Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan IPS. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan IPS. Show all posts
Skripsi Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan X

Skripsi Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan X

(Kode PEND-IPS-0010) : Skripsi Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Usaha kecil ini selain memiliki arti yang strategis bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Disektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya disektor pertanian lebih dari 99 persen kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Disektor perdagangan lebih dari 98 persen, disektor transportasi lebih dari 99 persen, dan disektor pengolahan jasa-jasa lain masing-masing lebih dari 99 persen, Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko (XXXX : 224). Jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang popualasinya sangat besar dan peranan sektor usaha kecil yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak tentunya usaha kecil perlu mendapatkan perhatian yang baik dari berbagai pihak terutama dari pemerintah.
Masalah pertumbuhan penduduk dan kesempatan kerja merupakan masalah yang di hadapi oleh semua negara, baik negara sedang berkembang maupun negara yang sudah maju. Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan jumlah penduduk besar, tentunya hal ini merupakan masalah tersendiri bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Jumlah penduduk besar memang merupakan salah satu modal potensial bagi pembangunan, namun tanpa diimbangi tersedianya lapangan kerja jumlah penduduk besar merupakan masalah bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Pertambahan penduduk yang pesat akan menambah angkatan kerja yang ada. Hal tersebut menuntut kita untuk menambah kesempatan kerja baru. Karena hal itu bukan saja tanggung jawab pemerintah tatapi merupakan tanggung jawab kita bersama. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesempatan kerja adalah melaksanakan pembangunan. Kegiatan pembangunan mempengaruhi penyediaan kesempatan kerja. Semakin meningkat kegiatan pembangunan semakin meningkat pula kesempatan kerja yang tersedia. Kegiatan pembangunan tersebut meliputi berbagai sektor seperti pertanian, industri, dan jasa. Negara Indonesia merupakan negara yang bercorak agraris, artinya sektor pertanian masih menduduki peranan penting. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia bermukim, bekerja, dan menggantungkan hidupnya di daerah pedesaan. Sampai saat ini, lahan pertanian merupakan faktor produksi yang penting, dimana kebutuhan lahan pertanian semakin meningkat baik untuk keperluan pertanian, pemukiman, usaha perkebunan dan industri. Dewasa ini keadaan di daerah pedesaan sudah sangat berubah sebagai akibat dari pembangunan. Lahan pertanian yang dulunya luas kini menjadi semakin sempit. Sempitnya lahan pertanian akan mengakibatkan penduduk yang menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian kehilangan mata pencaharian sehingga menambah pengangguran.
Oleh karena itu perlu diusahakan agar kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja di luar sektor pertanian tumbuh dengan pesat sehingga dapat menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja yang selalu bertambah.
Sempitnya lahan pertanian mengakibatkan penduduk yang menggantungkan kehidupan di sektor pertanian akan kehilangan pekerjaan sehingga menambah jumlah pengagguran. Keadaan ini mengakibatkan para penganggur memutuskan untuk meninggalkan desanya dan mencari pekerjaan didaerah perkotaan. Tetapi sesampainya di kota mereka sulit memperoleh pekerjaan karena pada umumnya mereka memiliki keterampilan dan tingkat pendidikan yang rendah. Hal tersebut menimbulkan masalah bagi kota yang didatangi, menyangkut penyediaan lapangan kerja, pemukiman, dan kriminalitas.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenaga kerjaan adalah melalui peningkatan dan pemerataan pembangunan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Salah satu cara yang digunakan adalah mengembangkan sektor usaha kecil atau industri pedesaan. Usaha pengembangan usaha kecil ini dimaksudkan agar kebutuhan kesempatan kerja rakyat pedesaan terpenuhi. Selain itu, juga dimaksudkan untuk memperkecil laju arus perpindahan penduduk desa kekota. Keberadaan usaha kecil di pedesaan akan dapat membantu dalam mengurangi tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor pertanian, sehingga akan dapat mengurangi jumlah pengangguran serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pada mulanya masyarakat pedesaan menganggap bahwa bekerja di luar sektor pertanian adalah sebagai pekerjaan sampingan yang dilakukan karena keadaan yang memaksa, misalnya kegagalan panen, kemarau panjang, dan untuk mengisi waktu luang. Saat ini banyak dijumpai kenyataan bahwa pekerjaan itu justru menjadi mata pencaharian pokok setelah hasilnya dirasakan lebih menguntungkan dari pada bertani. Secara umum karakteristik usaha kecil adalah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, menggunakan teknologi yang sederhana, membutuhkan modal yang relatif kecil, serta dapat dikelola dengan manajemen yang sederhana. Bahan baku yang digunakan bisa diperoleh dari dalam negeri atau bahan baku lokal sehingga mengurangi beban impor dan menghemat devisa negara. Dengan demikian, sektor usaha kecil memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membuka usaha sendiri sehinga dapat membantu menciptakan lapangan kerja.
Sebagai salah satu kegiatan ekonomi diluar sektor pertanian, usaha kecil diharapkan akan mampu mendorong dan meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi krisis ekonomi yang mencapai puncaknya tahun 1997, tatkala usaha kelas atas dan kalangan industri besar mengalami kebangkrutan, usaha kecil menjadi harapan dan ujung tombak dalam membangkitkan perekonomian nasional (Kompas 18/12/XXXX yang dikutip Ecpose/Lembaga Pers Mahasiswa Ekonomi (LPME) Jember XXXX : 13). Usaha kecil memegang peranan yang strategis dalam upaya peningkatan ekspor non migas. Selain itu, usaha kecil juga berperan sebagai penyerap tenaga kerja yang besar. Kinerja yang telah dicapai oleh sektor usaha kecil menunjukkan potensi mereka yang sangat besar. Keberadaan sektor usaha kecil memberikan andil yang cukup besar terhadap produk nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, keberadaan usaha kecil perlu mendapatkan perhatian, pembinaan, dan pengarahan baik dari segi permodalan maupun pemasaran sehingga perkembangannya lebih cepat. Krisis moneter telah memberikan pelajaran berharga dalam membangun struktur perekonomian bangsa dan negara. Realitas menunjukkan bahwa era globalisasi tidak lagi sebagai fenomena melainkan sudah menggejala dalam segala segi kehidupan. Gejala perubahan lingkungan strategis di tunjukkan pada perubahan (1) perekonomian proteksi menjadi terbuka, (2) persaingan domestik menjadi global, (3) lingkungan yang semula stabil menjadi tidak menentu, (4) wawasan lokal menjadi mendunia, (5) fokus produksi menjadi pasar, (6) orientasi penjualan pada kualitas, dan (7) perubahn sikap, perilaku, dan kepuasan dari Mass Community menjadi Masaic Comunity, (yananti@telkom.net). Dua sisi strategis dalam sektor usaha kecil adalah merebut pangsa pasar dunia dan mempertahankan pasar domestik. Pengembangan usaha kecil menjadi semakin penting karena sampai saat ini pengangguran masih menjadi masalah yang harus segera dipecahkan.
Perkembangan usaha kecil di Indonesia dapat mendorong tercapainya stabilitas politik karena kemampuannya dalam memperkecil jumlah pengangguran. Oleh karena itu, Pengembangan usaha kecil harus didukung dengan menciptakan iklim usaha yang sehat sehingga dengan adanya iklim usaha yang sehat dapat memberikan dorongan dan motivasi besar dalam menciptakan lapangan kerja yang luas.
Usaha kecil pada umumnya terdapat di daerah pedesaan. Salah satunya adalah usaha penyulingan minyak nilam yang berada di Kecamatan X Kabupaten X Jawa Tengah. Realitas menunjukkan bahwa yang mampu bertahan dan bahkan mencapai tingkat kejayaan adalah usaha-usaha yang mampu memanfaatkan sumber daya lokal dan berorientasi pada pasar ekspor. Untuk itu, penggalian sumber daya lokal potensial dan merupakan komoditi ekspor serta mempunyai peluang dalam merebut pasar global adalah prioritas unggulan untuk dapat turut serta dalam kancah pasar global. Jika melihat dari potensi yang dimiliki Indonesia, Indonesia memiliki keunggulan komparatif baik dari segi letak geografis, sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya mendukung terciptanya struktur usaha yang tangguh dan berbasis pada, (1) sumber daya alam sendiri yang berupa hasil pertanian, (2) kelemahan pesaing dengan mencermati keberhasilan negara lain, ditekankan pada negara yang memiliki kondisi yang relatif sama, (3) keterkaitan dengan industri lain baik di luar maupun di dalam negeri, (4) peluang pengembangan lebih lanjut, (5) iklim investasi yang sedang berkembang, (6) peluang untuk ekspor, (yananti@.telkom.net). Dilihat dari potensi tersebut, tanaman nilam merupakan salah satu tanaman yang berpotensi besar dalam merebut pasar lokal maupun global. Karena tanaman nilam merupakan bahan baku industri wangi-wangian (parfumery), kosmetika dan lain sebagainya. Minyak nilam Indonesia mempunyai keunggulan baik jenis maupun jumlahnya dibanding negara penghasil minyak atsiri lainnya. Dalam istilah perdagangan internasional minyak nilam dikenal dengan nama Patchouli Oil (Essential Oil Of Patchouli).
Minyak nilam merupakan salah satu dari 77 jenis minyak atsiri yang telah dikenal di Indonesia. Kegiatan ekspor minyak nilam telah berlangsung cukup lama. Minyak nilam Indonesia menguasai 99% pangsa pasar dunia dan bahkan dulunya komoditas ini hanya di produksi di Indonesia, meskipun demikian tidak dapat berperan sebagai penentu harga. Hal ini dikarenakan suplai, harga dan mutu minyak nilam di Indonesia fluktuatif. Saat permintaan tinggi harga naik, suplai melimpah namun mutunya rendah, (yananti@telkom.net).
Minyak nilam mempunyai sifat, (1) sukar tercuci walaupun dengan air sabun, (2) mudah tercampur dengan minyak eteris lainnya, (3) larut dalam alkohol, dan (4) sukar menguap, (yananti@.telkom.net). Oleh karena sifatsifatnya tersebut, minyak nilam sangat potensial digunakan sebagai bahan baku industri wangi-wangian (parfumary), kosmetika, dan lain sebagainya. Kegunaan utama minyak nilam adalah sebagai fiksatif terhadap bahan pewangi belum dapat digantikan dengan minyak lainnya, sehingga keberadaannya merupakan salah satu minyak yang maha penting bagi dunia parfumary,(yananti@telkom.net). Kegiatan pokok usaha penyulingan minyak nilam ini adalah mengolah pohon nilam menjadi minyak nilam. Minyak nilam yang dihasilkan tersebut masih memerlukan proses lebih lanjut sebagai bahan pembuat obat-obatan, kosmetik, sabun, dll. Jadi, usaha penyulingan minyak nilam ini hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Bahan baku yang digunakan adalah daun nilam, ban bekas, dan kayu bakar sebagai bahan bakar. Usaha penyulingan minyak nilam ini sangat cocok berada di Kecamatan X Kabupaten X karena di daerah tersebut banyak terdapat tanaman nilam sehingga bahan baku mudah diperoleh. Para pekerja usaha penyulingan minyak nilam ini berasal dari penduduk setempat.
Manfaat usaha penyulingan minyak nilam ini ternyata cukup besar bagi masyarakat pedesaan terutama dapat menampung tenaga kerja sehinga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu, keberadaan usaha kecil penyulingan minyak nilam ini juga dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitarnya karena bahan bakunya diperoleh dengan cara membeli nilam yang ditanam penduduk dari pekarangan atau kebun mereka. Jadi, dengan adanya usaha kecil penyulingan minyak nilam ini sangat berguna dalam menyediakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya.
Menyadari besarnya peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam dalam menyediakan kesempatan kerja, maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh manakah peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam dalam menyerap tenaga kerja. Untuk itu Penulis memilih judul ”PERANAN USAHA KECIL PENYULINGAN MINYAK NILAM TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA” di Kecamatan X Kabupaten X.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan usaha kecil penyulingan minyak nilam di Kecamatan X Kabupaten X?
2. Bagaimana Peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan tenaga kerja?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan usaha kecil penyulingan minyak nilam di Kecamatan X yang dapat membantu tersedianya lapangan kerja bagi penduduk.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan seberapa besar peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan tenaga kerja.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan di bidang pengolahan dan pengembangan usaha kecil penyulingan minyak nilam berkaitan dengan peranannya dalam penyerapan tenaga kerja di Kecamatan X Kabupaten X.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembangunan di Kecamatan X Kabupaten X.
b. Bagi pengusaha usaha kecil penyulingan minyak nilam sebagai masukan untuk menjaga kelangsungan serta pengembangan usahanya.
Skripsi Peranan Panti Asuhan Dalam Pembinaan Pendidikan Remaja (Studi Di Panti Asuhan X)

Skripsi Peranan Panti Asuhan Dalam Pembinaan Pendidikan Remaja (Studi Di Panti Asuhan X)

(Kode PEND-IPS-0009) : Skripsi Peranan Panti Asuhan Dalam Pembinaan Pendidikan Remaja (Studi Di Panti Asuhan X)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masalah pendidikan semakin menjadi perhatian masyarakat karena pendidikan merupakan milik dan tanggung jawab masyarakat. Kedudukan pendidikan diharapkan menjadi ke arah tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian mandiri, cerdas, kreatif, terampil dan beretos kerja yang tinggi telah diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (1993: 49). Pembangunan sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitasnya sehingga dapat mendukung pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktifitas dengan pendidikan nasional yang makin merata dan bermutu disertai peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian yang dibutuhkan berbagai bidang pembangunan ilmu dan teknologi yang makin mantap.
Dengan melihat pentingnya pendidikan maka sejak pelita I pemerintah terus berupaya dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan sarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan manajemen pendidikan serta usaha lain yang berhubungan dengan penimgkatan kualitas pendidikan. Dengan kata lain upaya dalam pembaharuan pendidikan meliputi hal-hal yang diusahakan untuk peningkatan kualitas pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Misbah (1978:13) antara lain : 1) Masalah pemerataan pendidikan, 2) Masalah relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat, 3) Masalah kualitas/mutu pendidikan, 4) Masalah efesiensi pendidikan.
Dalam UUD 1945 pasal 31 telah diatur tentang hak-hak setiap warga negara untuk mendapatkan pengajaran. Namun ternyata masih ada sebagian yang belum menikmati pendidikan yaitu para remaja yang mengalami putus sekolah yang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kemiskinan atau ketidak mampuan orang tua untuk membiayai anak-anaknya. Banyak remaja desa dan kota menjadi penganggur akibat putus sekolah (drop out) atau tidak lagi mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan sekolah lanjutannya, ada kalanya mereka melakukan kegiatan yang bersifat destruktif dan mengganggu ketentraman masyarakat. Banyak media massa yang menerangkan tentang macam-macam kegiatannya misalnya penipuan, pencopetan, pengedoran, pemerkosaan dan lainnya yang dilakukan remaja (Dakir, 1982:6). Bahkan fenomena yang sekarang ada dalam masa krisis moneter ini adalah banyaknya pengamen usia remaja. Mereka diduga para remaja yang mengalami putus sekolah.
Banyaknya anak putus sekolah adalah khas di negara berkembang (Beeby, 1982:189). Indonesia sebagai negara berkembang juga menghadapi permasalahan serius mengenai anak putus sekolah. Anak-anak didaerah tertinggal, anak-anak pekerja, anak-anak jalanan, anak dari keluarga kurang bahagia merupakan sedikit contoh yang dapat ditunjuk sebagai anak putus sekolah.
Merupakan kenyataan sosial dan problem sosial bahwa di dalam masyarakat masih pula anak-anak yang belum menikmati hak-hak asasinya secara wajar baik yang menyangkut perawatan, pembinaan jasmani dan rohani, pendidikan dan lain-lain sehingga kesejahteraan anak kurang terjamin, misalnya : anak yatim piatu, anak tidak mampu dan anak terlantar. Kesuksesan pembangunan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur dapat terlaksana bilamana terdapat generasi muda yang sehat jasmani dan rohani dan bermental pembangunan, sehingga ia mampu memikul tanggung jawab tersebut. Walaupun permasalahan ini bukan merupakan masalah baru namun akhir-akhir ini kembali muncul di permukaan, terlebih lagi setelah ada pengangkatan program resmi pada pelita VI dan peluncuran program IDT (Arief Sritua, 1998). Siasat untuk memerangi langsung kemiskinan umumnya sekarang sudah mulai dicoba. Kaum miskin kurang pendidikannya sehingga mendorong pemerintah agar golongan miskin mendapat kesempatan. Tidak dipungkiri bahwa di antara yang dihadapi penduduk miskin adalah kurangnya sumber kebutuhan pokok seperti kurang gizi, pakaian, pendidikan, dan kesehatan (Mahbub Ulhaq, 1995). Dengan demikian wajar apabila pemerintah berusaha bekerja keras dalam menanggulangi persoalan tersebut. Kondisi kemiskinan dengan perbagai implikasi merupakan bentuk masalah sosial yang menuntut pemecahan masalah tersebut. Siasat untuk memerangi langsung kemiskinan umumnya sekarang sudah mulai dicoba. Kaum miskin kurang pendidikannya sehingga mendorong pemerintah agar golongan miskin mendapat kesempatan terutama di bidang pendidikan.
Belakangan ini masalah kemiskinan kembali menghangat di kalangan masyarakat. Sekitar 27 juta penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan dan tersebar merata di mana mengharuskan semua pihak untuk bekerja keras mengangkat mereka dalan kehidupan yang lebih layak karena kemiskinan adalah suatu ketidak mampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk suatu kehidupan yang layak. Kemiskinan juga berkaitan eret dengan keadaan sistem kelembagaan yang tidak mampu memberikan kesempatan yang adil bagi anggota masyarakat untuk memanfaatkan dan memperoleh manfaat dari sumber daya alam yang tersedia (Syaffrudin B, Prisma no. 3 Desember 1993). Tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan kemudian dijabarkan dalam program-program yang lebih operasional dalam Repelita V yang sebelumnya sudah tercantum dalam UUD 1945 dan GBHN.
Kemiskinan merupakan masalah lintas sektoral dan mulai disiplin oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan terjadi suatu sinergi dalam penanaggulangan kemiskinan. Adapun upayanya adalah pemenuhan kebutuhan pokok terutama ; kesehatan, air bersih, pendidikan dan perumahan bagi penduduk miskin (Soekirman, Prisma no.3 Desember 1993). Munculnya kemiskinan ini juga dilatarbelakangi oleh besarnya jumlah penduduk miskin di dunia. Bila masalah kemiskinan tidak ditanggulangi secara sungguh-sungguh selain dapat menimbulkan kerawanan sosial politik dan dapat menghambat laju pertumbuhan perekonomian negara berkembang. Dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah sekarang, untuk penanggulangan kemiskinan juga telah menunjukkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Posyandu dan pelayanan pendidikan melalui program SD Inpres (Hermanto, Prisma no. 3 Desember 1993). Karena tujuan pembangunan di Indonesia sendiri adalah untuk mensejahterakan bangsa, dengan kata lain untuk penanggulangan kemiskinan. Bank Dunia mendenifisikan kemiskinan sebagai suatu ketidak mampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (Hermanto, Prisma nomer 3 Desember 1993). Sehingga kemiskinan dalam perencanaan pembangunan memusatkan pada kelompok masyarakat di bawah garis kemiskinan. Penghapusan kemiskinan yang medesak perlu dilakukan, agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk menghapus kemiskinan (DR. Thee Kran Gie, 1981). Kemiskinan akan berakibat munculnya masalah-masalah sosial seperti munculnya gelandangan, pengemis, tuna susila, dan anak terlantar.
Fenomena anak terlantar itu terjadi di semua daerah, baik di kota besar maupun kota kecil. Demikian pula dengan Kota Madya Daerah Tingkat II X, juga tidak lepas dari permasalahan anak terlantar. Jumlah anak-anak terlantar yang tercatat pada Badan Pusat Statistik Kodia X yang bersumber pada Dinas Sosial Kodia X tahun XXXX adalah 1849 anak. Dari anak-anak yang mulai beranjak dewasa yang biasa disebut remaja harus diadakan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dinas Sosial X yang berada di bawah Departemen Sosial, punya tanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan terhadap remaja-remaja terlantar. Karena keterbatasan dalam dana dan kemampuan sumber daya, maka remaja-remaja di Kota Madya Dati II X belum semuanya mendapatkan pembinaan. Oleh karena itu Dinas Sosial masih membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak baik individu maupun kelompok. Karena masalah ini merupakan masalah bersama seluruh rakyat. Saat ini organisasi-organisasi sosial yang telah bekerja sama dalam berpartisipasi menangani masalah anak terlantar seperti lembaga swadaya masyarakat, maupun panti asuhan. Kebijaksanaan penanganan diarahkan pada upaya pemberian pelayanan kesejahteraan sosial dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan bagi remaja-remaja terlantar, memberi pelayanan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan mereka sebagai bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional, kebijaksanaan tersebut ditempuh melalui pendekatan dengan sistem panti dan luar panti, seperti yang dilakukan oleh Panti Asuhan X. Masalah ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam yaitu tentang efektifitas pendidikan lewat panti asuhan dalam pembinaan remaja dalam sebuah penelitian dengan judul “PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBINAAN PENDIDIKAN REMAJA (Studi di Panti Asuhan X tahun XXXX-XXXX)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan beberapa pokok permasalahan yaitu :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan X?
2. Bagaimana sistem rekruitmen remaja yatim piatu dan terlantar di Panti Asuhan X?
3. Bagaimana faktor penghambat dan pendorong dalam pembinaan remaja Panti Asuhan X?
4. Bagaimana peranan Panti Asuhan X dalam pembinaan pendidikan remaja dari tahun XXXX-tahun XXXX?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab dari rumusan masalah yang disebut diatas yaitu :
1. Mengetahui latar belakang berdirinya Panti Asuhan X.
2. Mengetahiu sistem rekruitmen remaja yatim piatu dan terlantar di Panti Asuhan X.
3. Mengetahui faktor penghambat dan pendorong dalam pembinaan remaja pembinaan Panti Asuhan X..
4. Mengetahui bahwa Panti Asuhan X dapat memberikan pembinaan pendidikan remaja (tahun XXXX-XXXX).

D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan sumbangan dalam Ilmu Pengetahuan khususnya tentang fenomena pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan non pemerintah
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada penulis tentang peran panti asuhan dalam pembinaan pendidikan remaja.
b. Manfaat Praktis
1. Agar penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga pemerintah atau swasta yang membutuhkan baik sebagai pengetahuan atau sebagai dasar dalam mengambil suatu kebijakan.
2. Untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Program Sejarah Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan X.
Skripsi Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Air Minum Berkarbonasi Merk Fanta (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi)

Skripsi Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Air Minum Berkarbonasi Merk Fanta (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi)

(Kode PEND-IPS-0008) : Skripsi Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Air Minum Berkarbonasi Merk Fanta (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan suatu produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merk yang mampu memberikan citra terhadap suatu produk. Suatu merek bukan hanya sekedar nama atau pembeda antara suatu produk dengan produk yang lain tetapi lebih dari itu merek mampu memberikan asosiasi tertentu dalam benak konsumennya. Begitu banyak perusahaan dengan hasil produksinya beberapa produk yang dijual di pasar tentunya harus dibedakan dengan pesaing, oleh karena itu produk tersebut harus diberi tanda, simbol atau desain yang mengidentifikasi dan mendeferensiasi dengan produk lain.Agar dapat bersaing merebut pasar maka perusahaan harus jeli dalam memberi merek produknya.
Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen tergantung pada kemampuan target pasar dalam membedakan satu produk dengan produk lainnya. Merek adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dari produk pesaingnya. Merek pada hakikatnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberi seperangkat atribut, manfaat dan pelayanan. Merek juga sangat bernilai karena mampu mempengaruhi pilihan atau preferensi konsumen. Merek yang dibangun dengan penciptaan struktur mental yang berhubungan dengan perusahaan, pada ingatan konsumen akan membantu konsumen dalam membantu melakukan keputusan pembelian. Lebih jauh merek suatu produk bisa dianggap sebagai aset terbesar bagi perusahaan karena merek yang sudah sukses di pasar mempunyai potensi yang besar untuk mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Merek yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek (brand equity) yang kuat. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk landasan merek (brand platform) yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan dengan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek dan pengukurannya sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Dewasa ini bisnis minuman ringan di Indonesia berkembang dengan pesat. Minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari warungwarung sampai toko-toko. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman ringan bukan merupakan barang mewah melainkan barang biasa. Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat besar untuk dikembangkan dengan jumlah konsumsi per kapita yang masih rendah dan penduduk berusia muda yang sangat besar. Di Indonesia bisnis minuman berkarbonasi alias bersoda diramaikan oleh Coca Cola, Sprite, Fanta, Coke serta Pepsi Cola dengan Pepsi Biru dan Miranda. Fanta merupakan merek air minum berkarbonasi dari The Coca Cola Company yang patut diperhitungkan oleh para kompetitor. Fanta merupakan minuman berkarbonasi rasa buah-buahan yang sangat menonjol. Di seluruh dunia ada lebih dari 20 jenis rasa, dengan rasa jeruk sebagai volume terbesar. Pada tahun XXXX, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah yaitu jeruk (orange) dan mangga (mango) yang disebut Fanta Oranggo, setelah tahun sebelumnya sukses dengan Fanta Nanas.
Dengan potensi pasar yang masih rendah dibanding air mineral kemasan dan teh siap saji, ditambah dengan pemain yang memenuhi pasar ini cukup banyak, sehingga persaingan bisnis minuman di kategori karbonasi ini cukup sengit.
Berdasarkan riset kinerja merek yang dilakukan oleh MARS dan SWA pada tahun XXXX dalam kategori minuman ringan bersoda didapat hasil sebagai berikut :
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Untuk mempertahankan posisinya maka Fanta harus melakukan berbagai inovasi. Fanta adalah Fun itulah konsep yang terus menerus dikomunikasikan dengan tidak lupa menggali kebiasaan konsumen di lapangan sebagai upaya inovasi.Fanta selalu melakukan inovasi dalam soal rasa baik dengan menemukan rasa baru maupun kombinasi berbagai rasa. Inovasi terakhir adalah perubahan bentuk botol yang lucu bentuknya, enak digenggam dan ada bintik embun sehingga berkesan dingin.Uniknya lagi botol ini lebih ringan 30% tapi isinya tetap 200 ml. Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul "PENGARUH EKUITAS MEREK AIR MINUM BERKARBONASI MEREK FANTA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX Jurusan X)".

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, muncul berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Strategi bisnis perlu didukung untuk mempertahankan pelanggan maupun mendapatkan pelanggan baru, sehingga perlu inovasi atas strategi bisnis yang akan ditetapkan perusahaan.
2. Persaingan untuk memperebutkan pasar dalam industri barang konsumsi sangat ketat, khususnya barang tidak tahan lama.
3. Masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan barang konsumsi, dimana keputusan untuk memilih tiap jenis barang konsumsi yang ada tergantung keinginan dan kebutuhan konsumen.
4. Merek suatu produk bisa dianggap sebagai aset besar bagi perusahaan bila merek tersebut sudah sukses di pasar, sehingga perlu dipertahankan bagi eksistensi perusahaan.
5. Keputusan konsumen dalam membeli produk minuman ringan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ekuitas merek.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk menspesifikasikan masalah pada fokus tertentu sehingga dimungkinkan dapat dikaji dan diteliti lebih mendalam tentang permasalahan tertentu. Pembatasan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh ekuitas merek air minum berkarbonasi merek Fanta terhadap keputusan pembelian berdasarkan studi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX Jurusan X.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut :
a. Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama atau simbolnya yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan.
b. Kesadaran Merek (Brand Awareness) adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
c. Asosiasi Merek (Brand Association) adalah pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk,pesaing dan sebagainya.
d. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
e. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) adalah ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah :
Variabel bebas : 1. kesadaran merek (brand awareness)
2. asosiasi merek (brand association)
3. persepsi kualitas (perceived quality)
4. loyalitas merek (brand loyality)
Variabel terikat : keputusan pembelian
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX, Jurusan X yang menjadi konsumen air minum berkarbonasi merek Fanta.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel-variabel yang ada dalam ekuitas merek yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian air minum berkarbonasi merek Fanta oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX Jurusan X?
2. Apakah variabel-variabel yang ada dalam ekuitas merek yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian air minum berkarbonasi merek Fanta oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX Jurusan X?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikasi pengaruh ekuitas merek baik secara simultan maupun parsial terhadap keputusan pembelian air minum berkarbonasi merek Fanta oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX Jurusan X.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan mengenai strategi pemasaran maupun manajemen pemasaran.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan sebagai bahan pertimbangan,perbandingan dan penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan yang bergerak dalam industri air minum berkarbonasi dalam menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya agar lebih maju.
Skripsi Hubungan Sektor Informal Dengan Kesempatan Kerja Dan Kesempatan Menyekolahkan Anak (Studi Sektor Informal Di Pinggir Jalan X)

Skripsi Hubungan Sektor Informal Dengan Kesempatan Kerja Dan Kesempatan Menyekolahkan Anak (Studi Sektor Informal Di Pinggir Jalan X)

(Kode PEND-IPS-0007) : Skripsi Hubungan Sektor Informal Dengan Kesempatan Kerja Dan Kesempatan Menyekolahkan Anak (Studi Sektor Informal Di Pinggir Jalan X)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kota sebagai pusat perekonomian yang dicirikan oleh industrialisasi sebagai penopang kekomplekan masyarakat, tidak selalu ramah kepada masyarakat didalam usaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Industrialisasi dalam proses produksinya menggunakan teknologi yang relatif canggih dan padat modal.
Dengan demikian tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan modal tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan bidang industri di sektor formal yang padat modal tersebut. Namun karena proses produksi di sektor ini menggunakan modal yang relatif besar dan canggih maka daya serap kesempatan kerja tidak dapat optimal. Selain itu dengan menyempitnya lapangan kerja akibat adanya krisis multi dimensi, khususnya krisis dibidang ekonomi dan krisis moral, yang berakibat menyempitnya lapangan kerja masyarakat dalam usaha untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, serta akibat rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa perkembangan industrialisasi sekarang ini, banyak masyarakat yang menganggur sehingga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat mengembangkan usaha dibidang formal dengan mendirikan suatu indusri tertentu karena hal tersebut memerlukan modal yang besar serta membutuhkan keahlian teknologi dan ilmu pengetahuan, maka dari itu untuk mengurangi permasalahan yang ada perlu mengembangkan sektor usaha kecil-kecilan atau biasa disebut sektor informal.
Selama pemerintahan Orde baru berkuasa, sejak awal sudah ada semacam upaya untuk menghilangkan dualisme sistem ekonomi yang ada di Indonesia, yaitu sistem ekonomi formal dan sistem ekonomi informal. Sektor informal sendiri pertama kali diketemukan oleh Keith Harth. Upaya penghilangan dualisme sistem ekonomi yang ada di Indonesia ini dilakukan dengan memformalkan semua sistem ekonomi informal yaitu memberi perijinan tertentu dan ketaatan tertentu pula yang harus dipenuhi oleh sektor-sektor informal. Secara sadar ataupun tidak ternyata upayaupaya ini justru menghambat sektor informal. Berarti pula menghambat kreativitas berwirausaha. Jika ditinjau dari apa yang dihasilkan dari sektor informal adalah barang dan jasa kebutuhan sehari-hari, maka sebenarnya ini justru harus dikembangkan. Bagaimana masyarakat mampu berkreasi untuk menciptakan semacam usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ini dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Lahirnya masa reformasi yang mana merupakan implikasi kejenuhan terhadap orde baru yang berkuasa selama 32 tahun, menghasilkan kebebasaan yang sebebasbebasnya atau dapat diartikan bahwa pada era reformasi ini banyak disalah gunakan arti makna kebebasan itu sendiri. Sektor informal itu muncul dengan bebas dan bahkan liar tanpa memperhatikan dampak awal yang muncul dan dampak pengiringnya.
Masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan dan pendidikan yang memadai merupakan komunitas terbesar sebagai pelaku kegiatan ekonomi informal, yang mana untuk memasukinya tidak memerlukan pendidikan formal dan keterampilan yang tinggi, tidak memerlukan surat-surat izin resmi serta modal besar untuk memproduksi barang dan jasa.
Sektor informal disini merupakan unit usaha yang diciptakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhan hidup yang dirasakan mereka sulit. Unit usaha sektor tersebut meliputi : Pedagang hik, rental dan pengetikan komputer, penjual sayur, toko fotokopy, tolo alat tulis, laundry, vermak pakaian dan lain-lain.

B. Identifikasi Masalah
Lahirnya era Reformasi yang diiringi dengan semakin bermunculan dan berkembangnya usaha di sektor informal, menimbulkan berbagai bentuk permasalahan baru. Penggunaan lahan tanah secara bersamaan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, ternyata berimplikasi luas. Banyak kios-kios pedagang kecil yang berjajar di sepanjang jalan dan mengelilingi pusat-pusat aktivitas masyarakat, seperti komplek perkantoran, stadion, sekolah/kampus, rumah sakit, dan lain-lain. pendirian kios-kios dagang itu ada yang bersifat legal (ada ijin usaha) maupun ilegal ( tidak mempunyai ijin )
Adanya kios-kios pedagang kecil di pinggir jalan keramaian umum tersebut mempunyai dampak yang begitu besar baik dampak positif maupun negatif. Dampak yang muncul antara lain dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. berdasarkan krisis multi dimensi diantaranya tentang krisis ekonomi yang berakibat banyaknya bidang bidang usaha industri besar yang gulung tikar (bangkrut),apakah hal tersebut menjadi penyebab semakin banyaknya pengangguran ?
2. Apakah kurangnya ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi oleh masyarakat menyebabkan banyak ditolaknya para pencari kerja di pabrikpabrik ?
3. Usaha dibidang sektor informal kurang disenangi warga masyarakat, karena sebagain besar masyarakat cenderung memilih pekerjaan di perkantoran dan menjadi pegawai negeri.
4. Sektor informal sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, tetapi sektor informal kurang diminati masyarakat sehingga perlu dilakukan motivasi untuk menekuninya.
5. Banyaknya pengangguran dan sedikitnya peluang kerja dibidang formal ,apakah bidang informal dapat mengatasi atau dapat mendatangkan kesempatan kerja ?
6. Banyaknya anak-anak putus sekolah yang disebabkan oleh selitnya ekonomi keluarga atau orang tuanya tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur, apakah munculnya sektor informal dalam masyarakat mempunyai dampak yang positif terhadap kelangsungan pendidikan anak para pedagang di sektor informal ?

C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian ini dapat terarahmaka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut :
1. Sektor Informal adalah suatu unit usaha dengan pola kegiatan tidak teratur baik waktu, modal, maupun penerimaannya, hampir tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan dari pemerintah.
2. Kesempatan Kerja adalah peluang yang dimiliki oleh para angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan sehingga dapat memperoleh upah atau pendapatan dalam suatu lapangan kerja yang tersedia.
3. Pendidikan Anak adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, baik dewasa jasmani maupun rokhani agar dapat berkembang dan tumbuh di lingkungan masyarakat serta dapat mengatasi masalah yang dihadapinya.
Ketiga variabel tersebut harus diuji secara empirik untuk mengetahui hubungan sektor informal dengan kesempatan kerja dan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir jalan X.

D. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal penting yang perlu dikaji dan diteliti lebih lanjut, yaitu :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan kerja di pinggir jalan X ?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X ?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan Sektor Informal dengan kesempatan kerja dan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X ?

E. Tujuan Penelitian
Berpedoman pada rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini ditujukan untuk beberapa hal :
1. Mengetahui hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan kerja di pinggir Jalan X
2. Mengetahui hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X.
3. Mengetahui hubungan yang signifikan Sektor Informal dengan kesempatan kerja dan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X

F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
(a) Menambah pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian ilmiah
(b) Menambah pengalaman mahasiswa dalam mengadakan penelitian
(c) Mengembangkan motivasi berpikir kritis bagi mahasiswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan sosial yang ada.
(d) Menambah referensi kajian teoritis dalam kancah ilmu sosial.
2. Kegunaan Praktis
b. Kampus
1) Memberi pengarahan kepada para pedagang untuk ikut serta menjaga kelestarian, kebersihan dan keamanan kampus dan sekitarnya.
2) Mengadakan kerja sama dengan para pedagang sekitar kampus dalam memberikan pembinaan tentang kewirausahaan.
c. Pedagang
1) Ikut serta menjaga kebersihan, kelestarian dan keamanan sekitar kampus.
2) Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki derajat kehidupan dan pendidikan anak, serta digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
3) Para orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan anak-anaknya, tidak hanya disuruh membantu dalam melakukan pekerjaan di kios.
d. Masyarakat
1) Meleburkan diri ke dalam kehidupan pedagang sekitar kampus agar lebih memahami mereka
2) Agar warga masyarakat memahami sektor informal karena sangat besar dampaknya untuk mengatasi masalah khususnya untuk menciptakan lapangan kerja, sehingga kesempatan kerja lebih luas, dan sektor informal berdampak positif terhadap berlangsungnya pendidikan anak-anak pedagang kecil serta dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Skripsi Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Guru Geografi Dalam Mengajar Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMPN di Kota X

Skripsi Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Guru Geografi Dalam Mengajar Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMPN di Kota X

(Kode PEND-IPS-0006) : Skripsi Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Guru Geografi Dalam Mengajar Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia “Mencakup semua energi keterampilan, bakat dan pengetahuan manusia yang digunakan secara potensial dapat atau harus digunakan untuk tujuan produksi dan jasa yang bermanfaat” (Idris, Zahara dan Lisma Jamal, 1992:104). Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia dapat dijelaskan sebagai berikut, hanya melalui pendidikan manusia dapat melaksanakan pasal 31 UUD 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”, yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat sebagai tuntutan konstitusional bagi rakyat Indonesia yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Proses pendidikan khususnya di Indonesia, bukan merupakan suatu proses yang statis. Dalam arti selalu terjadi perubahan yaitu berupa penyempurnaan-penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Langkah ini adalah langkah awal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perlu diketahui bahwa pembangunan bidang pendidikan amatlah esensial untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa/negara.
Pendidikan di Kota X sendiri juga sudah mengalami kemajuan pesat. Karena pendidikan di Kota X merupakan proses yang dinamis, selalu terjadi perubahan demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Proses tersebut antara lain dengan senantiasa mengikuti perubahan kurikulum seperti yang ditetapkan pemerintah, seperti perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004. Oleh karena proses pendidikan di Kota X merupakan proses yang dinamis, maka perlu pemroses yang profesional (dalam hal ini guru) untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk menciptakan guru yang profesional ini pemerintah telah berusaha dengan berbagai macam, salah satunya dengan usaha yang terakhir dengan adanya program penyetaraan.
Peningkatan kualitas ini terlihat pada segala jenjang pendidikan. Khusus untuk pendidikan tingkat SMP kualitas pendidikannya menekankan pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara. Usman (2005:145). Di Kota X terdapat banyak sekolah menegah pertama baik negeri maupun swasta atau yang sederajat. Kalkulasinya adalah untuk SMP Negeri terdapat 27 buah, SMP swasta 43 buah dan 7 sekolah MTs.
Sardiman (1990:192) mengatakan bahwa dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar perlu adanya keterampilan mengajar. Sebagai seorang pendidik guru geografi pada khususnya untuk mengajar ia harus berbekal berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar mempersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan sesuai dengan hakekat pengajaran geografi. Fairgrieve dalam Sumaatmadja (1996:16) mengemukakan nilai edukatif pengajaran Geografi yaitu “Berfungsi mengembangkan kemampuan peserta didik sebagai calon warga masyarakat dan warga negara dan melatih untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan di permukaan bumi pada umumnya”. Mengingat peran geografi tersebut, sangatlah besar pengaruh guru geografi dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Guru geografi dituntut memiliki keterampilan belajar dan mengajar, karena cara mengajar guru yang tidak tepat akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan hasil interkasi berbagai komponen pendidikan. Purwanto (1990:102) yang menyatakan “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari dua golongan yaitu: faktor individual dan faktor sosial”. Faktor individual terdiri atas kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, persepsi dan sifat-sifat pribadi. Sedangkan faktor sosial terdiri atas keluarga, guru dan cara mengajar, fasilitas belajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, motivasi sosial. Termasuk di dalam faktor individual adalah persepsi yang dimiliki siswa. Persepsi sendiri adalah proses mengenal dan mamahami orang lain, jika persepsi yang dimiliki siswa baik, maka prestasinya dapat menjadi baik. Dengan demikian kecakapan dan keterampilan guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis ingin meneliti apakah persepsi yang dimiliki siswa terhadap gurunya berhubungan erat terhadap prestasi belajarnya? Oleh karenanya penulis memberi judul “Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Guru Geografi dalam Mengajar dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP Negeri di X Tahun Pelajaran XXXX/XXXX.”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka timbul beberapa masalah yang berkaitan dengan persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII di SMP Negeri X. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Cara mengajar guru geografi yang tidak tepat dapat mempengaruhi prestasi belajar Geografi siswa.
2. Adanya faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Faktor internal terdiri atas unsur-unsur kepribadian tertentu, termasuk di dalamnya adalah persepsi. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial, termasuk di dalamnya guru geografi dalam mengajar.
4. Persepsi yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, maka pencapaian terhadap prestasi belajarnya berbeda pula.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan mempunyai arah yang pasti maka dilakukan pembatasan masalah. Oleh karena itu penelitian ini hanya akan meneliti mengenai persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII tahun pelajaran XXXX/XXXX di SMP Negeri X. Variabelnya sebagai berikut:
Variabel bebas (x) : Persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar
Variabel terikat (y) : Prestasi belajar geografi siswa kelas VIII

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII tahun pelajaran XXXX/XXXX SMP Negeri di X?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri di X tahun pelajaran XXXX/XXXX.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a) Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kependidikan, utamanya pada proses belajar mengajar di bidang pembelajaran Geografi.
b) Diharapkan dapat menambah khasanah pustaka baik di tingkat program Geografi, jurusan, fakultas maupun universitas lain.
c) Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain.
2. Manfaat Praktis
a) Sebagai masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan bagaimana sikap seorang guru dalam belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri siswa terhadap guru.
b) Bagi siswa, memberi masukan untuk berusaha memiliki persepsi yang positif pada guru, utamanya terhadap guru geografi.
Skripsi Hubungan Gaya Kepemimpinan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X

Skripsi Hubungan Gaya Kepemimpinan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X

(Kode PEND-IPS-0005) : Skripsi Hubungan Gaya Kepemimpinan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dunia usaha benar-benar dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi di setiap kegiatannya. Peningkatan efisiensi sumber daya manusia pada setiap kegiatannya adalah salah satu usaha mengatasi situasi dunia usaha di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Secara umum sumber daya yang terdapat dalam perusahaan dibagi menjadi dua golongan, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya nonmanusia. Semua orang yang menjalankan segala aktivitas perusahaan merupakan sumber daya manusia. Sedangkan yang termasuk sumber daya nonmanusia diantaranya : mesin, modal, teknologi, dan lain-lain.
Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia di perusahaan, unsur manusia adalah sumber daya yang paling menentukan dan penting dibandingkan dengan unsurunsur sumber daya yang lain. Salah satu yang menyebabkan pentingnya sumber daya manusia adalah betapapun tingginya suatu teknologi, cepatnya informasi yang beredar, tersedianya modal yang cukup, namun manusia tetap merupakan unsur penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Karena semuanya tetap memerlukan campur tangan manusia dalam mengendalikannya.
Betapapun bagusnya perumusan tujuan dan rencana-rencana perusahaan, hanya akan sia-sia jika tidak di dukung dengan sumber daya manusia yang ada. Suatu perusahaan didirikan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, diantaranya adalah untuk memperoleh laba serta untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Meningkatkan produktivitas kerja merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan agar dapat bertahan dan bersaing di masa sekarang ini. Perusahaan harus memperhatikan sumber daya manusianya sehingga produktivitas kerja yang tinggi dapat dicapai. Produktivitas kerja sangat diperlukan bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga manusia dalam jumlah yang relatif banyak, karena produktivitas merupakan hasil yang dicapai tenaga manusia berdasarkan perbandingan jumlah waktu yang diperlukan. Apabila karyawan hanya menitikberatkan pada segi kuantitas saja, maka hal ini dapat menurunkan kualitas produk yang dihasilkan dan akan merugikan perusahaan.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, diperlukan usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam upaya peningkatan produktivitas kerja erat kaitannya dengan kerja seorang pemimpin. Pada kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kerja dan terutama tingkat produktivitas suatu perusahaan. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan, sasaran dan dalam kondisi tertentu. Pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya berusaha mempengaruhi tingkah laku dan memotivasi bawahannya.
Pemimpin berupaya agar para karyawannya mau dan mampu bekerja secara optimal ke arah produktivitas kerja. Gaya kepemimpinan perlu diperhatikan seorang manajer ketika menjalankan fungsinya sebagai seorang pemimpin . Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Jadi gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara bagi seorang pemimpin untuk menggerakkan bawahannya dalam menjalankan operasional perusahaan agar pekerjanya bekerja dengan baik. Dengan gaya kepemimpinan, dapat diketahui potensi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang yang disegani, dipatuhi dan diteladani. Gaya kepemimpinan yang efektif akan sangat membantu keberhasilan pencapaian tujuan suatu perusahaan. Seorang pemimpin yang baik haruslah pandai memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan apa yang terbaik yang harus diterapkan sehingga ia dapat mengetahui tindakan apa yang sebaiknya dilakukan dan mengerti akan kebutuhan para karyawannya, yang nantinya berdampak pada cara kerja karyawan terhadap tugas yang diberikan dan pada akhirnya produktivitas kerja yang diharapkan dapat tercapai.
Untuk mencapai keefektifan dan keefisienan proses produksi maka perusahaan menggunakan teknologi yang ada, dari teknologi sederhana, teknologi maju dan sangat maju. Pemanfaatan hasil teknologi tentunya membawa akibatakibat yang harus dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, semakin tinggi pula pengetahuan dan keterampilan karyawan yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaannya. Kelalaian dan kesalahan pelaksanaan operasinya akan mengakibatkan kemungkinan bahaya yang besar. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perusahaan dapat menimbulkan kerugian yang besar baik dari segi modal maupun sumber daya manusia.
Produktivitas kerja merupakan tujuan bagi setiap manajer. Selain memperhatikan masalah gaya kepemimpinan, perusahaan juga harus memperhatikan tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Karena salah satu kendala dalam pencapaian tujuan tersebut adalah sakitnya karyawan. Apabila karyawan sakit akan membawa kerugian bagi perusahaan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukanlah masalah yang kecil. Yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja kemungkinan besar adalah karena rendahnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Demikian halnya dengan PT. X sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tekstil yang memiliki karyawan dalam jumlah yang relatif banyak, dalam proses produksi menggunakan mesin-mesin berat dan bahan yang mengandung zat kimia pastilah tidak terlepas dari permasalahan diatas. Dalam usahanya meningkatkan produktivitas kerja karyawan agar hasil produksi meningkat sesuai dengan tujuan perusahaan, maka pemimpin perusahaan berusaha menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif, sehingga mampu mempengaruhi karyawan agar mau bekerja sesuai dengan keinginan pemimpin dan tercipta hubungan kerja yang harmonis. Hubungan kerja yang harmonis dapat tercipta apabila pemimpin mampu mengadakan kerjasama yang baik antara pemimpin dan semua karyawannya. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemimpin dan semua karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya maka akan diperoleh produktivitas kerja yang tinggi.
Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah mengetahui keinginan dan kebutuhan karyawan serta berusaha untuk memenuhinya. Pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu kebutuhan karyawan. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sasarannya adalah kondisi dan tempat kerja yang aman dan sehat. Dengan diterapkannya program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja maka karyawan akan bekerja dengan aman serta nyaman sehingga akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat dan semangat lagi dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang ada, penulis berkeinginan mengadakan penelitian dengan mengambil judul : “HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. X TAHUN XXXX”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah persaingan yang semakin ketat dalam pemasaran produk tekstil menuntut perusahaan untuk memiliki strategi-strategi tertentu agar dapat bersaing dengan perusahaan lain?
2. Apakah hubungan yang kurang harmonis antara pimpinan dan pegawai dapat menyebabkan turunnya produktivitas kerja?
3. Apakah seorang pemimpin yang kurang menerapkan gaya kepemimpinan dengan baik akan menyebabkan karyawan tidak bekerja dengan sungguhsungguh sehingga produktivitas kerja akan menurun?
4. Bagaimanakah pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di PT. X?
5. Apakah kurangnya pengetahuan dan kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di PT. X dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja?
6. Apakah seorang pemimpin yang kurang memperhatikan dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja akan menurunkan produktivitas kerja?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian berbagai masalah muncul secara bersamaan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk mengadakan penelitian secara menyeluruh. Mengingat banyaknya permasalahan dan keterbatasan kemampuan peneliti, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah-masalah yaitu hubungan gaya kepemimpinan, keselamatan dan kesehatan kerja dan produktivitas kerja. Untuk lebih jelasnya, peneliti kemukakan penjelasan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku seorang pemimpin yang ia gunakan dalam usaha mempengaruhi bawahannya agar bekerja dengan baik.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang aman dan sehat yang membuat karyawan merasa tenang dalam bekerja.
3. Produktivitas kerja adalah suatu usaha yang dicapai karyawan dalam usaha memaksimalkan segala sumber yang ada berdasarkan waktu yang digunakan dan kualitas dari barang yang dihasilkan.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah untuk mengungkapkan pokok-pokok pikiran secara sistematis sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap suatu penelitian sehingga akan mudah dipahami.
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX?
3. Apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan, keselamatan dan kesehatan kerja secara bersama dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX?

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian tentu mempunyai maksud dan tujuan. Berdasarkan perumusan masalah yang ada maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan, keselamatan dan kesehatan kerja secara bersama dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan ini penting dengan harapan dapat memberikan kegunaan dalam menjawab permasalahan yang ada. Disamping itu diharapkan mempunyai kegunaan teoritis untuk mengembangkan ilmu lebih lanjut maupun kegunaan praktis menyangkut pemecahan-pemecahan masalah yang aktual. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai pendorong bagi perusahaan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif agar karyawan mau dan mampu bekerja secara optimal sehingga produktivitas kerja meningkat.
2. Dapat digunakan sebagai pendorong bagi perusahaan untuk memperbaiki palayanaan keselamatan dan kesehatan kerja agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam bekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.
3. Dapat digunakan sebagai pendorong bagi poerusahaan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan memperbaiki pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja agar proses produksi menjadi lancar sehingga produktivitas kerja meningkat.