Search This Blog

SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN KEIMANAN PADA ANAK USIA DINI

SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN KEIMANAN PADA ANAK USIA DINI

(KODE PEND-AIS-0045) : SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN KEIMANAN PADA ANAK USIA DINI




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosio-emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai-nilai agama (keimanan) dalam diri anak.
Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa:
Setiap anak berhak untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Implementasi dari hak ini salah satunya adalah setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Layanan pendidikan bagi anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan Agama Islam merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Secara umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dari tujuan pendidikan agama Islam tersebut di atas dapat ditarik salah satu dimensi yang akan ditingkatkan dan diinginkan oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam baik di lembaga formal seperti halnya Taman Kanak-kanak atau non formal yaitu dimensi keimanan peserta didik terhadap agama Islam.
Pada dasarnya bayi yang dilahirkan itu sudah memiliki beberapa instink, diantaranya keagamaan yang termasuk tentang keimanan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Dengan demikian, pendidikan agama dan keimanan perlu diperkenalkan kepada anak jauh sebelum usia tujuh tahun. Artinya jauh sebelum usia tersebut nilai-nilai keagamaan dan keimanan perlu ditanamkan kepada anak sejak dini.
Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mempercayai adanya Allah. Oleh karena itu, penanaman keimanan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan. Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Rum: 30 yang berbunyi:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah fitrah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya" (QS. Ar-Rum : 30)
Iman menurut pengertian yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh pada pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula hanya merupakan pengetahuan rukun iman.
Individu tanpa agama dan keimanan, laksana manusia yang tidak ada nilainya dan akarnya, manusia yang selalu bingung dan ragu-ragu yang tidak mengetahui hakikat dirinya dan rahasia ujudnya, tidak mengetahui siapa gerangan yang memakaikan pakaian hidup ini dan kenapa dipakaikan kepadanya, serta kenapa pula kelak dilepas dari dirinya pada suatu saat tertentu.
Dapat dikatakan inti dari keimanan adalah pembenaran atau pengakuan bahwa hidup ini ada yang menciptakan yaitu Allah dan yang nantinya setiap individu akan kembali kepada-Nya. Pengakuan tentang hal ini adalah sangat urgen sekali dan sesuatu yang sangat prinsipil serta harus berada di hati setiap individu.
Akidah tauhid dan keimanan yang tertanam kokoh dalam jiwa anak, maka ia akan mewarnai kehidupannya sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu pengakuan tentang adanya kekuatan yang menguasainya, yaitu Tuhan Allah yang maha Esa, Pencipta. Maka dari itu, akan timbul rasa takut berbuat kecuali yang baik-baik dan semakin matang perasaan ke-Tuhan-annya, semakin baik pula segala perilakunya. Jadi, penanaman aqidah iman adalah masalah pendidikan perasaan dan jiwa, bukan akal pikiran, sedang jiwa telah ada dan melekat pada anak sejak kelahirannya, maka sejak mula pertumbuhannya harus ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya.
Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu ditandai dengan banyaknya gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu, tidak mudah letih, dan cepat bosan. Ia merasa tak mampu dan tidak menyenangi tindakan-tindakan yang tidak tetap dan tidak tenang. Tetapi menyukai keadaan alamiah yang merupakan ungkapan dari kebutuhan kejiwaan yang terdalam guna memahami kejadian-kejadian di sekitarnya.
Oleh karena itu, pengetahuan haruslah berkaitan dengan hidup, kecenderungan dan perasaannya. Hendaklah diberi kesan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan kepada mereka semata-mata untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, anak bisa menerima pengetahuan-pengetahuan tersebut dengan sendirinya tanpa adanya paksaan maupun kebencian. Hal ini disebabkan pengetahuan, menurut anak-anak, adalah sesuatu yang didapatkan dimana anak tersebut belajar dan bergaul. Kepribadian mereka terbentuk dari pengarahan yang khusus ini.
Sesuai dengan pendapat Zakiyah Daradjat bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, oleh karena itu, agama yang cocok untuk orang dewasa tidak akan cocok bagi anak-anak. Kalau ingin supaya agama mempunyai arti bagi anak-anak, hendaklah disajikan dengan cara yang lebih konkrit, dengan bahasa yang dipahaminya dan kurang bersifat dogmatik. Anak ingin supaya kebutuhannya untuk tahu (curiosity) dapat terpenuhi.
Selama ini, banyak lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang salah dalam memperlakukan anak didiknya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini termasuk Taman Kanak-kanak belum mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada umumnya penyelenggaraannya difokuskan pada peningkatan akademik saja yang sifatnya kaku dan mengabaikan tahapan perkembangan anak.
Latihan-latihan agama yang dilalaikan pada waktu kecil atau diberikan dengan cara yang kaku, salah atau tidak cocok dengan anak-anak, maka waktu dewasa nanti, ia akan cenderung atau kurang perduli terhadap agama, atau kurang merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin banyak si anak mendapat latihan-latihan keagamaan waktu kecil, sewaktu dewasanya nanti akan semakin terasa kebutuhannya kepada agama.
Sesuai dengan prinsip tersebut, maka dalam rangka menanamkan keimanan pada anak, agar keimanan tersebut benar-benar dapat tertanam dalam jiwa anak sesuai dengan perkembangan jiwa keagamaannya, Taman Kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan haruslah memperhatikan model-model pembelajaran yang benar-benar dapat diterima dengan mudah oleh anak usia dini sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penggunaan model pembelajaran sentra yang diadopsi dari Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida dimaksudkan untuk memperbaiki praktek penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini yang masih banyak terjadi salah kaprah tersebut.
Model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada cara pengaturan kelas. Kelas disetting sedemikian rupa sesuai dengan aspek yang ingin dikembangkan di sentra tersebut. Proses pembelajaran secara efektif memungkinkan anak menciptakan makna serta pemahaman akan sebuah subyek pelajaran. Suatu sentra pembelajaran memberikan pengalaman belajar dan bergaul secara kooperatif yang merupakan elemen penting dalam dunia kerja sebenarnya.
Melalui penggunaan model pembelajaran tersebut, anak akan merasa comfort dalam belajar dan akan dapat melekat di dalam jiwanya hingga kelak ketika dia dewasa. Dapat diharapkan kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut peneliti mencoba untuk mengetahui lebih jauh bagaimana implementasi dari pada model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam. Maka dari itu, penulis mengadakan penelitian di salah satu Taman Kanak-kanak yang sudah menggunakan model pembelajaran sentra dalam pembelajarannya. Sesuai dengan latar belakang tersebut penulis mengangkat judul "Implementasi Model Pembelajaran Sentra pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Keimanan pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak X."

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model pembelajaran sentra di Taman Kanak-kanak X?
2. Bagaimana upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X?
3. Bagaimana implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X?

C. Batasan Masalah
Model pembelajaran sentra pada anak usia dini, dalam penerapannya terdapat beberapa sentra yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak. Adapun dalam skripsi ini karena yang dibahas adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanaman keimanan pada anak usia dini yang dalam penerapannya adalah berpusat di sentra imtaq, agar pembahasan tidak terlalu melebar pembahasan dalam skripsi ini adalah dibatasi pada sentra imtaq saja. Selain itu, anak usia dini yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah anak yang berusia 4-6 tahun yaitu yang duduk di Taman Kanak-kanak.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui model pembelajaran sentra pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
b. Untuk mengetahui upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
c. Untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan dan dapat menyumbangkan bangunan khazanah perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat sosial praktis, maksudnya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi institusi pendidikan Islam.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari agar tidak ada kesalahan dalam memahami skripsi ini, maka perlu adanya penjelasan dan penegasan pokok istilah yang ada dalam judul skripsi ini, dengan perincian sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, kelayakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.
2. Model Pembelajaran Sentra
Model : Contoh, pola, acuan, ragam
Pembelajaran : Proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
Sentra : merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan dirancang terlebih dahulu.
Jadi model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang berpusat pada anak yang dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar secara aktif dan kreatif di sentra-sentra pembelajaran dengan menggunakan basis pijakan untuk pengembangan diri seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan, dan potensi anak.
Sesuai dengan definisi tersebut indikator model pembelajaran sentra adalah :
a. Pembelajarannya berpusat pada anak yang disesuaikan dengan potensi mereka.
b. Pengaturan kelas yang menyenangkan sesuai dengan aspek yang dikembangkan.
c. Proses pembelajarannya memungkinkan anak menciptakan makna serta pemahaman akan sebuah subyek pelajaran karena dilaksanakan dengan bermain sambil belajar
d. Menggunakan basis pijakan
e. Memberikan pengalaman belajar dan bergaul secara kooperatif
3. Pendidikan Agama Islam
Bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
4. Menanaman Keimanan
Menanamkan adalah (perbuatan, cara dan sebagainya). Keimanan adalah berasal dari kata iman yang diberi awalan ke dan akhiran an. Iman menurut bahasa, artinya membenarkan dengan hati adanya petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad untuk seluruh manusia. Sedang menurut istilah, iman adalah at-tashdiq bi al-jinan wa al-qaulu bi al-lisan wa al-'amalu bi al-arkan (membenarkan dengan hati dan mengucapkan dengan lisan serta mengerjakan dengan anggota badan).
Adapun yang dimaksud menanamkan keimanan dalam skripsi ini adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam memberikan atau mengenalkan pendidikan keimanan pada anak usia dini yaitu mengenalkan anak dengan dasar-dasar iman, mengenalkan pada anak akan Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir (siksa kubur), qadha' dan qadar. Selain itu juga mengajarkan dasar-dasar syari'at yang agung seperti ibadah, shalat, puasa, zakat, haji, akhlak, perundang-undangan, hukum, dan lain-lain. dengan menggunakan model pembelajaran sentra.
5. Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan menurut pakar pendidikan anak yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.
Adapun yang dimaksud anak usia dini dalam skripsi ini adalah kelompok manusia yang berusia antara 4-6 tahun yang belajar di Taman kanak-kanak.
6. Taman Kanak-kanak X
Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud judul penelitian ini adalah mendeskripsikan suatu model pembelajaran pada anak usia dini dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam, dilakukan melalui bermain sambil belajar yang menyenangkan pada ruangan kelas yang khusus didesain dengan suasana religius (sentra imtaq) yang kegiatan pembelajarannya difokuskan pada anak dengan menggunakan pijakan-pijakan untuk mengatur perkembangan anak dengan mengambil contoh di Taman Kanak-kanak X

F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati. Di samping itu, penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan menekankan pada deskripsi alamiah.
Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, artinya penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, penulis menggunakan jenis "case study" atau studi kasus, yang dimaksudkan dengan studi kasus adalah penyelidikan yang mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian kepada suatu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.
2. Tahapan Penelitian
Dalam pendekatan penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian, yang mana tahapan-tahapan itu merupakan gambaran mengenai keseluruhan perencanaan, penafsiran data dan penulisan laporan penelitian. Dalam hal ini peneliti sependapat dengan Dofland dan Booman yang menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana berikut:
a. Tahapan Pra Lapangan
Tahapan pra lapangan adalah orientasi untuk memperoleh gambaran mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan grand tour observation. Kegiatan ini dilakukan untuk menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan persoalan etika lapangan.
b. Tahapan Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti memasuki lapangan dan mengumpulkan data serta dokumen. Perolehan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa-peristiwa yang diamati. Pada tahap ini pula peneliti melakukan penelitian dengan segala perangkat yang diperlukan dalam penelitian tersebut, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan data untuk memperoleh data tentang sejarah dan profil sekolah, visi dan misi serta motto, sarana dan prasarana, struktur organisasi, kurikulum, keadaan guru, siswa dan staff, proses belajar dan mengajar (model pembelajaran sentra), budaya sekolah dan kondisi lingkungan sekitar.
c. Tahapan Analisa Data
Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, kemudian peneliti menyajikan dan menganalisa data tersebut dengan mendeskripsikan data yang telah diproses secara apa adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan penelitian atau dengan kata lain dinyatakan sebagai seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dalam penelitian ini, penulis memilih subyek penelitian di Taman Kanak-kanak X dikarenakan Taman Kanak-kanak ini adalah salah satu Taman Kanak-kanak yang berbasis Islam dan mempunyai bargaining position dengan Taman Kanak-kanak lain di X. Hal yang terpenting adalah Taman Kanak-kanak X ini dalam pembelajarannya menerapkan model pembelajaran sentra.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1) Data Kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung.37Dalam hal ini data yang dimaksud sejarah dan profil sekolah, visi dan motto serta logo, sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, kurikulum, proses pembelajaran, lingkungan sekitar Taman Kanak-kanak X.
2) Data kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung karena berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud adalah: data tentang jumlah guru, siswa, karyawan, jumlah sarana dan prasarana, dan data lainnya yang berbentuk angka.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Library Research
Yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur yang ada baik dari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan referensi yang lain yang sesuai dengan judul.
2) Field Research
Mencari data dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian yang bertujuan untuk mencari data konkret tentang segala sesuatu yang diselidiki. Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data berupa:
a) Person yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Adapun sumber tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakasek, waka kurikulum, waka sarana dan pra sarana, guru, orang tua, dan siswa.
b) Place yaitu sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan diam bergerak, di mana keadaan keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi. Diam misalnya kondisi sekolah beserta sarana dan prasarananya. Bergerak misalnya aktifitas kinerja dan kegiatan belajar dan mengajar.
c) Paper yaitu simbol data yang menyajikan data-data berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol yang lainnya, sumber data ini digunakan pada metode dokumentasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data adalah:
a. Observasi
Yaitu suatu cara pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki secara langsung ataupun tidak langsung. Dari teknik ini penulis menggunakannya untuk memperoleh data tentang implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X yang berada pada sentra imtaq. Untuk menggali data menggunakan IPD (Instrumen Penggalian Data) dengan alatnya yaitu check list.
b. Interview
Interview adalah suatu proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka atau mendengar secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Teknik interview digunakan penulis untuk mendapatkan informasi antara lain:
1) Wawancara kepala sekolah dan wakil kepala sekolah tentang sejarah dan profil sekolah, visi dan misi serta motto, sarana dan prasarana, struktur organisasi, kurikulum, keadaan pendidik, siswa.
2) Wawancara dengan guru mengenai implementasi pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam pada sentra imtaq dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini meliputi materi yang diajarkan, proses pembelajarannya, sarana pendukungnya serta evaluasinya.
3) Wawancara dengan orang tua siswa mengenai kondisi siswa dalam hal keimanan dan ketaqwaan yang tercermin melalui perilakunya sehari-hari.
Pedoman wawancara sendiri secara garis besarnya terbagi atas dua macam yaitu:
1) Wawancara tidak berstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang memuat garis besar yang akan ditanyakan.
2) Wawancara berstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang sudah tersusun secara teliti.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berbentuk "semi structured" yaitu penulis mula-mula menanyakan sederetan pertanyaan yang sudah berstruktur kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Interview ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya, letak geografis Taman Kanak-kanak X, model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini yang dilakukan kepada guru sentra dan pengurus sekolah yang bersangkutan.
c. Dokumentasi
Yang tidak kalah pentingnya dari teknik pengumpulan data lainnya adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel atau catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan lain-lain.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang gambaran umum obyek penelitian meliputi sejarah berdirinya, letak geografis, jumlah guru, susunan pengurus, dan sebagainya.
6. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam suatu penelitian, sebab dari hasil analisis inilah dapat dijadikan jawaban dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Analisisnya adalah dengan menggunakn analisis deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data di mulai sejak pengumpulan data sedang berlangsung.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik yang dilakukan Miles dan Huberman. Adapun dalam penerapannya adalah sebagai berikut:
a. Analisis selama pengumpulan data
Kegiatan analisis data ini dapat di mulai setelah penulis memahami fenomena sosial yang sedang diteliti, sedangkan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus penelitian (rumusan masalah)
2) Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul.
3) Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.
4) Penetapan sasaran pengumpulan data (informan, situasi, dokumen dan lain-lain).
b. Reduksi data
Dalam reduksi data ini penulis memilih data-data yang telah diperoleh selama melakukan proses penelitian. Hal ini bisa dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan finalnya dapat diverifikasi.
c. Penyajian data
Langkah ini dapat dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
d. Menarik kesimpulan (verifikasi)
Kegiatan analisis berikutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Mulai dari mencari pola, tema, hubungan, permasalahan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya. Dari data tersebut diambil kesimpulan serta memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh.
7. Teknik Keabsahan Data.
Agar data dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian kualitatif memerlukan metode pengecekan keabsahan data. Dalam hal ini peneliti merasa perlu mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Adapun cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh keabsahan data tersebut antara lain:
a. Ketekunan atau keajekan pengamatan.
Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.
Ketekunan pengamatan ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dengan kata lain peneliti menelaah kembali data-data yang terkait dengan fokus peneliti, sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan.
b. Trigulasi.
Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trigulasi yang paling banyak digunakan aialah pemeriksaan melalui sumber lain.
Dalam hal ini peneliti memeriksa data-data yang diperoleh dari subyek penelitian, kemudian data tersebut peneliti bandingkan dengan data dari luar yaitu dari sumber lain. Sehingga keabsahan data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini dapat dipahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang memaparkan tentang A. Pengertian model pembelajaran sentra, landasan model pembelajaran sentra, prinsip dasar model pembelajaran sentra, karakteristik model pembelajaran sentra, macam-macam sentra dalam modelpembelajaran sentra, B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi pengertian pendidikan agama Islam, landasan pendidikan agama Islam, kegunaan dan fungsi pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, ruang lingkup pendidikan Islam, pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak C. Keimanan meliputi pengertian keimanan, indikator keimanan pada anak, faktor yang mempengaruhi penanman keimanan pada anak, peranan keimanan dalam kehidupan anak. D. Anak usia dini meliputi pengertian tentang anak usia dini, karakteristik perkembangan anak usia dini (TK).
Bab III : Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang meliputi A. Gambaran obyek penelitian meliputi letak geografis, struktur kelembagaan, visi, misi dan logo, program pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, keadaan siswa, guru, sarana dan prasarana. B. Penyajian Data meliputi model pembelajaran sentra di Taman Kanak-kanak X, upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di TK X, implementsi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di TK X. C. Analisis Data meliputi analisis model pembelajaran sentra di TK X, upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di TK X, implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di TK X.
Bab IV : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
SKRIPSI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DALAM MEMPERSIAPKAN ANAK KE JENJANG SEKOLAH FORMAL

SKRIPSI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DALAM MEMPERSIAPKAN ANAK KE JENJANG SEKOLAH FORMAL

(KODE PEND-AIS-0044) : SKRIPSI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DALAM MEMPERSIAPKAN ANAK KE JENJANG SEKOLAH FORMAL




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan itu.
Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang, yang artinya "Pendidikan sepanjang hayat", dalam ajaran agamapun juga disebutkan “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat". Semua itu menjelaskan bahwa pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.
Pentingnya pendidikan tidak hanya untuk disuarakan dan disiarkan melalui kalimat dan jargon, namun perlu langkah nyata dalam kehidupan. Kita realisasi keberadaan anasir-anasir pendukung terhadap tercapainya suatu tuntutan terhadap pentingnya pendidikan. Kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka.
Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Karena pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak yang memuat 100-200 milyar sel otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Periode sensitif perkembangan otak manusia terjadi pada interval umur 3-10 bulan. Para ahli menemukan bahwa perkembangan otak manusia mencapai kapasitas 50% pada masa anak usia dini. Para ahli menyebut usia dini sebagai usia emas atau golden age. Anak-anak Indonesia tidak hanya mengenal pendidikan saat masuk Sekolah Dasar, tetapi telah lebih dulu dibina di PAUD. Sebagaimana tertulis pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 yang menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan melalui 3 jalur yaitu: Pertama, jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat; Kedua, jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat dan ketiga, jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan
PAUD berfungsi membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya. Agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ".
Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan non formal. PAUD jalur non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran secara fleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan bentuk lain yang sederajat.
Penyelenggaraan PAUD non formal memiliki manfaat yang tidak sedikit, salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta mengembangkan bakat-bakatnya secara optimal. Selain itu juga memberikan bimbingan yang seksama agar anak-anak memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. oleh karena itu usaha untuk mendorong bentuk PAUD non formal terus menerus jadi perhatian kita semua khususnya pemerintah.
Karena sampai sekarang ini, rancangan peraturan pemerintah tentang PAUD yang mengatur pendidikan usia dini, ternyata belum terlaksana dengan baik. Salah satu indikator yang menentukan tinggi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, adalah Human Development Index (HDI). Berdasarkan HDI kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia masih tergolong rendah, di mana pada tahun 2005 Indonesia berada pada urutan ke-109 dari 174 negara sebagai responden. Sedangkan negara ASEAN lainnya seperti Singapura berada pada peringkat 22, Brunei Darussalam peringkat 25, Malaysia peringkat 56, Thailand peringkat 67 dan Filipina peringkat 77.
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu adanya upaya-upaya cerdas dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, yang dapat dimulai sejak usia dini, karena usia dini merupakan periode awal dari perkembangan setiap individu, dengan demikian pendidikan yang diterimanya merupakan pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan selanjutnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM bagi anak usia dini adalah dengan menawarkan program-program di luar program yang umumnya dijalankan, khususnya pada Kelompok Bermain (KB), dengan cara yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak. Paling utama dengan cara bermain baik melalui nyanyian, drama maupun rekreasi. Tidak ada paksaan untuk mengikuti salah satu kegiatan.
Namun, faktor ekonomi adalah salah satu yang menjadi penyebab terhambatnya pendidikan. Pendidikan yang murah merupakan salah satu cara agar pendidikan usia dini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan pemikiran dan pernyataan tersebut di atas, penulis memandang bahwa program PAUD merupakan hal penting dalam mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah formal. Berangkat dari pemikiran inilah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang "Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Mempersiapkan Anak ke Jenjang Sekolah Formal (Di Play Group X)". Karena Play Group tersebut adalah salah satu Play Group Islam yang unggul di antara Play Group lain yang ada di kota X.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka kami rumuskan masalah yang akan menjadi fokus penelitian pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana program PAUD di Play Group X dalam mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal?
2. Bagaimana upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal di Play Group X?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana program PAUD di Play Group X dalam mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal di Play Group X.

D. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka manfaat yang diharapkan yaitu sebagai berikut:
1. Dengan penelitian ini, akan menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkenaan dengan masalah pendidikan.
2. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.
3. Sebagai langkah terapan dari ilmu yang peneliti dapatkan dari bangku kuliah, sehingga dapat menjadi masukan dalam menyelesaikan skripsi.

E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap topik judul penelitian ini, penulis menegaskan per istilah yaitu:
Program : Adalah rancangan yang akan dilaksanakan.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : Adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Mempersiapkan : Adalah menyediakan, mengatur (membereskan) segala sesuatu (untuk), menyelesaikan, mengerjakan hingga selesai, mengadakan sesuatu untuk membentuk (mengurus dan sebagainya), mengusahakan supaya bersiap, memberi perintah seperti bersiap sedia.
Anak : Adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Jenjang : Adalah tahap dalam pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik, keluasan bahan pengajaran dan tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum.
Sekolah : Adalah lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran, waktu atau pertemuan ketika murid-murid diberi pelajaran.
Formal : Adalah formil, resmi, sah, secara teratur, dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan adat kebiasaan. Yang dimaksud Sekolah Formal di sini adalah lembaga yang digunakan untuk proses belajar mengajar bagi anak usia Taman Kanak-kanak atau Raudlotul Athfal (RA) dan yang lain yang sederajat.
Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah rancangan kegiatan PAUD dalam mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan sekolah formal, yang pada penelitian ini lebih menitikberatkan pada Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudlatul Athfal (RA) dan yang lain yang sederajat.

F. Metode Penelitian
Metode adalah merupakan salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung metode yang digunakan.
Suatu hal yang harus diingat oleh seorang peneliti tentang banyaknya metode yang akurat dalam artian dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah.
Agar peneliti dapat memenuhi kriteria ilmiah maka cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data sampai analisis data, diusahakan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan metode yang ada.
Sesuai dengan perubahan metode dan prosedur penelitian ini, maka akan dibahas tentang jenis penelitian, populasi, jenis data, teknik pengumpulan data dan analisis data. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif maksudnya peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi banyak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial. penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).
2. Obyek Penelitian
Adapun obyek penelitian Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Mempersiapkan Anak ke Sekolah Formal ini akan dilakukan di Play Group X. Karena Play Group tersebut adalah salah satu Play Group Islam yang unggul di antara Play Group lain yang ada di kota X.
3. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan wawancara yang berterus terang artinya tidak sembunyi yakni informan penelitian mengetahui betul untuk kepentingan apa informasi yang ia berikan.
Sebagai informan dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:
a. Kepala Sekolah yaitu untuk memperoleh data-data tentang sejarah berdirinya Play Group X dan program-program PAUD di Play Group X.
b. Dewan guru untuk memperoleh data-data tentang upaya program-program PAUD di Play Group X dalam
mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal.
c. Wali murid Play Group X untuk memperoleh data-data tentang upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal.
4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Interview
Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab untuk memperoleh keterangan dalam sebuah penelitian yang dilakukan antara pewawancara dengan responden sambil bertatap muka. Interview ini penulis tujukan kepada perangkat sekolah dan wali murid atau masyarakat untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya Play Group X, bentuk-bentuk program Play Group X, dan upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal di Play Group X.
b. Metode Observasi
Observasi sering disebut sebagai metode pengamatan yang artinya memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata (secara langsung). Dan untuk mendapatkan observasi secara sistematis peneliti harus mempunyai latar belakang tentang obyek penelitian, mempunyai ancer-ancer teori dan sikap yang objektif. Di antara hal-hal yang perlu diobservasi antara lain: letak geografis, keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana prasarana yang ada di Play Group X.
c. Metode Dokumentasi
Berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, di dalam melaksanakan metode ini peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, internet, notulen rapat, surat kabar, majalah, agenda, dokumen, buku-buku, dan peraturan-peraturan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen yang ada pada lembaga atau instansi yang terkait atau bahan-bahan yang tertulis yang bertalian dengan situasi latar belakang obyek penelitian dan ini sebagai pelengkap. Di antara dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain: sejarah berdirinya Play Group X, program-program Play Group X, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana prasarana Play Group X.
5. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul yang dilakukan adalah analisis data, proses analisis data merupakan salah satu usaha untuk merumuskan jawaban dan pertanyaan dari perihal perumusan-perumusan dan pelajaran adalah hal-hal yang kita peroleh dari obyek penelitian.
Tujuan dari analisis data ini adalah untuk mencari kebenaran dari data-data yang telah diperoleh, sehingga dari sini bisa ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 tahapan, yaitu: reduksi data, display data, verifikasi data dan mengambil kesimpulan
a. Reduksi data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan. Sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam reduksi ini ada proses Living in dan Living out, maksudnya data yang terpilih adalah Living in dan data yang terbuang (tidak terpakai) adalah Living out.
b. Display data
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.
c. Verifikasi dan simpulan (verification and conclusion)
Dalam tahap akhir, simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya ke arah simpulan yang mantap. Mengambil simpulan merupakan proses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul dalam bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki data yang jelas. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentatif yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus-menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannnya, akhirnya di dapat simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.
Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian, dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.
Demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualitatif harus langsung diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifkasi, mereduksi dan menyajikan data serta menarik kesimpulan sebagai analisis data kualitatif.

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah pembahasan dan penganalisisan sehingga tersusun secara kronologis, dan untuk menghindari variabel-variabel yang tidak bisa terkontrol yang akibatnya menimbulkan jawaban yang subjektif. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang berisi tentang beberapa aspek yang berkaitan dengan soal penulisan ini, dari latar belakang masalah, diangkat rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan
BAB II : Kajian teori, terdiri dari: (a) Tinjauan tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang meliputi: pengertian PAUD, landasan PAUD, fungsi dan tujuan PAUD, karakteristik anak usia dini dan prinsip-prinsip PAUD, (b) Tinjauan tentang Program PAUD dalam mempersiapkan anak ke jenjang sekolah formal yang meliputi: bentuk-bentuk program PAUD dan upaya program PAUD dalam mempersiapkan anak ke jenjang sekolah formal.
BAB III : Laporan hasil penelitian meliputi: (a) Gambaran umum obyek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya Play Group X, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan siswa, guru, dan pegawai serta sarana prasarana. (b) Penyajian data, dan (c) Analisis data.
BAB IV : Penutup yang meliputi: kesimpulan yang diambil dari permasalahan yang telah dibahas, juga disampaikan saran-saran sebagai masukan agar yang baik dapat dipertahankan dan yang kurang dapat diperbaiki.
SKRIPSI STUDI TENTANG PENGELOLAAN KELAS ANAK PRASEKOLAH DI TK X (TELAAH PSIKOLOGIS PEDAGOGIS)

SKRIPSI STUDI TENTANG PENGELOLAAN KELAS ANAK PRASEKOLAH DI TK X (TELAAH PSIKOLOGIS PEDAGOGIS)

(KODE PEND-AIS-0043) : SKRIPSI STUDI TENTANG PENGELOLAAN KELAS ANAK PRASEKOLAH DI TK X (TELAAH PSIKOLOGIS PEDAGOGIS)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia lahir ke dunia dalam keadaan sangat lemah tidak bisa berdiri sendiri, baik dari segi fisik ataupun dari segi psikis. Akibat dari berinteraksi dengan lingkungan manusia mengalami pembelajaran untuk menjalani kehidupan sebagaimana yang menjadi budaya masyarakat yang mengelilinginya. Misalnya saja anak yang lahir dari keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan saudaranya akan melaksanakan pendidikan anak, merawatnya hingga dewasa dan anak mampu hidup secara terpisah dengan kedua orang tuanya.
Kita sadar bahwa pendidikan sangat penting, karena pendidikan akan menunjukkan apa yang harus kita lakukan pada situasi sekarang ke situasi berikutnya. Selain itu pendidikan juga akan menyiapkan generasi penerus yang handal dan bertanggung jawab serta tidak bertindak yang menyimpang dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan, karena itu memberikan pendidikan kepada generasi muda menjadi kewajiban bagi orang dewasa Firman Allah :
Dan, ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab : "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. (QS. Al-Imron : 187)
Ayat diatas menerangkan tetang ancaman Allah kepada ahli kitab sebagai balasan tindakanya tidak menympaikan isi kitab dan menyembunyikanya dari manusia.
Begitu penting pendidikan bagi kelanjutan peradapan manusia, jadi sudah selayaknya jika pendidikan dikedepankan. Bahkan Allah berjanji akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, dan dengan tegas memerintahkan kepada manusia untuk mencari ilmu sejak dalam buaian hingga liang lahat.
Dalam Undang-undang pendidikan RI no 20 tahun 2003 tentang Sidiknas (Sistim Pendidikan Nasional) pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dijelaskan pula oleh para pakar psikologi dan pendidikan bahwa pendidikan adalah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaanya dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri.
Tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam yang salah satunya bertujuan menumbuhkan anak yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan berakhlak utama. Karena dengan adanya pelajaran agama, generasi yang sholeh dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Setelah mengetahui arti pendidikan kita menyadari usaha dalam mewujudkan manusia yang seutuhnya bertujuan untuk mempengaruhi dan meningkatkan kedewasaan anak manusia atau dengan sengaja menciptakan situasi agar anak mengalami proses pendidikan, dibutuhkan beberapa hal sebagai pendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan pendidikan dibutuhkan komponen-komponen seperti guru (pembimbing), siswa (terdidik), materi, tujuan, bentuk metode dan lain lain dan masing-masing komponen tersebut saling berkaitan, jika saja salah satu komponen tersebut tidak ada maka tidak akan pernah terjadi proses pembelajaran.
Salah satu yang diperlukan dalam pendidikan adalah penciptaan kondisi yang baik untuk belajar. Dalam dunia pengajaran berfungsi sebagai salah satu alat untuk mempermudah pembekajaran dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketepatan pengkondisian lingkungan pembelajaran akan menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Pengelolaan kelas sebagai bagian usaha penyelenggara pendidikan adalah salah satu masalah yang akan timbul dalam proses pendidikan, tetapi sebelum membahas tentang pengelolaan kelas, alangkah baiknya jika kita mempelajari dahulu pentingnya masa prasekolah.
Keutamaan masa kanak-kanak mungkin sering tidak dimengerti oleh kebanyakan orang, tetapi sejak zaman dahulu para orang tua mengerti bahwa peristiwa pada masa kanak-kanak tak akan mudah untuk dilupakan. Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap awal perkembangan manusia dewasa apakah ia akan menjadi manusia yang normal atau menjadi manusia yang sakit. Oleh karena itu seluruh penyakit kejiwaan hampir dapat dipastikan adalah kesalahan dalam memahami karakteristik fase kanak-kanak dan tuntutan-tuntutanya. Rasa takut, marah, buang air, bertengkar berbohong dan sebagainya akan menjadi penyakit jika tidak disikapi dan diperlakukan dengan cara yang salah. Oleh karena itu ketika mendidik anak, ingatlah bahwa anak mempunyai karakteristik dan kemampuan yang masih tersimpan. Tugas seorang pendidik hanyalah untuk menggali dan kemampuan anak, bukan mengancam dan selalu menakut-nakuti agar anak menuruti yang menjadi kehendaknya. Karena itu selalulah berada selangkah didepan anak agar selalu dapat merasakan kebutuhan dan seberapa jauh pelajaran dapat dilanjutkan.
Pada masa prasekolah, adalah masa yang sangat menajubkan segala potensi berkembang sangat pesat, karena itulah orang lebih sering menyebutnya dengan gold age (usia emas). Seorang ahli perkembangan anak dari Universitas Georgia Amerika Serikat, Dr Kith Osbon mengatakan "Hampir 50% potensi kecerdasan anak mulai terbentuk pada usia 4 tahun kemudian mencapai 80% pada saat anak berusia 8 tahun. Pada saat ini anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensinya. Mereka sangat peka terhadap upaya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis. Masa ini merupakan dasar pertama dalam pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial dan sebagainya.
Seperti yang diyakini oleh Maria Monterssori bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahwa tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa sangat formatif paling penting baik secara fisik maupun mental karena itu janganlah sampai disia-siakan Montessori yakin bahwa pada tahun tahun awal seorang anak mempunyai periode-periode sensitif (sensitif period) selama masa inilah secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus tertentu. Perkembangan mental sangat cepat sehingga sering disebut sebagai absorben mind (pikiran anak dapat menyerap) karena kemampuan yang besar dalam belajar dan asimilasi secara terus menerus dan tanpa sadar dunia yang mengelilingi.
Dengan pengetahuan perkembangan anak prasekolah yang begitu luar biasa, maka diperlukan perencanaan yang menyeluruh untuk mengembangkan kemampuan anak secara optimal kearah yang positif. Kebutuhan akan pengawasan hendaknya jangan menjadi pembatasan pengarahan serta pengawasan yang terjebak pada sebuah tindakan kekerasan anak. akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan. Biarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan fasenya dengan terus dipantau dan diperhatikan untuk kemudian diarahkan bila ada tindakannya yang sekiranya tidak sesuai, tentunya dengan metode dialogis. Dengan cara seperti itu akan menumbuhkan sikap anak yang menghargai sebuah proses yang tidak anarkis.
Pendidikan prasekolah secara formal atau yang lebih sering dikenal dengan taman kanak-kanak, yang akhir-akhir ini banyak diminati olah para orang tua menjadi nilai tambah untuk membina anak sejak usia dini, selain karena anak usia prasekolah merupakan anak yang hidup dalam ruang lingkup keluarga yang berpusat pada ibu dan bapak, anak semakin meluas rasa solidaritasnya, yang tumbuh sebagai akibat dorong oleh rasa ingin tahu (curiosity) dan ingin berkumpul (gregrariosity). Keluarga sebagai lingkungan sosial terkecil dan terbatas itu walau mempunyai pengaruh kuat terhadap anak juga memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam tugas pendidikan dalam rangka mengembangkan bakat dan kemampuan anak. Dengan memberi kesempatan belajar di luar rumah, berarti telah memberi kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman yang obyektif dan subyektif, dan juga akan mendorong anak untuk mengembangkan pribadinya dalam memilih alternatif-alternatif pemilihan lapangan hidup nanti dimasa dewasa sesuai dengan dan kemampuan.
Pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh yang baru mengenal dunia, dimana ia belum mengetahui aturan norma, tata krama dan anak sedang belajar berkomunikasi serta belajar memahami orang lain. Karena itu anak memerlukan bimbingan dalam mengenal fenomena alam dan ketermpinan keterampilan yang dibutuhkab sebagai bekal hidup bermasyarakat. Interaksi anak dengan orang lain dan benda diperlukan agar anak mampu mengembangkan kepribadian, akhlak dan watak yang mulia.
Adapun prinsip pendidikan anak prasekolah juga dijelaskan dalam Undang-Undang Pendidikan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.
Dilihat dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan pendidikan prasekolah (TK) tidak hanya pendidikan yang bersifat jasmani saja tetapi tercakup pula yang bersifat rohani. Mengingat bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan ketiga aspek yang dimiliki manusia yaitu psikomotorik, kognitif dan afektif. Atau dalam bahasa agama sering disebut dengan pikir, zikir dan amal yang hasil akhirnya adalah manusia yang sempurna.
Dalam pembinaan perkembangan ketiga aspek tersebut, anak prasekolah membutuhkan tenaga ahli dalam bidang pendidikan. Guru sebagai seorang pendidik dituntut untuk dapat membuat perencanaan pembelajaran termasuk didalam mengelola kelas, merancang kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar sehingga siswa dapat terkendali dan dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Menentukan pola pengelolaan kelas khususnya pendidikan anak prasekolah bukanlah pekerjaan mudah. Kesalahan menentukan pola akan berakibat tidak tercapainya tujuan yang hendak dicapai dan tak akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Psikologi sebagai salah satu cabang ilmu yang menyelidiki atas gejala-gejala kegiatan jiwa mempunyai peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan. Sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini, psikologi pada umumnya lebih banyak menekankan penyelidikan terhadap tingkah laku manusia yang bersifat jasmani (psikomotorik) maupun rohaniyah (kognitif-afektif) dimana tingkah laku psikomotorik meliputi perbuatan, bicara, duduk, berjalan dan sebagainya. Tingkahlaku rohaniyah meliputi berfikir, keyakinan, berperasaan dan sebagainya atau dapat dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik-baik selaku individu maupun selaku kelompok, dalam hubunganya dengan lingkungan. Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memiliki prinsip-prinsip psikologi yakni 1) Seleksi penerimaan siswa, 2) Perencanaan pendidikan, 3) Penyusunan kurikulum 4) Penelitian kependidikan, 5) Administrasi kependidikan 6) Pemilihan materi pembelajaran 7) Interaksi belajar mengajar dan pelayanan bimbingan dan penyuluhan 9) Metodologi mengajar 10) Pengukuran dan evaluasi.
Dengan demikian timbul pertanyaan bagaimana metode pengelolaan kelas pada anak prasekolah yang paling tepat dan sesuai dengan perkembangan psikomotorik, kognitif dan afektif dan tujuan yang hendak dicapai.
Taman Kanak-Kanak X sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan anak prasekolah menerapkan beberapa metode dalam pengelolaan kelas, sehingga anak akan tumbuh menjadi insan yang sempurna sesuai dengan visi dan mi si yang menjadi landasan gerak mereka. Karena itu penulis ingin mencoba menuangkan dalam bentuk tulisan tentang metode pengelolaan kelas pada anak prasekolah di TK X dalam telaah psikologi pendagogi.

B. Penegasan Istilah
Dalam memahami isi skripsi ini diperlukan keterangan secara jelas tentang istilah yang akan digunakan supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman isi skripsi ini.
1. Pengelolaan kelas anak prasekolah.
A. Pengelolaan kelas
Yaitu ketrampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Dapat dikatakan bahwa pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan seorang guru dalam melayani kebutuhan siswanya dalam hal pendidikan berupa situasi dan kondisi yang baik sehingga siswa dapat belajar dengan baik.
B. Anak prasekolah
Yaitu anak usia 4-6 tahun yang terbagi atas
- Kelompok A : anak usia 4-5 tahun
- Kelompok B : anak usia 5-6 tahun.
atau dapat dikatakan bahwa anak-anak prasekolah adalah anak-anak dibawah usia sekolah atau anak yang belum memasuki sekolah yang dibatasi pada umur 4-6 tahun.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas anak prasekolah adalah keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar pada anak usia 4-6 dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
2 Telaah psikologi pendagogi
A. Telaah Yaitu penyelidikan secara mendetail
B. Psikologis pedagogis
Ilmu yang menerangkan tentang aktifitas individu dan faktor faktor yang mempengaruhi dalam proses pendidikan.
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa telaah psikologi pendagogi berarti suatu penyelidikan secara mendalam tentang pengelolaan kelas dengan menyoroti dari sisi perkembangan.
Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa studi tentang pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji secara mendalam tentang usaha seorang pendidik dalam rangka menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal pada anak usia 4-6 tahun yang mengikuti pendidikan luar sekolah di TK X dengan mengacu kepada prinsip-prinsip pendidikan dan metode-metode pendidikan serta perkembangan anak didik..

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sebagaimana dijelaskan diatas muncul berbagai masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :
1. Bagaimana pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.
2. Bagaimana problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas di TK X.

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi
Tujuan dari penulisan ini tentunya akan menggambarkan secara obyektif bagaimana sesungguhnya pengelolaan kelas anak prasekolah yang dilaksanakan TK X.
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pola pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.
2. Mengetahui problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para pendidik anak sehingga dapat memilih pola pengelolaan kelas yang akan digunakan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa sehingga menambah wawasan tentang pengelolaan kelas pada anak prasekolah.
3. Menambah wawasan bagi para pembaca dimanapun berada.

E. Kajian Pustaka
Dalam pengelolaan kelas anak prasekolah penulis memerlukan beberapa poin penting yang harus diperhatikan oleh para pengelola kelas karena dikelaslah pendidikan yang sebenarnya dilaksanakan.
Pada hakekatnya penelitian dan penulisan tentang psikologi pedagogi telah banyak dilakukan oleh para penulis sebelumnya walaupun demikian penulis tersebut tidak terfokus pada pengelolaan kelas, tetapi mengambil pembahasan lainnya. Dalam hal ini penulis akan mengkaji tentang pengelolaan kelas anak prasekolah dengan menelaah psikologi pedagogi, karena itu dibutuhkan beberapa sumber sebagai bahan perbandingan dalam penyelesaian penelitian ini yang banyak ditulis oleh para ahli pendidikan.
Drs. Ahmad Rohani HM dan Drs. H. Abu Ahmadi dalam buku Pengelolaan Pengajaran banyak membahas tentang problematika dalam kelas yang terjadi pada individu ataupun kelompok yang menyebabkan guru harus menyediakan kondisi dalam kelas yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif baik dari segi fisik maupun kondisi sosial-emosional.
Berbeda dengan Dr. Suharsimi Arikunto dalam Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif dia mengatakan bahwa pengelolaan kelas terbagi menjadi dua hal yaitu pengelolaan yang menyangkut pengelolaan siswa dan pengelolaan fisik yang meliputi ruang prabot dan pelajaran.
Elizabeth G. Hainstock dalam buku Montersori untuk prasekolah memberi penawaran tentang lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan anak bereaksi secara bebas dan mengembangkan dirinya dalam garis-garis pikirannya sendiri dengan tatanan ruang kelas yang semua peralatannya disesuaikan dengan ukuran anak.
Dr. H. Hadari Nawawi dalam Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas lebih banyak membicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan manajemen kelas.
E.C. Wragg dalam Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar lebih menekankan pada tugas guru sebagai perencana, pengorganisir, koordinator, pengarah, pengendali, komunikasi perawat dan pemupuk kelas baik didalam atau diluar kelas.

F. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dimana pendekatan ini mempunyai ciri-ciri khusus yang terletak pada tujuan yaitu mendiskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan.
Dalam skripsi ini penulis yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data sebagai bahan skripsi ini menggunakan metode-metode sebagi berikut :
a. Library research
Yaitu melalui riset kepustakaan untuk mengkaji sumber-sumber tertulis terbaik yang telah dipublikasikan atau belum.
Metode ini digunakan untuk menggali sumber-sumber tentang metode pengelolaan kelas anak prasekolah sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
b. Metode observasi
Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan pengamatan langsung dengan tujuan dan prosedur yang sistematis.
Metode ini digunakan memperoleh data-data atau melihat kebenaran data-data yang diperoleh dengan cara melihat secara langsung kepada obyek penelitian tentang bagaimana metode pengelolaan kelas, dalam hal ini adalah TK X.
c. Metode wawancara
Yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang menginginkan sebuah informasi dari seorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (Panduan wawancara).
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang metode pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X. Juga permasalahan yang timbul dan permasalahan yang ditempuh dalam penggunaan metode yang telah direncanakan. Wawancara dilakukan terhadap guru kelas/pengampu mata pelajaran, dan kepala sekolah.
d. Metode dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan mencari sumber tertulis, atau filem yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan yang datang dari penyelidik.
Metode ini digunakan untuk mencari data-data yang bersangkutan dengan obyek yang diteliti dalam hal ini adalah TK X.Dokumen yang digunakan adalah dukumen resmi internal yaitu dokumen yang berupa pengumuman, instruksi, aturan suatu lmbaga masyarakat tertentu yang digunalan dalam kalangan sendiri 2. Metode analisis data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis dan dianalisa secara kualitatif dengan menggunkan metode sebagai berikut :
a. Metode deskriptif
Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang dimaksud meliputi transkip wawancara, catatan lapangan, foto-foto, dokumen pribadi, nota, dan catatan lainnya.
Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dari sumber-sumber pustaka tentang metode pengelolaan kelas anak prasekolah.
b. Metode Induktif
Yaitu metode yang bermula dari fakta khusus akhirnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Metode ini berguna untuk menganalisa fakta yang ada dilapangan untuk kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum sesuai dengan landasan teori yang ada.

G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi hasil penelitian ini akan ditulis dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bagian muka yang memuat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, abstraksi, deklarasi, halaman kata pengantar dan halaman daftar isi.
2. Bagian isi batang tubuh bagian ini memuat :
Bab I, Pendahuluan yang terdiri atas : Latar belakang masalah, Penegasan istilah, Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat penulisan skripsi, Kajian pustaka, Metodologi penelitian, Sistematika penulisan skripsi.
Bab II, Pengelolaan kelas anak prasekolah tinjauan psikologi pendagogis yang terdiri dari : Kondisi fisik dan psikis anak prasekolah dilihat dari psikologi perkembangan yang berisi tentang : Perkembangan jasmani, Perkembangan kognitif, Perkembangan bahasa dan sosial, Perkembangan agama. Hubungan psikologi perkembangan dan pendidikan yang meliputi peranan dan kontribusi psikologi dalam pendidikan. Pengelolaan kelas anak prasekolah yang berisi tentang : Pengertian pengelolaan kelas, Tujuan pengelolaan kelas, Dasar dan prinsip pengelolaan kelas anak prasekolah.
Bab III, Laporan hasil penelitian (tinjauan tentang metode pengelolaan kelas anak prasekolah) yang terdiri atas : Gambaran umum TK X berisi tentang : Tinjauan historis, Letak geografis, Struktur organisasi, Sarana prasarana dan sumber dana, Keadaan guru dan siswa, Kurikulum. Penerapan pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X terdiri atas : Pengelolaan kelas yang digunakan dalam pendidikan anak prasekolah di TK X, Problematika dan solusi yang digunakan dalam pengelolaan kelas di TK X.
Bab IV, Analisis tentang pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X, memuat tentang : Analisis tentang pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X, Analisis problematika dan solusi yang digunakan dalam pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.
Bab V, Penutup yang meliputi : Kesimpulan, Saran-saran, dan penutup.
3. Bagian akhir/referensi yang berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
SKRIPSI SOLUSI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BELAJAR BAGI ANAK BERBAKAT DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK X

SKRIPSI SOLUSI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BELAJAR BAGI ANAK BERBAKAT DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK X

(KODE PEND-AIS-0042) : SKRIPSI SOLUSI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BELAJAR BAGI ANAK BERBAKAT DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK X




BAB I
PENDAHULUAN


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi anak berbakat dan kreatif, orang tua atau guru harus mencari cara perlakuan khusus. Meskipun tidak berlaku umum, konsep kreatifitas berhubungan dengan sifat bawaan yang disertai dengan kecerdasan dan keunggulan. Sesuatu dapat dikatakan hasil kreatifitas jika merupakan pembaharuan dan memiliki fungsi yang memasyarakat. Biasanya kreatifitas lahir dari tuntutan untuk memenuhi kebutuhan utama manusia.
Banyak orang yang belum menyadari pentingnya pengembangan kreatifitas pada anak. Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa kreatifitas semata-mata berhubungan bakat artistik.
Menurut seorang ahli, kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam, diikuti dengan logika serta pengertian-pengertian yang bersifat intuitif dalam menciptakan sesuatu keadaan atau benda-benda. Kita bisa melihat dengan jelas bila anak itu bermain ia menciptakan khayalannya dan spontanitasnya.
Clark memunculkan konsep dimensi kreatif dalam keberbakatan merumuskan bahwa kreatifitas merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan yang bersifat terintegrasi yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia. Konsep tersebut mencakup kondisi berfikir rasional yang sifatnya terukurkan dan dapat dikembangkan melalui berbagai latihan secara sadar dan dirancang. Penginderaan adalah kondisi tulen dalam menciptakan produk baru dan menurut pengembangan baik mental ataupun fisik atau ketrampilan tinggi dalam bidang tertentu. Rasa adalah kondisi emosional yang dilepaskan dari penciptaanya untuk diteruskan kepada konsumen dan menghasilkan respon emosional. Kondisi intuisi adalah kesadaran tertinggi yang secara paradoksal digali dari alam sadar dan bukan rasio sadar serta dikembangkan untuk mencapai pencerahan.
Menurut teori psikoanalistik, aebagaimana yang dikemukakan oleh Sigmund freud, carl jung, ernest kris dan Lawrence kubie menuliskan bahwa proses kreatif yang di gambarkan oleh clark dan beranjak dari teori jung adalah lundisi relatif (relax) dari ego yang menjadikan alam bahwa sadar berfungsi bebas mengembangkan ide senghingga terjadi integrasi antara kehidupan imajinasi dengan masalah yang dihadapi. Atas dasar itu, kesadaran yang tertinggi rementara proses kreatif itu berlangsung.
Jadi dari para ahli dari atas dapat disimpulkan bahwa kreatifitas itu merupakan suatu pruses yang mengikutkan segala pola berpikir rasional yang menjadi alam sadar dan segala yang nersifat intuisi bebas mengembangkan ide. Manusia itu bebas dalam arti mempunyai daya untuk memilih dari sekian banyak kemungkinan mengharap atau menuntut kebebasan untuk berpikir dan bertindak dalam arti mempunyai daya yang datang dari luar dirinya itu benar-benar urang kreatif.
Untuk mengembangkan kreatifitas, piran tidak hanya perlu mendapatkan latihan saja, tetapi juga harus diisi dengan bahan-bahan yang dapat menjadi bahan untuk mancetuskan sebuah ide. Bahan yang terbaik untuk pencetus ide adalah pengalaman-pengalaman yang dialami sendiri merupakan bahan bakar yang terkaya, karena pengalaman ini cenderung selalu kita ingat dan akan muncul setiap diperlukan.
Diantara masalah terpenting yang harus diperhatikan dan ditangani secara baik oleh para pendidik adalah mengetahui bakat dan pekerjaan yang sesuai dengan anak yang kelak menjadi cita-cita hidupnya. Bakat yang ada pada dasarnya merupakan modal emas untuk meraih prestasi besar karena adanya berbagai faktor bisa menjadi sia-sia. Faktor Distraktor itu dapat dikategorikan kepada faktor internal dan eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari anak itu sendiri, hal ini terjadi karena adanya frustasi. Sebagai contoh bahwa seorang anak merasa cukup punya bakat dalam bidang musik, tapi mengingat tidak adanya piano atau gitar yang dapat dipakai untuk mengembangkan bakatnya kemudian frustasi. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu yang bersangkutan atau lingkungan sebagai contoh orang tuanya kurang mampu dalam memberikan sarana yang memadai untuk itu.
Sesungguhnya setiap orang mempunyai bakat kreatif, walaupun masing-masing dalam jenis dan derajatnya berbeda-beda. Maka yang penting bagi pendidik orang tua dan guru ialah bahwa setiap anak mempunyai bakat kreatif dan bahwa bakat kreatif itu perlu dipupuk sejak dini, agar dapat diwujudkan secara optimal. Ada beberapa pertimbangan dasar mengapa kreatifitas perlu dipupuk sedini mungkin. Pertama kerana usia pra sekolah merupakan masa yang sangat subur untuk mengembangkan kreatifitas anak-anak usia pra sekolah sebagimana telah dilukiskan sebelum memiliki banyak kepribadian kreatif hendaknya pendidik tidak menyia-nyiakan bakat alamiah anak usia pra sekolah ini. Keadaan anak prasekolah menguntungkan untuk pengembangan kreatifitas, karena pada masa ini masih banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Kedua bahwa usia pra sekolah merupakan masa yang kritis untuk perkembangan kreatifitas dan proses-proses intelektual lainnya.
Proses-proses mental yang dikembangkan pada usia dini akan menjadi bagian menetap dari individu dan akan mempunyai dampak terhadap perkembangan intelektual selanjutnya. Perkembangan dini dari berfikir, bersikap dan berperilaku kreatif akan membentuk dasar yang kuat baik bagi prestasi orang dewasa dalam ilmu teknologi dan seni maupun untuk menikmati hidup secara lebih mendalam.
Seorang anak memulai kehidupan sekolah, ia bergairah mencari pengalaman-pengalaman baru dan ia condong untuk belajar. Oleh karena itu, kita melihat bahwa sekolah membantu dalam menyandarkan anak akan keadaan yang sedang dilalui dalam masa pertumbuhan yang terus menerus. Mereka memperhatikan setiap hal yang baru yang terjadi padanya dan mereka terdorong untuk melakukan setiap pekerjaan yang baru, dari rangkaian yang mereka sukai.
Menurut Dr. Muhammad Khalifah Barakat ada berbagai cara dalam menghadapi atau melihat bakat anak-anak agar selalu hidup dan kuat menjadi pendorong bagi mereka dalam belajar antara lain:
a. Ketahuilah bakat dari masing-masing murid anda dan setiap mereka diberi pelajaran dengan baik apa kecondongannya yang menonjol.
b. Hendaknya kita selalu menjadikan murid-murid anda sebagai titik tolak dan mengarahkan mereka kepada bakatnya masing-masing, dimana saja anda temukan, serta jadikanlah bakat-bakat tersebut asas dari pendidikan dan pengajaran mereka.
c. Wajib dikembalikan bakat kodrati yang umum yang terdapat pada murid-murid yang sebaya.
d. Bantulah murid-murid untuk merasakan adanya hubungan sekolah dengan kehidupannya melalui adanya hubungan sekolah dengan pribadi anak.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik mengangkat tema :
"Solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat dalam proses belajar mengajar". Karena kreatifitas dalam belajar sangat perlu dikembangkan dan digali terutama pada anak yang mempunyai bakat sebagai modal emas untuk meraih prestasi belajar demi kesuksesan cita-citanya.

B. Penegasan Judul
Sebelum penulis memaparkan lebih lanjut, maka terlebih dahulu akan penulis kupas beberapa istilah dari judul diatas untuk menghindari kesalahan dalam memahami isi tulisan ini, yaitu :
1. Solusi menurut Kamus Ilmiyah Populer berarti pemecahan dan penyelesaian suatu masalah. Yang dimaksud oleh penulis disini adalah bagaimana menyelesaikan problem anak berbakat dalam mengembangkan kreatifitasnya.
2. Kreatifitas Belajar Anak Berbakat
a. Kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam diikuti dengan logika serta pengertian-pengertian yang bersifat intuitif menciptakan suatu benda akan khayalan.
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah individu melalui interaksi dengan lingkungan.
c. Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan yang unggul, mempu memberikan prestasi yang tinggi. Yang dimaksud oleh penulis bahwa kreatifitas belajar pada anak berbakat adalah suatu proses perubahan tingkah dalam berfikir yang beragam dengan logika serta pengertian yang bersifat intuitif untuk mampu memberikan prestasi yang tinggi.
3. Taman Kanak-Kanak
Adalah suatu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Maksud TK dalam hal ini adalah sekolah persiapan untuk anak usia 4-5 tahun sebelum anak memasuki sekolah yang sebenarnya.
4. Proses Belajar Mengajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Maksudnya belajar dalam hal ini adalah kegiatan yang tidak hanya memfokuskan pada pemahaman dan ingatan tetapi juga pengalaman dan mengalami.
Sedangkan mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/murid di sekolah.
Jadi proses belajar mengajar merupakan suatu proses dimana adanya pengolahan informasi oleh guru kepada siswa yang diharapkan kepada pencapaian tujuan yang diharapkan.

II. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang penulis kemukakan dapat penulis angkat dalam hal berbagai permasalahan yaitu :
a. Bagaimanakah solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat?

III. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang bagaimana solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat.

IV. METODE PENELITIAN
Metode penulisan skripsi yang penulis gunakan adalah :
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan grand teori meksudnya bahwa pengumpulan data pada hakekatnya berpedoman pada usaha untuk mengembangkan suatu teori, maka pengembangan teori dan pengumpulan data bertalian erat.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kialitatif ini adalah pendekatan positivistik maksudnya bahwa penelitian kualitatif ini pada umumnya lebih melihat proses dari pada produk dari objek penelitian.
Dalam skripsi yang dikaji ini meneliti bagaimana proses mengembangkan kreatifitas belajar anak berbakat dalam lembaga taman kanak-kanak.
3. Metode Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah;
a. Observasi
Adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek baik langsung maupun tidak langsung karena pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat. Obsevasi digunakan penulis untuk mengamati perkembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat dalam proses belajar mengajar di TK X.
b. Wawancara
Adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung ataupun tidak langsung dengan sumber data. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat, problem dan solusi anak berbakat melalui informasi kepala sekolah, guru dan orang tua.
c. Dokumentasi
Adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen ini dugunakan untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable yang diteliti meliputi catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah dan sebagainya untuk mendukung keperluan penelitian karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
2. Teknik Analisa data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan dengan subyek penelitian berdasarkan data dan veriabel yang diperoleh. Apabila dalam penelitian yang pendekatannya lebih bersifat kualitatif tentu diskriptifnya tersebut lebih penting lagi.
Analisis data digunakan untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lain-lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang masalah yang diteliti dengan menyajikan sebuah temuan bagi orang lain.
Untuk menganalisa data yang telah ada, penulis berusaha mengikuti langkah-langkah berikut yang masih sangat bersifat umum, yakni:
a. Reduksi data
Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dicari tema atau polanya. Data ini memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.
b. Display data
Data yang keseluruhannya diperoleh harus diusahakan untuk dibuat dalam berbagai macam matriks, grafik, networks dan charts. Dengan demikian peeliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpikan detail.
c. Pembuatan catatan obyektif
Peneliti mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, factual atau objektif deskriptif. Dalam hal ini data yang diperoleh di lapangan akan diklasifikasikan pada segment yang sesuai dan peneliti berhak mengedit data jika data tidak sesuai dengan situasi yang ada.
d. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Peneliti berusaha mencari makna data yang dikumpulkan untuk mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya dari data yang diperolehnya untuk diambil kesimpulan. Data yang telah disimpulkan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan pemeriksaan tentang kebenaran suatu laporan. Untuk mencapai intersubjektif consensus yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validitas atau comfirmability.

V. KAJIAN PUSTAKA
Pembahasan dan penelitian mengenai kreatifitas belajar dan anak berbakat telah banyak dilakukan oleh penulis sebelumnya terdapat beberapa kajian yang telah membahasnya.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih memfokuskan pada pembahasan pada pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat. Dengan mengetahui cara mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat maka diharapkan dapat mengatahui ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya sebagai bagian dari penyaluran bakat dari peserta didik.
Dengan demikian dalam penelitian ini masih menemukan relevansi dan signifikansi untuk dilakukan.

VI. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang penulis maksudkan di dini adalah sebagai acuan dalam embahas skripsi dan sebagai acuan dalam membahas skripsi dan sebagai gambaran umum tentang hal-hal yang menjadi pembahasan di dalamnya.
a. Bagian muka
Bagian ini memuat halaman judul, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
b. Bagian isi
Bagian ini terdiri dari :
BAB I Mengenai latar belakang masalah, penegasan, judul, rumusan masalah, tujuan penelitian dan metode penelitian
BAB II Mengenai pengertian kreatifitas dan belajar, ciri-ciri kreatifitas belajar, faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajarm tahap-tahap kreatifitas, mengenai pengertian anak berbakat, ciri-ciri anak berbakat, problema dan solusi anak berbakat, solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat
BAB III Mengenai sejarah berdirinya TK X, proclema anak berbakat dan solusinya, usaha dan sarana pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat di TK X.
BAB IV Mengenai Analisis Solusi Mengembangkan Kreatifitas Belajar Pada Anak Berbakat di TK X.
BAB V Kesimpulan, saran dan penutup.
SKRIPSI PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI EDUCATIVE PUNISHMENT UNTUK ANAK USIA DINI DAN UPAYA SOLUSINYA DI TK X

SKRIPSI PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI EDUCATIVE PUNISHMENT UNTUK ANAK USIA DINI DAN UPAYA SOLUSINYA DI TK X

(KODE PEND-AIS-0041) : SKRIPSI PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI EDUCATIVE PUNISHMENT UNTUK ANAK USIA DINI DAN UPAYA SOLUSINYA DI TK X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Para ahli psikologi dan pendidikan dan bahkan semua orang berpendapat bahwa setiap anak manusia berbeda secara lahir maupun batin, jangankan pada aspek biologis, pada aspek psikologis pun anak manusia berbeda. pendapat ini tidak dapat dibantah, karena memang demikianlah kenyataannya. Coba amati kehidupan dilingkungan masyarakat, anak manusia bukan hanya terdiri dari jenis kelamin wanita dan pria , tetapi juga terdiri dari kelompok umur, mulai dari anak kecil, anak usia pra sekolah, anak remaja, pemuda, dan orang dewasa, termasuk para orang tua lanjut usia. Secara psikologis mereka- mereka itu mempunyai perbedaan-perbedaan dengan karakter mereka masing-masing-masing, ada yang pemarah, ada yang berjiwa sosial, ada yang egois, ada yang cengeng, ada yang pemalas, ada yang bodoh, ada yang cerdas, ada yang rajin, ada yang pemurung, dan sebagainya yang semuanya itu dipengaruhi pembawaan dan lingkungan.
Masa usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak, karena masa ini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus masa yang paling sibuk, masa ini adalah masa yang paling tepat untuk anak memulai belajar, karena dapat menumbuhkan nilai-nilai yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan kepribadian anak. Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak usia dini merupakan suatu investasi yang sangat besar bagu keluarga, bangsa dan agama. Anak adalah generasi penerus keluarga dan penerus bangsa, betapa bahagianya orang tua yang melihat anak berhasil, baik dalam hal pendidikan, berkeluarga, bermasyarakat, dan berkarya. Untuk mewujudkan semua itu yang diperlukan adalah pendidikan.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada anak usia dini berada pada periode pre operasional yaitu di mana anak belum mampu menguasai operasional mental secara logis, yang dimaksud operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau Symbolic Fungtion, yaitu kemampuan untuk, merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang dengan menggunakan symbol (kata-kata, gesture /bahasa, gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai Semiotic fungtio, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol, (bahasa, gamabar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa).
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi salah satu diantaranya adalah pendidikan yang dikhususkan untuk anak usia 4-6 tahun yaitu Taman kanak-Kanak atau yang biasa kita sebut dengan TK. Anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia anak diatasnya. Pendidikan anak usia dini mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju, karena menurut ilmu pendidikan pengembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan sejak dini.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarganya. Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama), dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungannya dengan orang lain. kematangan penyesuaian anak akan sangat terbantu apabila anak dimasukkan ke Taman kanak-Kanak. TK sebagai "jembatan bergaul" merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya, dan mentaati peraturan.
TK dipandang mempunyai kontribusi yang baik bagi perkembangan sosial anak karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Suasana TK sebagian masih suasana keluarga.
2. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak.
3. anak berkesempatan untuk aktif bergerak, bermain, dan riang gembira yang kesemuanya mempunyai nilai paedagogis.
4. anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang beragam (multi budaya) baik etnis, agama, dan budaya.
Ilmu pendidikan memberi landasan bagaimana cara mendidik anak, baik secara umum maupun khusus. Tercakup juga di dalamnya ilmu pembelajaran, tentang bagaimana cara membelajarkan usia dini. Ilmu pendidikan juga mencakup teknologi pendidikan, khususnya yang terkait dengan media dan alat-alat bermain anak yang sangat diperlukan mendidik anak. Disamping itu, ilmu tentang kurikulum dan menerjemahkan kurikulum ke dalam program pembelajaran dan satuan pembelajaran. Ilmu tentang evaluasi (asesmen) juga dibutuhkan untuk mengetahui kemajuan pembelajaran anak.
Setiap persoalan pendidikan anak dikaji dari berbagai sudut keilmuan secara terpadu. Sebagai contoh, untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-4 tahun, kira-kira kegiatan apa yang tepat diberikan. Untuk menjawab hal itu perlu dikaji perkembangan fisik motorik anak usia TK dari segi biologis, psikologi belajar anak, dan ilmu pendidikan jasmani. Contoh lain ialah bagaimana cara menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada anak, untuk menjawab persoalan tersebut ilmu psikologi sangat diperlukan. Oleh sebab itulah seorang guru dituntut untuk menguasai ilmu tersebut karena ilmu psikologi adalah ilmu yang paling berperan dalam mendidik anak usia dini.
Berbicara mengenai pendidikan, tidak terlepas peranan pelaku pendidikan itu sendiri yaitu pendidik dan anak didik, selain itu sebuah lembaga pendidikan formal baik itu untuk anak usia dini, menengah, dan kuliah pasti memiliki sebuah tata tertib atau peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh para pelaku pendidikan. Tata tertib dan peraturan yang diberlakukan adalah untuk menjaga ketertiban suasana lingkungan belajar tetap kondusif, selain itu peraturan juga diberikan untuk anak agar bisa bersikap disiplin baik itu di sekolah atau pun di masyarakat kelak.
Setiap ada peraturan tentunya juga terdapat sanksi atau hukuman yang diberikan kepada setiap pelanggar ketertiban. Pemberian hukuman terhadap siswa terutama pada anak usia dini harus benar-benar memperhatikan psikologi anak, pemberian hukuman yang salah (tidak sesuai dengan psikologi anak) akan sangat mempengaruhi perkembangan mental dan jiwa anak. Jika hal itu terjadi, maka proses tumbuh kembang anak akan terganggu dan berdampak negatif pada tingkah lakunya.
Menghukum anak bukan perkara yang mudah karena masalah tidak hanya selesai saat seorang guru bisa menahan amarahnya, akan tetapi masalah yang paling penting adalah dampak dari hukuman tersebut, apakah anak mengalami perubahan positif atau malah sebaliknya anak mengalami perubahan yang negatif. Dalam beberapa fenomena yang terjadi adalah anak mengalami mogok belajar, dan cenderung bersikap pasif terhadap materi yang diberikan guru.
Demikianlah gambaran problematika yang dihadapi oleh para guru di TK X, sampai saat ini implementasi educative punishment belum dapat terealisasi dengan sempurna, karena fenomena yang terjadi setelah anak didik melakukan kesalahan dan mendapatkan sanksi sang guru, yang terjadi justru anak tidak mau mentaati perintah dari guru yang bersangkutan, dan bahkan ada beberapa anak yang bersikap acuh terhadap sanksi yang diberikan guru, dan problem yang paling serius adalah ketika anak memutuskan untuk berhenti atau keluar dari sekolah. Berangkat dari latar belakang yang telah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui
"Problematika Educative Punishment Untuk Anak Usia Dini dan Upaya Solusinya di TK X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan educative punishment ?
2. Bagaimana implementasi educative punishment dan apa saja problematika yang dihadapi para pendidik dalam memberikan hukuman pada anak di TK X?
3. Bagaimana solusi untuk memecahkan problematika yang dihadapi para pendidik/guru dalam upaya menerapkan educative punishment pada anak usia dini di TK X ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini:
1. Untuk mengetahui implementasi educative punishment pada anak usia dini di TK X.
2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi guru dalam implementasi educative punishment pada anak usia dini di TK X.
3. Ingin mengetahui solusi- solusi untuk memecahkan problematika yang dihadapi guru dalam upaya implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X.

D. Kegunaan Penelitian
Setelah disebutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam pembahasan ini, penulis berharap ada manfaat bagi lembaga yang bersangkutan khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai :
1. Bagi penulis diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dalam menghadapi problematika dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini.
2. Bagi lembaga yang dijadikan obyek penelitian, dapat digunakan untuk mengevaluasi sekaligus menentukan langkah yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang ada pada lembaga yang bertujuan.
3. Bagi staf pendidik atau guru dapat dijadikan sebagai bahan dalam menentukan metode dan teknik dalam memberikan hukuman untuk anak usia dini.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahp ahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan arti dari istilah-istilah yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
1. Problematika : Problematika adalah suatu permasalahan yang belum dijumpai pemecahannya ketika itu. Sehingga dapat dikatakan, bahwa problematika adalah suatu masalah yang sulit, hingga sampai waktunya belum ditemukan jalan keluarnya atau pemecahannya.
2. Implementasi : penerapan, yaitu pelaksanaan atau proses educative punishment di TK X.
3. Educative Punishment : hukuman yang mendidik. Jadi yang dimaksud educative punishment dalam penelitian skripsi ini adalah sanksi atau hukuman yang diberikan kepada anak didik yang melakukan pelanggaran yang memperhatikan aturan dalam menghukum dan bertujuan untuk mendidik, bukan untuk menyakiti anak. 4. Anak Usia Dini : yang dimaksud anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak yang sedang mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) yaitu anak yang berusia sekitar 4-6 tahun.
5. Upaya : usaha/ikhtisar untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau untuk diinginkan. Adapun yang dimaksud upaya di sini adalah usaha yang dilakukan oleh guru terhadap anak usia dini untuk memberikan latihan dan pemahaman terhadap anak usia dini yang melakukan pelanggaran tentang kedisiplinan.
6. Solusi : solusi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu solution yang maksudnya adalah cara pemecahan atau penyelesaiannya.
Jadi yang dimaksud " Problematika Educative Punishment Untuk Anak Usia Dini dan Upaya Solusinya di TK X" adalah berbagai hambatan permasalahan yang kini belum dijumpai jalan keluarnya dan dialami oleh para pendidik atau guru di TK X dalam hal pemberian hukuman terhadap anak usia dini serta berbagai solusinya atau jalan keluarnya guna mengatasi hambatan-hambatan dari permasalahan-permasalahan tersebut.

F. Metode Penelitian
Dalam penelitian yang sasaran utamanya adalah problematika guru Taman Kanak-Kanak dalam memberikan hukuman yang mendidik terhadap anak usia dini di TK X. Penulis menggunakan metode pembahasan dalam penyajian data yang relevan dalam permasalahan yang telah ditetapkan, dan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian lapangan seorang peneliti akan menghadapi populasi sebagai obyek penelitian, populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan anak didik sebagai sumber data, karena mengingat anak di bawah usia masih belum bisa dijadikan acuan, oleh karena itu penulis mengambil Kepala Sekolah, guru, dan staf karyawan sebagai subyek dalam penelitian ini.
2. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :
1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang biasanya berupa data verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis. Yaitu berupa :
a) Sejarah berdirinya TK X
b) Letak geografis
c) Sarana dan prasarana
d) Implementasi Educative punishment
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan. yaitu berupa:
a) Jumlah siswa
b) Jumlah guru dan staf karyawan
c) Jumlah kelas
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek di mana data diperoleh dalam penelitian ini sumber data yang diambil penulis ada dua macam yaitu :
1) Library Reseach
Yaitu data yang diperoleh peneliti dengan cara mempelajari buku-buku atau literatur yang sesuai, yang digunakan untuk mencari landasan-landasan teori tentang unsur-unsur pada penelitian ini.
2) Field Reseach
Adalah sumber data yang diperoleh peneliti dari lapangan secara langsung untuk memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu sebagai berikut :
1) Sumber data manusia, yang meliputi sebagai berikut :
a) Kepala Sekolah
b) Semua tenaga pendidik (guru)
c) Semua staf karyawan TK X.
2) Sumber data bukan manusia, meliputi arsip tentang data-data yang diperlukan yang terdapat di TK X.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh suatu data, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi secara luas adalah pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan seluruh alat indera.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap fenomena atau gejala-gejala yang terdapat di lapangan untuk mengetahui situasi umum dari obyek yang diteliti dan untuk memperoleh data tentang kegiatan responden. Dan kelebihan yang diperoleh dari penelitian ini adalah data yang diperoleh adalah data segar, dalam arti data yang diperoleh dari subyek pada saat terjadinya tingkah laku dan keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Dalam prakteknya metode ini lebih cenderung digunakan penulis untuk menggali data tentang :
1) Cara guru memberikan hukuman terhadap anak didik.
2) Respon anak terhadap hukuman yang diberikan guru tersebut.
3) Letak geografis.
4) Fasilitas dan sarana dan pra sarana yang terdapat di TK X.
b. Metode Interview
Metode interview adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh keterangan pendirian koresponden melalui percakapan langsung atau tatap muka. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada suatu penyelidikan.
Melalui metodologi ini penulis bermaksud dapat mencari data yang bersifat informasi tentang sikap dan respon dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X. Penulis menggunakan metode ini ditujukana kepada Kepala Sekolah, guru, yang bertujuan untuk mengetahui metode dan strategi yang digunakan pada saat memberikan hukuman dan problem apa saja yang dihadapi ketika memberikan hukuman terhadap anak didik.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang merupakan catatan, transkrip, buku, surat kabar,majalah, notulaen, rapat lengger, legenda, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada TK X sebagai penunjang data. Data-data tersebut meliputi data Kepala Sekolah, pengajar, karyawan, jumlah siswa, sarana dan pra sarana, dan lain-lain yang dibutuhkan dalam proses penelitian di TK X.
4. Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini merupakan bagian terpenting, karena dengan analisis inilah data yang ada akan tampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.
Adapun teknik analisa data yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah teknik analisa deskriptif, sebagaimana yang sering digunakan dalam penelitian deskriptif adalah merupakan menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami sehubungan dengan kegiatan. Pandangan sikap yang tampak atau tentang proses belajar, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang tampak bertentangan yang meruncing, dan sebagainya.
Karena dalam penelitian ini tidak merupakan data berupa angka, maka teknik yang digunakan adalah teknik penelitian kualitatif deskriptif sedangkan menurut Suharsimi Arikunto pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu meluruskan hipotesa.
Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan menggunakan teknik analisa deskriptif, dengan melalui tahapan-tahapan tertentu, yakni identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi, selanjutnya diinterpretasikan melalui penjelasan deskriptif, sehingga dapat dipertanggungj awabkan kebenarannya.

G. Sistematika Pembahasan
Dalam laporan penelitian ini pembahasan diperinci bab demi bab kemudian dari bab-bab diperinci lagi menjadi sub-bab.
Bab I berisi pendahuluan yang memuat pokok-pokok pikiran yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan dilanjutkan dengan sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang landasan teori yang meliputi dua subbab, subbab I menjelaskan tentang anak usia dini yang terdiri dari fase perkembangan anak manusia, pengertian anak usia dini, dan faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia dini, sub bab II mengenai educative punishment yang meliputi pengertian educative punishment, fungsi educative punishment, dan cara menghukum anak usia dini.
Bab III berisi tentang laporan penelitian, yaitu terdiri dari subbab I gambaran umum obyek penelitian yang meliputi berikut : sejarah singkat berdirinya Taman Kanak-Kanak X, letak geografis TK X, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan pra sarana, metode dan strategi pelaksanaan educative punishment di TK X. Subbab II berisi tentang penyajian dan analisis data yaitu meliputi : problematika yang dihadapi guru dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X, faktor-faktor penunjang dan penghambat implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X, dan solusi-solusi dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh guru dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X.
Dari keseluruhan uraian dan pembahasan secara rinci sudah penulis paparkan, namun sebagai akhir dari uraian dalam pembahasan ini penulis dengan kesimpulan, saran, dan penutup sebagai rangkaian laporan penelitian yang penulis lakukan ditempatkan pada bab IV. Dengan berakhirnya bab yang ke IV ini, maka secara tertulis dalam sistematika pembahasan ini telah selesai.
SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X

SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X

(KODE PEND-AIS-0040) : SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, telah memberi dampak yang besar dalam berbagai tatanan kehidupan bangsa. Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah terletak pada aspek moral. Terbukti dengan banyaknya berita tentang tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang sering kita lihat di televisi tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar, beberapa pelajar berada di "terali besi" karena menganiaya gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan santun pada orang tua. Dan yang sangat parah lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri. Apabila ini tidak diperhatikan dan dicarikan solusinya secara cepat dan tepat, maka tampaknya bangsa Indonesia tidak akan bisa bangkit.
Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam UUD 1945 pada umumnya dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Mulai dari kurikulum 1975 kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 1984, setelah itu diteruskan dengan penggunaan kurikulum 1994 yang terkenal dengan pendekatan CBSA-nya. Setelah itu muncul kembali sebagai penyempurna kurikulum 1994 itu yang dikenal dengan kurikulum 1999 (suplemen kurikulum sebelumnya). Perjalanan kurikulum pendidikan Indonesia tidak hanya berhenti sampai disini. Pemformatan ulang kurikulum terjadi lagi pada tahun 2004 yang menitik beratkan pada pengolahan bakat anak sesuai kompetensi masing-masing. Kurikulum ini dinamai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada kurikulum ini pemerintah mulai memberi angin segar pada peserta didik. Mengapa? Karena kurikulum sebelumnya yang menerapkan penekanan pada aspek kognitif saja sekarang telah bergeser pada tiga aspek yaitu Kognitif (pikiran), afektif (perasaan), dan terakhir Psikomotorik (ketrampilan). Jadi pada kurikulum ini pemerintah mulai mencoba untuk menggarap peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya melalui tiga aspek tersebut dan yang terpenting adalah sesuai dengan bakat dan kompetensi masing-masing individu.
Demikian panjangnya perjalanan kurikulum pendidikan kita yang dilihat sepintas seperti melakukan kelinci percobaan pada peserta didik. Kalau kita menilik undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab" maka kita dapat memahami bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk insan yang beriman dan berakhlak mulia.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah belum sesuai dengan harapan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tersebut. Oleh karena itu, ada seorang tokoh Indonesia yang bernama Ratna Megawangi yang telah menyelesaikan program Ph.D-nya di Tufts University Amerika, memunculkan sebuah model pendidikan alternatif yang disebut dengan "Pendidikan Karakter".
Ratna Megawangi berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut yang selanjutnya dituangkan dalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah. Pendidikan karakter ini pun tidak bertentangan dengan konsep KBK karena mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, feeling the good and acting the good yaitu sama-sama melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.
Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal, sebagaimana sabda rasulullah SAW:
Artinya:
"Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nashrani dan majusi". (H.R. Imam Muslim)
Sesuai yang dikemukan oleh Thomas Lickona: "walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan". Oleh karena itu penanaman pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Sayangnya, sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, rasa). Lebih jauh lagi, mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan atau hanya sekedar "tahu"). Oleh sebab itu, Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat urgen untuk segera diimplementasikan di sekolah sebagai rumah kedua setelah keluarga (institusi yang pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak), terutama di sekolah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: "PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA TK X"

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun di TK X?
2. Bagaimana kondisi sopan santun siswa di TK X?
3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya bahasan yang terlalu luas. Batasan-batasan tersebut sebagai berikut:
a. Dalam penelitian ini hanya menggunakan pendidikan karakter pilar hormat dan santun berdasarkan pemikiran Ratna Megawangi.
b. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun berdasarkan pemikiran Ratna megawangi.
c. Peneliti menggunakan penelitian populasi yaitu kelompok A di TK X.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pelaksanaan Pendidikan karakter pilar hormat dan santun di TK X.
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan kondisi tentang sopan santun siswa di TK X.
3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.

E. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini mencakup dua hal yaitu
1. Manfaat Akademik Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Agama Islam. Khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri dan di Indonesia pada umumnya.
2. Manfaat Sosial praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan sopan santun siswa.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk lebih menekankan pada pengajaran sikap sopan santun.
c. Bagi penulis
Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan.
d. Bagi almamater
Semoga hasil penelitian ini akan dapat memberi sumbangan yang berarti serta dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

F. Hipotesa Penelitian
Hipotesis berasal dari kata "hypothesis" yang terdiri dari kata "hypo" dan "thesa". Hypo artinya lemah dan thesa artinya teori. Secara istilah hipotesis berarti teori yang belum diuji kebenarannya.
Dari data-data awal atau sementara yang didapatkan, penulis dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif yang disimbolkan dengan (Ha), ini menjelaskan bahwa adanya pengaruh antara dua variabel yaitu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) jadi, dalam penelitian ini Ha-nya adalah Adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.
2. Hipotesis nihil (hipotesis statistik) yang disimbolkan dengan (Ho), ini berarti bahwa tidak ada pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Jadi, dalam penelitian ini Ho-nya adalah Tidak Adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian, untuk mendapatkan suatu keberhasilan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penulis perlu menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Mardalis metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Dalam penelitian ini penulis memilih jenis penelitian kuantitatif korelatif yaitu metode untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui dengan pendekatan korelasi (hubungan timbal balik).
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang akan diduga. Dikatakan juga bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek dalam penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelompok A TK X Tahun ajaran X yang berjumlah 3 siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0,10 karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 responden. Maka penulis mengambil keseluruhan dari populasi. Dengan demikian penelitian ini bukan termasuk penelitian sampel melainkan penelitian populasi.
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Data Kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung. Dalam hal ini, data yang dimaksud antara lain, gambaran umum TK X, pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Data Kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung karena berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud adalah: data tentang jumlah guru, siswa, karyawan, jumlah sarana dan prasarana, hasil angket serta data-data lainnya yang berupa angka.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data penelitian ini terdiri dari:
1. Field Literature
Adalah sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan buku-buku kepustakaan.
2. Field Research
Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data ini ada dua macam, yaitu:
a) Manusia meliputi: kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa.
b) Non-manusia meliputi: dokumen sekolah, denah sekolah dan susunan organisasi sekolah.

H. Definisi Operasional
Agar dalam penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat:
Pengaruh : Yang ada atau timbul dari sesuatu (orang lain, benda) yang berkuasa ghaib dan sebagian
Pelaksanaan : Proses, cara, perbuatan melaksanakan
Pendidikan Karakter Pilar Hormat Dan Santun: Mengukir Karakter (akhlak) melalui proses knowing the good, loving the good, acting the good yaitu proses melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik dengan menanamkan nilai karakter hormat dan santun sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart dan hands.
Sopan Santun : Bertingkah laku yang baik, bertindak kepada orang lain yang membuat orang lain merasa bernilai, diperhatikan dan dihargai; tulus dalam mengucapkan "terimakasih" dan "maaf", dan itu terpancar dari ekspresinya. Adapun indikator sopan santun yang dapat diamati bagi anak TK menurut Ratna Megawangi adalah:
a. Anak dapat mengucapkan terima kasih jika dibantu
b. Anak menyapa atau mengucapkan salam ketika bertemu orang tua, guru, teman atau tetangga
c. Anak duduk pada saat makan
d. Anak makan tidak berantakan
e. Anak santun ketika berbicara di telepon
f. Anak tertib saat melakukan/mengikuti kegiatan
g. Anak meminta izin ketika ingin menggunakan barang milik orang lain
h. Anak ketika meminta tolong dengan cara yang baik
i. Anak meminta maaf jika melakukan kesalahan
j. Anak tidak mengucapkan kata-kata yang tidak patut (makian, umpatan, panggilan buruk kepada temannya)
TK X: Taman kanak-kanak karakter bertempat di X yang bernaung di bawah yayasan "Badan Waqaf Warisan Nilai Luhur Indonesia" (Indonesia Heritage Foundation) Jakarta yang bergerak di bidang pendidikan karakter untuk anak dan diprakarsai oleh Ibu DR. Ir. Ratna Megawangi, Msc sekaligus sebagai Direktur Utama IHF Jakarta.
Dari definisi di atas yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah adakah pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X, karena melihat kondisi generasi kita sekarang mengalami dekadensi moral dan diharapkan pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai solusi yang cepat dan tepat.

I. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan skripsi ini tersusun menjadi 4 (empat) bab, yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN; yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, hipotesa penelitian, metode penelitian (meliputi: jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data), definisi operasional dan sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI, yang meliputi:
A. Pelaksanaan Pendidikan karakter pilar hormat dan santun
B. Sopan santun siswa
C. Pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN, yang meliputi
A. Gambaran umum obyek penelitian
B. Penyajian data
C. Analisis data
BAB IV : PENUTUP, yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini dan sekaligus memberikan saran-saran.