Search This Blog

SKRIPSI ANALISA TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT X

SKRIPSI ANALISA TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT X

(KODE : KEPRAWTN-0005) : SKRIPSI ANALISA TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT X




BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang Masalah
Eraglobalisasi merupakan suatu era baru yang akan membawa berbagai perubahan dibidang kehidupan. Salah satunya yaitu perubahan dibidang kesehatan. Terbuktinya pasar bebas akan berakibat pada tingginya kompetisi dibidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini menuntut adanya peningkatan kualitas serta profesionalisme sumber daya manusia kesehatan termasuk juga didalamnya sumber daya manusia keperawatan (Anaswarni, Keliat, Sabri, 2002). Pada masa sekarang dan yang akan dating, perawat dituntut untuk berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan diRumah sakit (Jane, 2001 dikutip dari Purnomo, 2004).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga kelompok dan ataupun masyarakat (Lovely dan loobam 1973, dalam waluyo, 2008). Pelayanan keperawatan adalah salah satu ruang lingkup pelayanan yang merupakan inti dari kegiatan pelayanan dirumah sakit. Rumah sakit harus menaga mutu keperawatan agar mampu bersaing (DepKes, 1995).
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dalam menentukan mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit karena jumlah perawat adalah yang terbanyak dan yang paling banyak kontak dengan pasien. Perawat memberikan pelayanan selama 24 jam terus menerus pada pasien sehingga menjadikan satu-satunya profesi kesehatan dirumah sakit yang banyak memberikan persepsi terhadap pelayanan kesehatan pada diri pasien (Purnomo, 2004).
Menurut Soejadi (1996), pasien adalah individu terpenting dirumah sakit, sehingga konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Didalam suatu proses keputusan, konsumen yaitu pasien tidak akan berhenti hanya sampai proses penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya tersebut. Hasil dari proses evaluasi itu akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas (Sumarwan, 2003). Kepuasan pasien akan tercapai apabila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap ppasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya, adanya perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap atau memprioritaskan kebutuhan pasien (Kotler, 2003).
Kepuasan pasien adalah indikator pertama dari standar suatu rumah sakit dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pasien yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan dirumah sakit, sedangkan sikap karyawan terhadap pasien juga akan berdampak terhadap kepuasan pasien dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan (Heriandi, 2006).
Salah satu pelayanan yang ada dirumah sakit adalah pelayanan prima, dimana pelayanan prima adalah pelayanan yang professional, cepat, bersih, ramah, dan pelayanan yang menberikan kepuasan dan kesembuhan bagi pasien (Keliat, Budi, Anna (2008). Untuk menuju pelayanan prima dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, meliputi ruangan, alat kesehatan utama, alat diagnostic dan alat penunjang diagnostic serta alat kesehatan untuk suatu tindakan medik. Disamping itu juga tidak kalah pentingnya sumber daya manusia yang memenuhi syarat, baik kualitas maupun kuantitas. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang andal dan tingkah laku yang baik (Cokroaminoto, 2006).
Semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terangkau, maka berbagai upaya telah ditempuh dan memenuhi harapan tersebut. Pelayanan prima pada dasarnya dituukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memenuhi lima dimensi mutu utama yaitu : tangibles, reliability, resvonsiveness, assurance, dan emphaty (Fahriadi, 2007).
Dari hasil penelitian Mardiah (2007) yang dilakukan dirumah sakit umum sigil untuk meneliti pelayanan yang berkualitas diperoleh hasil sebanyak 72,3% mempunyai peersepsi yang baik tentang reliability, sebanyak 79,8% mempunyai persepsi yang baik tentang responsiveness dan 62,8% memiliki persepsi yang baik terhadap tangibles.dalam hal ini kepuasan sebanyak 53,2% menyatakan cukup puas, sistribusi mutu pelayanan yang paling banyak adalah baik dengan nilai 21,3% sedangkan kepuasan pasien rawat inap yang paling banyak menyatakan cukup puas adalah 22,3% selebihnya menyatakan tidak puas. Hasil ini searah dengan kepuasan pasien.
Pada saat ini rumah sakit X enerapkan pelayanan keperawatann prima disetiap ruang rawat inap. Adapun rumah sakit ini memiliki fasilitas ruang rawat inap sebanyak 3 ruangan yaitu instalasi rawat inap terpadu A terdiri dari 7 ruangan, instalasi rawat inap terpadu B terdiri dari 6 ruangan, dan CVCU terdiri dari 2 ruangan, dengan kapasitas tempat tidur berumlah 600 buah. Data dari bagian rekam medis RS X (2009) menyebutkan pada periode Januari hingga desember 2008 jumlah pasien yang dirawat inap berjumlah 17720 orang. Dengan rata-rata hari rawat inap adalah 3-9 hari. Dengan demikian rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap setiap bulannya adalah 1477 orang.
Pelayanan keperawatan prima di RS X diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan system pelayanannya agar tercapai kepuasan pasien. Bagian keperawatan RS X (2008) telah melakukan evaluasi mutu pelayanan keperawatan prima dengan hasil penampilan fisik baik (75,2%), penyampaian prima cukup (83,6%), penyampaian prima cukup (83,6%), kemampuan prima cukup (80%), dan disiplin cukup (84,5%).
Berdasarkan tinjauan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap RS X.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimana tingkat kepuasan pasien pada pemberian pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap RS X?

3. Tujuan Penelitian
3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien pada pemberian pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap RS X.
3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima berdasarkan kemampuan perawat.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima berdasarkan sikap perawat.
3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima berdasarkan penampilan perawat.
4. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima berdasarkan perhatian yang diberikan perawat.
5. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima berdasarkan tindakan yang dilakukan perawat
6. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima berdasarkan tanggung jawab yang diberikan perawat.

4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan memberikan konstribusi terhadap berbagai aspek yaitu :
4.1. RS X
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi tambahan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan sebagai evaluasi untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di RS X.
4.2. Pendidikan
Dalam aspek pendidikan, penelitian ini bermamfaat dalam memberikan informasi tambahan dan data evaluasi yang berguna bagi pendidikan keperawatan.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya terutama yang menyangkut perkembangan pelayanan keperawatan prima.
SKRIPSI DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM UKS PADA SD NEGERI DI KECAMATAN X

SKRIPSI DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM UKS PADA SD NEGERI DI KECAMATAN X

(KODE : KEPRAWTN-0004) : SKRIPSI DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM UKS PADA SD NEGERI DI KECAMATAN X




BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Dewasa ini pemerintah telah dan sedang berusaha meningkatan derajat kesehatan masyarakat, termasuk masyarakat sekolah. Betapa tidak, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional sangat ditunjang oleh kesehatan peserta didik di suatu lembaga pendidikan (Komang, 2008). Untuk mendukung terciptanya peserta didik yang sehat, sekolah dapat merealisasikan dengan mengaktifkan program usaha kesehatan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan yang optimal sehingga dapat memaksimalkan potensi dan prestasi anak untuk belajar (McKenzie, 2007). Program ini terdiri dari tiga kegiatan utama yang disebut dengan Trias Usaha Kesehatan Sekolah meliputi aspek pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, serta pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Effendi, 1998).
Usaha kesehatan sekolah merupakan usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta komunitas lingkungan sekolah sebagai sasaran utama. Guru UKS dan peserta didik adalah merupakan anggota primernya, masyarakat sekolah atau orang tua siswa, serta perawat komunitas dalam hal ini petugas kesehatan dari puskesmas menjadi pendukung pelaksana keberhasilan program kesehatan sekolah (Effendi, 1998). Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia masih belum ada pelayanan sekolah yang menyeluruh, karena persoalan tenaga guru yang belum terlatih dan pendanaan untuk program usaha kesehatan sekolah yang belum memadai. Sedangkan untuk program usaha kesehatan sekolah diperlukan kerja tim yang efisien dan efektif untuk memberikan hasil yang optimal (Wahyuni, 2005).
Provinsi Sumatra Utara, khususnya kota X disampaikan bahwa belum semua Sekolah Dasar menjalankan program usaha kesehatan sekolah. Hal ini disebabkan tidak tersedianya ruang khusus, dana operasional kegiatan maupun kader kesehatan atau perawat usaha kesehatan sekolah yang dapat terlibat aktif Beberapa sekolah yang sudah memiliki program usaha kesehatan sekolah umumnya merupakan sekolah-sekolah yang sudah mapan dan mandiri (Zuraidi, 2009). Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten X Provinsi X, dimana kabupaten ini memiliki 176 Sekolah Dasar dan tidak semua Sekolah Dasar Negeri tersebut melaksanakan program usaha kesehatan sekolah (Dinkes X, 2009).
Dari data survey awal peneliti ada satu kecamatan yaitu Kecamatan X yang telah melaksanakan program usaha kesehatan sekolah mencapai 73 persen atau 19 Sekolah Dasar dari 26 Sekolah Dasar Negeri yang ada, dan Puskesmasnya berhasil menjadi juara pertama pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah untuk tingkat X (Data Puskesmas X, 2009). Melihat keberhasilan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan X Kabupaten X diatas, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dukungan petugas kesehatan yang dapat memberikan keberhasilan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di Sekolah-Sekolah Dasar Negeri.

2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan X Kabupaten X.

3. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan bagaimana gambaran dukungan petugas kesehatan dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan X Kabupaten X.

4. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk praktek keperawatan dan riset keperawatan berikutnya.
4.1 Praktek keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi petugas kesehatan, khususnya perawat UKS di unit pelayanan kesehatan masyarakat tentang hal yang mendukung pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah pada Sekolah Dasar.
4.2 Riset Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan fakta yang ada tentang dukungan petugas kesehatan/perawat dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah sehingga berguna bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
SKRIPSI EFEKTIFITAS STRATEGI PLANTED QUESTIONS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X

SKRIPSI EFEKTIFITAS STRATEGI PLANTED QUESTIONS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X

(KODE : PEND-AIS-0069) : SKRIPSI EFEKTIFITAS STRATEGI PLANTED QUESTIONS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dan tuntutan yang signifikan untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara demi tercapainya sumber daya manusia yang berintelektualitas dan berkualitas tinggi. Intelektualitas dan kualitas tersebut sangat bergantung dari keberhasilan penyelenggaraan sistem pendidikan.
Setiap bangsa akan maju karena pendidikannya. Pendidikan yang maju merupakan jantung dan denyut nadi bangsa. Dimana pendidikan nasional mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu :
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Dengan demikian, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional terutama dalam meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sebagaimana pendapat Dr. Zakiah Darajat yang Mengungkapkan, bahwasanya pendidikan agama Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai, yaitu Insan kamil dengan pola takwa.
Akan tetapi kenyataan yang ada sebaliknya, meskipun siswa telah diberikan pendidikan agama Islam mereka tetap saja ada yang melakukan perbuatan tidak terpuji. Dalam surat kabar Jawa Pos disebutkan, bahwa banyak pelajar yang otaki tindak kriminalitas. Mereka melakukan kasus kejahatan mulai dari pencurian, kekerasan fisik, hingga pencabulan dan pemerkosaan.
Berdasarkan perihal demikian, pendidikan agama Islam bisa dikatakan belum dapat menjadikan siswa mencapai tujuan pendidikannya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menanggapi hal ini, penulis sependapat dengan pendapat Muhaimin yang mengemukakan bahwa untuk dapat mencapai tahapan psikomotor siswa harus terlebih dahulu melalui tahapan kognitif dengan baik. Yang dimaksud dengan tahapan kognitif adalah pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Setelah melalui tahapan kognitif tersebut siswa dapat menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognitif. Ini dikarenakan penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh apabila dilandasi dengan pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran agama islam. Dan baru kemudian, setelah melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa tergerak untuk mengamalkan dan mentaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik).
Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah perlu dilaksanakan secara efektif sehingga siswa dapat mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Strategi pembelajaran sebagai suatu rencana yang berisi rangkaian kegiatan pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, ini sangat penting sekali diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam agar tercapai tujuan pendidikan agama Islam yang diharapkan.
Karena ranah kognitif mempunyai peran yang penting dalam pembentukan insan kamil sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional dan merupakan tujuan pendidikn agama Islam, maka diperlukannlah strategi yang dapat membantu siswa dalam mengetahui dan memahami ajaran Islam.
Dan sehubungan dengan uraian diatas, penulis mengambil judul penelitian "EFEKTIFITAS STRATEGI PLANTED QUESTIONS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI X"

B. Definisi Operasional
Untuk memudahkan maksud yang terkandung dalam judul skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan tentang bagian-bagian yang ada pada judul skripsi. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Efektifitas : Berasal dari kata efektif, yang berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya).
2. Strategi : Suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang ditentukan.
3. Planted questions : Salah satu strategi pembelajaran aktif melalui pertanyaan rekayasa yang diberikan kepada peserta didik yang terpilih.
4. Prestasi Belajar : Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8 Jadi yang dinamakan dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai berupa perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkunganya.
5. Pendidikan Agama Islam : Berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Pada kurikiulum tahun 1999, ruang lingkup materi PAI dipadatkan menjadi lima unsur pokok yaitu Al Quran, keimana, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah,serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.10 Adapun dalam penelitian ini, penulis lebih menfokuskan diri pada materi tarikh tepatnya pada sejarah Nabi Muhammad SAW.
6. SMP Negeri X : Sekolah Menengah Pertama yang berada di daerah X, dan di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.

C. Rumusan Masalah
Dari judul yang telah disebutkan, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan strategi planted questions di SMP Negeri X ?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri X ?
3. Bagaimana efektifitas strategi planted questios terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri X ?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan antara lain :
1. Penerapan strategi planted questions di SMP Negeri X
2. Prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri X
3. Efektifitas strategi planted questios terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri X

E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitan ini dilakukan adalah :
1. Secara teoritis, adalah sebagai upaya memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam pengembangan wawasan akan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga dapat membantu dalam proses pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam mebangun suatu pemahaman ajaran agama Islam yang integral secara kognitif, afektif, dan spikomotor.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidik sebagai suatu bahan informasi untuk upaya peningkatan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam melaksanakan pola pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. Bagi penulis secara pribadi sangat berguna dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi.

F. Sistematika Pembahasan
Mengenai sistem pembahasan, penulis menyusunnya sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dipaparkan secara teoritis mengenai kajian tentang strategi plented questions, kajian tentang prestasi belajar pendidikan agama Islam, serta efektifitas strategi planted questions terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang identifikasi variabel, jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum SMP Negeri X, gambaran tentang pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri X, penyajian data dan analisis data.
BAB V : PENUTUP
Ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dan saran.
SKRIPSI EFEKTIVITAS TEKNIK BERTANYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MI X

SKRIPSI EFEKTIVITAS TEKNIK BERTANYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MI X

(KODE : PEND-AIS-0068) : SKRIPSI EFEKTIVITAS TEKNIK BERTANYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MI X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa apabila penyampaiannya menggunakan strategi, metode serta teknik yang kurang tepat.
Pada konteks pembelajaran, tanya jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang paling umum dan sering digunakan di kelas. Moore (1986) menjelaskan bahwa bertanya (questioning) memainkan peranan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan Socrates memandang bahwa bertanya dengan mengajar merupakan kegiatan yang integral. Dengan kata lain, dalam proses belajar mengajar guru hendaknya sering mengajukan pertanyaan kepada siswanya, baik secara individu, kelompok kecil maupun kelompok besar.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, karena pertanyaan yang tersusun baik dan dengan teknik pelontaran yang tepat akan meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berfikir dan cara belajar efektif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, menurut proses berpikir murid sebab pertanyaan yang baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik pula, memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan kritis bagi peserta didik adalah dengan mengembangkan pendidikan partisipatif, yaitu pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. Keterlibatan peserta didik dalam pendidikan tidak sebatas sebagai pendengar, pencatat, dan penampung ide-ide pendidik, tetapi lebih dari itu ia terlibat aktif dalam mengembangkan dirinya sendiri.
Pada waktu siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru di kelas, maka dalam interaksi tersebut sudah membuktikan adanya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi tidak jarang juga kita menemukan dalam proses pembelajaran di kelas hanya siswa tertentu saja yang berpartisipasi aktif dalam menjawab pertanyaan guru. Kemungkinan yang terjadi disebabkan kurangnya pemberian waktu pada siswa guna memikirkan jawaban, ada juga siswa merasa kurang memahami pertanyaan guru dan siswa merasa takut untuk mengutarakan jawaban.
Berdasarkan kenyataan tersebut diharapkan sebelum guru mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas. Guru terlebih dahulu mengetahui dan memahami keterampilan bertanya serta mampu menerapkan teknik bertanya dengan baik sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa. Kegiatan bertanya akan lebih efektif apabila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Keterampilan bertanya ini harus dikuasai oleh guru baik guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi yang diajarkan serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta didik. Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti : jelas, informasi lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terahir tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas dan sejauh pengamatan penulis dalam suatu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung terlihat bahwa kurangnya partisipasi siswa dalam menanggapi atau memberi jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang diajukan guru pada mereka. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul "EFEKTIVITAS TEKNIK BERTANYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MI X".
Dalam skripsi ini, penulis tidak melakukan eksperimen sebuah teori baru akan tetapi penulis ingin mengetahui bagaimana teknik-teknik bertanya guru MI X yang dapat meningkatkan partisipasi siswa ketika proses pembelajaran fiqih berlangsung.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas timbul beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini, masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik bertanya guru pada pembelajaran fiqih di MI X ?
2. Bagaimana partisipasi siswa pada pembelajaran fiqih di MI X ?
3. Bagaimana efektivitas teknik bertanya dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MI X ?

C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan teknik bertanya yang digunakan guru pada pembelajaran fiqih di MI X.
2. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi siswa pada pembelajaran fiqih di MI X.
3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas teknik bertanya dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MI X.

D. Batasan Masalah
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas. Teknik bertanya sering digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Karena keterbatasan waktu dalam penelitian dan agar penelitian dapat berlangsung maksimal maka, penulis hanya menfokuskan pada :
1. Teknik bertanya guru dalam proses pembelajaran fiqih,
2. Mata pelajaran fiqih dalam penelitian ini diaplikasikan pada materi khitan,
3. Penggunaan teknik bertanya pada materi khitan ditujukan pada kelas V di MI X.

E. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai mahasiswa maupun lembaga pendidikan. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan, maka manfaat dari penelitian ini meliputi :
1. Bagi penulis
Dapat menyelesaikan tugas ahir perkuliahan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan study di fakultas tarbiyah X dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya pengetahuan tentang teknik bertanya serta keefektivitasannya dalam meningkatkan partisipasi siswa.
2. Bagi lembaga
Dapat mengetahui teknik bertanya yang efektif dalam meningkatkan partisipasi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
3. Bagi Siswa
Memberikan arahan bimbingan kepada siswa pada proses pembelajaran di kelas dalam merespon pertanyaan dan menguasai konsep-konsep ilmu yang diajarkan.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pembahasan Skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, identifikasi variabel, hipotesis dan sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI. Yang memaparkan tentang : A. Tinjauan tentang teknik bertanya, yang meliputi pengertian teknik bertanya, jenis-jenis pertanyaan, tujuan bertanya, teknik dalam bertanya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bertanya. B. Tinjauan tentang partisipasi belajar siswa yang meliputi pengertian partisipasi belajar, macam-macam partisipasi belajar, prinsip-prinsip belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. C. Tinjauan tentang mata pelajaran fiqih yang meliputi pengertian fiqih, tujuan pembelajaran fiqih, ruang lingkup fiqih, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran fiqih. D. Tinjauan tentang efektivitas teknik bertanya dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
BAB III METODE PENELITIAN yang meliputi jenis dan pendekatan penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Yang menguraikan tentang A. Tinjauan tentang gambaran umum objek penelitian yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, serta struktur organisasi di MI X. B. Deskripsi data meliputi : penyajian data hasil interview, hasil observasi, dan hasil angket. C. Analisis data dan pengujian hipotesis yang meliputi analisis data tentang pelaksanaan teknik bertanya pada pembelajaran fiqih, analisis data tentang partisipasi belajar siswa dan analisis data tentang efektivitas teknik bertanya dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MI X.
BAB V PENUTUP. Yang menguraikan tentang A. Kesimpulan dan B. Saran.
SKRIPSI HUBUNGAN AKTIFITAS BELAJAR KELOMPOK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI X

SKRIPSI HUBUNGAN AKTIFITAS BELAJAR KELOMPOK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI X

(KODE : PEND-AIS-0067) : SKRIPSI HUBUNGAN AKTIFITAS BELAJAR KELOMPOK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Secara kodrati manusia adalah makhluk individu dan makhluk social. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk social, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun tidak terlepas dari individu yang lain, hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi dengan lingkungan, interaksi dengan sesamanya maupun interaksi dengan Tuhannya. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat : 13)
Dari ayat tersebut di atas, hendaknya manusia mampu hidup bersama-sama dengan orang lain, maka dituntut adanya suatu kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka dapat mengintegrasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat.
Di dalam dunia pendidikan juga ada istilah interaksi yang dinamakan interaksi edukatif. Yaitu interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain apa yang dinamakan interaksi edukatif secara khusus adalah sebagai interaksi belajar mengajar. Belajar dapat juga diartikan sebagai : "Suatu perubahan tingkah laku karena hasil pengalaman yang diperoleh".
Dari pengertian belajar di atas, maka keaktifan siswa sebagai subyek belajar sangat menentukan. Jadi tidak benar adanya suatu anggapan bahwa siswa hanya sebagai obyek pendidikan yang hanya dapat menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya. Dengan demikian di dalam proses interaksi belajar mengajar guru sebagai pengajar tidak boleh mendominasi kegiatan tetapi sebagai seorang guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif.
Disamping itu tugas guru adalah memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Sehingga dengan demikian diharapkan potensi siswa sedikit demi sedikit dapat berkembang menjadi, manusia yang aktif dan kreatif yang beriman.
Pentingnya motivasi dan bimbingan guru dalam hal belajar siswa dapat dilihat dari pendapat Prof. Dr. Oemar Mohammad al Toumy al Asy Syaibany dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam, menyatakan :
Menjaga motivasi, kebutuhan, minat dan keinginannya pada proses belajar sangat penting sebab dengan menggerakkan motivasi dan berbagai aktifitas yang diminta pelajar serta metode-metode yang baik dapat menjadikan pelajar lebih giat dan lebih aktif dalam belajarnya. Dengan demikian barang siapa yang belajar berdasar pada motivasi yang kuat maka tidak akan mudah lelah dan cepat bosan. Oleh karena itu perlulah guru memelihara motivasi pelajar seperti kebutuhan, keinginan dan cara-cara pengajaran yang baik agar dapat menjamin sikap positif pelajar dan kecintaannya terhadap pelajaran.
Belajar kelompok yang dimaksudkan haruslah benar-benar mendapatkan kontrol dan pembinaan yang kontinyu dari guru-guru sebab tanpa adanya pembinaan dan kontrol dari guru, motifasi siswa untuk belajar menjadi lemah bahkan akan berakibat negatif.
Salah satu usaha untuk membangkitkan motivasi siswa yaitu memberikan suatu, yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa ingin mencapai tujuan tersebut. Oleh karenanya guru perlu menjelaskan tujuan belajar kelompok pada setiap kontrol yang dilaksanakannya, sebab belajar kelompok yang dibentuk tanpa diikuti oleh kontrol dan pembinaan yang kontinyu dari guru, siswa akan merasa mendapatkan tambahan pekerjaan yang memberatkan dirinya, terlebih lagi bagi siswa yang belum menyadari pentingnya belajar kelompok, sebaliknya belajar yang benar-benar mendapatkan pembinaan yang kontinyu dari guru, secara psikologis akan membuat siswa mempunyai perasaan lebih aman, sebab siswa merasa mendapatkan perlindungan dari gam sehingga siswa akan terdorong untuk lebih giat lagi.
Adanya prestasi belajar yang baik dalam belajar akan merupakan dorongan yang positif bagi siswa sehingga gairah dan minat belajar akan semakin kuat, karena tanpa adanya dorongan atau situasi yang dap at membangkitkan minat belajar anak, maka jangan diharap si anak berprestasi seperti yang diharapkan.
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, hal tersebut berarti bahwa siswa akan lebih baik dan lebih giat belajarnya, apabila usaha tersebut berhasil baik dan sebaliknya mereka tidak akan berminat belajar bila usahanya tidak berhasil dengan baik.
Prestasi belajar yang baik tidak hanya berpengaruh terhadap gairah belajar saja, akan tetapi memberikan pengalaman yang membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif, selain itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, ia akan berfikir secara kritis dan kreatif, ia akan belajar bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah dan ia akan belajar mengenal kesanggupan yang ada pada dirinya sendiri.
Usaha yang dilakukan guru dalam mencapai prestasi belajar anak yang baik adalah dengan cara membentuk belajar kelompok yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebab dalam sistem belajar kelompok terdapat interaksi atau hubungan yang sangat erat antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Sikap saling membantu dapat memudahkan siswa didalam manghadapi kesulitan khususnya yang berkaitan dengan kesulitan belajar. Sikap saling membantu dan menolong di dalam kebaikan ini sejalan dengan ajaran Islam, sebagaimana firman Allah :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. Al Maidah : 2)
Dengan demikan usaha dengan melalui belajar kelompok dimungkinkan dapat terbentuknya siswa yang cerdas dan berprestasi, sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah dalam urusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3 yang berbunyi :
"Penidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab"
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian yang berjudul : "Hubungan Aktiftas Belajar Kelompok dengan Prestasi Belajar Siswa MTs. Negeri X Kabupaten X"

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diungkapkan terdahulu, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Rumusan masalah umum
Adakah hubungan antara aktifitas belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X. Dan jika ada hubungan, maka sejauh mana hubungan tersebut
2. Rumusan Masalah Khusus
a. Ingin mendiskripsikan hubungan antara tanggung jawab terhadap kegiatan belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X . Dan jika ada hubungan, sejauh manaah hubungan tersebut.
b. Ingin mendiskripsikan hubungan antara keterlibatan dalam kegiatan belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X. Dan jika ada hubungan, maka sejauh manakah hubugan tersebut.
c. Ingin mendeskripsikan hubungan antara kedisiplinan dalam kegiatan belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X . Dan jika ada hubungan, maka sejauh manakah hubugan tersebut.

C. Tujuan Penelitian
Penerapan tujuan yang jelas, sudah barang tentu akan mempermudah paencapaian dalam rangka memperoleh hasil yang optimal.
Tujuan diartikan sebagai target yang hendak dicapai di dalam suatu penelitian, yang nantinya dapat berfungsi sebagai bukti kebenaran dari teori yang diungkapkannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Drs. S. Margono, yang menyatakan : "Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan".
Dari pengertian di atas, maka dalam penelitian ini mempunya tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mendiskripsikan adakah hubungan antara aktifitas belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X Tahun Pelajaran 2008/2009. Dan jika ada hubungan, maka sejauh mana hubungan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendiskripsikan hubungan antara tanggung jawab terhadap kegiatan belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X . Dan jika ada hubungan, sejauh manaKah hubungan tersebut.
b. Untuk mendiskripsikan hubungan antara keterlibatan dalam kegiatan belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X . Dan jika ada hubungan, maka sejauh manakah hubugan tersebut.
c. Ingin mendeskripsikan hubungan antara kedisiplinan dalam kegiatan belajar kelompok dengan prestasi belajar siswa MTs. Negeri X Kabupaten X . Dan jika ada hubungan, maka sejauh manakah hubugan tersebut.

D. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan
Dalam pembahasan ini, dibahas secara berurutan yaitu : Latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, tujuan pembahasan.
Bab II Tinjauan Teoritis dan Hipotesis.
Dibahas secara berurutan sebagai berikut : Fungsi Teori dan hipotesa dalam penelitian yang terdiri dari dua sub pembahasan yaitu fungsi hipotesa, selanjutnya dibahas tinjauan teoritis tentang aktivitas belajar kelompok yang terdiri dari tiga sub pembahasan yaitu pengertian aktifitas belajar kelompok, tujuan dan keguanaan belajar kelompok. Kemudian dibahas tentang tinjauan teoritis tentang pretasi belajar yang terdiri dari dua sub pembahasan yaitu pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar, selanjutnya dibahas tinjauan teoritis tentang hubungan aktifitas belajar kelompok dengan prestasi belajar dan yang terakhir adalah hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian, pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV Laporan Penelitian.
Dalam bab ini akan dipaparkan tentang data yang dapat diperoleh selama penelitian, yang meliputi : latar belakang obyek, penyajian data, kemudian setelah data terkumpul, maka diadakan analisa data untuk menguji kebenaran hipotesa yang diajukan. Kemudian diakhiri dengan diskusi dan interpretasi.
Bab V Penutup
Pada bab ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian secara keseluruhan, saran-saran yang dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan akan diakhiri dengan penutup.
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PENILAIAN PROYEK (PROJECT ASSESSMENT) DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA X

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PENILAIAN PROYEK (PROJECT ASSESSMENT) DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA X

(KODE : PEND-AIS-0066) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PENILAIAN PROYEK (PROJECT ASSESSMENT) DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar siswa aktif (CBSA) sampai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004, dan telah disempurnakan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bukan tanpa alasan. Seiring dengan perubahan tersebut paradigma lama yang menempatkan Guru sebagai pusat belajar (teacher centered) mulai bergeser perlahan dan diganti dengan menjadikan murid sebagai subyek dalam pembelajaran (student centered).
Berkaitan dengan KTSP yang menekankan pada kompetensi. istilah kompetensi berarti pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai dasar yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang harus dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi ini harus dikembangkan sesuai kebutuhan, waktu, dan zaman. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat diukur sebagai wujud belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.
Menyinggung tentang penilaian, tentunya tidak bisa terlepas dari kata "Evaluasi (evaluation)", dimana evaluasi (evaluation) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik. Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, yang meliputi tiga domain, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran yang sesuai dengan KTSP, yaitu dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), penilaian tertulis (paper and pencil assessment), penilaian produk (product assessment), penilaian diri (self assessment), penilaian unjuk kerja (performance assessment), penilaian proyek (project assessment) dan penilaian sikap.
Penilaian pengumpulan kerja siswa (portofolio assessment) merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian sikap merupakan penilaian sikap peserta didik yang berguna untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, dan sebagai feedback pengembangan pembelajaran. Penilaian tertulis (paper and pencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Penilaian produk (product assessment) merupakan penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni. Penilaian diri (self assessment) merupakan suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Penilaian unjuk kerja (performance assessment) merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Dan penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.
Pada dasarnya beberapa teknik penilaian tersebut di atas merupakan satu kesatuan dalam penilaian berbasis kelas, Namun karena keterbatasan peneliti, maka hanya bisa meneliti untuk satu teknik penilaian saja dengan mempertimbangkan penilaian proyek. Penilaian tersebut dianggap cukup mengukur kompetensi siswa dan sangat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara obyektif berdasarkan hasil kerja (penugasan) siswa dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, menilai dan sikap sebagai hasil belajar. Disamping itu, penilaian proyek ini merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum, baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam semua bidang, khususnya bidang Pendidikan Agama Islam.
Pada umumnya, guru menilai peserta didik hanya pada aspek kognitifnya saja, sehingga aspek afektif dan psikomotor kurang mendapatkan perhatian atau kurang disentuh, terkhusus pada penilaian pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam. Untuk itulah guru dituntut untuk lebih memperhatikan ketiga aspek pembelajaran, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor dalam menilai peserta didik guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal ini sesuai dengan ketentuan penilaian berbasis kelas yang memperhatikan aspek-aspek dalam pembalajaran.
Selama ini anak didik cenderung dituntut kemampuan berfikirnya (menghapal). Alhasil, gurupun sibuk memberikan berbagai pengetahuan yang harus dihapal. Murid kurang diajar untuk belajar, tetapi cenderung berlatih menjawab soal. Seharusnya guru lebih menitik beratkan pada bagaimana pengetahuan yang dimilikinya bisa disampaikan kepada siswanya karena hasil yang diperoleh siswa dengan mengikuti pembelajaran lebih terarah agar siswa banyak memiliki beragam pengetahuan tanpa kedalaman yang berarti. Seringkali siswa hanya mampu mengingat sesaat tentang berbagai pengetahuan tanpa ada kesempatan untuk dapat mendalami penghayatannya, apalagi pemanfaatan dalam menghadapi masalah di kehidupan sehari-harinya.
Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah dari Allah kepada setiap umatNya, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta dan berkreasi). Setiap kreativitas pada diri seseorang tidaklah sama, tergantung kepada sejauh mana orang tersebut berkeinginan serta mampu untuk mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi dan karya. Terkait dengan evaluasi pembelajaran dan bagaimana mengasah kreativitas siswa, tentunya hanya guru yang profesionallah yang dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa pada khususnya. Proses pembelajaran dan penilaian tersebut diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas pada diri siswa. Keterampilan serta aktifitas guru seharusnya mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu dan termotivasi untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.
Secara teoritis penilaian proyek mempunyai hubungan timbal balik dengan kretivitas peserta didik. Karena pada teknik penilaian ini, siswa dituntut untuk mampu memahami, mengaplikasikan, menyelidiki dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dengan kata lain penilaian ini menuntut siswa untuk mengetahui, memahami pembelajaran tertentu, serta mengaplikasikan pengetahuan tersebut, dan menginformasikan kepada siswa lain secara jelas melalui proses diskusi atau presentasi. Sedangkan pada kreativitas diperlukan proses dimana siswa berusaha untuk menemukan dan mengekspresikan apa yang ada dalam diri untuk memecahkan suatu masalah atau tugas yang diberikan guru.
Berangkat dari pemaparan di atas, maka penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara penerapan penilaian proyek (project assessment) dengan kreativitas belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana penerapan penilaian proyek (project assessment) pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X ?
2. Bagaimana kreativitas belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X ?
3. Adakah hubungan antara penerapan penilaian proyek (project assessment) dengan kreativitas siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X ?

C. Tujuan Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
1. Untuk mengetahui penerapan penilaian proyek (project assessment) pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kreativitas belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penerapan penilaian proyek (project assessment) dengan kreativitas belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA X.

D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi para pendidik untuk menerapkan penilaian proyek (project assessment) dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Dan juga Bagi sekolah dan instansi-instansi pendidikan pada umumnya merupakan kontribusi tersendiri, atau minimal dapat dijadikan sebagai tambahan guna mendukung tercapainya proses evaluasi yang lebih baik dan mengena.
2. Sebagai bahan informasi dan bacaan di perpustakaan, di samping sebagai bahan acuan bagi mereka yang berniat meneliti lebih lanjut pada masalah ini yang lebih sempurna dari penelitian yang sudah ada, sehingga ilmu pengetahuan yang ada dapat berkembang secara lebih luas lagi.
3. Sebagai salah satu tugas yang dibebankan kepada mahasiswa tingkat akhir untuk memenuhi Sistem Kredit Semester (SKS).

E. Sistematika Pembahasan
Agar terbangun kerangka pemahaman yang jelas tentang kajian skripsi ini, penulis menyusun sistematika pembahasannya menjadi enam bab sebagai berikut :
Bab pertama sebagai landasan awal munculnya masalah yang dijabarkan dalam latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, devinisi operasional, hipotesis, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kajian teori yang terdiri dari tinjauan tentang penilaian proyek (project assessment) yang meliputi : pengertian penilaian proyek, karakteristik dan kriteria penilaian proyek, langkah-langkah implementasi, penskoran penilaian proyek serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penilaian proyek. Sedangkan tentang kreativitas belajar meliputi : pengertian, ciri-ciri siswa kreatif, tahap-tahap kreativitas, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, dan cara untuk mengembangkan kreativitas.
Bab ketiga merupakan penyajian metode penelitian yang terdiri dari : Variabel penelitian, Jenis penelitian, Populasi dan Sampel, Metode pengumpulan data, Instrumen penelitian, dan Analisis data.
Bab keempat merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari dua bagian, yaitu deskripsi tentang gambaran umum obyek penelitian dan membahas analisa serta penyajian data.
Bab kelima adalah merupakan pembahasan akhir dari skripsi. Bab ini terdiri dari kesimpulan, Saran-saran dan lampiran-lampiran kemudian daftar pustaka.
SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KUASAI DALAM MENGEFEKTIFKAN DAYA INGAT PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD X

SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KUASAI DALAM MENGEFEKTIFKAN DAYA INGAT PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD X

(KODE : PEND-AIS-0065) : SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KUASAI DALAM MENGEFEKTIFKAN DAYA INGAT PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka saat ini memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa depannya yang lebih baik. Keadaan ini juga memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi alam yang kompetitif, sehingga diyakini hanya manusia dengan kualitas unggul sajalah yang akan mampu survive.
Sejalan dengan itu, dalam bidang pendidikan, paradigma belajar sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting, diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat cepat, adalah penting untuk mengikuti laju perubahan dunia yang demikian. Hal ini berarti kecepatan perubahan laju dunia menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan yang berlangsung cepat, dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Konsep belajar dan pembelajaran nampaknya harus pula berubah. Pada saat laju perubahan ibarat prahara yang selalu menantang, pengajaran dan cara belajar tradisional sulit dipertahankan. Orientasi pendidikan tidak lagi hanya tertuju pada upaya kemampuan berpikir, tetapi lebih dari itu, juga mencetak manusia yang mampu berbuat dan selalu berusaha meningkatkan kualitas kehidupannya.
Pada abad ke-20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsep pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa perubahan pula dalam cara mengajar dan belajar di sekolah. Dari cara pengajaran lama dimana murid-murid harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak mungkin dalam berbagai mata pelajaran, situasi pengajaran di sekolah lebih menonjolkan peranan guru dengan tujuan untuk penguasaan materi pelajaran yang direncanakan oleh guru, murid lebih bersifat pasif dan hanya tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh guru, hal ini berangsur-angsur beralih menjadi pendidikan yang lebih memprioritaskan kepentingan siswa, guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan yang aktif dalam proses belajar mengajar adalah siswa itu sendiri.
Meskipun seorang pendidik hanya sebagai fasilitator, akan tetapi kehadiran pendidik dalam proses pembelajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan mereka belum dapat digantikan sepenuhnya oleh mesin, tape recorder atau oleh komputer yang paling canggih sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain, yang diharapkan merupakan hasil dari proses pembelajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan unsur manusia dibandingkan hasil produk teknologi tersebut. Colin Rose menyatakan bahwa guru adalah anggota suatu masyarakat yang paling berharga. Nilai, tertinggi diberikan pada guru yang lebih suka membimbing daripada menggurui anak didiknya. Dan pada guru yang mampu merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran kreatif dengan berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan. Dalam belajar ada pembelajar yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang dan ada yang lamban. Ketiga tipe belajar ini menghendaki agar setiap guru mampu mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kemampuan belajar mereka.
Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan model belajar yang lebih efektif, yang dikenal dengan konsep "KUASAI" model pembelajaran baru ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar lebih cepat dari sebelumnya dan siswa didik dapat mengingat materi yang disampaikan oleh pendidik dengan lebih efektif. Cara belajar dalam model "KUASAI" merupakan sebuah tawaran baru yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, sebagai masukan terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini dan untuk masa yang akan datang, khususnya bagi pendidikan Islam.
Model pembelajaran "KUASAI" ini merupakan model pembelajaran yang terdiri dari enam tahapan, yaitu :
1. Kerangka pikiran untuk sukses : pikiran harus dalam keadaan kaya dan termotivasi
2. Uraikan faktanya : melibatkan fakta untuk disesuaikan dengan gaya belajar yang disukai
3. Apa maknanya : seseorang perlu menjelajahi hal yang sedang dipelajari
4. Sentakkan ingatan : berusaha mengingat informasi yang telah diterima.
5. Ajukan yang anda ketahui : untuk mengetahui bahwa seseorang telah paham dengan apa yang dipelajari.
6. Introspeksi : Seseorang perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya pada apa yang telah dipelajari.
Pada model pembelajaran "KUASAI" ini, jika pendidik dapat menerapkannya pada proses belajar mengajar maka pendidik akan dapat membantu peserta didiknya untuk dapat mengingat materi-materi yang telah diajarkan dengan lebih baik.
Daya ingat merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang terutama bagi para siswa yang masih duduk di bangku sekolah, mengingat materi-materi yang disampaikan oleh guru-guru. Dan juga sudah menjadi tugas pendidik untuk membantu para peserta didik untuk dapat mengingat dengan baik materi-materi pelajaran yang dipelajari, karena dengan mengingat lebih baik para siswa juga akan lebih baik dan mudah selama proses belajar mengajar.
Untuk mempermudah proses pembelajaran dan siswa memiliki daya ingat yang baik maka guru dapat menggunakan model pembelajaran "KUASAI" ini, karena di dalam model pembelajaran "KUASAI" ini terdapat beberapa teknik yang mempermudah cara belajar siswa dan membantu ingatan siswa.
Salah satu sekolah yang menerapkan model pembelajaran "KUASAI" ini adalah SD X. Di sekolah tersebut gurunya selalu berusaha untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran agar para siswanya dapat menguasai materi belajar dengan baik. Adapun setelah guru di SD X tersebut menerapkan model pembelajaran "KUASAI" para siswanya memiliki daya ingat yang cukup baik.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada sekolah tersebut agar dapat menemukan dan mengungkapkan berbagai upaya yang dilakukan para pendidik dalam mengefektifkan daya ingat para siswa, dengan mengangkat judul skripsi :
"IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KUASAI DALAM MENGEFEKTIFKAN DAYA INGAT SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD X"

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran KUASAI di SD X ?
2. Bagaimanakah daya ingat siswa pada materi Pendidikan Agama Islam di SD X ?
3. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran KUASAI dalam mengefektifkan daya ingat siswa pada materi Pendidikan Agama Islam di SD X ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran model KUASAI di SD X.
2. Untuk mengetahui daya ingat siswa pada materi Pendidikan Agama Islam di SD X.
3. Mendiskripsikan implementasi model pembelajaran KUASAI dalam mengefektifkan daya ingat siswa pada materi Pendidikan Agama Islam di SD X.

D. Manfaat Penelitian
Setiap hasil penelitian pasti memiliki arti dan manfaat baik kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang dicermati maupun manfaat untuk kepentingan praktis. Hasil penelitian ini sekurang-kurangnya memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Akademis
Untuk mengembangkan konsep KUASAI diberbagai kalangan akademis. Sebab konsep KUASAI ini sangat relevan diterapkan dalam proses belajar mengajar, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.
2. Praktisi
a. Bagi Penulis
1) Dapat menerapkan secara langsung teori-teori yang penulis peroleh selama di bangku kuliah
2) Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi.
b. Bagi Sekolah
Sebagai informasi dan pedoman dalam hal konseptual tentang model pembelajaran KUASAI dan dapat memberikan kontribusi berharga kepada SD X.

E. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I berisi tentang : Pendahuluan, yang meliputi beberapa sub antara lain latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan.
BAB II berisi tentang : Model pembelajaran KUASAI yang meliputi : pengertian model pembelajaran KUASAI, tahap-tahap model pembelajaran KUASAI dan prinsip-prinsip model pembelajaran KUASAI. Daya ingat dan Pendidikan Agama Islam yang meliputi : pengertian daya ingat, prinsip-prinsip dasar tentang daya ingat, langkah-langkah dalam mengefektifkan daya ingat faktor-faktor yang mempengaruhi daya ingat, dan Pendidikan Agama Islam. Dan model pembelajaran KUASAI dalam mengefektifkan daya ingat siswa.
BAB III meliputi laporan hasil penelitian, yang meliputi : penyajian data tentang gambaran umum SD X, penyajian data dan analisa data tentang pelaksanaan model pembelajaran KUASAI dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam, di SD X penyajian data dan analisa tentang daya ingat siswa terhadap materi bidang studi Pendidikan Agama Islam di SD X serta penyajian data dan analisa tentang implementasi model pembelajaran KUASAI dalam mengefektifkan daya ingat siswa pada materi Pendidikan Agama Islam di SD X.
BAB V Penutup, Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini yang meliputi kesimpulan dan saran.
SKRIPSI MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI BERTARAF INTERNASIONAL

SKRIPSI MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI BERTARAF INTERNASIONAL

(KODE : PEND-AIS-0064) : SKRIPSI MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI BERTARAF INTERNASIONAL




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sangat mempengaruhi jalan hidup seseorang dalam dunia pendidikan, baik formal maupun nonformal terdapat beberapa komponen yang mendukung lancar atau tidaknya pendidikan itu berlangsung. Di antaranya : pendidik, anak didik, tempat belajar, kurikulum, sarana prasarana (fasilitas yang mendukung selama kegiatan belajar mengajar berlangsung), dan lain sebagainya. Kurikulum merupakan alat pendidikan yang sangat vital dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, mencakup semua pengalaman yang dilakukan siswa, dirancang, diarahkan, diberikan bimbingan dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah. Oleh karena kurikulum adalah alat yang sangat penting dalam pendidikan, maka alat ini memerlukan peninjauan, perombakan atau perubahan guna mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman. Maka dari itu kurikulum juga harus selalu berkembang.
Pengetahuan kurikulum menurut Audrey Nicholls dan S. Howard Nicholls adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus pembelajaran yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum tersebut terdiri dari empat unsur yakni :
1. Tujuan : mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh.
2. Metode dan Material : mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru.
3. Penilaian (assessment) : menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru.
4. Balikan (feedback) : umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
Masing-masing negara mempunyai standart kurikulum yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Di Denmark misalnya, kurikulum pendidikan di Denmark adalah lebih meningkatkan pada pentingnya faktor-faktor afektif. Ini tidak berarti bahwa orang Denmark mengabaikan unsur kognitif, tetapi mereka memandang unsur afektif sama perlunya untuk dipelajari sebagai unsur yang mendahului unsur kognitif. Penekanan yang sangat pada segi afektif ini tampak jelas dan terjadi dalam seluruh proses sekolah sejak dari taman kanak-kanak hingga pasca usia 16 tahun. sedangkan kurikulum di sekolah Amerika dirancang untuk mengangkat kepentingan murid serta masyarakat dan bekerja atas dasar prinsip kebergamaan dari pada keeksklusifan. Kurikulum sekolah di Amerika lebih condong pada perhatian orang tua yang mencoba menyetarakan intelektual. Hal ini dikemukakan oleh Goodlad, bahasa kurikulum di Amerika berbeda sekali dengan di Inggris, yang perhatian orang tuanya terfokus pada usaha mempertahankan standard dan penyediaan kurikulum akademis serta struktur ujian yang akan meningkatkan akses anak-anak mereka ke Universitas.
Kurikulum yang sedang diterapkan di sekolah-sekolah Indonesai saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar. Prinsip pengembangan KTSP sesuai dengan Permendiknas, No.22 tahun 2006, antara lain :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungan
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan
5. Belajar sepanjang hayat
6. Seimbang antara kepentingan global, Nasional, dan local
Pengembangan Kurikulum dalam KTSP dilakukan oleh para guru, kepala sekolah, komite beserta dewan pendidikan. Karena KTSP adalah ide tentang pengembangan kurikulum yang diposisikan pada tempat yang terdekat dengan pembelajaran, yaitu sekolah dan satuan pendidikan. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki "full authority and responsibility" dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Dengan kata lain, sekolah dan satuan pendidikan diberikan otonomi untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri sesuai dengan potensi, tunututan, dan kebutuhan masing-masing. Jadi, sekolah mempunyai wewenang dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi) dalam proses pengembangan kurikulumnya.
Pengembangan kurikulum dapat terealisasikan dengan baik apabila berpijak pada prinsip-prinsip pendidikan Islam, antara lain :
1. Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang membawa manusia kepada api neraka, sesuai dengan QS. At-Tahrim : 6.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
2. Prinsip pembinaan umat manusia menjadi manusia-manusia, menjadi hamba hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita orang yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan do'a sehari-hari sesuai dengan QS. Al-Qashash : 77.
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
3. Prinsip amar ma'ruf dan nahi mungkar sarat pembebasan manusia dari belenggu kenistaan.
4. Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta rasa dan karsa.
5. Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya raya dengan ilmu pengetahuan.
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan bentuk kebijakan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesai yang dituangkan dalam Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN/2003), bahwa : pemerintah dan/pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangakan menjadi satuan pendidikan bertaraf Internasional. Hal ini dapat ditunjukkan oleh isi (content) yang mutakhir dan canggih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global, pendidikan teknologi dasar merupakan bagian penting dalam kurikulum SBI, yang pada umumnya maka pelajaran ditulis dalam bahasa Inggris, dan persaingan Internasional melalui berbagai perlombaan/olimpiade (matematika, sains, bahasa, dan sebagainya).
Berangkat dari uraian diatas, penulis berkeinginan mengangkat tema Sekolah Bertaraf Internasional sebagai judul skripsi, yaitu "Manajemen Kurikulum dalam Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri X"

B. Rumusan Masalah
Setelah mengamati latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diambil permasalahan yang menjelaskan isi dari pad penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana kurikulum SBI di SMP Negeri X ?
2. Bagaimana manajemen kurikulum SBI di SMP Negeri X ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kurikulum SMP Negeri X Bertaraf Internasional.
2. Mengetahui manajemen kurikulum SMP Negeri X Bertaraf Internasional.

D. Kegunaan Penelitian
1. Akademis
Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki dan juga untuk mengembangkan dedikasi ilmiah sehingga dapat menyumbangkan ide bagi dunia pendidikan yang berhubungan dengan manajemen kurikulum dalam sekolah bertaraf internasional.
2. Praktis
a. Bagi penulis
1) Dapat menerapkan secara langsung tentang teori-teori manajemen kurikulum yang didapat selama perkuliahan.
2) Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi.
b. Bagi sekolah
Sebagai sarana informasi dan pedoman mengenai manajemen kurikulum yang baik dalam sekolah bertaraf internasional.

E. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini dapat dipahami secara kesluruhan dan berkesinambungan, maka penulis perlu menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Merupakan bab yang membahas tentang kajian teoritik yang menjabarkan segaka sesuatu yang berkaitan dengan manajemen kurikulum, disamping itu terdapat pulu kajian teoritik tentang sekolah bertaraf internasional, yang meliputi pengertian manajemen kurikulum dalam sekolah bertaraf internasional.
Bab III Merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian yang mencakup gambaran obyek penelitian, struktur kelembagaan, visi dan misi serta tujuan sekolah, keadaan siswa, guru dan karyawan dan penyajian data tentang manajemen kurikulum di sekolah bertaraf internasional serta analisisnya.
Bab IV Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP KECEPATAN PEMAHAMAN SISWA BIDANG STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X

SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP KECEPATAN PEMAHAMAN SISWA BIDANG STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X

(KODE : PEND-AIS-0063) : SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP KECEPATAN PEMAHAMAN SISWA BIDANG STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk insan yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani rohani. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan juga merupakan suatu jalan atau cara yang mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalani manusia dalam kehidupannya. Sebagaimana Hadits Nabi :
Artinya : "memmtut wajib bagi setiap orang muslim dan muslimah "(HRAnas Ibnu Malik
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional juga disebutkan bahwasanya :
"pendidikan adalah usaha sadar dan terancam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Namun, tampaknya pelaksanaan pendidikan kita di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Padahal dalam pendidikan guru merupakan figur sentral, agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan baik, terlebih dahulu harus memahami dengan seksama hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Namun pelaksanaan pedidikan kita di sekolah belum sesuai dengan harapan-harapan di atas. Para guru di sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang di berikannya. Mengapa demikian ? Sebab, selama ini belum ada standart yang mengatur pelaksanaan proses pendidikan. Artinya, belum ada pedoman yang bisa dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua guru menyadari dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pendidikan harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak merasa bosan, guru harus mampu memiliki modal pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang di sampaikan.
Kondisi seperti ini membutuhkan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan semua peserta didik sehingga dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan. Salah satu alternatif yang bisa dipilih dalam rangka menghasilkan pembelajaran yang berkualitas yaitu pembelajaran kooperatif.
Namun, banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. Mereka telah membagi para siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kelompok. Namun, guru-guru ini mengeluh bahwa hasil kegiatan-kegiatan ini tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, mereka malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau dan sebagainya.
Banyak sekali macam pembelajaran kooperatif yang ada, misalnya; "Two Stay Two Stray" (dua tinggal dua tamu), kancing gemerincing, lingkaran kecil lingkaran besar, bercerita berpasangan dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis jelaskan satu persatu. Namun, dalam penelitian ini penuis hanya meneliti tentang pembelajaran kooperatif tipe "Make a Match" karena berdasarkan survei yang dilaksanakan peneliti di SMP Negeri X ini sudah banyak diterapkan macam-macam pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kooperatif tipe "Make a Match" lah yang merupakan pembelajaran koopertif yang paling jarang diterapkan di SMP Negeri X. Metode "Make a Match" atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Dalam konteks Keindonesiaan, Pendidikan Islam juga merupakan bagian dari sistem Pendidikan Nasional, di mana pembelajaran Agama Islam dalam konteks kebijakan Pendidikan Nasional identik dengan Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan formal di semua jenjang pendidikan, mulai pendidikan anak usia dini, dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
Adapun dasar pentingnya pengajaran dan pendidikan khususnya pendidikan Agama Islam difirmankan Allah s.w.t. dalam surat :
Artinya : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (QS. Al-mujadalah : 11)
Seiring dengan hal tersebut, guru Pendidikan Agama Islam di SMPN X dalam menyampaikan pelajarannya, salah satunya menggunakan metode Make a Match karena dengan metode ini siswa akan lebih mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh apabila diterapkan strategi pembelajaran kooperatif dengan model Make a Match (Mencari pasangan) di SMPN X khususnya untuk mata pelajaran PAI dengan judul "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Macth terhadap kecepatan Pemahaman siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SMPN X".

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah yang terkait dengan penelitian ini. Yakni :
1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe "Make a Match " di SMPN X ?
2. Bagaimana Kecepatan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMPN X ?
3. Apakah ada pengaruh setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe "make a match" terhadap kecepatan pemahaman siswa bidang study Pendidikan Agama Islam di SMPN X ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Agar sasaran yang dicapai dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis perlu menjabarkan tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dicapai.
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe make a match di SMPN X.
b. Untuk mengetahui kecepatan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN X.
c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kecepatan pemahaman siswa bidang study Pendidikan Agama Islam di SMPN X.
2. Kegunaan Penelitian
Penulis berharap banyak hal yang merupakan hasil penelitian dalam skripsi ini akan berguna bagi banyak pihak, secara spesifik harapan kegunaan Penelitian ini adalah :
1. Memberi cakrawala berpikir ilmiah bagi mahasiswa pada umumnya dalam upaya pengembangan pendidikan.
2. Memberikan kontribusi bagi kelengkapan kepustakaan di kampus.
3. Memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan pendidik di SMPN X, bagi perkembangan kegiatan belajar mengajar, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

D. Batasan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak ada penyimpangan, maka perlu dicantumkan batasan masalah. Dengan harapan hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikehendaki peneliti. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel pembelajaran kooperatif tipe make a match yang berpengaruh atau tidak terhadap peningkatan pemahaman siswa.
2. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
3. Dalam penelitian ini tidak semua bidang Pendidikan Agama Islam bisa dinilai dengan menggunakan pembelajaran kooperatif time make a match tetapi materi yang sesuai dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini penulis susun dengan menggunakan sistem bab demi bab. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah :
Bab I : Membahas tentang pendahuluan yang diuaraikan menjadi sub bab : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Landaan Teori; Bab ini berisikan tentang rumusan teoritis tentang konsep strategi pembelajaran kooperatif, prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, konsep pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, selanjutnya diteruskan dengan tinjauan tentang pemahaman siswa dan dilanjutkan dengan "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match terhadap Peningkatkan Kecepatan Pemahaman siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam".
BAB III : Metode penlitian yang berisikan tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, sumber penelitian metode pengumpulan data dan analiss data.
BAB IV : Merupakan hasil penelitian yang berisi deskripsi data dan analisis data serta pengujian hipotesis.
Bab V : Merupakan pembahasan akhir dari skripsi yang berisi kesimpulan dan saran.
SKRIPSI PENGARUH STRATEGI PREDICTION GUIDE (TEBAK PELAJARAN) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI X

SKRIPSI PENGARUH STRATEGI PREDICTION GUIDE (TEBAK PELAJARAN) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI X

(KODE : PEND-AIS-0062) : SKRIPSI PENGARUH STRATEGI PREDICTION GUIDE (TEBAK PELAJARAN) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum. Segala bentuk aspek kehidupan manusia diatur dalam undang-undang termasuk pendidikan. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan hukum yang kuat, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pendidikan diatur dalam UUD 1945, peraturan pemerintah tentang pendidikan, GBHN bahkan juga telah diatur dalam pembukaan UUD 1945.
Di dalam undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus cerdas, damai, merdeka, dan adil. Hal-hal yang disebutkan itu merupakan tujuan pendidikan yang harus diwujudkan. Tujuan tersebut secara eksplisit dijabarkan di dalam UUSPN Nomor 20 (2003) yang menyatakan bahwa siswa harus memiliki daya saing dalam menghadapi globalisasi. Lebih rinci lagi dijabarkan di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 (2005) tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan siswa harus memiliki (a) Kualifikasi mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (b) Dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, serta (c) memiliki kecakapan hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Menurut UUSPN (2003) untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembelajaran dilaksanakan melalui olahhati, olahpikir, olahrasa & olahraga. Sementara menurut PP Nomor 19 (2005) pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik kemudian dalam, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS ) No 20 (2003) dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi didiknya yang memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam mewujudkan pengembangan potensi tersebut membutuhkan proses mencapainya yaitu dengan kegiatan belajar, kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Berhasil tidak berhasilnya tujuan pendidikan itu banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik.
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranan dimasa datang, dalam rangka usaha kita untuk mewujudkan suatu pendidikan yang berhasil dan menjadikan anak didik (siswa) semangat untuk belajar,maka perlu seorang pendidik yang profesional diantaranya yaitu selain untuk mempunyai strategi sendiri di dalam cara mengajarkan cara belajar siswa,kenyataan yang kita hadapi selama ini banyak kita jumpai pengajar khususnya pengajar agama Islam dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan siswa sehingga terjadi kejenuhan atau tidak suka dengan pelajaran agama akan tetapi lebih suka dengan pelajaran umum padahal sebenarnya pendidikan agama sangat penting sekali dalam rangka membangun mental religius siswa
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan sebagai wahana investasi dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation Character Building). Masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa pendidikan yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian yang bertanggung jawab. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis multidimensi dan menghadapi dunia global.
Berkaitan dengan hal tersebut sudah seharusnya bahwa berbagai hal yang berkaitan dengan proses pendidikan dan pembelajaran mendapatkan perhatian yang lebih serius. Ada beberapa komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar diantaranya adalah guru, sarana dan prasarana, pendekatan pembelajaran, kurikulum, dan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Di antara komponen yang satu dengan yang lain saling mendukung demi mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rendahnya hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memperhatinkan.
Dari segi itu tuntutan pemenuhan kualitas pendidikan menjadi fenomena yang hampir terjadi dimana-mana, kualitas pendidikan sangatlah penting bagi anak bangsa, disamping menjadi fokus kebijakan pemerintah juga karena meningkatnya kesadaran dan kualitas pengetahuan orang tua pengguna jasa pendidikan. Tantangan perubahan sosial yang didorong oleh perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan tern global memaksa semua pihak meresponnya dengan meningkatkan mutu pendidikan, anak dan generasi muda merupakan investasi bangsa bagi meraih supremasinya. Pendidikan yang bermutu dianggap sebagai pintu masuk untuk menjawab tantangan dan tuntutan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang.
Peningkatan mutu pendidikan dianggap sebagai salah satu pendidikan untuk melakukan perubahan pendidikan yang mempunyai tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dan menguatkan kapasitas sekolah untuk menuju perubahan. Menurut Alama Haris (2002) bahwa inti dari perubahan perbaikan mutu pendidikan adalah melakukan perubahan kualitas proses belajar mengajar, perubahan kearah kualitas pendidikan mutu dilakukan dengan memperkuat kapasitas pedagogis, kepemimpinan yang berorentasi pada pembelajaran dan kapasitas untuk melakukan perbaikan secara terus menerus perubahan tersebut terutama pada pendidikan agama Islam itu sendiri karena selama ini pendidikan agama Islam yang diperoleh siswa hanya transfer ilmu saja tanpa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari
Tugas utama seorang guru di antaranya adalah menciptakan suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Dengan iklim pembelajaran yang kondusif akan menantang siswa berkompetensi secara sehat dan memotivasi siswa dalam belajar, sehingga hal tersebut akan berdampak positif dalam mencapai hasil belajar yang optimal, sebaliknya tanpa hal itu apapun yang dilakukan guru tidak akan mendapat respons baik dari siswa.
Adakalanya ketidaktepatan penggunaan pendekatan pembelajaran sering menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, bergaya monolong dan monoton yang akhirnya menimbulkan sikap apatis dalam diri siswa. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut sebaiknya guru memiliki kemampuan dalam memilih dan sekaligus menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat.3 Ketepatan atau kecermatan pendekatan pembelajaran yang dipilih harus disesuiakan dengan beberapa faktor antara lain, tujuan, sifat, dan jenis materi, ketepatan waktu serta dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut.
Pendekatan pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting karena ia menjadi sarana (pranata) dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Dalam proses belajar mengajar siswa akan dapat menilai diri sendiri dan melakukan perbaikan terus menerus dan mereka harus belajar mengontrol belajar mereka sendiri. Mereka dituntut untuk proaktif dan belajar bertanggung jawab karena pada dasarnya yang mempunyai sikap positif terhadap belajar, hanya mereka sendirilah yang merasakan manfaatnya.
Selama ini dalam proses pembelajaran kegiatan belajar terkesan masih mengikuti metode lama yaitu posisi guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek, siswa hanya menerima atau mentransfer keilmuan belaka siswa dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai pengetahuan apa-apa kemudian dimasuki dengan informasi supaya mereka tahu, padahal belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi kedalam benak siswa.Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal, demonstrasi dan praktek ibadah yang tampak kering,cara-cara seperti itu diakui atau tidak membuat siswa tampak bosan ,jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.
Adapun untuk mengatasi kejenuhan-kejenuhan itu seorang pendidik perlu memotivasi anak didik untuk membuat strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak didik,sehingga peserta didik akan semangat dalam belajar dan akan merasa senang tujuan dalam pembelajaranpun akan tercapai dan pendidik akan merasa puas dengan hasil yang mereka terapkan, menjadi guru yang kreatif dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif, hal ini sangat penting sekali terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif misalnya mengamati, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan dan sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partisipasi siswa, terdapat berbagai cara untuk membuat proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mengarah pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses pembelajaran dalam memperoleh informasi, ketrampilan dan sikap akan terjadi melalui suatu pencarian dari diri siswa.
Karena belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh manusia secara berkesinambungan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Akan tetapi suatu proses pembelajaran yang tidak benar akan membuat kita malas dan jenuh, terlebih lagi pembelajaran terhadap anak, diperlukan metode atau cara belajar yang merangsang anak untuk termotifasi belajar dengan giat. Oleh karena itu, diperlukan metode atau cara yang tepat sehingga proses pembelajaran menarik dan menyenangkan.
Dengan adanya permasalahan pendidikan dasar diatas, maka dengan ini perlu adanya pembaharuan dalam proses pembelajaran yakni dengan menggunakan strategi pembelajaran. Strategi merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran yang tidak dipuaskan dalam kegiatan proses pembelajaran, pengunaan strategi yang tepat dan sesuai dengan gaya belajar siswa akan membantu guru dan peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang sangat memuaskan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengatasi segala sesuatu penghambat dalam suatu pembelajaran karena strategi pembelajaran menyangkut segala sesuatu yang dilakukan untuk memperdayakan orang untuk belajar
Strategi pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran memegang peranan penting yang menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan, strategi pembelajaran pada umumnya dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran yang dikelolahnya salah satu strategi yang dapat diandalkan adalah strategi pembelajaran "prediction guide (tebak pelajaran)", Strategi ini sangat tepat untuk mendorong siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal hingga akhir. Strategi ini juga sangat bermanfaat ketika diterapkan karena akan membantu peserta didik yang kurang memahami.
Dengan diterapkanya strategi pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat terlibat dalam pelajaran sejak awal pertemuan hingga akhir dan tetap mempunyai perhatian ketika pengajar menyampaikan materi. Selama penyampaian materi siswa dituntut untuk mencocokkan prediksi-prediksi dengan materi yang disampaikan oleh pengajar, sehingga proses belajar mengajar yang berlangsung dikelas akan menyenangkan dan peserta didik tidak akan bosan dan mampu memahami materi yang akan disampaikan karena dalam strategi tersebut tidak hanya guru yang berperan aktif tapi juga peserta didik ikut aktif, atas dorongan inilah ini penulis mengadakan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul : "PENGARUH STRATEGI PREDICTION GUIDE (TEBAK PELAJARAN) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 KELAS VII X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengajukan rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini, sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan strategi prediction guide (tebak pelajaran) pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 kelas VII X ?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 kelas VII X ?
c. Bagaimana pengaruh strategi prediction guide (tebak pelajaran) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 kelas VII X ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah ;
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi prediction guide (tebak pelajaran) pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 kelas VII X.
b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 kelas VII X.
c. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh strategi prediction guide (tebak pelajaran) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 kelas VII X.

D. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi :
1. Akademik Ilmiyah
Yaitu sebagai kontribusi dalam pengembangan dan peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam serta mampu menambah ilmu pengetahuan dibidang pengembangan pendekatan pembelajaran.
2. Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan khazanah intelektual pada umumnya, khususnya dalam bidang pendidikan, yang koheren dengan kepentingan kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam mengelola pendekatan pembelajaran.
3. Manfaat Praktis
a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Strata guna memperoleh gelar (S1) Sarjana Pendidikan dalam bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam
b. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.

E. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas serta dapat dimengerti maka didalam skripsi ini secara garis besar akan penulis uraikan pembahasan pada masing-masing bab berikut ini :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Asumsi Penelitian, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II ini akan membahas segala kajian yang berkaitan dengan :
a. Tinjauan tentang strategi prediction guide yang meliputi pengertian strategi prediction guide, pendekatan strategi prediction
guide, langkah-langkah strategi prediction guide, prinsip-prinsip strategi prediction guide, ciri- ciri strategi prediction guide.
b. Bahasan tentang Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yang meliputi faktor intern dan ekstern.
c. Bahasan tentang Pendidikan Agama Islam meliputi :
Pengertian Pendidikan agama islam, tujuan Pendidikan agama islam, landasan pendidikan agama islam (PAI) dan ruang lingkup mata pelajaran PAI.
d. Kajian tentang pengaruh strategi prediction guide terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) dan yang terakhir adalah hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Tediri dari jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrument penelitian dan analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang deskripsi data mengenai gambaran umum SMP, Visi dan Misi, Struktur organisasi, Keadaan sarana dan Prasarana, Keadaan guru, Karyawan, dan siswa kemudian Analisis data dan pengujian hipotesis yang menjelaskan tentang pengaruh penerapan metode pembelajaran prediction guide terhadap prestasi belajar siswa.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab lima ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
Demikian sistematika pembahasan yang nantinya akan menjadi alur penulisan skipsi ini sesuai dengan urutan-urutannya dan setelah sampai pada penutup kami juga mencantumkan daftar pustaka beserta lampiran-lampiran sebagai penutup.