Search This Blog

SKRIPSI ANALISIS POTENSI RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DALAM MENDUKUNG PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN X

SKRIPSI ANALISIS POTENSI RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DALAM MENDUKUNG PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN X

(KODE : EKONPEMB-0012) : SKRIPSI ANALISIS POTENSI RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DALAM MENDUKUNG PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pelaksanaan pemerintahan daerah ke arah otonomi dan desentralisasi keuangan (fiscal desentralisation) terlihat semakin nyata setelah diterapkannya undang-undang yaitu Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Faktor kemampuan mengelola keuangan daerah merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.
Salah satu ciri dari daerah otonom terletak pada kemampuan self supportingnya pada bidang keuangan. Kemampuan mengelola keuangan daerah akan sangat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) misalnya pajak dan retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, dan dinas daerah serta hasil penerimaan PAD yang sah lainnya harus mampu memberikan kontribusi yang baik bagi keuangan daerah.
Desentralisasi di Indonesia memiliki arti yang luas dan menimbulkan masalah yang baru dalam pembangunan daerah sebab selain keadaan keuangan pemerintah pusat yang sedang hancur juga kondisi di banyak daerah yang secara ekonomi maupun institusional belum siap. Maka sekali lagi implikasi baik daerah yang sudah maju ataupun yang masih terbelakang harus lebih mandiri dalam mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing termasuk dari aspek pembiayaannya. Tentu saja semakin kecil ketergantungan daerah terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat maka tingkat kemandiriannya akan semakin tinggi.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Dapat dikatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam pemanfaatan potensi-potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas-tugas dan tanggung j awabnya. Sementara dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 8, menyatakan bahwa "Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku".
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten X berjalan tidak stabil, pada masa sebelum otonomi daerah yakni pertumbuhan PAD mengalami peningkatan dari Rp.5.371.562.000,- pada tahun 1998/1999 menjadi Rp.7.433.017.000,- dan dari tahun 1999/2000 mengalami penurunan yang tajam pada tahun 2000 menjadi Rp.6.705.281.000,-. Sedangkan pada masa sesudah otonomi daerah pertumbuhan PAD Kabupaten X terus mengalami kenaikan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006. Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak dan retribusi daerah mempunyai peran yang lebih besar bila dibandingkan dengan sektor yang lain dalam menyumbang Pendapatan Asli Daerah. Gambaran selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut.

** tabel sengaja tidak ditampilkan **

Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan penting dalam menggali dana Pendapatan Asli Daerah. Dalam Undang-undang No. 34 Tahun 2000 sebagai perubahan atas Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Dengan ditetapkannya Undang-undang No.34 Tahun 2000 tersebut maka pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah di Kabupaten X yang berasal dari Pajak dan Retribusi Daerah, khususnya yang bersumber dari sektor Retribusi Tempat Khusus Parkir perlu ditingkatkan sehingga kemandirian Daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dapat terwujud.
Untuk itu, dalam meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan
perekonomian di Kabupaten X diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan dari sumber-sumber tersebut, antara lain dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jumlah lokasi pemungutan, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber dari penerimaan Retribusi Tempat Khusus Parkir yang selama ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut.

** tabel sengaja tidak ditampilkan **

Dilihat dari tabel 1.2 tersebut, bila dibandingkan dengan pos-pos Retribusi Daerah yang lain, Retribusi Tempat Khusus Parkir di Kabupaten X terus menerus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, yaitu dari tahun 2002 sampai tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 3.000.000,-. Kemudian bila dibandingkan dengan pos-pos Retribusi yang lain, Retribusi Tempat Khusus Parkir di Kabupaten X mempunyai nilai nominal terkecil setelah retribusi Pelayanan Pemakaman yang mempunyai nilai rata-rata sebesar Rp .600.000,-.
Kondisi ini disebabkan karena masih sedikitnya lokasi pemungutan retribusi yang hanya satu lokasi berada di Rumah Sakit Umum Daearah X (Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2000). Oleh karena itu, perlu adanya penambahan lokasi pemungutan retribusi Tempat Khusus Parkir yang dipandang potensial dan prospektif guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten X yang tercantum pada uraian di atas yaitu kondisi besarnya nilai nominal dari penerimaan Retribusi Tempat Khusus Parkir di Kabupaten X yang masih minim/kecil bila dibandingkan dengan pos-pos Retribusi Daerah yang lain, maka dalam skripsi ini akan dibahas suatu topik yaitu : Analisis Potensi Retribusi Tempat Khusus Parkir Dalam Mendukung Pendapatan Asli Daerah Kabupaten X.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat disusun suatu perumusan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum pertumbuhan dan kontribusi retribusi Tempat Khusus Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten X ?
2. Bagaimana kondisi nyata kinerja pemungutan retribusi Tempat Khusus Parkir di Kabupaten X ?
3. Berapa besar potensi retribusi Tempat Khusus Parkir pada lokasi pemungutan yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah ?
4. Berapa besar potensi retribusi Tempat Khusus Parkir pada lokasi yang prospektif untuk dikembangkan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran umum pertumbuhan retribusi Tempat Khusus Parkir serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah X.
2. Mengkaji kondisi nyata yaitu kinerja pemungutan retribusi Tempat Khusus Parkir di Kabupaten X.
3. Mengkaji dan menghitung potensi retribusi Tempat Khusus Parkir pada lokasi pemungutan yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Daerah.
4. Mengkaji dan menghitung potensi retribusi Tempat Khusus Parkir pada lokasi yang prospektif untuk dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah dalam usaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten X khususnya Retribusi Tempat Khusus Parkir.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya yang berhubungan dengan Retribusi Tempat Khusus Parkir.
3. Sebagai aplikasi dari teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.
SKRIPSI ANALISIS PENGARUH EKSPOR, IMPOR, KURS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH EKSPOR, IMPOR, KURS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA

(KODE : EKONPEMB-0011) : SKRIPSI ANALISIS PENGARUH EKSPOR, IMPOR, KURS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA




BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Tata ekonomi Indonesia yang ada sampai akhir 1970-an dapat dikatakan tata ekonomi peninggalan kolonial, kehidupan ekonomi di dominasi sektor pertanian, perkebunan, dan ekstraktif. Sejak proklamasi kemerdekaan, sampai dikeluarkannya UU No I/67/dan UU No 6/68 tentang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri, atau tepatnya sampai saat dimulainya Repelita I. Kita belum berkesempatan memperbaiki tata ekonomi nasional. Namun guna pengembangan tata ekonomi yang lebih menuju akan kesejahteraan, maka pemerintah sebagai pihak yang berotoritas mengembangkan arah kebijakan dalam pembangunan Industrialisasi guna menaikan perekonomian nasional. Pembangunan yang pada awalnya berpusat terhadap sektor pertanian kini berganti arah menjadi sektor industri. Karena melihat begitu banyak negara yang telah diuntungkan melalui industrialisasi, kita pun ikut beranjak kearah yang sama. Dorongan tingkat kebutuhan yang semakin meningkat di Indonesia membuat perubahan ini dilakukan agar negara tidak banyak mengalami pengeluaran atas barang-barang yang dihasilkan oleh negara lain.
Sejarah perekonomian Indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana perkembangan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia mengalami begitu banyak dinamika di tahun 1980-an. Pada tahun 1983 terjadi resesi global dan berdampak pada perekonomian Indonesia.
Di tahun 1983 terjadi deregulasi perbankan, yakni kebijakan yang diambil karena Indonesia mengalami banyak kemunduran ekonomi. Kebijakannya, yakni mempertinggi efisiensi dan mobilisasi dana. Pergerakan yang positif dari kebijakan ini adalah cuaca perekonomian internasional yang semakin baik dan hal ini mulai terlihat dampaknya sekitar tahun 1984-1985.
Setiap arah kebijakan tentunya diharapkan mampu memberi sumbangan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun perlu waktu untuk mengecap keberhasilan suatu kebijakan. Seperti yang sudah di jelaskan di atas pergerakan ekonomi yang baik dimulai kembali di tahun 1984-1985, namun gejolak ekonomi kembali terjadi di tahun 1986. Suatu fenomena besar kembali terjadi yakni devaluasi kembali yang dilakukan oleh pemerintah. Cara-cara mengatasi gejolak ini pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan-kebijakannya (Deregulasi). Hasilnya di tahun 1989 pertumbuhan ekonomi mulai menunjukan sisi positifnya, ditandai dengan ketiadaan ancaman devaluasi, cadangan devisa yang tinggi, tinggkat inflasi yang rendah dan terkendali, suku bunga yang cenderung menurun, serta kurs rupiah yang relatif stabil.
Dengan di mulainya industrialisasi di Indonesia maka dengan sendirinya dibutuhkan devisa. Sumber pembiayaan perdagangan luar negeri tersebut disimpan dalam cadangan devisa, yang dipertanggung jawabkan oleh Bank Indonesia. Dan dicatat dalam neraca pembayaran Bank Indonesia.. Semakin giat kita melakukan industrialisasi semakin banyak devisa yang dibutuhkan. Dan kebutuhan itu diperuntukan untuk barang konsumsi namun kini perlahan berubah untuk pemenuhan barang modal dan bahan baku. Devisa juga banyak digunakan untuk pembangunan proyek-proyek industri maupun proyek seperti jalan, jembatan, dermaga, landasan udara, terminal. Devisa yang digunakan guna pembangunan ini adalah berasal dari devisa hasil ekspor kita baik migas maupun non-migas dan hasil jasa pariwisata. Bahkan devisa kita juga diperoleh dari peminjaman hutang luar negeri agar mampu menjalankan pembangunan tersebut. Ringkasnya adalah devisa mutlak perlu untuk negara yang giat membangun (Amir.M.S,2004)
Seiring dengan pergerakan pembangunan tersebut maka arah kebijakan industri kita pun ditetapkan jenis industri subsitusi impor, yakni barang-barang yang tadinya di impor dan kemudian di coba dibuat dalam negeri.. Valuta asing (Foreign Exchange Rate) diperlukan untuk mengimpor perlengkapan proyek-proyek industri manufakturing aneka jenis sesuai dengan jenis produk yang dibuat. Jenis Industri yang berkembang kebanyakan industri yang menghasilkan barang konsumsi primer seperti tekstil, pakaian jadi, terigu, makanan kaleng, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya.
Selama periode pembangunan industrialisasi dalam negeri tentunya yang menjadi pertanyaan adalah sumber cadanga devisa negara kita. Cadangan devisa tentunya menjadi suatu indikator yang kuat untuk melihat sejauh mana suatu negara mampu melakukan perdagangan dan menunjukan perekonomian negara tersebut. Yang menjadi sumber cadangan devisa awalnya adalah keyakinan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah dan tentunya patut di perdagangkan ke luar negeri dan selebihnya pendanaan di dapat melalui bantuan luar negeri baik melalui hutang luar negeri juga melalui hibah atau sering disebut capital outflow.
Neraca pembayaran yang merupakan alat untuk melihat posisi cadangan devisa Indonesia sejak tahun 1989/1990 selalu mengalami surplus, namun apabila terjadi defisit biasanya diimbangi dengan adanya arus modal dari luar. Seiring perkembangan pemerintah sebagai otoritas pemberlaku kebijakan serta pelaku gerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri, pendanaan tersebut lebih di dominasi atas hutang luar negeri yang dianggap sebagai masukan pendapatan saat itu bagi pemerintah.
Kondisi perekonomian Indonesia turut mengalami kejatuhan pula di saat perdagangan valuta asing juga mengalami kejatuhan di kawasan Asia. Diawali oleh guncangan pasar asing di Thailand, dan kemudian menjalar ke pasar valuta asing di negara-negara lainya di Asia. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak negatif terhadap posisi neraca pembayaran, terutama karena jumlah utang luar negeri makin membengkak, dimana pada tahun 1997, total stok utang luar negeri secara rill 64,2% GDP 95,3% dan perekonomian Indonesia pun masih tarus mengalami masalah.
Selain dari faktor diatas, yang menggerogoti cadangan devisa Indonesia adalah harga minyak. Faktor ekstern ini yang tidak bisa dikendalikan. Dalam kasus resesi pada tahun 1986, kejadiannya kurang lebih disebabkan karena harga ekspor minyak turun sampai titik terendah 9 dolar AS/ barrel. Situasi buruk ini juga diperparah kebutuhan BBM yang terus meningkat dalam negeri sementara produksi minyak Indonesia terus menurun mengakibatkan terus terkurasnya cadangan devisa Indonesia hanya untuk memenuhi BBM dalam negeri.
Posisi cadangan devisa suatu negara dikatakan aman biasanya apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya untuk tiga bulan impor. Pada tahun 1996 tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7,8 % per tahun dan inflasi pada 5 bulan pertama mencapai tingkat yang terendah selama 10 tahun terakhir pada periode yang sama. Investasi langsung luar negeri mencapai 6,5 Juta dolar AS per tahun fiskal 1996/1997 (cukup untuk 5 bulan impor), Posisi cadangan devisa Indonesia sampai pada paruh pertama tahun 1997, perekonomian Indonesia menunjukan kinerja yang cukup baik yang ditandai dengan menguatnya beberapa indikator makro ekonomi, tahun 1998 cadangan devisa Indonesia mencapai 23,90 Triliun rupiah, akan tetapi akibat krisis ekonomi merosot hingga bulan September 1999 berkisar 16,01 Miliar dolar AS (Tambunan, 2000) dan jika kita menilik ditahun berikutnya diluar dari penelitian ini kini posisi cadangan devisa tahun 2008 sebesar dan per -Januari 2009 menunjukan posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 335,715 Milliar.(www.bi.id)
Kegunaan kondisi cadangan devisa harus dipelihara, agar transaksi internasional dapat berlangsung dengan stabil. Tujuan pengelolaan devisa merupakan bagian yang tak terpisahkan juga dari upaya menjaga nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari para spekulator, sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan likuiditas perlu mempertahankan stabilitas nilai tukar.
Kondisi Indonesia setelah krisis ekonomi menunjukan tersedotnya cadangan devisa untuk kebutuhan dalam negeri. Karena devisa ekspor lebih rendah dari devisa impor. Dalam upaya mempertahankan cadangan devisa pada tingkat yang aman perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan devisa di Indonesia, yaitu Ekspor, Impor dan Kurs nilai tukar rupiah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul " Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs nilai tukar rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia "

1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengaruh Ekspor terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia
2. Apa pengaruh Impor terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia
3. Apa pengaruh Nilai tukar (Kurs) terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.

1.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek peneliti dimana tingkat kebenaranya masih perlu di uji. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Ekspor mempunyai pengaruh positif terhadap cadangan devisa di Indonesia
2. Impor mempunyai pengaruh negatif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia
3. Nilai tukar rupiah (Kurs) mempunyai pengaruh positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia

1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Ekspor terhadap posisis cadangan devisa di Indonesia
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Impor terhadap posisi cadangan Devisa di Indonesia
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar Rupiah (kurs) terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik untuk membahas mengenai topik yang sama
3. Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.
SKRIPSI ANALISIS SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN X

SKRIPSI ANALISIS SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN X

(KODE : EKONPEMB-0010) : SKRIPSI ANALISIS SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti yang diungkapkan dalam GBHN 1999-2004 (Tap MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pembangunan pada dasarnya diselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Oleh karena itu peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak serta kewajiban dan tanggung jawab bersama seluruh rakyat.
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara bertahap akan lebih banyak dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya yang berarti bahwa daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai penyempurna dari Undang-Undang No. 22 tahun 1999. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Seiring dengan prinsip otonomi daerah, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara. Sejalan dengan kebijakan dalam bidang otonomi daerah dituntut untuk dapat menggali sumber dana sendiri karena peran pemerintah pusat akan semakin dikurangi. Pemerintah daerah harus berusaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup pada daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah
yang diserahkan pada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Adapun sumber-sumber penerimaan daerah menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 (pasal 157) mengenai pemerintahan daerah antara lain : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pos paj ak daerah, pos retribusi daerah, pos hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pos lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pendapatan ini diharapkan menjadi salah
satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat.

** tabel sengaja tidak ditampilkan **

Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa pos retribusi daerah memiliki sumbangan yang terbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan pos-pos yang lain. Pada umumnya makin berkembangnya pembangunan suatu daerah maka makin banyak jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah tersebut. Hal ini dikarenakan makin berkembangnya suatu daerah makin banyak pula fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat, demikian pula halnya dengan penyediaan fasilitas pasar. Tempat ini sangat vital diperlukan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga pasar merupakan salah satu yang potensial yang dapat digali untuk dilakukan pemungutan atau lebih sering dikenal dengan retribusi pasar.

** tabel sengaja tidak ditampilkan **

Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa retribusi pasar merupakan salah satu obyek retribusi daerah yang memberikan sumbangan terhadap retribusi daerah. Berlatar belakang dari pentingnya retribusi daerah dalam sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah serta potensi retribusi pasar sebagai sumber keuangan daerah, disini penulis bermaksud untuk mengangkat judul skripsi "Analisis Sumbangan Retribusi Pasar terhadap Pendapatn Asli Daerah Kabupaten X". Penulis mengangkat penelitian yang berlokasi di wilayah Kabupaten X karena penelitian mengenai sumbangan retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah belum pernah diteliti sebelumnya di wilayah Kabupaten X.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sumbangan penerimaan retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten X ?
2. Bagaimana pengaruh luas pasar terhadap penerimaan retribusi pasar ?
3. Bagaimana pengaruh jumlah los terhadap penerimaan retribusi pasar ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauh mana sumbangan retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten X.
2. Untuk mengetahui pengaruh luas pasar terhadap penerimaan retribusi pasar.
3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah los terhadap penerimaan retribusi pasar.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah untuk bahan pemikiran dalam menentukan kebijakan khususnya masalah retribusi pasar.
2. Bagi peneliti
Merupakan tambahan pengetahuan secara nyata untuk mengaplikasikan teori yang didapat di bangku kuliah.
3. Bagi pihak lain
Hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan untuk penelitian lebih lanjut.
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR BERSIH PDAM X

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR BERSIH PDAM X

(KODE : EKONPEMB-0009) : SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR BERSIH PDAM X




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu perubahan yang mewujudkan suatu kondisi yang lebih baik secara materiil maupun spiritual. Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Air merupakan tulang punggung bagi awal dan kelanjutan pengembangan industri dan tingkat hidup masyarakat.
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM X Kabupaten X adalah perusahaan milik Pemerintah Kabupaten X yang bergerak pada bidang usaha pelayanan air bersih kepada masyarakat, terutama kepada pelanggannya.
Dalam rangka mewujudkan peran PDAM X Kabupaten X secara optimal memenuhi kebutuhan air bersih kepada masyarakat dengan kuantitas dan kualitas serta pelayanan yang prima, pemilik, pengelola dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan ini (stake holder) perlu mempunyai suatu persepsi dan titik pandang yang sama, terutama dalam hal menentukan visi dan misi.
Adapun visi dan misi yaitu :
Visi : Masyarakat Kabupaten X Mendapat Air Bersih Yang Layak
misi : Senantiasa mampu melayani kebutuhan air bersih kepada masyarakat secara lebih baik.
Untuk mensukseskan visi dan misi seperti diutarakan di atas diperlukan 3 (tiga) langkah strategis yang akan ditempuh oleh perusahaan yaitu :
1. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan sarana yang didasari suatu studi kelayakan (risibility study) yang matang.
2. Pemanfaatan Sarana Yang ada secara optimal.
3. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara Profesional.
Visi, Misi dan langkah-langkah strategis seperti diutarakan di atas adalah merupakan konsep dengan arti memerlukan pembahasan untuk menyatukan suatu persepsi dan titik pandang serta pola pikir yang sama atas keberadaan perusahaan ini. Dan selanjutnya untuk menjadi kriteria yang akan dipedomani dan dilaksanakan secara konstitusional, Visi, Misi dan langkah-langkah strategis ini terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Bupati X yang tertuang dalam suatu Surat Keputusan.
Perusahaan Daerah Air Minum X Kabupaten X, dasar pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Daerah Tingkat II X Nomor 08 tahun 1991 tanggal 2 Maret 1991 tentang Pendirian PDAM X Kabupaten Daerah Tingkat II X.
Awal dari adanya pendistribusian air bersih kepada masyarakat Kabupaten X adalah di Kota Y dengan sumber air berasal dari Sitakka yang dikelola oleh Kolonial Belanda sebelum Indonesia merdeka yaitu sejak tahun 1926.
Setelah Indonesia merdeka pengelolaan air bersih ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Dati II X.
Sejak penyerahaan air bersih diserahkan kolonial Belanda kepada Pemerintah Kabupaten Dati II X sampai dengan bulan Nopember Tahun 1974, pengelolaan air bersih dilaksakan secara kedinasan oleh Pemerintah Kabupaten Dati II X.
Masalah air bersih merupakan hal yang paling vital bagi kehidupan kita. Dimana setiap hari kita membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya. Dengan air yang bersih tentunya membuat kita terhindar dari penyakit. Kalau kita tahu, saat ini masalah air bersih merupakan barang yang langka di negeri tercinta kita ini, apalagi di kota-kota besar, air bersih merupakan barang yang mahal dan sering diperjualbelikan. Tidak seperti halnya beberapa puluh tahun yang lalu, saat itu air bersih mudah diperoleh dan selalu berlimpah mengalir di setiap sudut tanah negeri kita ini, karena pada waktu itu belum banyak terjadi polusi air dan udara. Dari rasa dan warnanya pun saat ini berbeda tidak sealami dulu dikarenakan polusi tersebut.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, sehingga pemerintah selalu berupaya membangun sarana air bersih. Penyediaan air bersih bisa diusahakan sendiri oleh masyarakat atau perusahaan. Air bersih salah satu kebutuhan vital manusia, sehingga manusia selalu berupaya mendapatkan air bersih terutama untuk keperluan minum. Di Kabupaten X hingga tahun 2001, baru 6 kecamatan yang telah menikmati sumber air bersih yang dikelola perusahaan air minum (PDAM), disamping itu ada beberapa kecamatan yang sudah menikmati air bersih tetapi dikelola secara swadaya/penduduk setempat.
Jasa pelayanan PDAM X semakin meningkat setiap tahun baik ditinjau dari perkembangan jumlah pelanggan dan produksi air bersih. Pada tahun 2001 jumlah pelanggan sebanyak 5109 pelanggan 1.473.248 M meningkat sebesar 20 persen untuk pelanggan dan 2 persen untuk produksi. Dilihat dari jenis pelanggan yang menikmati jasa PDAM tercatat 90 persen adalah rumah tangga dan 7 persen untuk usaha toko/industri, selebihnya untuk umum, instansi dan Iain-lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan diatas, maka penulis mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai permintaan air bersih tersebut dengan judul skripsi "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Air Bersih PDAM X Kabupaten X".

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan, yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh Pendapatan total keluarga terhadap permintaan air bersih pada PDAM X ?
2. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran energi terhadap permintaan air bersih pada PDAM X ?
3. Bagaimanakah pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap permintaan air bersih pada PDAM X ?
4. Bagaimanakah pengaruh pengaruh sumber air lainnya (Dummy) terhadap permintaan air bersih pada PDAM X

1.3 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara yang diambil untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Pendapatan total keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan air bersih pada PDAM X.
2. Pengeluaran energi mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan air bersih pada PDAM X.
3. Jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan bersih pada PDAM X.
4. Sumber air lainnya mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan air bersih pada PDAM X.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan total keluarga terhadap permintaan air bersih pada PDAM X.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluaran energi terhadap permintaan air bersih pada PDAM X.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap permintaan air bersih PDAM X.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengaruh sumber air lainnya terhadap permintaan air bersih pada PDAM X.
Adapun yang menjadi manfaat daripada penulisan ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca lainnya tentang faktor-faktor permintaan air bersih X Kabupaten X dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambil keputusan di masa yang akan datang dan juga sebagai bahan referensi.
3. Dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
4. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait.

1.5. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian, metode pengambilan sampel, metode analisis data dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Berisi tentang penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini, teori permintaan, fungsi permintaan, elastisitas permintaan, hukum permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan oleh tingkat harga barang lain, tingkat harga barang sendiri, pendapatan, distribusi pendapatan, selera, jumlah penduduk, ekspektasi, serta rumah tangga sebagai konsumen.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan metode estimasi data yang digunakan dalam penelitian ini serta pengujian-pengujian yang akan dilakukan terhadap hasil estimasi data yang diperoleh.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Berisi tentang hasil yang didapatkan dari pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap hasil estimasi data serta menguraikan tentang data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner, selanjutnya dianalisis dengan metode yang telah ditentukan, dari analisis yang ada kemudian diinterpretasikan sehingga dapat ditemukan suatu kesimpulan sebagai penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan dan implikasi dari hasil penelitian.
SKRIPSI PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH BESERTA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN X

SKRIPSI PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH BESERTA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN X

(KODE : EKONPEMB-0008) : SKRIPSI PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH BESERTA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Hakekat pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah terwujudnya kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial sebagaimana telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Artinya bahwa dengan adanya proses pembangunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu diharapkan adanya perubahan yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Sedangkan terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat diukur dari tingkat pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, politik dan keamanan. Berbagai ukuran tersebut pada dasarnya berpangkal tolak pada tingkat perekonomian. Oleh karena itu untuk program pembangunan daerah lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi.
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan dan keleluasaan yang lebih luas bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sebagai pelaksana dan promotor pembangunan di daerah untuk mengatur dan menentukan sendiri kegiatan pembangunan wilayah yang sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat setempat. Tentu saja arah dan pola pembangunan daerah tetap mendukung dan mengacu pada pedoman, arah dan haluan pembangunan nasional yang telah dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas), (BPS, Pendapatan Regional Kabupaten X Tahun 2003).
Selanjutnya sebagai komitmen Pemkab X terhadap kesejahteraan masyarakat X khususnya sebagai kontribusi pada kesejahteraan nasional umumnya dilakukan dengan pelaksanaan pembangunan wilayah yang terencana, terarah dan berkesinambungan berdasarkan pada pedoman Propenas (Program pembangunan Nasional), Propeda (Program Pembangunan Daerah), Renstrada (Rencana Strategis Daerah) dan Repetada (Rencana Pembangunan Tahunan Daerah).
Berbicara mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai otonomi daerah. Otonomi daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dalam menghadapi kondisi otonomi daerah, maka Kabupaten X harus memiliki kesiapan dan kemantapan sumber-sumber dana bagi pembiayaan pembangunan yang mutlak diperlukan untuk mewujudkan Kabupaten X menjadi daerah yang mandiri dari ketergantungan pemerintah pusat. Oleh karena itu dengan meninjau kembali pertumbuhan ekonomi di Kabupaten X yang yang tidak banyak diikuti dengan pertumbuhan pengeluaran pembangunannya, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian di Kabupaten X.
Berdasarkan pada Pendapatan Regional Kabupaten X Tahun 2002, dapat diketahui bahwa program-program yang dijalankan pemerintah daerah telah menunjukkan hasil yaitu berdasar pada penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku yang tercatat di Kabupaten X selama lima tahun dari 2000-2004 yaitu pada tahun 2000 ke tahun 2001 sebesar 12,87 persen, sedangkan pertumbuhan tahun berikutnya hingga tahun 2004 masing-masing adalah 12,33 persen; 9,20 persen dan 10,55 persen.
Angka-angka pertumbuhan yang telah tercapai tersebut tidak menjadikan pemerintah daerah menjadi puas dan berdiam diri. Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat X sangat dibutuhkan adanya peran aktif pemerintah Kabupaten X dalam mengelola keuangan daerah dan pendapatan asli daerah. Berdasarkan Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten X Tahun 2000 sampai dengan 2004, peningkatan pendapatan asli daerah dari Rp. 8,41 miliar pada tahun 2000 menjadi Rp. 16,48 miliar pada tahun 2001 atau meningkat 95,96 persen. Sementara pendapatan asli daerah tahun 2002 sebesar Rp. 26,18 miliar, sehingga peningkatannya sebesar 58,88 persen dibanding pendapatan asli daerah tahun 2001. Selanjutnya untuk tahun 2003 dan 2004 besar pendapatan asli daerah sebesar Rp. 28,46 miliar dan Rp. 30,79 miliar sehingga menimbulkan pertumbuhan sebesar 8,69 persen dan 8,20 persen.
Seiring dengan kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah Kabupaten untuk terus berupaya menggerakkan perekonomian dengan menggunakan pengeluaran pembangunan secara efektif dan efisien. Jumlah belanja pembangunan tahun 2000-2004 yaitu sebesar Rp. 18,72 miliar, Rp. 78,29 miliar, Rp. 131,92 miliar, Rp. 71,78 miliar dan Rp. 45,77 miliar dari jumlah pengeluaran pembangunan tersebut menghasilkan pertumbuhan dari tahun ke tahun yaitu selama tahun 2000-2004 yaitu masing-masing adalah 318,20 persen; 68,50 persen; -45,58 persen dan -36,23 persen.
Berangkat dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti "PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH BESERTA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN X".

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pendapatan asli daerah beserta pengeluaran pembangunan di Kabupaten X ?
2. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pendapatan asli daerah beserta pengeluaran pembangunan di Kabupaten X ?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi fluktuasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten X ?

C. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas istilah dan menghindari salah tafsir dari pembaca, maka diperlukan penegasan istilah. Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang (Boediono, 1999 : 1).
Berdasarkan pengertian di atas pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertumbuhan output regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita yang mendorong kegiatan ekonomi lainnya dan pada gilirannya akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan serta peluang berusaha dalam waktu jangka panjang.
Kemudian sebagai salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang pengertiannya adalah seluruh nilai produksi kotor baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang beroperasi dalam suatu wilayah, biasanya dihitung pada suatu periode tertentu (BPS, Pendapatan Regional Kabupaten X Tahun 2003 : 7).
2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 33 Tahun 2004 : 213). Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang ini terdiri dari :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
3. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang non konsumtif berbentuk investasi dari proyek-proyek, baik dalam bentuk proyek fisik maupun non fisik (Said Hamid Hasan, 1994 : 235).

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten X.
2 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten X.
3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pengeluaran pembangunan di Kabupaten X.
4 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pengeluaran pembangunan di Kabupaten X.
5 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten X.

E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Manfaat Ilmiah
1. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembangunan daerah.
2. Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang peneliti dapatkan di perkuliahan. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam hal pelaksanaan pembangunan daerah.
Manfaat Praktis
Bagi pemerintah Kabupaten X, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan pedoman dalam pengambilan kebijakan-kebijakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah.
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN AIR RUMAH TANGGA PDAM X

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN AIR RUMAH TANGGA PDAM X

(KODE : EKONPEMB-0007) : SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN AIR RUMAH TANGGA PDAM X




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pembangunan daerah pada umumnya diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan dan peran serta masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam melaksanakan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Permasalahan-permasalahan dalam pembangunan daerah tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan masyarakat secara otonom, simultan, dan berkesinambungan melalui proses pemberdayaan segala macam potensi yang ada.
Untuk dapat melaksanakan otonomi daerah secara nyata, Pemerintah Daerah seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004 , Pemerintah Daerah perlu mengupayakan pendapatannya sendiri untuk membiayai pengeluaran pembangunan di daerahnya. Mengacu pada tujuan otonomi daerah, maka Pemerintah Daerah perlu diberi kewenangan untuk menetapkan pajak daerah, retribusi daerah serta tata cara pendirian perusahaan daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Disamping itu Pemerintah juga perlu memiliki kecakapan dalam mengelola keuangan daerah baik dari segi penerimaan maupun pengeluarannya.
Pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah berkaitan erat dengan pelaksanaan desentralisasi dalam menyelenggarakan urusan pemerintah. Desentralisasi adalah fungsi pemerintah tertentu dalam mengambil keputusan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. Tujuan akhir dari desentralisasi untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal pelayanan bagi masyarakat dan pelaksanaan pembangunan daerah. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) didirikan oleh Pemerintah Daerah sebagai sumber PAD yang diharapkan dapat memberikan sumbangan laba terhadap pembangunan daerah dan juga untuk menyediakan layanan kepada masyarakat.
Air mempunyai arti yang sangat penting bagi perikehidupan manusia, maupun makhluk hidup di dunia, baik sejak zaman dulu maupun pada zaman yang akan datang. Semua kegiatan kehidupan manusia dari kebutuhan pangan hingga pertumbuhan industri memerlukan air dengan jumlah yang cukup dan dengan kualitas sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian air tidak hanya diperlukan sebagai bahan kebutuhan pokok untuk kehidupan tetapi juga dipergunakan sebagai komiditi ekonomi.
Namun demikian tanpa adanya pengelolaan yang benar, maka air tersebut dapat menjadi sumber malapetaka bila tidak dijaga kestabilannya. Ditinjau dari segi potensi terhadap suatu negara, fungsi dan manfaat air (baik air tanah maupun air permukaan), merupakan modal dasar dari pembangunan nasional suatu negara.
Apabila tidak dikelola dengan benar, akan ada daerah yang kekurangan air, tetapi dilain pihak ada daerah yang berkelebihan air. Dengan kata lain akan terjadi kekeringan dan banjir. Oleh karena itu perlu perencanaan, pengendalian yang terintegrasi dan berkelanjutan. Namun demikian, masih banyak faktor-faktor yang tidak atau belum diketahui dalam teori teknik keairan, sehingga ketrampilan dan pengalaman sangat diperlukan bagi ahli-ahli teknik bidang keairan.
Aturan dan penanganan masalah air tidak hanya di peringkat nasional tetapi juga oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi, "Cabang-cabang poduksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara" dan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi, "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat". Dalam hal ini, Pemerintah Daerah kota X telah menangani masalah air tersebut, dimana penanggungjawab dalam produksi dan pemasarannya dipercayakan kepada PDAM X.
Dengan tersedianya air minum oleh PDAM X tidak berarti seluruh masyarakat sudah menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, melainkan masih banyak masyarakat menggunakan air sumur dan air sungai. Satu hal yang mengkhawatirkan adalah sebagian masyarakat menggunakan air yang tidak bersih, karena terkena limbah. Misalnya, sebagian pabrik yang membuang limbah perusahaannya ke sungai, sehingga air sungai menjadi tercemar dan menjadi sumber penyakit bila dipergunakan.
Resiko yang bersumber dari limbah sampah yang tidak terurus, polusi dalam rumah, serta kondisi di sekitar rumah yang tidak sehat akan bertambah besar jika pemukiman itu padat penduduknya. Begitu salah satu terjangkit penyakit, maka yang lain akan segera tertular. Kondisi seperti ini salah satunya disebabkan faktor air bersih tidak cukup atau tidak dapat dinikmati oleh masyarakat kumuh yang dari segi ekonomi sangat lemah. Itulah sebabnya frekuensi sakit dan angka kematian di daerah-daerah kumuh itu relatif tinggi.
Biaya-biaya kesehatan dan ekonomi yang terkait dengan kondisi-kondisi tersebut sangatlah besar, sehingga merupakan salah satu hambatan terbesar dalam upaya perbaikan standar hidup, khususnya bagi kalangan penduduk miskin. Di setiap masyarakat berjangkitnya penyakit dan epidemi selalu berkaitan erat dengan ketersediaan air bersih dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan membatasi sumber-sumber penyakit itu sendiri. Penyediaan air bersih dan sanitasi dapat menurunkan tingkat kematian. Sebagai contoh, anak-anak dalam keluarga yang fasilitas kesehatan dan kebersihan lingkungannya memadai, serta air bersih yang cukup kemungkinannya menderita diare 60% lebih kecil.
Untuk itu pengolahan terhadap air yang akan dipergunakan sebagai air minum mutlak diperlukan. Pengolahan yang dimaksud adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat, sehingga didapat suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.
Peningkatan kuantitas adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Oleh karena itu, PDAM sebagai perusahaan daerah di tiap-tiap Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab langsung dalam pelayanan kebutuhan akan air minum bagi penduduk, yang harus ditingkatkan kualitas dan kuantitas pelayanannya. Dalam hal ini tidak terkecuali PDAM X. PDAM ini memiliki tugas yang besar dalam menjamin tersedianya air bersih bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat X. PDAM ini ikut bertanggungjawab dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat terutama dari segi penyediaan air bersih.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya di dalam penulisan skripsi yang berjudul "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Air Rumah Tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM X"

1.2 Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :
Apakah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air mempengaruhi terhadap pemakaian air rumah tangga di PDAM X.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci mobil per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air terhadap pemakaian air pada rumah tangga di PDAM X.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak PDAM X dalam mengambil keputusan.
2. Sebagai bahan informasi, bahan studi dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan termasuk Pemkot X.
SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI

SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI

(KODE : PG-PAUD-0014) : SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ditujukan pada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi pada penerapan matematika dalam menyelesaikan masalah. KBK mengisyaratkan bahwa empat pilar dasar pendidikan perlu diberdayakan agar nantinya anak mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik fisik, sosial, maupun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Dengan demikian anak dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan untuk berinteraksi dengan individu atau pun kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk pemahaman akan kemajemukan dan keragaman yang menumbuhkembangkan sikap positif dan toleran (Tarigan, 2006 : 16).
Berbagai interaksi dengan lingkungan dan aktivitas sehari-hari anak dalam membangun pengetahuannya sering kali anak dihadapkan pada masalah yang membutuhkan suatu cara pemecahan masalah atau penalaran yang melibatkan matematika. Karena memang matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan manusia dalam menghadapi persoalan hidup.
Menurut Kirkpatrick (Payne, 1975 : 70) tujuan dari pembelajaran matematika pada masa kanak-kanak adalah untuk membantu anak melihat makna dalam situasi-situasi dan kejadian-kejadian yang dialaminya dalam aktivitas sehari-hari. Anak belajar menghubungkan suatu situasi kepada bentuk matematika. Saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan menjelajah dan menemukan benda-benda di sekitarnya, anak dihadapkan pada dunia matematika.
Pendidikan matematika merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan bernalar dan memecahkan masalah. Sejalan dengan KTSP pelajaran matematika (BNSP, 2006 : 28) menyatakan bahwa :
Pembelajaran matematika bertujuan agar anak memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta meningkatkan sikap menghargai kegiatan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathani (2008 : 1), ada beberapa alasan mengapa matematika diajarkan pada anak, yakni :
(a) matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus dikuasai oleh anak (b) setiap individu dalam hidup membutuhkan matematika (c) anak dikaruniai kecerdasan matematis logis (d) matematika sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
Dari beberapa penjabaran di atas, matematika merupakan sarana untuk melakukan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membantu anak melihat hubungan antara kejadian sehari-hari dan model matematika yaitu dengan mengembangkan permasalahan yang berasal dari dunia nyata dan pengalaman anak sehari-hari sehingga anak mudah untuk memahaminya. Dari permasalahan tersebut anak mencoba untuk meyelesaikannya secara logis dan sistematis.
Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar anak dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki anak (Ariyanti, 2008 : 1).
Kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui berbagai upaya. Copley (2001 : 1) dan Kirkpatrick (Payne, 1975 : 71) memaparkan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini yaitu memberikan kesempatan atau peluang kepada anak untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa permasalahan yang diberikan harus dihubungkan dengan dunia nyata dan berasal dari pengalaman anak sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar anak tertarik dan mudah untuk memecahkan masalah yang ditemuinya.
Pembelajaran matematika yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah secara spesifik mengungkapkan standar pembelajaran matematika untuk anak usia dini (anak usia prasekolah sampai dengan SD kelas awal) yang direkomendasikan oleh The National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tentang prinsip dan standar Matematika Sekolah. Standar pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi standar isi dan standar proses pembelajaran matematika, antara lain : (1) bilangan dan operasi bilangan, (2) aljabar (3) geometri, (4) pengukuran, (5) analisis data dan probabilitas, (6) problem solving, (7) penalaran dan pembuktian, (8) komunikasi, (9) koneksi, (10) representasi (Sriningsih, 2008 : 10).
Sebagaimana telah dipaparkan pada standar pembelajaran matematika untuk anak usia dini, matematika merupakan disiplin ilmu yang bukan sekedar berhitung tetapi matematika juga merupakan sarana untuk melakukan pemecahan masalah. Matematika merupakan aktivitas untuk menemukan dan mempelajari pola dan hubungan. Matematika merupakan bahasa. Matematika dapat dijadikan cara dan alat untuk berpikir. Matematika digunakan oleh setiap orang. Matematika untuk mengerjakan matematika dan sarana untuk berpikir independen (Sriningsih, 2008 : 17).
Riedesel (Sriningsih, 2008 : 18) menekankan tentang pentingnya matematika sebagai sarana untuk berpikir independen sehingga mampu mengubah pengetahuan teoretis yang dimiliki oleh manusia menjadi pengetahuan praktis yang bermanfaat dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui sehari-hari
Belajar matematika pada anak terjadi secara alami. Anak usia dini dapat menemukan, menguji, serta menerapkan konsep matematika secara alami hampir setiap hari melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan matematika tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan dapat merangsang anak untuk memahami fenomena alam atau perubahan lingkungan di sekitarnya.
Menurut Fromboluti dan Rinck (Sriningsih, 2008 : 29) anak membangun konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang ia lakukan melalui pengalaman langsung pada berbagai percobaan dan penemuan. Anak-anak sering mendengar dan mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan matematika dari orang tua, guru dan juga teman sesamanya. Pada umumnya anak mendengar dan mengucapkan terlebih dahulu berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika bam kemudian seiring dengan meningkatnya usia dan kemampuan berpikirnya, ia mulai memahami konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam. Anak usia 2-3 tahun sudah memiliki kemampuan untuk membilang buta namun belum diikuti oleh kesadaran terhadap kuantitas benda.
Belajar matematika memerlukan kemampuan untuk berpikir abstrak. Pembelajaran matematika pada anak harus disesuaikan dengan tahapan kognitifnya. Tahapan kognitif anak usia prasekolah menumt Piaget (Sriningsih, 2008 : 30 ) berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun), dimana anak mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk merepresentasikan benda-benda atau kejadian
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di TK X, ada beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran matematika temtama pada kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran matematika hanya ditekankan pada kemampuan berhitung. Tidak ada pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan selumh aspek perkembangan anak temtama dalam hal pemecahan masalah. Pengembangan pembelajaran matematika yang disampaikan oleh guru tidak mengarahkan anak pada kemampuan pemecahan masalah yang dihubungkan dengan pengalaman anak sehari-hari.
Masalah lain yang muncul di TK X adalah guru kurang kreatif dalam menyediakan media-media pembelajaran. Media pembelajaran yang kurang bervariasi berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam perkembangan pemecahan masalah. Pembelajaran lebih terpaku pada buku tulis, atau metode pembelajaran yang ditekankan adalah metode konvensional sehingga pembelajaran lebih sering dilakukan dengan kegiatan menulis. Tidak ada kegiatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan minat dan kebutuhannya sehingga pembelajaran menjadi membosankan.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan kurang maksimalnya penggunaan pendekatan dalam pembelajaran dan penyediaan media yang bervariasi sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah di TK X. Dengan demikian, diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Banyak strategi, metode, pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini.
Salah satu alternatif yang dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (Realistic mathematic education atau disingkat RME. Pembelajaran matematika realistik merupakan suatu paradigma baru dalam proses pembelajaran matematika yang diperkenalkan oleh Freudenthal, ide utama dari RME menurut Gravemeijer adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistis. Menurut Heuvel (Caslam, 2007 : 34) realistis dalam pengertian tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga masalah yang dapat mereka bayangkan.
Pembelajaran matematika realistik menurut Gravemeijer (Tarigan, 2006 : 18) adalah pembelajaran matematika yang menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal anak dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh anak sendiri. Pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran anak yang bersifat realistik sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan bagi anak yaitu mengembangkan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah.
Hasil penelitian Saragih (2008 : 18) menunjukkan bahwa pendekatan matematika realistik layak dipertimbangkan untuk digunakan di jenjang pendidikan dasar di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan berpikir logis dan sikap siswa terhadap matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam matematika.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Caslam (2007 : 2) menerangkan bahwa penerapan model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam pokok bahasan operasi hitung pada bilangan pecahan. Selanjutnya penelitian Caslam mengarah pada kemampuan memecahkan masalah, dimana anak akan terbiasa dengan memecahkan masalah realistis, sehingga mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan berbagai persoalan. Penggunaan model pembelajaran realistic mathematic education akan mendorong siswa untuk memanipulasi persoalan-persoalan untuk mendapatkan solusi pemecahannya.
Selanjutnya hasil penelitian Diyah (2007 : 86) yang menunjukan bahwa pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mated segi tiga dan segi empat. Selain itu pembelajaran matematika realistik lebih efektif dibanding dengan pembelajaran konvensional.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dkk (Ahman, 2009 : 114) terhadap anak usia dini bahwa pembelajaran matematika realistik mempunyai keunggulan yang salah satunya adalah munculnya kemampuan problem solving pada anak. Kemampuan problem solving ini berkembang karena anak dapat menemukan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan caranya sendiri dan berbeda dengan temannya.
Meskipun telah cukup sumber dan hasil penelitian mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan hasil belajar anak, akan tetapi sumber dan hasil penelitian mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini masih terbatas. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan hasil kajian terhadap penelitian terdahulu, penelitian ini berfokus pada "Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Anak Usia Dini".

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di kelas kontrol dan kelas eksperimen di TK X sebelum menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik?
2. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di kelas kontrol dan kelas eksperimen di TK X setelah menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik?
3. Apakah pendekatan pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di TK X?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di TK X.
2. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh gambaran tentang kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di kelas kontrol dan kelas eksperimen di TK X sebelum penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik.
b. Memperoleh gambaran tentang kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak kelas di kontrol dan kelas eksperimen di TK X setelah penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik.
c. Memperoleh gambaran tentang pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini di TK X.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di TK X setelah mendapatkan pendekatan pembelajaran matematika realistik.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam melakukan penelitian pendidikan, khususnya tentang pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini.
b. Bagi Guru
Penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini dan dapat dijadikan acuan serta perbandingan dalam memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif bagi lembaga penyelenggara pendidikan, khususnya TK X dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda.

E. Asumsi Penelitian
1. Menurut Gravemeijer matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari (Tarigan, 2006).
2. Matematika dapat dijadikan sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Membimbing anak untuk berpikir mendalam tentang berbagai realitas pandang matematika kemudian mencoba untuk menemukan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memecahkannya secara logis dan sistematis (Sriningsih, 2008).
3. Pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahkan masalah matematika pada anak usia dini.

F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi ini digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian kuasi eksperimen dilakukan karena penelitian ini tidak memakai teknik randomization (sampel yang diacak) tetapi menggunakan kelompok yang sudah tersedia (intact group) di sekolah.
Desain penelitian ini dilakukan dua kali observasi yaitu sebelum dan sesudah ekperimen (perlakuan). Observasi yang dilakukan sebelum perlakuan (X1), dan observasi sesudah perlakuan (X2). Perbedaan antara X1 dan X2 atau X2 dan X1 diasumsikan merupakan efek eksperimen (treatment) (Arikunto, 2006).
SKRIPSI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TAMAN KANAK-KANAK

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TAMAN KANAK-KANAK

(KODE : PG-PAUD-0013) : SKRIPSI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TAMAN KANAK-KANAK




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang Masalah
Anak usia taman kanak-kanak adalah individu yang berusia empat sampai enam tahun yang sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental dalam berbagai aspek yang meliputi motorik kasar, motorik halus, seni, kognitif, bahasa, serta social emosional. Semua aspek perkembangan ini harus dikembangkan sesuai dengan tahapannya.
Pembelajaran pada anak usia dini bertujuan untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar yang bermakna bagi kehidupan anak agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Konsep-konsep tersebut sebaiknya diperkenalkan melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan dengan cara yang menyenangkan. Salah satu konsep dasar yang dipelajari di TK adalah matematika.
Matematika bagi anak usia dini merupakn salah satu cara bagi anak untuk memahami dunia dan pengalaman-pengalaman yang dilakukannya serta upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ditemuinya setiap hari (Nining Sriningsih, 2008).
Pembelajaran matematika di Taman Kanak-kanak menurut Hiebert & Linquist (Kellough, 1996 : 189), adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan intuisi, persepsi informasi, serta berbagai analisis sirtuasi sehari-hari yang dibangun secara alami berdasarkan interaksi anak dengan teman sebaya. Pembelajaran matematika di TK pada dasarnya adalah pembelajaran yang mengkaitkan berbagai aktivitas atau kegiatan sehari-hari anak yang dibawa ke dalam kelas.
Sebagai salah satu bidang pengembangan, matematika sangat berperan penting dalam menumbuh kembangkan kemampuan berfikir kritis logis dan sistematis. Kellough (1996) menyatakan bahwa kemampuan berfikir kritis logis dan sistemaits pada anak TK ditandai oleh :
(1) anak mengerti konsep matematika sederhana,
(2) anak memahami prosedur atau cara kerja matematika, (3) anak dapat mencari cara pemecahan masalah,
(4) anak mampu mengkomunikasikan persoalan-persoalan dalam matematika sederhana,
(5) anak dapat menginterpretasikan atau mengungkapkan kembali apa yang telah anak ketahui sesuai dengan pemahamannya.
Menurut Copley (2001), anak akan lebih efektif mempelajari berbagai konsep matematika bila anak dapat memanipulasi benda-benda baik itu benda dua dimensi maupun tiga dimensi. Jadi dalam memperkenalkan konsep matematika guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar dan pengalaman sehari-hari anak dan mengkaitkannya dengan kegiatan pembelajaran di kelas.
Salah satu kegiatan pembelajaran untuk anak yang dapat membantu mereka dalam mengenalkan konsep matematika yaitu berupa pemberian media puzzle. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa untuk bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya. Dengan mencoba beberapa cara memasang kepingan berupa potongan-potongan gambar maka anak dilatih untuk berfikir kreatif dan mengasah ketekunan anak dalam memecahkan masalah (http : //www.ayahbunda.co.id).
Berkenaan dengan pembelajaran matematika dikembangkan pada anak taman kanak-kanak, berdasarkan penelitian di TK Islam Al Muawanah X, anak mengalami kesulitan dalam menyusun kepingan-kepingan puzzle yang diberikan, seperti pada saat ada warna puzzle yang berbeda dalam setiap kepingan anak menjadi bingung, serta pada saat ada bentuk geometri yang berbeda maka anak sering kali tidak dapat menyelesaikan puzzle tersebut. Hal ini berarti anak kurang mampu memahami konsep matematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, diperlukan suatu motivasi pada anak untuk lebih mengembangkan pembelajaran yang ada baik di sekolah, di rumah, maupun lingkungan sekitar.
Media puzzle memberikan pengalaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan media pembelajaran matematika lainnya. Sebagaimana penelitian yang dilakukuan oleh Heni (2008) dengan judul penelitiannya, Penggunaan Puzzle Pada Pembelajaran Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Berhitung, telah dibuktikan bahwa penggunaan puzzle memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan media pembelajaran matematika lainnya.
Mencermati paparan sebelumnya, maka penelitian ini menitikberatkan pada implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK. Adapun judul penelitian uang diambil penulis adalah : "IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TK ISLAM X"

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada pembahasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi penggunaan media puzzle dalam aspek perencanaan pada pembelajaran matematika di TK Islam X?
2. Bagaimana implementasi penggunaan media puzzle dalam aspek pelaksanaan pada pembelajaran matematika di TK Islam X?
3. Bagaimana implementasi penggunaan media puzzle dalam aspek penilaian pada pembelajaran matematika di TK Islam X?
4. Apa kendala yang dihadapi guru TK Islam X pada implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk :
1. Mendeskripsikan perencanaan implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK Islam X.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK Islam X.
3. Mendeskripsikan penilaian implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK Islam X.
4. Mengungkap kendala yang dihadapi guru TK Islam X pada implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian
Secara rinci manfaat penelitian ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Bagi para guru Taman Kanak-kanak tempat dilangsungkannya penelitian untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menggunaan media pembelajaran yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak khususnya dalam pembelajaran matematika anak usia 4-6 tahun.
2. Bagi pihak Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) khususnya pada program Pendidikan Anak Usia Dini (PGAUD) sebagai rujukan dalam penggunaan media pembelajaran yang efektif dalam dunia pendidikan Anak Usia Dini.

E. Definisi Operasional
1. Media Puzzle adalah media pembelajaran matematika yang berupa kepingan yang di dalamnya terdapat teka-teki yang harus anak selesaikan.
2. Pembelajaran matematika di taman kanak-kanak merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak, untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya, serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku positif dalam rangka meletakan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin (Sriningsih, 2008).

F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian kualitatif sendiri adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis dan akurat dari fenomena-fenomena yang ada, atau hubungan-hubungan antara fenomena yang diteliti apa adanya tanpa perlakuan-perlakuan khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, alasan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai implementasi penggunaan media puzzle dalm pembelajaran matematika di TK islam X secara mendalam, terperinci dan utuh. Dalam penelitian deskriptif ini, jenis data yang diambil adalah jenis data kualitatif, dimana data diambil dari pengamatan langsung oleh peneliti mengenai implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika yang belangsung di TK Islam X seacara alamiah tanpa ada intervensi peneliti

G. Subjek Penelitian
Dalam penelitian derkriptif ini yang diambil sebagai subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab, benar-benar mengetahui, menguasai, dan banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : Guru kelompok A yang betanggung jawab langsung terhadap penmbelajaran di kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, serta anak kelompok A sebanyak 18 orang.

H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, yaitu :
1. Studi Pustaka
Studi Pustaka dalam penelitian ini dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dari berbagai literature dengan tujuan mendapatkan teori dan konsep-konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti mempelajari sejumlah buku referensi, laporan tugas akhir, skripsi, thesis, website yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (Syaodih, 2007 : 216).
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat data-data yang ada serta pendokumentasian hasil penelitian di lapangan. Dokumentasi yang dilakukan adalah hasil data yang dikumpulkan, foto-foto selama penelitian.
4. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Penelitian ini menggunakan observasi sistematis yang dilakukan pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto, 2002 : 133).

I. Sistematika Penulisan
Laporan hasil penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika penelitian
Bab II Kajian Pustaka/Kerangka teoritis
Merupakan kajian kepustakaan sebagai gambaran padat menyeluruh sekaligus petunjuk untuk penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Memaparkan tentang metode penelitian yang akan dipakai, dalam bab ini dijelaskan pengumpulan data yang akan dilakukan di lapangan dan mengumpulkan dokumen yang mendukung.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Masalah
Merupakan pokok bahasan implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika.
Bab V Kesimpulan dan rekomendasi
Merupakan bab penutup dan kesimpulan akhir dari penelitian yang telah dilakukan, serta berisikan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat.
SKRIPSI EFEKTIFITAS METODE BIL-HIKMAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK

SKRIPSI EFEKTIFITAS METODE BIL-HIKMAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK

(KODE : PG-PAUD-0012) : SKRIPSI EFEKTIFITAS METODE BIL-HIKMAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada selumh umat manusia agar dijadikan sebagai jalan hidup hingga akhir zaman, sebagaimana Firman Alloh SWT yang tercantum dalam Al-Quran surat Ali Imron ayat 19 yang terjemahannya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam... (QS. Ali Imron : 19)
Islam telah mengatur manusia mengenai bagaimana cara menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupan yang baik dan benar agar kelak mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam secara terperinci telah menetapkan ketentuan-ketentuan sebagai tuntunan untuk membentuk generasi paripurna yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembentukan generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat dimulai dengan upaya memberikan pendidikan dan pengetahuan agama terhadap anak-anak sedini mungkin, karena anak-anak adalah cerminan dan cikal bakal generasi yang kelak akan menggantikan generasi saat ini. Umar bin Al Khatab ra. pernah berkata "Hari ini adalah penentu hari esok, pemuda bisa diibaratkan dengan hari ini (sekarang), merekalah penentu masa yang akan datang".
Pentingnya pendidikan agama terhadap anak-anak juga diatur dalam peraturan pemerintah yang termaktub dalam fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) dalam Himpunan Perundang-undangan (2003; 7) :
Untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas terutama dalam menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur, maka pendidikan harus dibarengi dan dibentengi dengan pendidikan agama.
Ajaran atau petunjuk dalam agama Islam tehimpun dalam sebuah kitab yaitu Al-Quran. Alloh SWT telah menurunkan Al-Quran kepada seluruh umat manusia melalui nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai tuntunan dan pedoman hidup manusia agar dapat selamat dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat serta kelak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Al-A'raaf ayat 52 yang terjemahannya : Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Al-A'raaf : 52).
Serta tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, bahwa Rosululloh SAW telah bersabda : "Aku tinggalkan dua perkara sepeninggalku, barang siapa yang berpegang teguh pada keduanya, maka dia tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Alloh dan sunnah rosul."
Ayat serta hadits diatas menjelaskan bahwa salah satu pedoman yang harus dijadikan rujukan dan pegangan dalam mengarungi dan menjalankan kehidupan ini adalah Al-Quran yang harus dapat dibaca, difahami dan diamalkan.
Seluruh manusia harus menjadikan Al-Quran sebagai acuan pokok dalam memutuskan dan menjalankan roda kehidupannya, karena dalam Al-Quran telah terkandung tuntunan yang sangat lengkap, aturan, perintah, larangan, kisah-kisah terdahulu yang harus dijadikan ibroh atau pelajaran serta kabar gembira dan balasan atas semua perbuatan melalui keindahan surga dan dahsyatnya siksaan neraka. Pemahaman tentang betapa pentingnya Al-Quran dijadikan sebagai pedoman hidup manusia ini harus ditanamkan sejak dini.
Salah satu pendidikan agama yang sangat penting adalah bagaimana orang tua mengenalkan serta memahamkan putra putri mereka sejak dini dengan pedoman dan tuntunan hidup yang benar yang akan membawa kebahagiaan dan keselamatan didunia dan di akhirat.
Apabila semenjak kecil anak-anak sudah dididik dan diajarkan agar menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, maka mereka akan terbiasa untuk mengukur langkah dan perbuatannya dengan aturan dan tuntunan yang terdapat dalam Al-Quran. Kandungan yang terdapat dalam Al-Quran akan menjadi pertimbangan benar dan salahnya perbuatan yang akan mereka lakukan, hingga akhirnya Al-Quran adalah cerminan dari amal perbuatannya.
Pemahaman tentang pentingnya Al-Quran sebagai pedoman hidup tentulah merupakan buah dari proses panjang dari mengenal, mengerti dan memahami Al-Quran secara keseluruhan, yang tentunya semua itu diawali dengan proses membaca.
Disinilah peran penting dari orang tua untuk mengajarkan putra putri mereka dalam membaca Al-Quran. Sebuah tantangan, tuntutan, tanggung jawab serta lahan ibadah yang tentunya akan berbuah manis bagi orang tua bila peran ini dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Diriwayatkan Abu Dawud dari Mu'adz bin Anas bahwa Nabi SAW bersabda : "Barang siapa membaca Al-Quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat akan mengenakan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
Dalam rangka mengenalkan serta memahamkan anak-anak terhadap Al-Quran, maka langkah pertama adalah bagaimana orangtua atau para pendidik menemukan dan menggunakan metode yang benar, sesuai dengan perkembangan anak dan efektif dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran. Membaca adalah kunci ilmu, awal dari memahami, mengamalkan dan akhirnya mengajarkan Al-Quran.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam ahmad yaitu; " Hak anak atas orang tuanya ada tiga, yaitu : Memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan Al-Quran ketika mulai berfikir dan menikahkan ketika dewasa". Dalam mengajarkan Al-Quran, Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina menjelaskan bahwa "Pendidikan Al-Quran sangat penting diberikan sejak usia dini, karena dengan pendidikan Al-Quran sejak dini, fitrah suci anak akan dapat dilestarikan dengan baik dan tertanam dalam kalbunya" (Syarifuddin; 2004 : 12)
Berbagai metode dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran sejak usia dini yang telah dilaksanakan khususnya di sekolah-sekolah Islam ataupun umum di Indonesia diantaranya metode bahgdadiyah, metode shautiyah, metode kalimah, metode Al-Barqi, metode Iqro dan metode Bil-Hikmah.
Salah satu metode yang masih jarang digunakan bahkan masih banyak yang sama sekali tidak mengetahui metode ini akan dijadikan sebagai referensi oleh penulis dalam tulisan ini, Insya Alloh dapat dijadikan sebagai alternatif metoda dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran melalui cara serta perangkat yang berbeda, lebih aktif dan inovatif yang sesuai dengan perkembangan anak, yaitu metode Bil-Hikmah.
TK X telah menggunakan salah satu metode tersebut diatas dalam mengajarkan membaca Al-quran, namun belum mampu secara efektif meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak usia dini. Ketidakefektifan ini dapat dilihat dari evaluasi hasil pembelajaran selama satu semester. Oleh karena itu peneliti berupaya menggunakan metode Bil-Hikmah dengan tujuan mengetahui tingkat efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak-anak TK X.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini berorientasi pada upaya menguji efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak- kanak di TK X".

B. Rumusan Masalah
Berkenaan dengan latar belakang masalah diatas, maka secara umum penelitian ini memfokuskan kepada masalah tentang "Bagaimana efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak-kanak di TK X. "
Adapun rumusan masalah secara khusus, diantaranya yaitu :
1. Bagaimana kondisi awal kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran sebelum diberikan metoda Bil-Hikmah?
2. Bagaimana kondisi akhir kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran setelah diberikan metoda Bil-Hikmah ?
3. Apakah penggunaan metode Bil-Hikmah dapat meningkatkan kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran secara signifikan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak-kanak di TK X.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi awal kemampuan anak-anak TK X dalam membaca al-Quran sebelum diberikan metode Bil Hikmah.
2. Mengetahui kondisi kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran sesudah diberikan metode Bil-Hikmah.
3. Mengetahui efektivitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak-anak TK X.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian adalah :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan membaca Al-Quran anak usia Taman Kanak Kanak melalui metode Bil-Hikmah.
2. Secara Praktis
a. Bagi anak Taman Kanak-kanak
Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan program pembelajaran khususnya tentang membaca Al-Quran melalui metode Bil-Hikmah.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pengajaran membaca Al-Quran untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak-kanak.
c. Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada lembaga penyelenggaraan pendidikan khususnya TK X dalam rangka peningkatan kemampuan membaca Al-Quran pada anak TK.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai hal yang sama secara lebih mendalam

E. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. " Hak anak atas orang tuanya ada tiga, yaitu : Memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan Al-Quran ketika mulai berfikir dan menikahkan ketika dewasa". (H. R. Ahmad)
2. Diriwayatkan dari 'Aisyah r.a, dia berkata : Rosululloh SAW bersabda : Orang yang mahir dalam membaca Al-Quran kelak akan bersama golongan yang amat mulia lagi banyak berbakti, sedangkan orang yang gagap dalam membacanya dan (membaca Al-Quran) itu merupakan hal yang sulit baginya, baginya dua pahala. (H. R Muslim)
3. Pendidikan Al-Quran sangat penting diajarkan pada anak sejak usia dini, karena dengan pendidikan Al-Quran fitrah suci anak dapat dilestarikan dengan baik dan tertanam dalam kalbunya. (Syarifuddin; 2004 : 12)
4. Penerapan metode Bil-Hikmah dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak usia Taman Kanak kanak. (Yahya; 1997)

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, dimana metode ini merupakan pengembangan dari true experimental design, adapun desain yang digunakan adalah nonequivaalent control group design dimana pada desain ini kelompok ekspeimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Desain penelitian ini memilih satu kelompok anak yang selanjutnya dari satu kelompok tersebut setengah diberi metode Bil-hikmah dan yang setengah lagi tidak. Metode ini dipilih untuk melihat efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak TK.
SKRIPSI EFEKTIVITAS MATH MANIPULATIVE TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN ANAK USIA TK

SKRIPSI EFEKTIVITAS MATH MANIPULATIVE TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN ANAK USIA TK

(KODE : PG-PAUD-0011) : SKRIPSI EFEKTIVITAS MATH MANIPULATIVE TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN ANAK USIA TK




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat masing-masing anak. Anderson (1993) mengemukakan bahwa pendidikan TK memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi : aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik.
Pada kenyataannya, proses pembelajaran anak TK masih menjadi permasalahan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena pola pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berorientasi akademik dan menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap oleh anak melalui perlakuan orang dewasa. Paulo Freire (Faizah : 2006) mengemukakan bahwa sekolah telah melakukan "pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Dimana guru mengajar, anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak mendengarkan, guru mendisiplinkan dan anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak hanya membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran.
Hal ini tentu saja bertentangan dengan hakikat pembelajaran di TK yang menekankan anak sebagai pembelajar yang aktif. Apabila anak TK diajarkan dan bukannya dibelajarkan, maka pengembangan berbagai potensi anak secara optimal tidak akan tercapai. Rachmawati (2005) mengemukakan bahwa memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain, metode yang digunakan, waktu, serta tempat bermain.
Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14, menyatakan bahwa : Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dengan demikian, anak usia TK perlu diberikan suatu program atau kegiatan yang didasarkan pada prinsip tumbuh kembang anak dimana program yang diberikan adalah berupa pengasuhan dan pendidikan yang dapat memberikan rangsangan perkembangan fisik (motorik kasar dan halus), kognitif, bahasa, sosial-emosional, pemahaman moral dan agama secara proporsional dan terintegrasi. Hal ini berarti, tingkat perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada usia TK bukanlah merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik (calistung), tetapi lebih merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan.
Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Departemen Nasional, Ace Suryadi dalam Pujiati (2007) mengemukakan bahwa pembelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak usia dini/TK merupakan salah satu kesalahan terbesar dan berdampak negatif pada perkembangan anak. Selaras dengan hal tersebut, Solehuddin dalam Sriningsih (2008 : 3) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang hanya menitikberatkan kepada penguasaan baca, tulis dan hitung merupakan sesuatu yang tidak lengkap dan berdampak negatif terhadap perkembangan anak karena hanya akan mengembangkan sebagian aspek dari kecakapan individu sambil "mematikan" pengembangan kecakapan lainnya. Dengan demikian yang lebih dikehendaki adalah suatu pendekatan dan strategi pendidikan bagi anak yang lebih integratif dan comprehensif serta sesuai dengan dunia dan kebutuhannya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, tentu tidak bijaksana jika anak usia TK sudah diberi 'beban' untuk cakap dalam calistung yang bersifat akademik. Namun demikian, bukan berarti anak usia TK tidak boleh diajarkan calistung khususnya berhitung. Yang perlu ditekankan adalah pendidik perlu memperhatikan tahapan-tahapan anak dalam belajar berhitung permulaan. Ini berarti kegiatan yang diberikan di TK diharapkan lebih menunjang anak untuk memiliki kesiapan berhitung.
Pada dasarnya pembelajaran matematika untuk anak usia dini bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berfikir anak agar memiliki kesiapan untuk belajar matematika pada tahap selanjutnya (Sriningsih, 2008 : 1). Pembelajaran matematika untuk anak usia dini lebih menekankan pada pengenalan konsep matematika dasar, salah satunya yaitu konsep aritmatika atau berhitung. Aritmatika atau berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika, sebab salah satu syarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung.
Berdasarkan standar NCTM {National Council of Teacher Mathematics) aritmatika merupakan bagian dari standar isi bilangan dan operasi bilangan. Pada bilangan dan operasi bilangan ini anak-anak dapat memecahkan konsep dasar aritmatika dalam memecahkan masalah (Sriningsih, 2008 : 62). Aritmatika adalah bidang yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Mulyono, 2003 : 253).
Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan operasi penjumlahan bilangan pada anak Taman Kanak-kanak diperlukan pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajarannya, salah satunya melalui permainan matematika.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas bermain dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini adalah bermain.
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia TK. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia TK harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar. Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.
Menurut Sudono (2000 : 1) Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Sedangkan menurut Hildebrand (Setianingsih, 2007 : 10) mengungkapkan bahwa bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk menstransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Kemudian Dopyera (Sriningsih, 2008) mendefinisikan bahwa kegiatan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela oleh anak. Bermain timbul dari dorongan yang ada dalam diri anak itu sendiri, sehingga memungkinkan keterlibatan anak dalam setiap permainan secara aktif dan bermakna.
Mayke dalam Sudono (2000 : 3) mengemukakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Disinilah proses pembelajaran terjadi, melalui permainan memberikan pengalaman belajar pada peserta didik.
Berdasarkan definisi bermain di atas, bermain merupakan suatu sarana bagi anak untuk berlatih, mengeksploitasi dan merekayasa yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat untuk memperoleh informasi, kesenangan dan mengembangkan daya imajinasinya. Dengan demikian, banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak melalui aktivitas bemain. Salah satunya adalah konsep matematika.
Pada kenyataannya yang kerap terjadi dilapangan pola pembelajaran matematika untuk anak usia dini dilaksanakan cenderung berorientasi akademik. Solehuddin (2000 : 9) mengemukakan bahwa :
Pendekatan pendidikan prasekolah yang berorientasi akademik dicirikan dengan dominasi guru dikelas, kurikulum dan kegiatan belajar yang terstruktur, serta penekanan akan segi penguasaan materi yang diajarkan sesuai dengan yang diharapkan guru. Hasil belajar dalam bentuk prestasi akademik adalah sasaran utama dari pendekatan ini.
Sejalan dengan apa yang di kemukakan diatas, dalam penelitiannya Rachmawati (2008) mengemukakan bahwa "Praktek pelaksanaan operasi angka di Taman Kanak-kanak lebih bersifat akademik seperti layaknya anak usia SD. Sebagian besar langsung menggunakan soal-soal latihan yang bersifat abstrak berupa penjumlahan angka, pengurangan angka, bahkan kombinasi dari penjumlahan dan pengurangan, tanpa menggunakan lat bentu media".
Adanya kecenderungan proses pembelajaran matematika yang berorientasi akademik ini dialami di TK X. Selama ini, pembelajaran matematika di TK X menggunakan metode drill yang dilakukan setiap hari sebelum anak-anak memulai kegiatan di sekolah, anak menyebutkan urutan bilangan satu sampai sepuluh sambil melihat gambar angka/ bilangan yang tertempel pada dinding kelas. Selain itu pengajaran konsep matematika di TK X ini sering menggunakan lembar kerja atau lebih sering di sebut LK yang merupakan bagian dari praktek paper-pencil. Sehingga anak kurang bisa mengaitkan antara apa yang dipelajarinya dengan lingkungan sekitarnya.
Anak cenderung menghafal angka yang terdapat pada gambar dan kurang mengkaitkan dengan penerapan angka-angka itu untuk menerangkan orang atau benda yang sering ditemuinya sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi kurang menjembatani apa yang diperoleh anak di TK dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki anak untuk menghadapi lingkungannya.
Berdasarkan gambaran tersebut, peranan guru sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memanipulasi obyek-obyek atau alat dalam bentuk permainan yang dilaksanakan dalam pembelajaran matematika di Taman Kanak-kanak.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, permainan ini diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Salah satu permainan matematika adalah permainan Math Manipulative. Permainan Math Manipulative merupakan salah satu dari permainan Whole math. Whole math merupakan pendekatan pembelajaran matematika untuk anak usia dini yang menghubungkan pelajaran matematika dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari (Moomaw and Hironymus, 1995 : 2).
Menurut Clements dalam Bennett L Tisha (2000) menyatakan bahwa manipulatif yang baik adalah yang dapat membantu anak dalam membangun, memperkuat, dan menghubungkan berbagai representasi ide matematika. Sedangkan menurut James (1997 : 06) media manipulatif adalah model konkrit yang dapat disentuh, digerakan oleh anak yang berfungsi untuk membantu anak memahami berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dapat ditemukan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media manipulatif seperti bola, biji-bijian, kelereng, jepitan jemuran dan lain-lain. Permainan math manipulative ini menggunakan material yang dekat dengan keseharian anak, seperti boneka, kelereng sebagai alat permainannya, kelereng merupakan salah satu benda yang familiar atau dekat dengan anak.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini memfokuskan pada kajian "Efektivitas Math Manipulative terhadap Kemampuan Operasi Penjumlahan Bilangan Anak Usia Taman Kanak-kanak".

B. Rumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan "Efektivitas Math Manipulatif Terhadap Kemampuan Operasi Penjumlahan Bilangan Anak Usia TK". Permasalahan tersebut diuraikan ke dalam bentuk rincian pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan awal operasi penjumlahan bilangan anak usia TK pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diterapkan permainan math manipulative ?
2. Bagaimana kemampuan akhir operasi penjumlahan bilangan anak usia TK pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sesudah diterapkan permainan math manipulative ?
3. Apakah permainan Math Manipulatif efektif untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan bilangan anak TK?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas Math Manipulative terhadap kemampuan operasi penjumlahan bilangan anak usia Taman Kanak-kanak. Adapun secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang kondisi awal kemampuan operasi penjumlahan bilangan di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di TK X.
2. Memperoleh gambaran tentang kondisi akhir kemampuan operasi penjumlahan bilangan di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di TK X.
3. Sejauh mana efektivitas permainan Math Manipulative dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan bilangan anak di TK X.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan, dan untuk menambah keilmuan tentang efektifitas Math Manipulative terhadap kemampuan operasi penjumlahan bilangan anak usia Taman Kanak-kanak.
2. Secara Praktis :
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan penelitian mengenai efektifitas Math Manipulative terhadap kemampuan operasi penjumlahan bilangan anak usia Taman Kanak-kanak.
b. Bagi Guru
Meningkatkan pemahaman guru tentang permainan matematika khususnya Math Manipulative serta menjadi acuan bagi guru dalam menggunakan metode bermain sebagai upaya mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan bilangan anak TK.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih kepada Lembaga penyelenggara pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk TK X, dalam menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi anak, serta dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memahami operasi penjumlahan bilangan.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnnya mengenai hal yang lebih mendalam.