu Quality objectives.
Menurut Purnomo (2004 : 4) "kemampuan merupakan kesanggupan seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk menjalankan tugas sesuai dengan profesi yang dimilikinya". Lebih lanjut diungkapkan bahwa "kemampuan kerja adalah keadaan pada seorang pegawai yang secara penuh kesanggupan, berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal."
Kemampuan juga berhubungan erat dengan kemampuan fisik atau kemampuan mental yang dimiliki orang untuk melaksanakan pekerjaan dan bukan yang diinginkan (Gibson, 1990 : 53). Gibson menyebutkan beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang pegawai agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi kerja.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan yang ada dalam diri seseorang adalah salah satu unsur kematangan, berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan dan suatu pengalaman, sehingga berguna untuk melaksanakan pekerjaan dan memperoleh hasil yang optimal. Kemampuan kerja pegawai merupakan aspek penting dalam organisasi. Pegawai yang memiliki kemampuan kerja dalam melaksanakan tugas akan senantiasa bekerja percaya diri dan siap untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Komunikasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan mempengaruhi kinerja yang diberikan dengan ditandai oleh tingkat produktivitas, kestabilan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas, kedisiplinan yang kuat, loyalitas yang tinggi, tanggung jawab serta efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas. Kedua aspek tersebut jika bersatu secara utuh dalam kondisi baik akan menjadikan pegawai berperilaku sesuai dengan tuntutan organisasi yang dikehendaki. Oleh karena itu apapun bentuk organisasinya aspek kemampuan kerja dan komunikasi perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pimpinan organisasi tersebut, termasuk di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X.
Satuan Polisi Pamong Praja Kota X mempunyai tujuan yaitu, rangka pembangunan nasional, arah kebijakan program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL diarahkan untuk mencapai kondisi lingkungan yang tertib dan nyaman. Usaha dari pemerintah dalam hal ini Kota X mengimplementasikan program berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 11 Tahun 2000 tentang Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.
Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terdapat beberapa kasus yang salah satunya yaitu : 
- Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mendirikan bangunan permanen yang seharusnya bangunan tersebut dapat dibongkar pasang seperti yang tertera pada Peraturan Daerah Th. 2000 pada bab V Pasal 8 yang menjelaskan : 
Untuk melakukan kegiatannya. Pedagang Kaki Lima dilarang : 
a. Merombak, menambah, mengubah fungsi dan fasilitas lokasi PKL yang telah disediakan dan atau telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
b. Mendirikan bangunan permanen di lokasi PKL yang telah ditetapkan.
c. Memindahtangankan ijin tempat usaha PKL kepada pihak lain.
d. Melakukan kegiatan usaha di luar lokasi PKL yang telah ditetapkan.
e. Menempati lahan/lokasi PKL yang tidak ditunjuk dan ditetapkan oleh Walikota.
f. Menempati lahan/lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal (hunian).
Suatu istilah yang dimaksudkannya untuk menjelaskan suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan (direncanakan) oleh pembuat kebijaksanaan dengan apa yang senyatanya dicapai (sebagai hasil atau presentasi dari pelaksanaan). Jika dihubungkan dengan proses implementasi program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X, masih dari jauh harapan oleh karena itu variabel komunikasi dan kemampuan kerja dipergunakan sebagai faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X.
Ketentraman dan ketertiban umum merupakan proses perubahan secara berencana yang berlangsung secara terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada keadaan yang lebih baik, Ketentraman dan ketertiban umum dilaksanakan secara bertahap dan meliputi seluruh aspek kehidupan sehingga terjadi peningkatan ketentraman dan ketertiban umum masyarakat. Salah satu upaya meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum dengan adanya program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL, yang diharapkan dapat tercapainya lingkungan yang aman tertib dan terkendali.
Dengan ditertibkannya suatu kebijakan yang diharapkan untuk dapat memperbaiki pembangunan melalui program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X. Program tersebut bersifat pemerataan yang diorientasikan kepada pedagang kaki lima agar dapat terciptanya lingkungan yang aman dan terkendali. Adapun maksud dari perda tersebut adalah memberikan arah dan pedoman serta landasan bagi aparat pemerintah dalam menegakkan ketentraman dan lingkungan yang aman. Sedangkan tujuan agar pelaksanaan pembangunan dapat terarah, terpadu, efektif, dan efisien untuk mewujudkan landasan yang mantap bagi visi pembangunan.
Hal ini disebabkan secara obyektif terdapat kondisi atau situasi yang menggambarkan hambatan pada segi sumber daya dan komunikasi. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : 
1. Kemampuan kerja aparatur dalam menerapkan kebijakan yang belum memadai, hal tersebut disebabkan oleh : 
a. Kurangnya inisiatif dari para pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan karena harus menunggu perintah dari atasan untuk bertindak. 
b. Kurangnya pemahaman tentang isi kebijakan yang menyebabkan dibutuhkan peraturan/petunjuk pelaksana.
2. Selain faktor kemampuan kerja, juga ada beberapa kesulitan dalam pelaksanaan program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yaitu faktor komunikasi yang disebabkan oleh : 
a. Koordinasi yang belum efektif sehingga jarangnya pertemuan diantara pelaksana.
b. Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga terjadi kesalahan persepsi dalam penyampaian informasi.
Berangkat dari latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul "HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA X" 

B. Perumusan Masalah
Satuan Polisi Pamong Praja Kota X mempunyai tujuan yaitu, rangka pembangunan nasional, arah kebijakan program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL diarahkan untuk mencapai kondisi lingkungan yang tertib dan nyaman. Usaha dari pemerintah dalam hal ini Kota X mengimplementasikan program berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 11 Tahun 2000 tentang Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.
Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terdapat beberapa kasus yang salah satunya yaitu : Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mendirikan bangunan permanen yang seharusnya bangunan tersebut dapat dibongkar pasang seperti yang tertera pada Peraturan Daerah Th. 2000 pada bab V Pasal 8.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apakah komunikasi berhubungan terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?
2. Apakah kemampuan kerja berhubungan terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?
3. Apakah komunikasi dan kemampuan kerja berhubungan terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : 
1. Untuk mengetahui hubungan efektifitas komunikasi terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X
2. Untuk mengetahui hubungan kemampuan kerja pegawai terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X
3. Untuk mengetahui hubungan komunikasi dan kemampuan kerja terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian yaitu : 
Manfaat akademis : 
1. Sebagai bahan pembanding antara praktik dan teori yang telah diperoleh selama kuliah dan merupakan media untuk mempraktikkan teori-teori atau ilmu yang telah dipelajari.
2. Menambah wawasan dibidang kehumasan sesuai dengan bidang yang telah dipilih.
3. Mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Manfaat praktis : 
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga atau instansi terkait mengenai pentingnya peran kemampuan kerja dan komunikasi dalam suatu organisasi guna terwujudnya implementasi program pengaturan dan pembinaan PKL di Kota X.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para pihak dalam hal memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.