Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan matematika dan ipa. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan matematika dan ipa. Show all posts
SKRIPSI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

SKRIPSI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA


(KODE : PENDMIPA-0027) : SKRIPSI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pada dasarnya kemajuan pendidikan salah-satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih mengembangkan profesionalisme dalam membelajarkan siswa dalam fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Terdapat banyak teori pembelajaran yang dikembangkan para ahli dalam upaya memberikan masukan serta pengetahuan bagi para guru yang bertujuan untuk menjadikan siswa didikannya unggul dan menjadi jaminan bagi masa depan siswa itu sendiri baik yang akan melanjutkan pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.
Proses pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran dapat dilakukan terhadap berbagai komponen seperti : siswa, guru, indikator pembelajaran, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi. Guru sebagai salah satu mediator dan komponen pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena guru terlibat langsung di dalamnya.
Dari penelitian yang dilakukan Wardiman Djojonegoro ternyata diketahui bahwa mata pelajaran fisika dirasa sebagai mata pelajaran paling sulit di sekolah sehingga kurang disenangi siswa (Fatimah, 2003 : 04). Ini adalah paradigma yang sudah tidak asing lagi bagi para guru fisika yang harus dipecahkan para guru.
Telah dilakukan wawancara dan observasi di salah satu SMA Negeri di X mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran fisika di dalam kelas, yaitu :
1. Wawancara terhadap siswa tentang mata pelajaran fisika
Pendapat siswa tentang pembelajaran fisika umumnya sama yaitu : belajar fisika sangat sulit karena banyak mmusnya, banyak yang harus dihafal, belajarnya membosankan, soalnya susah dikerjakan, tidak mengerti konsepnya, tidak terbayangkan kejadiannya fisisnya, dan permasalahan lain. Berdasarkan jawaban siswa ini dapat dilihat bahwa pembelajaran fisika banyak dilakukan dengan memberi konsep-konsep fisika tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada di sekitarnya atau dengan kata lain siswa belajar menghafal konsep dan bukan menguasai konsep sehingga belajar fisika kurang bermakna dengan tidak terbentuk konstmksi konsep fisika yang benar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Dahar (1996 : 115) bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan MIPA adalah siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran.
2. Observasi pelaksanaan pembelajaran fisika
a. Pembelajaran fisika di kelas berpusat pada guru {teacher centre), siswa hanya memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru.
Pada prosesnya ada beberapa siswa yang bertanya, namun umumnya kurang dari 10 orang (kurang dari 25%) dan itu pun siswa yang itu-itu saja.
b. Pembelajaran dimulai dengan guru memberikan pertanyaan "Kita sudah sampai mana ?" atau dengan kata lain guru tidak mengetahui pencapaian pembelajaran di kelas dan tidak melakukan apersepsi ataupun penggalian konsep awal.
c. Pada kegiatan inti, siswa mengeksplorasi buku paket saja yang telah disediakannya, kemudian dilakukan latihan-latihan soal.
d. Pada kegiatan penutup tidak ada refleksi dan penguatan konsep sehingga tidak ada umpan balik untuk siswa maupun guru.
3. Wawancara dengan guru tentang hasil belajar mata pelajaran fisika
a. Nilai fisika selalu rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Untuk semester ganjil nilai rata-rata pelajaran fisika kelas XII IPA adalah 4,06, nilai rata-rata ini lebih kecil dari rata-rata nilai mata pelajaran lain.
b. Motivasi belajar fisika siswa rendah dengan sedikitnya siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran.
c. Waktu belajar yang relatif pendek (sedikit).
d. Kurangnya fasilitas laboratorium di sekolah.
e. Penguasaan konsep fisika siswa rendah, siswa hanya menghafal saja.
f. Jika meninjau indikator penguasaan konsep yang digunakan dalam penelitian ini siswa lemah dalam lima indikator yaitu : kemampuan menyimpulkan, kemampuan meramalkan, kemampuan mengelompokkan, kemampuan menjelaskan, dan kemamp;uan menghitung.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, maka yang menjadi masalah utama adalah prosedur atau tahapan pembelajaran yang belum sistematis yang dilakukan guru dalam kelas, sehingga hasil belajar siswa kurang dari apa yang diharapkan. Untuk itu diperlukan sebuah model yang senantiasa digunakan dan dikembangkan oleh guru untuk mengkonstruksi konsep fisika siswa dengan benar. Confrey dalam Suherman, dkk. (2003 : 77) menyatakan bahwa dengan mengkonstruksi pemahaman, maka pada diri siswa akan terbentuk sesuatu yang cocok dengan pendapat para ahli (konsep) dan siswa akan memperoleh kemampuan untuk menjustifikasi dan mempertahankan pendapatnya.
Belajar siswa berkaitan dengan motivasi belajarnya, dalam hal ini hubungan antar siswa di kelas harus terjalin dengan baik. Siswa yang merasa tidak diterima oleh kelasnya akan merasa tidak betah berada dalam kelasnya itu, sehingga motivasi belajarnya pun berkurang (Karso, 1993-1994 : 108). Oleh karena itu, guru perlu melakukan tindakan pengkondisian dimana siswa dapat melakukan kerja sama dalam kelompok yang lebih kecil dan salah satu strateginya adalah dengan pembelajaran berkelompok atau kooperatif, misalnya dengan pemberian tugas dan kerja kelompok.
Motivasi belajar juga terpengaruh oleh keterlibatan siswa dalam proses belajar. Ketika siswa merasa telah terlibat dalam suatu proses pembelajaran, maka akan timbul kepercayaan diri dan semangat belajar lebih. Untuk itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat disarankan dilakukan para guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Mengingat proses belajar siswa yang tergantung motivasi seperti yang telah diuraikan, maka penulis merasa perlu untuk memilih metode pembelajaran yang mencakup keduanya yaitu pembelajaran yang bersifat kooperatif dan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta mampu mengkonstruksi pengetahuan konsep siswa. Untuk itu, penulis meneliti tentang penerapan pembelajaran think-talk-write yang termasuk pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Selain itu, jika ditinjau dari langkah-langkah pembelajarannya model think-talk-write juga termasuk model pembelajaran yang beraliran konstruktivisme.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang model pembelajaran think-talk-write dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa SMA dengan judul "Penerapan Pembelajaran Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA yang dilakukan pada pokok bahasan fluida statis pada kelas XI IPA.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dibuat perumusan masalah penelitian, yaitu :
1. Apakah penerapan pembelajaran think-talk-write dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa SMA ?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran think-talk-write ?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini terbatas untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep fisika saja yang dilakukan kepada siswa SMA dan bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran think-talk-write yang diterapkan ketika peneliatan dilaksanakan.
Indikator penguasaan konsep yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam, menjelaskan, menyimpulkan, mengelompokkan, meramalkan, dan menghitung dalam mata pelajaran fisika. Penguasaan konsep fisika diukur dengan menggunakan soal-soal yang telah disesuaikan indikatornya dengan indikator penguasaan konsep yang dibutuhkan.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah model pembelajaran think-talk-write ini dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa SMA pokok bahasan Fluida Statis.
2. Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran think-talk-write ini.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu siswa, peneliti, dan guru.
Manfaat bagi siswa adalah dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep siswa untuk dipergunakan dalam menyelesaikan permasalahan fisika dalam bentuk soal, dan sebagai gambaran bagi siswa dalam memahami cara-cara belajar dan dapat membandingkannya antara pembelajaran dengan prosedur pembelajaran think-talk-write dengan pendekatan atau model pembelajaran lainnya.
Manfaat bagi peneliti yaitu dapat memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian tentang model pembelajaran dan variasi model pembelajaran, memberikan wawasan baru bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam penyusunan atau pengembangan teori pendidikan bagi pelaksanaan pendidikan, dan memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika.
Manfaat bagi guru yaitu dapat memberikan masukan dan gagasan tentang model pembelajaran, dan dapat mengetahui sejauh mana penguasaan konsep fisika yang diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga guru mampu melihat perkembangan kemampuan siswanya.
SKRIPSI EFEKTIVITAS MEDIA PRESENTASI MICROSOFT POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA

SKRIPSI EFEKTIVITAS MEDIA PRESENTASI MICROSOFT POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA


(KODE : PENDMIPA-0026) : SKRIPSI EFEKTIVITAS MEDIA PRESENTASI MICROSOFT POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA




BAB I
PENDAHULUAN 


A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan juga perguruan tinggi. Sebagai guru yang mengajarkan matematika, tentunya harus dapat meyakinkan siswa mengapa matematika dipilih untuk diajarkan di sekolah. Ada beberapa alasan tentang perlunya belajar matematika di sekolah. Dari bebagai alasan, para ahli (Russefendi,1991 ; Karso,1992 ; Abdurahman,1996) tentang perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sarana yang sangat penting bagi manusia yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan symbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tata kehidupan masyarakat saat ini, hampir tidak ada kegiatan yang tanpa melibatkan kemampuan dan keterampilan matematika.
Secara umum tujuan pembelajaran matematika di sekolah, selain menumbuhkembangkan kemampuan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, adalah membantu siswa dalam mengembangkan berbagai cara atau metode yang sesuai dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti bahwa siswa tidak hanya mampu mendemonstrasikan kecakapan keterampilan tentang konsep-konsep matematika di kelas, melainkan siswa juga diberi kesempatan untuk menggunakan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan tersebut dalam dunia nyata, sehingga konsep dan keterampilan yang dipelajarinya menjadi bermakna.
Berdasarkan prestasi belajar yang harus dicapai, pada dasarnya terdapat dua dimensi yang harus dipelajari siswa dalam belajar matematika sebagaimana dikemukakan oleh Lerner (Abdurahman,1996 : 219), yaitu dimensi kuantitatif dan dimensi kualitatif. Yang dimaksud dimensi kuantitatif adalah suatu pemahaman tentang konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan matematika yang meliputi aspek-aspek aritmatika (baik mengenai bilangan maupun operasinya); dan geometri (baik bangun datar, bangun ruang maupun pengukurannya) yang diperoleh siswa melalui pembelajaran. Pada dimensi ini hasil pembelajaran siswa belum mencapai yang sesungguhnya, karena apa yang dipelajarinya belum dapat difungsikan dalam kehidupannya.
Adapun dimensi kualitatif merupakan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan keterampilan yang diperolehnya dalam memecahkan persoalan (problem solving) matematika secara nyata didalam kehidupan mereka, sehingga konsep dan keterampilan tersebut menjadi fungsional. Dalam dimensi kualitatif, aplikasi konsep dan keterampilan tersebut temtama berkaitan dengan aspek mang, waktu, dan pengukuran. Operasionalisasi dari dimensi kualitatif ini diwujudkan dalam bentuk soal cerita.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan (wawancara dengan salah seorang guru matematika di Sekolah Menengah Pertama yang sekaligus sebagai Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Matematika Kota X, diperoleh data sebagai hasil analisis evaluasi guru matematika dimana terdapat 50% dari siswa SMP kelas VIII, khususnya SMP 8 Kota X belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM yang diharapkan 7,1; sedangkan nilai yang diperoleh = 6,7); 25% dari mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita temtama yang terkait dengan pengukuran bangun ruang; misalnya membaca gambar menentukan luas permukaan maupun volume limas atau prisma melalui gambar yang ditemukan. Apabila di Kota X terdapat 10 buah SMP Negeri yang masing-masing sekolah terdiri dari tujuh kelas VIII, setiap kelas terdiri dari 40 orang, dan 22 buah SMP Swasta yang tiap sekolahnya terdiri dari empat kelas VIII. Ini berarti ada 350 siswa SMP Negeri kelas VIII dan 440 siswa SMP Swasta kelas VIII (790 siswa) yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan soal-soal bangun ruang.
Sehubungan dengan situasi tersebut Nuriana (2007 : 1) dalam penelitiannya tentang pengamh model "Creative Problem Solving' dengan media Video Compact Disk dalam pembelajaran matematika mengemukakan bahwa : "sampai saat ini masih banyak ditemui kesulitan siswa untuk mempelajari konsep geometri temtama bangun ruang, khususnya pada siswa kelas VIII semester 2.
Berdasarkan situasi tersebut terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Disatu pihak, materi yang diajarkan sudah sesuai dengan perkembangan siswa, namun di pihak lain, prestasi yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian keberhasilan belajar siswa, misalnya faktor karakteristik materi atau bahan yang diajarkan, strategi pembelajaran dan atau media pembelajaran yang digunakan guru.
Ditinjau dari karakteristik materi atau bahan pelajaran, materi bangun ruang pada dasarnya merupakan materi yang besifat abstrak. Sehubungan dengan ini Fowler (Suyitno, 2000 : 37) mengemukakan bahwa :
"Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak, sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa"
Pernyataan di atas mengimplikasikan bahwa dalam mengajarkan materi bangun ruang dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memvisualisasikan konsep tersebut sehingga memudahkan pencapaian kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang ditentukan.
Banyak alternatif pilihan media yang dapat digunakan guru sebagai alat bantu dalam menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satunya adalah media komputer. Menurut Shute & Grandell (1994 : 177) bahwa dari tahun ke tahun pembelajaran dengan menggunakan komputer semakin meningkat, lebih dari tiga dekade komputer telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti dalam peranannya sebagai media pembelajaran. McDonough, et. al. (1989 : 155) mengemukakan tentang beberapa keuntungan penggunaan komputer dalam pembelajaran seperti memberikan stimulus untuk belajar, menciptakan efek audio dan visual, membantu recalling (pemanggilan kembali) konsep, mengaktifkan respon siswa, mendorong cara belajar interaktif, membebaskan guru dari tugas-tugas yang berulang dan menyediakan sumber belajar yang telah dimodifikasi.
Banyak jenis program komputer yang dapat dijadikan media penunjang untuk meningkatkan motivasi, atensi serta kemampuan (kognitif, afektif, psikomotor siswa) dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu program di antaranya adalah Micrososft (MS) Power Point. Sebagai media aplikasi, MS Power Point merupakan sebuah program pendekatan persentasi dengan menggunakan sistem grafik dan gambar dengan cara menampilkan slide yang disertai penjelasan secara lisan dari topik-topik tertentu. Program ini biasanya digunakan secara luas dalam bisnis maupun dalam pembelajaran di sekolah, kampus, serta pelatihan-pelatihan yang dirasakan sangat efektif dan efisien jika dilakukan di kelas. Selain fungsi-fungsi tersebut program ini juga dapat dijadikan latihan-latihan bagi penguatan siswa dalam penguasaan materi.
Melalui program MS Power Point, di samping siswa mendapatkan materi yang mengandung unsur gabungan dari unsur-unsur audio-visual, program ini juga memberikan pilihan menu-menu yang dikemas secara menarik dengan adanya gabungan unsur grafis, animasi, dan sound. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian atau atensi serta motivasi belajar siswa dalam pembelajaran yang tentunya akan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya dan dapat memberikan pengalaman yang lebih, karena pada saat media ini digunakan ada dua indera yang berperan secara bersamaan yaitu indera penglihatan dan pendengaran. Hal ini dipertegas oleh Arsyad (2003 : 148) yang mengemukakan bahwa :
"Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, media audio-visual dapat digunakan untuk : 1) mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar maupun apa yang dilihat; 2) mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang beda jauh dari lokasi; 3) menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa; 4) menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah".
Oleh karena itu dengan menggunakan bantuan media MS Power Point proses pembelajaran di kelas diharapkan tidak monoton dan dapat menarik atensi belajar siswa supaya lebih aktif dalam mendalami materi yang disampaikan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan apakah media MS Power Point dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SLTP khususnya dalam kemampuan memahami bangun ruang ?. Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu diadakan penelitian lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penggunaan media MS Power Point untuk meningkatkan prestasi siswa SMP dalam belajar matematika khususnya materi bangun ruang. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : "Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media presentasi Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang belajar tanpa menggunakan media persentasi Microsoft Power Point ?" . Untuk lebih jelas, rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media presentasi Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang belajar tanpa menggunakan media persentasi Microsoft Power Point pada aspek pengetahuan tentang bangun ruang ?
2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media presentasi Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang belajar tanpa menggunakan media persentasi Microsoft Power Point pada aspek pemahaman tentang bangun ruang ?
3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media presentasi Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang belajar tanpa menggunakan media persentasi Microsoft Power Point pada aspek penerapan tentang bangun ruang ?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media Microsoft Power Point terhadap peningkatan prestasi belajar bangun ruang pada siswa SMP. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran yang obyektif tentang :
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran tanpa media persentasi Microsoft Power Point pada aspek pengetahuan tentang bangun ruang.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran tanpa media persentasi Microsoft Power Point pada aspek pemahaman tentang bangun ruang.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran melalui media Microsoft Power Point dengan siswa SMP kelas VIII yang menggunakan pembelajaran tanpa media persentasi Microsoft Power Point pada aspek penerapan tentang bangun ruang.

D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam memahami teori-teori, khususnya yang terkait dengan media pembelajaran matematika dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menentukan pilihan media pembelajaran matematika bagi siswa Sekolah Menengah Pertama yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka.
Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI

Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI

(Kode PENDMIPA-0025) : Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IA Semester 2 SMA X Tahun Pelajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia pendidikan, mata pelajaran matematika tergolong mata pelajaran yang sulit. Hal ini terlihat dari hasil atau nilai tes yang diperoleh siswa menunjukkan nilai yang kurang memuaskan. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pemerintah telah berupaya untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan cara pengubahan kurikulum, penggunaan metode baru dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Namun hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan terutama matematika.
Metode dan kurikulum merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi siswa yang berasal dari luar. Selain itu, faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga sangat berpengaruh yaitu aktivitas belajar, kemampuan awal, minat, dan lain sebagainya.
Mutu pendidikan ditingkatkan dengan memperbaiki mutu pembelajaran. Dimana pembelajaran itu sendiri merupakan perpaduan antara kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Mengajar tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswa belajar aktif untuk mencapai perubahan tingkah laku. Namun pada praktiknya banyak dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar, mungkin dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat. Guru yang mengajar seolah-olah hanya dia yang paling tahu dan menguasai, menjawab semua soal dan pertanyaan yang diajukan olehnya ataupun siswanya untuk berinteraksi dalam menjawab akan mengesankan bahwa yang belajar bukannya siswa tetapi guru.
Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah atau yang biasa disebut matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpedoman pada perkembangan IPTEK. Atas dasar hal tersebut guru seharusnya dapat mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan keterampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai-nilai matematika dalam diri siswa. Hasil akhir yang diharapkan dari belajar matematika adalah dapat membawa siswa dalam mencapai kedewasaan baik dalam berfikir, bersikap, dan bertindak, bukannya putus asa jika tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak bisa memahami konsep dengan cepat.
Pada proses belajar mengajar matematika, suatu metode pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap materi pokok yang ada. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang berlaku sekarang ini terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Problem Based Learning (PBL), Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK), dan sebagainya.
Pada proses belajar mengajar guru dihadapkan pada siswa dengan aktivitas belajar yang berbeda-beda dalam belajar matematika. Belajar pada prinsipnya adalah perbuatan untuk mengubah tingkah laku, sehingga belajar adalah aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Begitu pula dengan belajar matematika diperlukan aktivitas belajar, karena belajar matematika adalah belajar konsep dari yang sederhana sampai yang bersifat kompleks. Namun pada kenyataannya karena terbatasnya waktu, pembelajaran matematika sekarang ini masih banyak bertumpu pada aktivitas guru dimana siswa masih dibatasi aktivitasnya berdasarkan perintah guru. Hal ini menyimpang dari arti belajar yang sebenarnya, akibatnya hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan.
Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi Limit Fungsi yaitu pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan siswa yang rata-ratanya masih rendah. Pada materi ini siswa mengalami kesulitan dalam menghitung nilai limit fungsinya. Dalam menentukan limit fungsi aljabar di suatu titik dan di titik tak terhingga siswa kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya. Selain itu siswa juga kesulitan dalam memfaktorkan, mengalikan dengan faktor sekawan, membagi dengan pangkat tertinggi, dan mengaplikasikan sifat-sifat limit fungsi untuk mencari nilai limit suatu fungsi.
Untuk mengatasi hal ini, penulis tertarik untuk menerapkan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar. Di dalam metode ini kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan kemampuan berbeda yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Siswa diharapkan dapat bekerja sama dalam kelompok tersebut dan bertanggung jawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Adapun aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan sebagainya.
Kelebihan dari metode PISK ini adalah siswa akan lebih memahami apa yang diperolehnya, karena siswa mencari sendiri pengetahuan tentang materi tersebut. Selain itu, siswa dapat bekerja sama dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam KBM. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode PISK tersebut diharapkan dapat memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kesulitan siswa khususnya pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan prestasi belajar, dan penyimpanan materi pelajaran lebih lama.
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti apakah penggunaan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) ditinjau dari aktivitas belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar menjadi lebih baik khususnya mata pelajaran matematika pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat muncul masalahmasalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagi seorang guru, mengajar tidak hanya memindahkan pengetahuan tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswanya belajar, namun pada praktiknya banyak dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar yang mungkin dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat. Terkait dengan hal ini, dapat diselidiki apakah jika metode pembelajaran guru matematika diubah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu, sehingga guru dalam mengajar seharusnya tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan keterampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai-nilai matematika dalam diri siswa. Sehubungan dengan hal ini, dapat diteliti apakah jika guru dalam mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan keterampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai-nilai matematika dalam diri siswa akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Limit Fungsi Aljabar masih dipandang sebagai materi yang sulit oleh siswa. Hal ini dikarenakan guru dalam mengajarkan Limit Fungsi Aljabar menggunakan metode konvensional sehingga siswa pasif dalam belajar. Sehubungan dengan hal ini dapat diteliti apakah jika guru mengganti metode konvensional dengan pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan Limit Fungsi Aljabar, siswa dapat aktif belajar sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat.
4. Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru dimana siswa masih dibatasi aktivitasnya oleh perintah guru, akibatnya hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah benar bahwa rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh rendahnya aktivitas belajar siswa.

C. Pemilihan Masalah
Suatu hal yang tidak mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak pertanyaan penelitian dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya akan dicoba untuk meneliti masalah penelitian yang pertama, ketiga, dan keempat yaitu yang terkait dengan perbaikan metode pembelajaran dalam mengajarkan sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar dan aktivitas belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis akan membatasi masalah tersebut sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan ada dua yaitu metode konvensional untuk kelas kontrol dan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) untuk kelas eksperimen.
2. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah.
3. Prestasi belajar dibatasi pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
4. Penelitian dilakukan di SMA X pada kelas XI-IA semester 2 tahun pelajaran XXXX/XXXX.
5. Uji coba instrumen yang berupa tes dan angket dilaksanakan di SMA X pada kelas XI-IA semester 2 tahun pelajaran XXXX/XXXX pada tanggal 22 Mei XXXX.

E. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, secara tegas dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar?
2. Apakah aktivitas belajar matematika siswa yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang sedang dan rendah pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar?
3. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan aktivitas belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar matematika siswa yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang sedang dan rendah pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan aktivitas belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.

G. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya dapat berguna untuk:
1. Memberi masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar khususnya pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
4. Memperluas wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.
5. Bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis.
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII

(Kode PENDMIPA-0024) : Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri X Tahun Pelajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan di bidang ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menopang perkembangan IPTEK tersebut. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan SDM. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila bidang pendidikan mendapat perhatian, penanganan dan prioritas yang baik dari pemerintah, masyarakat maupun para pengelola pendidikan. Sebagai negara berkembang, cara untuk mengejar ketinggalannya di bidang IPTEK adalah dengan melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan.
Lembaga pendidikan merupakan lembaga dimana setiap peserta didik disiapkan menjadi SDM yang berkualitas. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, di dalamnya terjadi proses belajar mengajar. Pada dasarnya proses belajar mengajar terdiri dari tiga komponen yaitu pengajar (guru), bahan ajar (materi), dan yang diajar (siswa). Peran guru sangat penting karena ia berfungsi sebagai komunikator yaitu menyampaikan pesan (materi) kepada siswa yang diadopsi sebagai bekal siswa setelah menyelesaikan studinya.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, tepat pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasanya disebut metode pembelajaran. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, drill, latihan, tanya jawab, penemuan, pemecahan masalah, inkuiri, laboratorium, kegiatan lapangan, permainan dan resitasi (penugasan). Pemilihan metode pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal, seperti materi yang disampaikan, tujuan, waktu yang tersedia, siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi belajar matematika siswa. Kurang tepatnya seorang guru dalam memilih suatu metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, yang akhirnya akan bermuara pada keoptimalan prestasi belajar siswa. Hal ini karena metode pembelajaran merupakan cara yang tepat dan telah direncanakan dengan baik oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Sehingga guru harus dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikan materi kepada siswa.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep, sedangkan konsep-konsep dasar matematika merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Pembelajaran matematika harus dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum ke halhal yang lebih khusus dan harus memperhatikan urutan dari beberapa konsep. Suatu konsep harus diajarkan lebih dulu jika konsep itu akan diperlukan pada pembelajaran konsep berikutnya.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep itu diperlukan latihan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan konsep itu. Ini berarti guru dituntut untuk memberikan latihan dan tugas dan siswa harus bersedia mengerjakan tugas dan latihan tersebut. Dengan demikian belajar matematika tidak hanya mendengarkan guru menerangkan di depan kelas saja namun kegiatan belajar matematika mencakup kegiatan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan lain-lain.
Pada jenjang pendidikan SMP, materi yang diajarkan pada kelas VIII semester I meliputi Relasi dan Fungsi, Kuadrat dan Akar Kuadrat Suatu Bilangan, Teorema Pythagoras, Garis-garis Sejajar, Jajar Genjang, Belah Ketupat, Layanglayang dan Trapesium, Perbandingan, Waktu, Jarak dan Kecepatan serta Tempat Kedudukan.
Pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi keaktifan siswa sangat diperlukan karena pokok bahasan ini banyak menuntut siswa untuk dapat mengkonstruksikan dan memahami materi secara mendalam. Materi ini bukan materi hafalan sehingga jika siswa belum memahami konsepnya maka siswa akan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah metode resitasi atau penugasan, karena metode ini menuntut siswa untuk selalu belajar dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan guru. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Dalam proses belajar mengajar, faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kemampuan awal tiap-tiap siswa tentunya berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain. Dengan adanya perbedaan ini maka akan menimbulkan adanya perbedaan penerimaan materi pelajaran dan perbedaan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin dikarenakan kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika dalam menyampaikan materi, sehingga banyak konsep yang tidak dipahami siswa.
2. Metode pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Metode konvensional adalah salah satu metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar karena dapat digunakan di berbagai kondisi dan situasi sekolah. Namun pada kenyataannya prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini mungkin karena pada metode konvensional siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode resitasi yang menuntut keaktifan siswa mungkin dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional.
3. Sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi merupakan salah satu sub pokok bahasan yang diajarkan di kelas VIII semester I. Relasi dan Fungsi merupakan sub pokok bahasan yang seharusnya mudah dipahami dan dimengerti siswa, namun pada kenyataannya masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal pada sub pokok bahasan tersebut. Perbedaan tingkat pemahaman siswa pada sub pokok bahasan ini mempengaruhi prestasi belajar.
4. Adanya perbedaan tingkat kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar matematika siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka terdapat berbagai macam masalah dalam penelitian. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan agar penelitian ini dapat dikaji lebih mendalam untuk memperoleh hasil yang maksimal yaitu sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan dibatasi metode resitasi yaitu pemberian tugas dan latihan yang diberikan pada saat proses belajar mengajar (untuk kelas eksperimen) dan metode konvensional (untuk kelas kontrol).
2. Kemampuan awal dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan awal siswa pada mata pelajaran matematika yang diambil dari nilai tes awal yang diberikan sebelum penelitian dilakukan.
3. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar pada pokok sub bahasan Relasi dan Fungsi yang dilakukan pada akhir penelitian.
4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester I SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran resitasi dengan metode pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran resitasi dengan metode pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat dijadikan alternatif lain selain metode konvensional yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Memberikan masukan kepada guru atau calon guru matematika tentang pengaruh kemampuan awal siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi untuk meneliti pada mata pelajaran lain atau permasalahan lain yang prosedur penelitiannya hampir sama.
Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa

Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa

(Kode PENDMIPA-0023) : Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus SMA Tahun Ajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:15).
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan yang diharapkan. Untuk itulah guru dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan GBPP kurikulum SMA Mata Pelajaran Fisika. Untuk menjalankan fungsi tersebut beberapa unsur pokok GBPP yakni konsep dan subkonsep, tujuan pembelajaran menjadi titik tolak pengembangan kegiatan belajar mengajar dan dalam aplikasinya untuk pemilihan buku pegangan siswa yang relevan. Unsur yang tercakup dalam pendidikan sekolah (pengajaran), meliputi subyek didik (guru, siswa dan tenaga kependidikan non guru), tujuan, bahan, pendekatan, metode-strategi teknik, peralatan, penilaian, administrasi, dan pengaruh lingkungan yang perlu dijalin dalam tata hubungan yang serasi, saling mempengaruhi serta saling tergantung, yang kesemuanya berorientasi dan hendaknya berdampak positif bagi pembentukan diri siswa (Pendekatan sistem). Bahan pengajaran sebagai salah satu unsur yang tercakup dalam komponen pendidikan, dalam usaha untuk meningkatkan mutu kualitas pengajaran maka bahan pengajaran perlu ditingkatkan dalam proses penyampaian dan penyusunannya dalam pengajaran. Bahan yang disampaikan dalam pengajaran fisika haruslah menyesuaikan dengan kurikulum. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses.
Dalam hal ini siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses untuk memahami perilaku atau gejala alam. Ketrampilan proses ini meliputi ketrampilan mengamati dengan indera, ketrampilan menggunakan alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah. Berdasarkan hal itu maka seseorang guru harus mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Disamping itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan kemampuan untuk menciptakan suasana yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan salah satu aktivitas pendukung bagi seorang pendidik yang sadar akan tujuan pembelajaran atau instruksional disamping tujuan kurikuler yang dapat dirumuskan dan ditetapkan sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar yang termuat dengan jelas dan tegas pada Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Namun demikian, masih banyak proses belajar mengajar belum dapat mencapai hasil optimal dalam keseluruhan tujuan tersebut. Umpamanya pada setiap ujian komprehensif masih ada sebagaian siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penguji yang menghendaki jawaban yang aplikatif atau demonstratif, seperti praktikum laboratorium. Kondisi tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan pembaharuan dalam metode pengajarannya. Konsep metodologi pengajaran yang baik adalah multimethod, terutama adalah penggunaan metode demonstrasi dan tanya jawab yang berkesinambungan dan menyeluruh sebagai upaya pencapaian tujuan instruksional, yaitu unsur kognitif.
Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran itu terdiri atas unsur kognitif, unsur afektif dan unsur psikomotorik. Variasi metode juga sangat mempengaruhi model mengajar seorang pendidik. Berfungsinya metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran unsur kognitif. Sedangkan penerapan pembelajaran metode diskusi informasi dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran yang dimediakan. Metode pembelajaran diskusi informasi juga dapat diterapkan pada berbagai bidang studi. Dapat dilakukan pula antara guru dengan seluruh kelas, guru dengan sekelompok siswa, siswa dengan siswa dalam kelompok, dan siswa dengan siswa dalam kelas. Dengan demikian, yang dapat menjadi pemimpin diskusi tidak hanya guru, tetapi lebih baik jika guru memimbing siswa agar mampu memimpin diskusi. Kalau demikian guru dikatakan berhasil.
Tiga kategori kognitif pertama termasuk dalam tingkatan kognitif rendah dan ketiga kategori terakhir termasuk dalam tingkatan kognitif tinggi sedangkan pertanyaan yang berkaitan dengan ketrampilan berpikir siswa yaitu pertanyaan yang diajukan oleh guru selama pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk berpikir, sehingga siswa tersebut dapat mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi materi pelajaran atau informasi sehingga akhirnya menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tepat berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya, pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi diharapkan dapat tercapainya prestasi belajar yang tinggi dan tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : “PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN KINEMATIKA GERAK LURUS SMA TAHUN AJARAN XXXX/XXXX”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian.
2. Unsur yang tercakup dalam pendidikan sekolah meliputi subjek didik guru, siswa, dan tenaga pendidikan non guru), tujuan, bahan, pendekatan, metode-teknik, peralatan, penilaian, administrasi dan pengaruh lingkungan.
3. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses.
4. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran.

C. Pembatasan Masalah
Masalah pada penelitian dibatasi pada hal sebagai berikut :
1. Aspek pemahaman konsep merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan makna materi yang dipelajari.
2. Pendekatan dalam pengajaran yang digunakan adalah ketrampilan proses dan dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode demonstrasi dan metode diskusi.
3. Prestasi belajar yang dibatasi pada pencapaian peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui seperangkat tes tentang kinematika gerak lurus.
4. Materi yang disampaikan dalam penelitian ini yaitu pokok bahasan kinematika gerak lurus.

D. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemahaman konsep tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa ?
2. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan ketrampilan proses metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa ?
3. Adakah interaksi pengaruh antara tingkat kemampuan pemahaman konsep dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan umtuk mengetahui :
1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemahaman konsep tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh pendekatan ketrampilan proses metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
3. Ada tidaknya interaksi pengaruh antara tingkat kemampuan pemahaman konsep dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa.

F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1. Menambah wawasan penulis
2. Memberi gambaran tentang pentingnya penerapan pendekatan dalam pengajaran yang tepat dengan metode demonstrasi dan diskusi informasi sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
3. Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar di SMA khususnya dalam pengajaran fisika pada pokok bahasan kinematika gerak lurus.
Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

(Kode PENDMIPA-0022) : Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Setiap bidang kehidupan di masyarakat terdapat proses pendidikan, baik yang disengaja maupun secara tidak sengaja. Pada pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang akan dicapai karena tercapai tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional disesuaikan dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, sehingga tujuan pendidikan bersifat dinamis.
Di sekolah, tujuan pendidikan dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran dari bidang studi yang diberikan guru di kelas, diantaranya pembelajaran matematika yang menggiring siswa memiliki kemampuan berpikir obyektif, kritis, cermat, analitis dan logis. Untuk memenuhi tujuan tersebut, kemampuan utama dan pertama yang harus dimiliki setiap peserta didik adalah kemampun membaca, menulis dan berhitung. Pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika dapat dinilai salah satunya dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan dalam matematika maupun dalam ilmu-ilmu lain dan diukur dengan tes hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan kenyataan yang ada prestasi belajar matematika SMA dewasa ini masih rendah. Rendahnya prestasi ini ditunjukkan antara lain dengan rendahnya nilai matematika baik dalam raport, ulangan harian, ulangan umum dan UAN . Selain itu nilai matematika juga sering menempati urutan terakhir dalam peringkat nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa.
Banyak unsur yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Diantara unsur–unsur yang mempengaruhi antara lain: siswa, pendidik/guru, metode pembelajaran, lingkungan. Ditinjau dari diri siswa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain faktor guru, kurikulum, sarana, prasarana, lingkungan sosial. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain minat, bakat, kemampuan verbal, kemampuan non verbal, kemampuan komputasi, kemampuan pandang ruang.
Rendahnya kemampuan dalam faktor–faktor internal di atas menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika yang ditunjukkan antar lain dengan ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan dapat dilihat dari adanya kesalahan penyelesaian soal. Kesalahan ini diketahui guru dalam proses belajar mengajar di kelas maupun dari hasil pekerjaan siswa dalam tes.
Adanya kesalahan penyelesaian oleh siswa dalam soal-soal matematika perlu mendapat perhatian. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam penyelesaian soal perlu diidentifikasi. Informasi tentang kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar matematika dan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Clement, bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan perhitungan disusul kesalahan pemahaman konsep.
Materi matematika SMA terdiri dari banyak topik. Salah satu diantaranya adalah program linear. Program linear merupakan salah satu bagian matematika terapan yang banyak manfaatnya dalam bidang ekonomi, industri, pertanian, perdagangan dan sebagainya. Penguasaan yang baik dalam topik ini akan membantu dalam mempelajari ilmu lain.
Penguasaan siswa atas topik program linear antara lain ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal program linear dengan benar. Namun dari hasil pengalaman peneliti maupun guru di kelas dan dari hasil pekerjaan siswa dalam tes dijumpai berbagai macam kesalahan dalam penyelesaian soal program linear.

B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear di kelas dua semester dua SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear?
2. Apa saja yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear?
3. Apa alternatif solusi yang dilakukan untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal program linear?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear.
2. Mengetahui apa saja yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear.
3. Memberikan alternatif solusi dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear

E. Manfaat Penelitian
Informasi tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear terutama jenis-jenis kesalahan yang banyak dilakukan siswa membantu guru dalam :
1. melaksanakan pembelajaran remedial.
2. memberikan petunjuk pada bagaimana guru seharusnya melaksanakan penekanan dalam proses belajar mengajar topik program linear.
3. perencanaan kegiatan pembelajaran tahun berikutnya.