A. Latar Belakang Masalah
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosio-emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai-nilai agama (keimanan) dalam diri anak.
Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa:
Setiap anak berhak untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Implementasi dari hak ini salah satunya adalah setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Layanan pendidikan bagi anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan Agama Islam merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Secara umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dari tujuan pendidikan agama Islam tersebut di atas dapat ditarik salah satu dimensi yang akan ditingkatkan dan diinginkan oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam baik di lembaga formal seperti halnya Taman Kanak-kanak atau non formal yaitu dimensi keimanan peserta didik terhadap agama Islam.
Pada dasarnya bayi yang dilahirkan itu sudah memiliki beberapa instink, diantaranya keagamaan yang termasuk tentang keimanan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Dengan demikian, pendidikan agama dan keimanan perlu diperkenalkan kepada anak jauh sebelum usia tujuh tahun. Artinya jauh sebelum usia tersebut nilai-nilai keagamaan dan keimanan perlu ditanamkan kepada anak sejak dini.
Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mempercayai adanya Allah. Oleh karena itu, penanaman keimanan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan. Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Rum: 30 yang berbunyi:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah fitrah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya" (QS. Ar-Rum : 30)
Iman menurut pengertian yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh pada pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula hanya merupakan pengetahuan rukun iman.
Individu tanpa agama dan keimanan, laksana manusia yang tidak ada nilainya dan akarnya, manusia yang selalu bingung dan ragu-ragu yang tidak mengetahui hakikat dirinya dan rahasia ujudnya, tidak mengetahui siapa gerangan yang memakaikan pakaian hidup ini dan kenapa dipakaikan kepadanya, serta kenapa pula kelak dilepas dari dirinya pada suatu saat tertentu.
Dapat dikatakan inti dari keimanan adalah pembenaran atau pengakuan bahwa hidup ini ada yang menciptakan yaitu Allah dan yang nantinya setiap individu akan kembali kepada-Nya. Pengakuan tentang hal ini adalah sangat urgen sekali dan sesuatu yang sangat prinsipil serta harus berada di hati setiap individu.
Akidah tauhid dan keimanan yang tertanam kokoh dalam jiwa anak, maka ia akan mewarnai kehidupannya sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu pengakuan tentang adanya kekuatan yang menguasainya, yaitu Tuhan Allah yang maha Esa, Pencipta. Maka dari itu, akan timbul rasa takut berbuat kecuali yang baik-baik dan semakin matang perasaan ke-Tuhan-annya, semakin baik pula segala perilakunya. Jadi, penanaman aqidah iman adalah masalah pendidikan perasaan dan jiwa, bukan akal pikiran, sedang jiwa telah ada dan melekat pada anak sejak kelahirannya, maka sejak mula pertumbuhannya harus ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya.
Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu ditandai dengan banyaknya gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu, tidak mudah letih, dan cepat bosan. Ia merasa tak mampu dan tidak menyenangi tindakan-tindakan yang tidak tetap dan tidak tenang. Tetapi menyukai keadaan alamiah yang merupakan ungkapan dari kebutuhan kejiwaan yang terdalam guna memahami kejadian-kejadian di sekitarnya.
Oleh karena itu, pengetahuan haruslah berkaitan dengan hidup, kecenderungan dan perasaannya. Hendaklah diberi kesan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan kepada mereka semata-mata untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, anak bisa menerima pengetahuan-pengetahuan tersebut dengan sendirinya tanpa adanya paksaan maupun kebencian. Hal ini disebabkan pengetahuan, menurut anak-anak, adalah sesuatu yang didapatkan dimana anak tersebut belajar dan bergaul. Kepribadian mereka terbentuk dari pengarahan yang khusus ini.
Sesuai dengan pendapat Zakiyah Daradjat bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, oleh karena itu, agama yang cocok untuk orang dewasa tidak akan cocok bagi anak-anak. Kalau ingin supaya agama mempunyai arti bagi anak-anak, hendaklah disajikan dengan cara yang lebih konkrit, dengan bahasa yang dipahaminya dan kurang bersifat dogmatik. Anak ingin supaya kebutuhannya untuk tahu (curiosity) dapat terpenuhi.
Selama ini, banyak lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang salah dalam memperlakukan anak didiknya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini termasuk Taman Kanak-kanak belum mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada umumnya penyelenggaraannya difokuskan pada peningkatan akademik saja yang sifatnya kaku dan mengabaikan tahapan perkembangan anak.
Latihan-latihan agama yang dilalaikan pada waktu kecil atau diberikan dengan cara yang kaku, salah atau tidak cocok dengan anak-anak, maka waktu dewasa nanti, ia akan cenderung atau kurang perduli terhadap agama, atau kurang merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin banyak si anak mendapat latihan-latihan keagamaan waktu kecil, sewaktu dewasanya nanti akan semakin terasa kebutuhannya kepada agama.
Sesuai dengan prinsip tersebut, maka dalam rangka menanamkan keimanan pada anak, agar keimanan tersebut benar-benar dapat tertanam dalam jiwa anak sesuai dengan perkembangan jiwa keagamaannya, Taman Kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan haruslah memperhatikan model-model pembelajaran yang benar-benar dapat diterima dengan mudah oleh anak usia dini sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penggunaan model pembelajaran sentra yang diadopsi dari Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida dimaksudkan untuk memperbaiki praktek penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini yang masih banyak terjadi salah kaprah tersebut.
Model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada cara pengaturan kelas. Kelas disetting sedemikian rupa sesuai dengan aspek yang ingin dikembangkan di sentra tersebut. Proses pembelajaran secara efektif memungkinkan anak menciptakan makna serta pemahaman akan sebuah subyek pelajaran. Suatu sentra pembelajaran memberikan pengalaman belajar dan bergaul secara kooperatif yang merupakan elemen penting dalam dunia kerja sebenarnya.
Melalui penggunaan model pembelajaran tersebut, anak akan merasa comfort dalam belajar dan akan dapat melekat di dalam jiwanya hingga kelak ketika dia dewasa. Dapat diharapkan kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut peneliti mencoba untuk mengetahui lebih jauh bagaimana implementasi dari pada model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam. Maka dari itu, penulis mengadakan penelitian di salah satu Taman Kanak-kanak yang sudah menggunakan model pembelajaran sentra dalam pembelajarannya. Sesuai dengan latar belakang tersebut penulis mengangkat judul "Implementasi Model Pembelajaran Sentra pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Keimanan pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak X."
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model pembelajaran sentra di Taman Kanak-kanak X?
2. Bagaimana upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X?
3. Bagaimana implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X?
C. Batasan Masalah
Model pembelajaran sentra pada anak usia dini, dalam penerapannya terdapat beberapa sentra yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak. Adapun dalam skripsi ini karena yang dibahas adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanaman keimanan pada anak usia dini yang dalam penerapannya adalah berpusat di sentra imtaq, agar pembahasan tidak terlalu melebar pembahasan dalam skripsi ini adalah dibatasi pada sentra imtaq saja. Selain itu, anak usia dini yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah anak yang berusia 4-6 tahun yaitu yang duduk di Taman Kanak-kanak.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui model pembelajaran sentra pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
b. Untuk mengetahui upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
c. Untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan dan dapat menyumbangkan bangunan khazanah perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat sosial praktis, maksudnya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi institusi pendidikan Islam.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari agar tidak ada kesalahan dalam memahami skripsi ini, maka perlu adanya penjelasan dan penegasan pokok istilah yang ada dalam judul skripsi ini, dengan perincian sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, kelayakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.
2. Model Pembelajaran Sentra
Model : Contoh, pola, acuan, ragam
Pembelajaran : Proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
Sentra : merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan dirancang terlebih dahulu.
Jadi model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang berpusat pada anak yang dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar secara aktif dan kreatif di sentra-sentra pembelajaran dengan menggunakan basis pijakan untuk pengembangan diri seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan, dan potensi anak.
Sesuai dengan definisi tersebut indikator model pembelajaran sentra adalah :
a. Pembelajarannya berpusat pada anak yang disesuaikan dengan potensi mereka.
b. Pengaturan kelas yang menyenangkan sesuai dengan aspek yang dikembangkan.
c. Proses pembelajarannya memungkinkan anak menciptakan makna serta pemahaman akan sebuah subyek pelajaran karena dilaksanakan dengan bermain sambil belajar
d. Menggunakan basis pijakan
e. Memberikan pengalaman belajar dan bergaul secara kooperatif
3. Pendidikan Agama Islam
Bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
4. Menanaman Keimanan
Menanamkan adalah (perbuatan, cara dan sebagainya). Keimanan adalah berasal dari kata iman yang diberi awalan ke dan akhiran an. Iman menurut bahasa, artinya membenarkan dengan hati adanya petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad untuk seluruh manusia. Sedang menurut istilah, iman adalah at-tashdiq bi al-jinan wa al-qaulu bi al-lisan wa al-'amalu bi al-arkan (membenarkan dengan hati dan mengucapkan dengan lisan serta mengerjakan dengan anggota badan).
Adapun yang dimaksud menanamkan keimanan dalam skripsi ini adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam memberikan atau mengenalkan pendidikan keimanan pada anak usia dini yaitu mengenalkan anak dengan dasar-dasar iman, mengenalkan pada anak akan Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir (siksa kubur), qadha' dan qadar. Selain itu juga mengajarkan dasar-dasar syari'at yang agung seperti ibadah, shalat, puasa, zakat, haji, akhlak, perundang-undangan, hukum, dan lain-lain. dengan menggunakan model pembelajaran sentra.
5. Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan menurut pakar pendidikan anak yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.
Adapun yang dimaksud anak usia dini dalam skripsi ini adalah kelompok manusia yang berusia antara 4-6 tahun yang belajar di Taman kanak-kanak.
6. Taman Kanak-kanak X
Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud judul penelitian ini adalah mendeskripsikan suatu model pembelajaran pada anak usia dini dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam, dilakukan melalui bermain sambil belajar yang menyenangkan pada ruangan kelas yang khusus didesain dengan suasana religius (sentra imtaq) yang kegiatan pembelajarannya difokuskan pada anak dengan menggunakan pijakan-pijakan untuk mengatur perkembangan anak dengan mengambil contoh di Taman Kanak-kanak X
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati. Di samping itu, penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan menekankan pada deskripsi alamiah.
Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, artinya penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, penulis menggunakan jenis "case study" atau studi kasus, yang dimaksudkan dengan studi kasus adalah penyelidikan yang mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian kepada suatu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.
2. Tahapan Penelitian
Dalam pendekatan penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian, yang mana tahapan-tahapan itu merupakan gambaran mengenai keseluruhan perencanaan, penafsiran data dan penulisan laporan penelitian. Dalam hal ini peneliti sependapat dengan Dofland dan Booman yang menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana berikut:
a. Tahapan Pra Lapangan
Tahapan pra lapangan adalah orientasi untuk memperoleh gambaran mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan grand tour observation. Kegiatan ini dilakukan untuk menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan persoalan etika lapangan.
b. Tahapan Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti memasuki lapangan dan mengumpulkan data serta dokumen. Perolehan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa-peristiwa yang diamati. Pada tahap ini pula peneliti melakukan penelitian dengan segala perangkat yang diperlukan dalam penelitian tersebut, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan data untuk memperoleh data tentang sejarah dan profil sekolah, visi dan misi serta motto, sarana dan prasarana, struktur organisasi, kurikulum, keadaan guru, siswa dan staff, proses belajar dan mengajar (model pembelajaran sentra), budaya sekolah dan kondisi lingkungan sekitar.
c. Tahapan Analisa Data
Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, kemudian peneliti menyajikan dan menganalisa data tersebut dengan mendeskripsikan data yang telah diproses secara apa adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan penelitian atau dengan kata lain dinyatakan sebagai seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dalam penelitian ini, penulis memilih subyek penelitian di Taman Kanak-kanak X dikarenakan Taman Kanak-kanak ini adalah salah satu Taman Kanak-kanak yang berbasis Islam dan mempunyai bargaining position dengan Taman Kanak-kanak lain di X. Hal yang terpenting adalah Taman Kanak-kanak X ini dalam pembelajarannya menerapkan model pembelajaran sentra.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1) Data Kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung.37Dalam hal ini data yang dimaksud sejarah dan profil sekolah, visi dan motto serta logo, sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, kurikulum, proses pembelajaran, lingkungan sekitar Taman Kanak-kanak X.
2) Data kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung karena berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud adalah: data tentang jumlah guru, siswa, karyawan, jumlah sarana dan prasarana, dan data lainnya yang berbentuk angka.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Library Research
Yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur yang ada baik dari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan referensi yang lain yang sesuai dengan judul.
2) Field Research
Mencari data dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian yang bertujuan untuk mencari data konkret tentang segala sesuatu yang diselidiki. Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data berupa:
a) Person yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Adapun sumber tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakasek, waka kurikulum, waka sarana dan pra sarana, guru, orang tua, dan siswa.
b) Place yaitu sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan diam bergerak, di mana keadaan keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi. Diam misalnya kondisi sekolah beserta sarana dan prasarananya. Bergerak misalnya aktifitas kinerja dan kegiatan belajar dan mengajar.
c) Paper yaitu simbol data yang menyajikan data-data berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol yang lainnya, sumber data ini digunakan pada metode dokumentasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data adalah:
a. Observasi
Yaitu suatu cara pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki secara langsung ataupun tidak langsung. Dari teknik ini penulis menggunakannya untuk memperoleh data tentang implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X yang berada pada sentra imtaq. Untuk menggali data menggunakan IPD (Instrumen Penggalian Data) dengan alatnya yaitu check list.
b. Interview
Interview adalah suatu proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka atau mendengar secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Teknik interview digunakan penulis untuk mendapatkan informasi antara lain:
1) Wawancara kepala sekolah dan wakil kepala sekolah tentang sejarah dan profil sekolah, visi dan misi serta motto, sarana dan prasarana, struktur organisasi, kurikulum, keadaan pendidik, siswa.
2) Wawancara dengan guru mengenai implementasi pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam pada sentra imtaq dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini meliputi materi yang diajarkan, proses pembelajarannya, sarana pendukungnya serta evaluasinya.
3) Wawancara dengan orang tua siswa mengenai kondisi siswa dalam hal keimanan dan ketaqwaan yang tercermin melalui perilakunya sehari-hari.
Pedoman wawancara sendiri secara garis besarnya terbagi atas dua macam yaitu:
1) Wawancara tidak berstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang memuat garis besar yang akan ditanyakan.
2) Wawancara berstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang sudah tersusun secara teliti.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berbentuk "semi structured" yaitu penulis mula-mula menanyakan sederetan pertanyaan yang sudah berstruktur kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Interview ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya, letak geografis Taman Kanak-kanak X, model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini yang dilakukan kepada guru sentra dan pengurus sekolah yang bersangkutan.
c. Dokumentasi
Yang tidak kalah pentingnya dari teknik pengumpulan data lainnya adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel atau catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan lain-lain.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang gambaran umum obyek penelitian meliputi sejarah berdirinya, letak geografis, jumlah guru, susunan pengurus, dan sebagainya.
6. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam suatu penelitian, sebab dari hasil analisis inilah dapat dijadikan jawaban dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Analisisnya adalah dengan menggunakn analisis deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data di mulai sejak pengumpulan data sedang berlangsung.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik yang dilakukan Miles dan Huberman. Adapun dalam penerapannya adalah sebagai berikut:
a. Analisis selama pengumpulan data
Kegiatan analisis data ini dapat di mulai setelah penulis memahami fenomena sosial yang sedang diteliti, sedangkan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus penelitian (rumusan masalah)
2) Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul.
3) Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.
4) Penetapan sasaran pengumpulan data (informan, situasi, dokumen dan lain-lain).
b. Reduksi data
Dalam reduksi data ini penulis memilih data-data yang telah diperoleh selama melakukan proses penelitian. Hal ini bisa dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan finalnya dapat diverifikasi.
c. Penyajian data
Langkah ini dapat dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
d. Menarik kesimpulan (verifikasi)
Kegiatan analisis berikutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Mulai dari mencari pola, tema, hubungan, permasalahan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya. Dari data tersebut diambil kesimpulan serta memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh.
7. Teknik Keabsahan Data.
Agar data dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian kualitatif memerlukan metode pengecekan keabsahan data. Dalam hal ini peneliti merasa perlu mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Adapun cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh keabsahan data tersebut antara lain:
a. Ketekunan atau keajekan pengamatan.
Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.
Ketekunan pengamatan ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dengan kata lain peneliti menelaah kembali data-data yang terkait dengan fokus peneliti, sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan.
b. Trigulasi.
Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trigulasi yang paling banyak digunakan aialah pemeriksaan melalui sumber lain.
Dalam hal ini peneliti memeriksa data-data yang diperoleh dari subyek penelitian, kemudian data tersebut peneliti bandingkan dengan data dari luar yaitu dari sumber lain. Sehingga keabsahan data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
G. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini dapat dipahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang memaparkan tentang A. Pengertian model pembelajaran sentra, landasan model pembelajaran sentra, prinsip dasar model pembelajaran sentra, karakteristik model pembelajaran sentra, macam-macam sentra dalam modelpembelajaran sentra, B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi pengertian pendidikan agama Islam, landasan pendidikan agama Islam, kegunaan dan fungsi pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, ruang lingkup pendidikan Islam, pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak C. Keimanan meliputi pengertian keimanan, indikator keimanan pada anak, faktor yang mempengaruhi penanman keimanan pada anak, peranan keimanan dalam kehidupan anak. D. Anak usia dini meliputi pengertian tentang anak usia dini, karakteristik perkembangan anak usia dini (TK).
Bab III : Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang meliputi A. Gambaran obyek penelitian meliputi letak geografis, struktur kelembagaan, visi, misi dan logo, program pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, keadaan siswa, guru, sarana dan prasarana. B. Penyajian Data meliputi model pembelajaran sentra di Taman Kanak-kanak X, upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di TK X, implementsi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di TK X. C. Analisis Data meliputi analisis model pembelajaran sentra di TK X, upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di TK X, implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di TK X.
Bab IV : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.