Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Show all posts
Skripsi Kemampuan Menciptakan Puisi Menggunakan Metode Tugas Siswa Kelas V MI-X

Skripsi Kemampuan Menciptakan Puisi Menggunakan Metode Tugas Siswa Kelas V MI-X

(Kode PEND-BSI-0012) : Skripsi Kemampuan Menciptakan Puisi Menggunakan Metode Tugas Siswa Kelas V MI-X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, dalam penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Menurut pendapat C. Day Lewis dalam Eddy (1985 :12) puisi adalah sesuatu yang dikumandangkan dalam bentuk suara dimana setiap orang dalam satu kelompok kegiatan terlibat di dalamnya. Kehadiran puisi pada mulanya bukanlah untuk menunjang sarana komunikasi antarmanusia. Puisi lahir sebagai ekspresi hasrat batin manusia untuk mencapai alam magis, dalam dibalik kehidupan nyata. Dengan terus berkembangnya kebudayaan, maka perkembangan puisi ditandai dengan semakin banyaknya para penyair menciptakan puisi, kemudian dibuat buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan puisi yang diciptakannya.
Menciptakan puisi tidak berangkat dari kekosongan, tetapi harus bertolak pada pengalaman maupun khazanah kehidupan. Semua itu perlu dihayati dan direnungkan lebih dulu. Ada pikiran, perasaan, unek-unek, obsesi, gagasan, imajinasi-imajinasi yang ingin diterjemahkan. Ada aneka fenomena, peristiwa, warna dan suara yang ingin dirangkai dengan kata-kata, untuk itu puisi terlahir bersama proses kreatifnya (Mujiyanto, 2006:1). Proses kreativitas dalam menciptakan karya sastra sering disebut proses imajinatif. Bahan proses imajinatif yang diolah oleh seorang sastrawan bukanlah lamunan, fantasi, atau khayalan, namun justru realita kehidupan yang nampak pada pengalaman diri,
pengalaman batin, pengalaman bahasa, maupun pengalaman estetis pengarang (Tjahjono, 1990 : 37).
Menciptakan puisi sebenarnya merupakan pekerjaan yang tidak mudah, memerlukan ekspresi dan mempergunakan imajinasi sebagai pembantu akal pikiran. Pada dasarnya dengan menciptakan sebuah puisi, maka seorang siswa telah mampu belajar membangun, membuat atau membentuk sebuah dunia baru secara lahir maupun batin (Tjahjono, 1990 : 50). Dengan kemampuan tersebut diharapkan para siswa dapat menciptakan puisi dengan baik.
Diperlukan sebuah metode yang sesuai untuk menciptakan puisi yaitu dengan menggunakan metode tugas. Metode tugas merupakan metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah, 1995 : 96). Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di halaman sekolah. Untuk meneliti yang ada hubungannya dengan tema kehidupan, sebagai bahan untuk menciptakan puisi. Metode tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR). Pekerjaan rumah mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan metode tugas diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas atau pelajaran
yang diberikan. Metode ini diberikan bertujuan untuk memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri dan memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia bahwa siswa kelas V MI X masih dijumpai banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menciptakan puisi yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah puisi dengan judul kemampuan menciptakan puisi menggunakan metode tugas siswa kelas V MI X.

1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Secara operasional rumusan masalah umum ini dirumuskan menjadi tiga rumusan masalah khusus yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kemampuan memilih diksi dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
2. Bagaimana kemampuan menampilkan nilai-nilai dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
3. Bagaimana kemampuan menggunakan citraan dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan memilih diksi dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
2. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menampilkan nilai-nilai dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
3. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menggunakan citraan dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X

1.4 Manfaat Penelitian
Ditinjau dari masalah yang telah dirumuskan, maka manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman baru dalam menciptakan puisi dengan metode tugas, menumbuhkan kegiatan untuk berusaha sendiri dalam menelaah serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses penciptaan puisi.
b. Bagi Guru Bahasa
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam bimbingan pengajaran bahasa Indonesia yang berhubungan dengan proses penciptaan puisi.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan dalam pelaksanaan kegiatan belajar bahasa Indonesia dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya bidang studi bahasa Indonesia.
d. Perkembangan ilmu sastra
Dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi sastra khususnya puisi dan rasa peduli terhadap karya sastra Indonesia.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat dijadikan pengalaman mengenai proses menciptaan puisi yang baik dengan metode tugas.
Skripsi Campur Kode Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy

Skripsi Campur Kode Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy

(Kode PEND-BSI-0011) : Skripsi Campur Kode Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sesuatu yang harus ada dalam kehidupan manusia, sebab bahasa adalah salah satu alat yang paling utama untuk berkomunikasi, berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Dilihat dari segi linguistik struktural bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Oleh karena itu, bahasa merupakan suatu sistem, maka bahasa tersebut mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung dan mengandung unsur-unsur yang dianalisis secara terpisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi-bunyi itu merupakan lambang yaitu melambangkan makna yang tersembunyi. Dengan satuan makna tersebut anggota masyarakat dapat berkomunikasi sesuai dengan keperluan yang sifatnya komunikatif. Manusia selalu menjalani wujud bahasa dalam huruf sehingga dapat dibedakan antara bahasa tulis dengan bahasa lisan.
setiap komunikasi kita saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka proses komunikasi tersebut terjadilah peristiwa tutur dan tindak tutur dalam situasi tutur. Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam bentuk ujaran yang melibatkan dua pihak, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi. Kedua gejala tersebut terdapat pada satu proses, yaitu proses komunikasi. (Chair, 2004:47).
Bahasa itu beragam, artinya, sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu dipergunakan oleh penutur heterogen dan yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu beragam. Bahasa di dalam realisasinya selalu ada pada konteksnya. Konteks yang dimaksud dalam pengertian ini adalah konteks sosio-kulturalnya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa terdiri dari dua aspek, yaitu (1) aspek linguistik. Aspek ini berupa unsur yang secara langsung membentuk struktur lahir yakni bunyi, kata, kalimat, dan ajaran atau teks, dan (2) aspek non linguistik atau paralinguistik. Aspek ini mencakup (a) pola ujaran seseorang; (b) unsur supra segmental; (c) jarak dan gerak-gerik tubuh; (d) rabaan. Aspek linguistik dan paralinguistik tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi. (Chair, 2004:22)
Dalam situasi pertuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal, baik lisan maupun tulis sering ditemukan orang bertutur dengan menggunakan bahasa tertentu tiba-tiba mengganti bahasanya. Mengganti bahasa diartikan sebagai tindakan mengalihkan bahasa maupun mencampur antara bahasa satu dengan bahasa lainnya. Penggantian bahasa atau ragam bahasa bergantung pada keadaan atau keperluan bahasa itu (Nababan, 1986:31)
Keanekabahasaan dalam suatu masyarakat akan selalu menimbulkan masalah atau paling tidak mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu. Keanekabahasaan membawa masalah bagi individu-individu dan kelompok individu (terutama kelompok minoritas bahasa) pemerintah dan dunia pendidikan. Oleh karena itu mereka harus menguasai sekurang-kurangnya dua bahasa bahkan lebih (bervariasi).
Sifat-sifat khas tuturan dapat terjadi dalam individu maupun kelompok masyarakat. Sifat khas tuturan yang berbeda dengan tuturan orang lain disebut idiolek. Perbedaan pemakaian bahasa secara kelompok muncullah apa yang disebut dialek geografis, dialek sosial atau sosiolek yang lain. Keadaan seperti ini akan timbul karena adanya perbedaan asal daerah penuturnya.
Ragam bahasa atau variasi bahasa secara jelas manandai kelompok, variasi atau ragam bahasa sebenarnya hanya berupa suatu kecenderungan (tendensi) dan seluruhnya terdiri dari perbedaan kosa kata. Kata-kata tertentu cenderung lebih banyak digunakan oleh kelompok tertentu, sehingga menggambarkan ragam bahasa tertentu. Ciri ragam itu mungkin tidak terlalu kelihatan pada kosa kata yang dipakai penutur, tetapi itu menunjukkan dasar perbedaan pada suatu daerah.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dua bahasa atau lebih selalu hidup berdampingan tidak bisa dipisahkan dan akan saling mempengaruhi. Pengaruh bahasa yang timbul karena adanya kontak bahasa antara manusia. Dengan demikian, akibat kontak bahasa dan sekaligus perubahannya, dan dalam dua bahasa atau lebih akan kita jumpai penggunaan bahasa atau pembicaraan yang belum kita mengerti selama aktivitas berlangsung. Pendengar dengan pasif mendengarkannya, tentu pendengar yang aktif, sekali-kali menyela pembicaraan tersebut. Oleh karena itu, adanya penggunaan unsur-unsur bahasa lain ketika memakai bahasa tertentu dengan disengaja dalam percakapan disebut campur kode.
Campur kode dapat terjadi jika pembicaraan penutur menyelipkan bahasa lain ketika sedang menggunakan bahasa tertentu dalam pembicaraannya. Unsur-unsur yang diambil dari bahasa lain itu sering kali berwujud kata-kata, juga berwujud frase, berwujud kelompok kata, berwujud perulangan kata, berwujud beridiom atau ungkapan maupun berwujud klausa.
Campur kode lazimnya terjadi dalam bentuk bahasa tutur (lisan) tetapi tidak menutup kemungkinan adanya campur kode dalam bentuk tulis. Dalam hubungan ini campur kode tidak terjadi dalam bentuk lisan jika penutur menggunakan bahasa tulis, misalnya dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El Shirazy.
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan mengungkap tentang campur kode dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El Shirazy. Pemilihan ini sebagai objek penelitian didasarkan atas asumsi bahwa novel tersebut terdapat variasi bahasa daerah (bahasa Jawa), bahasa Indonesia maupun bahasa asing.

1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah
Bahasa hidup dan berkembang di masyrakat. Secara kompleks masalah sosial mengidentifikasikan pula permasalahAn-permasalahan bahasa itu sendiri. Beberapa wujud campur kode antara lain penyisipan yang unsur-unsur yang berwujud kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa, penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster, penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom, dan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam campur kode adalah :
1. Bagaimanakah penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy ?
2. Bagaimanakah penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy ?
3. Bagaimanakah penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy ?
4. Bagaimanakah penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy ?
5. Bagaimanakah penyisipan unsur-usur yang berwujud klausa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian adalah :
1. Mendiskripsikan penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Mendiskripsikan penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy.
3. Mendiskripsikan penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrohman El Shirazy.
4. Mendeskripsikan penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrohman El Shirazy.
5. Mendeskripsikan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrohman El Shirazy.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi penikmat, pemerhati, peneliti dan pengajar bahasa.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian adalah memberi pengetahuan terhadap studi tentang campur kode.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Guru Bahasa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa di sekolah.
2. Bagi Pemerhati Bahasa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kebahasaan dan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang penggunaan bahasa khususnya campur kode.

1.5 Asumsi
Novel merupakan karangan bebas. Maka seorang pengarang bebas mengekspresikan tulisannya baik yang menyangkut penggunaan bahasa maupun penekanan-penekanan pada kata atau kalimat. Karena tidak terikat oleh suatu aturan-aturan yang harus dipakai. Maka tidak menutup kemungkinan bahasa yang digunakan sehari-hari dapat tertuang dalam karyanya.
Dengan membaca seluruh isi novel maka dapat diambil asumsi bahwa novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El Shirazy dilihat dari bahasa yang dipergunakan terdapat campur kode yang meliputi penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase, penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud idiom atau ungkapan dan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.
Bahasa yang digunakan dalam novel ditunjukkan melalui penggunaan unsur bahasa asing dalam bahasa Indonesia itu tampaknya berupa sikap yang kurang positif. Hal itu jika sikap yang ditunjukkan berupa sikap yang positif pemakai bahasa tentu cenderung akan merealisasikan melalui kesetiaan di dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, tidak mencampuradukkan dengan bahasa asing, atau boleh jadi bahwa pencampuradukan itu menunjukkan fungsi pemakaian bahasa Indonesia belum sepenuhnya sehingga masih memungkinkan dimasuki oleh serpihan-serpihan unsur bahasa lain atau disebut dengan campur kode.

1.6 Penjelasan Judul
Penelitian ini berjudul Campur Kode dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El Shirazy. Berkaitan dengan judul tersebut, dibawah ini akan diberikan penjelasan judul sebagai berikut :
Campur kode : Penggunaan unsur-unsur lain atau ketergantungan bahasa ketika memakai bahasa tertentu yang saling dibutuhkan. Unsur-unsur tersebut sering kali berwujud kata-kata, frase, perulangan kata, ungkapan atau idiom dan klausa. Misalnya : “aku manut sama orang tua” dan “nanti bareng saja”. Sama-sama dari bahasa Jawa dengan tidak disengaja digunakan dalam percakapan tersebut.
Novel : Suatu cerita atau karangan bebas, tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Penjangnya tidak ditentukan, artinya sebatas melukiskan kehidupan para tokoh yang diceritakan.
Jadi, campur kode dalam novel adalah penggunaan unsur-unsur bahasa lain dalam karangan bebas (novel) atau pemakaian serpihan-serpihan bahasa lain yang diperlukan.
Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

(Kode PEND-BSI-0010) : Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Sastra lahir dari tengah-tengah masyarakat, sehingga pada akhirnya sastra tetap melibatkan diri pada masyarakat.hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki.kemunculan sastra terjadi dari proses kreatif yang memerlukan daya cipta yang secara khas dimiliki oleh seniman, khususnya sastrawan.dalam hal ini sastrawanlah yang berpewran penting dalam tugas meneruskan kehadiran sastra yang setiap waktu dapat terjadi dalam masyarakat.Darma (1984 : 25) Mengatakan bahwa, Sastrawn sebagai anggota masyarakat dalam fungsinya sebagi orang pinggiran sekaligus sebagai pemikir dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat atau pembaca dan harus mampu menunjukkan realita dengan imajinasi dan aspirasinya, sehingga masyarakat dapat melihat identitas dirinya melalui hasil karya sastra yang dimiliki.
Karya sastra yang banyak dianalisis sampai saat ini adalah sastra modern, khususnya Novel. Untuk mewujudkan keseimbangan di antara keduanya, yaitu antara sastra modern itu sendiri dengan sastra lama, perlu ditingkatkan penelitian untuk jenis sastra yang terakhir ini. Hal ini perlu diperhatikan dengan pertimbangan bahwa khazanah sastra lama kaya dengan nilai-nilai yang pada dasarnya sangat diperlukan dalam rangka membina semangat dan kesatuan bangsa. Sesuai dengan visi Postrukturalisme, membangkitkan peran serta budaya.Karya sastra dihasilkan oleh seorang pengarang, tetapi masalah-masalah yang diceritakan adalah masalah-masalah masyarakat pada umumnya. Karya sastra menceritakan seorang tokoh, suatu tempat dan kejadian tempat tertentu, dan dengan sendirinya melalui bahasa pengarang.tetapi yang diacu adalah manusia, kejadian dan bahasa sebagaimana dipahami oleh manusia pada umumnya.dalam hubungan inilah disebutkan bahwa pengarang adalah wakil masyarakat, pengarang sebagai konstruksi transindividual, bukan dirinya sendiri. Karya sastra yang berupa Novel dianggap paling dominan dalam menampilkan unsure-unsur sosialnya karena novel menampilkan unsure-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari yang umum digunakan dalam masyarakat.
Karya sastra yang baik selalu memberikan pesan kepada pembacanya untuk berbuat baik, maksudnya karya sastra tersebut mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral (Darma, 1984 : 48). Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah SWT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sehingga tidak luput dari perbuatan baik (Bermoral) dan perbuatan tidak baik (Immoral).manusia dikatakan bermoral baik apabila dipandang dari tujuan akhirnya, dan perbuatan-perbuatannya disebut moral baik karena perbuatan itu membawa manusia kearah tujuan akhir (Poespoprodjo, 1988 : 27 ). Tujuan akhir manusia sendiri adalah kebahagian dengan jalan melaksanakan perbuatan-perbuatan bermoral . Moral dan immoral akan selalu silih berganti dalam kehidupan, suatu saat melakukan perbuatan bermoral pada saat lain melakukan perbuatan immoral. Oleh karena itu, penelitian tentang moral sangat menarik, karena menyangkut kualitas perbuatan manusia dan gejala-gejala yang ada di lingkungan masyarakat.
Pengarang novel Burung-Burung Manyar yaitu Y.B Mangunwijaya berusaha mengajak pembaca dan penikmat untuk mengerti dan memahami bahwa dalam kehidupan ini, manusia tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan, baik yang disengaja maupun tidak, ini terbukti yang dialami oleh Y.B. Mangunwijaya. Semasa masih mudah dia memiliki pengalaman tersendiri ketika ikut perang gerilya. Sehingga pengalaman tersebut banyak mengilhami dan memberi dorongan atas terbitnya novel Burung-Burung Manyar.tak salah lagi kalau isi dari novel tersebut seakan –akan terjadi di masyarakat. Jika dibaca dan dipahami secara mendalam, novel Burung-Burung Manyar ini dapat diketahui bahwa pengarang tidak sekedar ingin menyampaikan sebuah cerita demi cerita saja.ada sesuatu yang dikemas dalam cerita itu, lewat kata-katanya yang teratur Y.B Mangunwijaya menggambarkan pergolakan perebutan kekuasaan antara Indonesia, Belanda, Jepang serta Inggris yang tak mau lepas untuk campur tangan. Disamping itu menggambarkan pula pergolakan cinta kasih yang abstrak antara tokoh Setadewa dengan Larasati. Perjalanan cinta antara kedua tokoh ini sangat panjang. Namun tak pernah bersatu akibat dari lika-liku kehidupan. Pergolakan cinta kasih ini dalam novel digambarkan seiring dengan pergolakan kekuasaan di wilayah Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut :
1. Bagaimana Aspek Moral Ketuhanan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya ?
2. Bagaimana Aspek Moral Kenegaraan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijay ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Aspek Moral tokoh Novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini adalah ingin memperoleh diskripsi obyektif tentang :
a. Aspek Moral Ketuhanan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar.
b. Aspek Moral Kenegaraan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan kepada Ilmu Bahasa Indonesia, Khususnya dalam bidang kesusastraan yang mengarah pada pembinaan aspek moral yang terdapat dalam karya sastra
2. Bagi peneliti, di samping sebagai latihan juga sebagai tolak ukur sampai di mana kemampuan penulis dalam menganalisis sebuah novel.
3. Bagi sastrawan, dapat dijadikan sebagai landasan dalam peningkatan proses kreatif karya sastra terutama novel.

E. Penjelasan Judul
Penelitian ini berjudul Aspek Moral Tokoh Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya. Berkaitan dengan judul tersebut di bawah ini akan diberi penjelasan judul debagai berikut :
1. Aspek Moral adalah pandangan Pengarang terhadap berbagai faktor kehidupan di masyarakat untuk membedakan sesuatu yang benar dan yang salah. (James Drawer, 1986 : 292 )
2. Novel adalah Prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.Istilah lain novel adalah Roman. (Sudjiman, 1990 : 55 )
Skripsi Analisis Referensi Dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara Ng - Kajian Analisis Wacana

Skripsi Analisis Referensi Dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara Ng - Kajian Analisis Wacana

(Kode PEND-BSI-0009) : Skripsi Analisis Referensi Dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara Ng - Kajian Analisis Wacana

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan, dalam menyampaikan informasi. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Lyons dalam George Yule (1996: 32) mengemukakan bahwa pengertian komunikasi dengan mudah dapat dipakai untuk perasaan, suasana hati, dan sikap, tetapi menunjukkan bahwa ia terutama akan tertarik pada penyampaian informasi yang faktual atau proposional yang disengaja. Sedangkan bahasa adalah alat untuk mengekspersikan diri (Keraf, 1984: 3). Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Oleh karena itu, kemampuan berbasa seseorang sangat erat hubungannya dengan kemampuan berfikirnya, semakin pandai seseorang dalam berbahasa, maka dapat diketahui bahwa semakin jelas jalan pikirannya.
Dalam komunikasi tulis, proses komunikasi penyapa dan pesapa tidak berhadapan langsung. Penyapa menuangkan ide gagasanya dalam kode-kode kebahasaan yang biasanya berupa rangkain kalimat. Rangkaian kalimat tersebut nantinya ditafsirkan maknanya oleh pembaca (pesapa). Di sini pembaca mencari makna berdasarkan untaian kata yang tercetak dalam teks. Dalam kondisi seperti itu, wujud wacana adalah teks yang berupa rangkaian preposisi sebagai hasil pengungkapan ide atau gagasan. Dengan kata lain wacana dalam komunikasi tulis berupa teks yang dihasilkan oleh seorang penulis (Rani, 2006:3). Sedangkan komunikasi lisan adalah bentuk komunikasi yang diucapkan secara langsung tanpa adanya perantara atau pihak ketiga (Brown dan Yule, 1996: 9).
Pemilihan bahasa dalam berkomunikasi didasarkan pada berbagai pertimbangan yaitu kondisi penutur dan kondisi lawan tutur, serta pesan-pesan yang terdapat dalam media komunikasi. Komunikasi merupakan usaha pembicara untuk memberitahukan sesuatu kepada pendengar atau menyuruhnya untuk melakukan sesuatu (Barnett, 1976: 5). Disiplin ilmu yang mengkaji bahasa yang nyata dalam tindakan komunikasi tersebut disebut analisis wacana.
Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa (Djajasudarma, 2006:2). Samsuri (1987: 36) berpendapat bahwa hubungan antar kalimat yang membangun sebuah wacana itu dapat ditandai dengan penanda yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal, karena kalimat yang satu tidak dapat ditafsirkan maknanya, kecuali ke unsur yang lain.
Rani (2006: 15) menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan kajian wacana, aspek-aspek tersebut adalah (a) jenis pemakaian wacana, (b) konteks wacana, (c) kohesi dan koherensi, (d) referensi, (e) tindak tutur, dan (f) analisis wacana kritis.
Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang berupa novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya yang paragraf, kalimat, atau kata membawa amanat yang lengkap. Novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang yang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif (Tarigan, 1993: 164). Seperti halnya novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng. Novel tersebut dituangkan dalam wacana agar dapat dibaca oleh masyarakat umum. Dalam novel “Dimsum Terakhir” terdapat referensi atau pengacuan. Referensi adalah hubungan antara kata dengan benda, tetapi lebih luas lagi referensi dikatakan sebagai hubungan bahasa dengan dunia. Salah satu keunikan dalam referensi adalah si penutur referensi dianggap sebagai tindak tanduk si penutur. Dengan kata lain, referensi dari sebuah kalimat sebenarnya ditentukan oleh si penutur, karena si penuturlah yang paling tahu tentang referensi oleh si penutur.
Keberadaan wacana dalam teks sangat penting, karena wacana membantu memberikan penafisiran tentang makna ujaran dalam teks, disamping itu novel juga merupakan komunikasi pengarang pada calon pembacanya, dalam wacana novel banyak ditemukan pemahaman yang utuh terhadap maksud wacana novel, oleh karena itu analisis referensi pada novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng perlu dilakukan agar dapat memberikan sumbangan pada pembaca untuk mengembangkan pemahaman pembacaan pada novel.
Clara Ng, sang penulis novel, merupakan salah seorang novelis muda yang turut mengucurkan derasnya aliaran sastra Indonesia segar saat ini. Ia dinilai cukup produktif menghasilkan karya. Dalam tujuh tahun ini (2002-2008) Clara sudah menerbitkan novel, cerpen, cerita anak-anak sekitar 21 buku, karya-karyanya diterbitkan oleh salah satu penerbit terkenal di Indonesia. Salah satu dari karya novel yang ditulisnya yaitu novel dengan judul Dimsum Terakhir, novel ini menceritakan tentang anak yang dilahirkan kembar empat sekaligus. Dari kembar empat ini mereka memempunyai kebiasaan dan sifat yang sangat berlawanan. Salah satu tokoh yang paling menonjol adalah Rosi dia memiliki kelainan seks suka sesama jenis (lesbi).
Sosok sang novelis pada kenyataannya adalah seorang ibu muda, cantik, dan menawan. Clara banyak mendapat kritikan dari orang-orang disekitarnya yang mengklaim bahwa Clara dituduh melegalkan seks bebas, karena karya yang ditulisnya banyak yang berbau seks bebas. Dalam menyikapi hal tersebut Clara menanggapi dengan sabar karena dia berpendapat bahwa dalam menuli tidak usah munafik, melihat realita yang ada itu lebih baik.
Sebagai karya sastra, novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng ini dapat dianalisis dari segi pendekatan bahasa. Dalam hal ini, analisis referensi memfokuskan pada aspek referensi eksofora dan referensi endofora. Teori ini sangat penting untuk mendukung dan mengembangkan pemahaman pembaca terhadap teks novel. Analisis diantaranya akan mengupas secara mendatail terhadap antesenden di luar bahasa atau konteks situasi, antensenden di dalam teks dan persoalan ketakrifan. Hal ini dijadikan dasar pilihannya teori referensi sebagai kebijakan analisis.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang referensi di salah satu novel karya Clara Ng, yaitu pada novel yang berjudul “Dimsum Terakhir”.

1.2 Masalah
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan tertinggi dalam hierarki gramatikal. Dengan berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup kajian wacana sangat luas, yaitu meliputi: jenis pemakaian wacana, konteks wacana, kohesi dan koherensi, referensi, tindak tutur, dan analisis wacana kritis.
1.2.2 Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada referensi. Adapun referensi yang hendak dianalisis menyangkut dua jenis, diantaranya: referensi endofora dan referensi eksofora. Referensi endofora dibagai menjadi dua yaitu: referensi anfora dan referensi katafora.
1.2.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana referensi endofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng?
2. Bagaimana referensi eksofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan referensi endofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng.
2. Mendeskripsikan referensi eksofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan ilmu analisis wacana, terutama mengenai analisis referensi endofora dan referensi eksofora sebuah wacana.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, pemanfaatan penelitian ini ialah:
a. Memberikan informasi kepada pendidikan mengenai endofora dan referensi eksofora.
b. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa, terutama mengenai referensi endofora dan referensi eksofora.
c. Bagi pembaca agar mengatahui dan memahami referensi endofora dan referensi eksofora yang terkandung dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng.
Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi

Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi

(Kode PEND-BSI-0008) : Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada tokoh utama serta tokoh tambahan yang terdapat di dalam novel yang berjudul Kampung Kehormatan, karya Najib Mahfouz dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya fenomena lebih yang terdapat pada psikologi tokoh-tokoh dalam novel ini. Fenomena-fenomena tersebut terpancar dari perilaku para tokohnya. Perilaku tersebut bisa berupa perilaku psikologi yang berupa kesedihan, kegembiraan, ketakutan, keberanian, kemarahan, dan karakter-karakter lain yang masih banyak lagi. Selain itu juga dapat berupa efek perilaku psikologi yang tergambar melalui tindakan-tindakan fisiknya. Kesemuanya itu dituangkan oleh peneliti agar dapat dijadikan bahan perenungan dan bahkan kontrol sosial dalam menjalani realitas kehidupan bagi para penikmat karya Najib Mahfuoz.
Latar belakang di atas merupakan pondasi utama dalam penelitian ini meskipun terdapat peneliti lain yang melakukan tindak penelitianya pada fokus penokohan. Sebagai pembanding, peneliti menghadirkan bukti-bukti penelitian yang berfokus pada penokohan oleh peneliti lain. Hal tersebut diantaranya adalah Nanik Sumarlin (2000:1) meneliti masalah akulturasi tokoh utama wanita dalam novel yang berjudul Getaran-Getaran karya Haryati Soebadio.
Selain Nanik Sumarlin masih terdapat peneliti-peneliti lain, diantaranya M. Prasetyo Utomo (2003:1) dengan judul penelitian Penokohan Dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini. Abdul Mujib (2003:1) juga melakukan penelitian pada hal yang sama, yaitu Aanalisis Penokohan Dalam Naskah Drama Sebabak Malam Jahanam Karya Motinggo Busye. Hasanatul Munawaroh (2004:1) juga melakukan penelitian pada wilayah penokohan dengan judul Analisis Penokohan Dalam Novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer.
Latar belakang yang kedua adalah berfokus pada masalah pemilihan karya. Mengapa peneliti memilih karya Najib Mahfouz sebagai objek penelitianya? Hal tersebut disebabkan oleh faktor pengarang dan faktor karya. Dari sisi pengarang, Najib Mahfouz merupakan salah seorang dari pengarang besar di dunia sastra. Ia merupakan selah seorang sastrawan yang berhasil mengantongi penghargaan tertinggi dalam bidang sastra, yaitu Nobel Sastra yang diterimanya pada 13 Oktober 1988, dari Akademi Sastra Internasional di Swedia (Mahfouz, 2003:198).
Dari sisi karya, karya-karya Najib Mahfouz termasuk karya yang bertaraf internasional (sastra internasional). Sebagai bukti keinternasionalanya adalah karya-karya Najib Mahfouz banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa asing dan dikaji peneliti lokal maupun asing. Sembilan karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, tujuh karya ke dalam bahasa Rusia, dua dalam bahasa Perancis, dua ke dalam bahasa Ibrani, sebuah karya ke dalam bahasa Malaysia, dan sekitar lima karya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Mahfouz, 2003:197). Tidak hanya itu, karya-karyanya juga banyak yang diangkat ke dunia perfilman dan diedarkan ke seluruh Negara yang memakai bahasa Arab (Soetrisno, 2003:68).
Di dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz ini terdapat cukup banyak tokoh dengan karakter-karakternya yang ditampilkan. Di dalamnya lebih dari sepuluh tokoh dengan karakter-karakter pribadinya yang cukup bervariasi antara tokoh satu dengan tokoh-tokoh lainya. Tokoh-tokoh tersebut adalah Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri, Sa’dullah, Syukron, Jabalawi, Yusuf, Ujaj, Hasany, Ummu Zanful, tukang sampah, Fadhil, anak buah Santuri, Yunus, anak buah Kodri, anak buah Ujaj, anak buah Sa’dullah, pembantu Jabalawi, anak-anak kecil, penduduk kempung, perempuan, dan penyair.
Dari sekian banyak tokoh yang ada, peneliti hanya mengambil enam karakter tokoh untuk dijadikan objek kajian penelitian ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany. Mengapa tokoh Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany yang dijadikan fokus penelitian? Penentuan pilihan tersebut disebabkan oleh pengaruh keenam tokoh itu sangatlah besar dalam membangun alur cerita. Tokoh-tokoh itulah yang menjadikan alur cerita menjadi berkembang. Hal itulah yang kiranya memotivasi dan menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian terhadap karya Najib Mahfouz yang berjudul Kampung Kehormatan.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, identifikasi masalah secara luas dalam novel ini mengarah pada satu objek, yaitu unsur intrinsik karya sastra yang berhubungan dengan jiwa dan perilaku tokohnya. Adapun identifikasi masalah secara khususnya, meliputi jiwa dan perilaku tokoh Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri, Sa’dullah, Syukron, Jabalawi, Yusuf, Ujaj, Hasany, Ummu Zanful, tukang sampah, Fadhil, anak buah Santuri, Yunus, anak buah Kodri, anak buah Ujaj, anak buah Sa’dullah, pembantu Jabalawi, anak-anak kecil, penduduk kempung, perempuan, dan penyair.

1.3 Batasan Masalah
Agar lebih terarah dan lebih memberi gambaran penelitian yang lebih jelas, penelitian ini perlu dibatasi. Adapun batasannya sesuai dengan identifikasi masalah yang telah tersebut di atas. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan jiwa dan perilaku tokoh utama dan tokoh tambahan.
Di dalam novel tersebut terdapat satu tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel tersebut adalah Irfah. Selain tokoh Irfah merupakan tokoh tanbahan. Adapun tokoh tambahan yang dijadikan objek kajian adalah Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany.

1.4 Rumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terfokus, penelitian ini perlu merumuskan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana jiwa dan perilaku tokoh utama Irfah dalam novel Kampung Kehormatan?
b. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hanasy dalam novel Kampung Kehormatan?
c. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Awatif dalam novel Kampung Kehormatan?
d. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Santuri dalam novel Kampung Kehormatan?
e. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Kodri dalam novel Kampung Kehormatan?
f. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hasany dalam novel Kampunh Kehormatan?

1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut di atas, peneliti merumuskan tujuan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun tujuan pembahasan dalam penelitian ini meliputi:
a. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh utama Irfah dalam novel Kampung Kehormatan.
b. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hanasy dalam novel Kampung Kehormatan.
c. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Awatif dalam novel Kampung Kehormatan.
d. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Santuri dalam Novel Kampung Kehormatan.
e. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Kodri dalam novel Kampung Kehormatan.
f. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hasany dalam novel Kampung Kehormatan.

1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi bidang kesusastraan khususnya ilmu sastra. Dengan penelitian ini, dunia kesusastraan akan mendapat masukan pemikiran dari sisi intrinsik karya sastra. Sisi intrinsik tersebut berupa kajian jiwa dan perilaku tokoh yang meliputi gambaran karakternya. Adapun gambaran karakter tersebut merujuk pada tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat (a) bagi peneliti sesudahnya, untuk dapat dijadikan referensi dalam penyusunan skripsi, khususnya yang berkaitan dengan jiwa dan perilaku tokoh utama dan tambahan, (b) bagi peminat karya sastra, penelitian ini dapat dijadikan motifasi untuk meneliti novel Kampung Kehormatan karya Najib mahfouz dengan pendekatan yang lain, (c) bagi guru, penelitian ini akan memberi gambaran mengenai wujud intrinsik dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz kepada para siswa peminat sastra serta menjadi jembatan pemahaman antara peminat karya sastra dengan pengarang, (4) bagi masyarakat secara umum, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk memasyarakatkan karya sastra, khususnya novel yang berjudul Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz.

1.7 Penjelasan Judul
Agar tidak terjadi kesalapahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu peneliti definisikan secara operasional istilah-istilah di bawah ini.
a. Analisis adalah usaha menyelidiki atau memeriksa suatu pokok persoalan (dalam hal ini karya sastra) untuk memperoleh gambaran pemahaman dan penjelasan secukupnya yang tepat dan menyeluruh (Ratna, 2004:53).
b. Penokohan sering disamaartikan dengan karakter atau perwatakan, yakni mengacu pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu. Sehingga penokohan dapat diartikan sebagai pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiantoro, 1995:176).
c. Pendekatan psikologi yaitu suatu cara menghampiri objek penelitian dengan penekanan pada aspek atau pokok-pokok perilaku manusia (Siswantoro, 2005:26).
d. Novel merupakan jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan, yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan tekhnik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulis, serta di tulis lebih panjang dari cerpen maupun novelette (Zaidan, dkk, 1994:136)
e. Kampung Kehormatan adalah judul novel yang dikarang oleh Najib Mahfouz yang berjudul asli Irfah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kuswaidi Syafi’i yang diterbitkan oleh penerbit Tarawang Yogyakarta.pada Mei 2003 dengan tebal halaman 200 hal + xii; 1 cm.
f. Najib Mahfouz adalah seorang sastrawan besar yang bernama lengkap Najib Mahfouz Abdul Aziz Ibrahim al-Basya yang lahir pada tanggal 15 Desember 1911, di Bandar Gamalia daerah pinggiran Cairo, Mesir. Ia merupakan selah seorang sastrawan yang berhasil mengantongi penghargaan tertinggi dalam bidang sastra, yaitu Nobel Sastra yang diterimanya pada 13 Oktober 1988, dari Akademi Sastra Internasional di Swedia (Mahfouz, 2003:195-198).