Search This Blog

SKRIPSI PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

(KODE : PG-PAUD-0081) : SKRIPSI PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

contoh skripsi paud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan terpenting dan pertama yang harus diberikan oleh seorang pendidik adalah menanamkan keyakinan pada anak, yang mana ini diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian tersebut berlangsung secara berangsur-angsur dan berkembang sehingga menjadi proses menuju kesempurnaan.
Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara efektif, maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh adanya metode pembelajaran yang merupakan suatu bagian yang sangat urgen dalam sistem pembelajaran. Yang dimaksud dengan metode disini adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru guna kepentingan proses pengajarannya.
Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode penaburan benih, pendirian serta pondasi yang dapat disebut sebagai periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia. Agar manusia kelak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berdiri tegar dalam meniti kehidupan.
Sebagaimana hadits Nabi : 
“Dari Abi Hurairoh sesungguhnya dia berkata bahwa rasulullah SA W. Bersabda : Tidaklah ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tualah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Muslim)."
Pendidikan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok sebagai pembentukan manusia menjadi insan kamil (manusia sempurna) atau yang memiliki kepribadian utama. Maka dari itu, hendaklah pendidikan menyentuh aspek yang bersinggungan langsung dengan ilmu umum agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur dalam cerita tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Untuk itulah tumbuh kepentingan dalam mengambil manfaat dari adanya sebuah cerita.
Metode cerita tampaknya memang merupakan metode yang sederhana namun dapat menarik interest seseorang lebih-lebih jika diterapkan untuk pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, proses pendidikan pada anak dapat dilakukan oleh orang tua dan para pendidik melalui suri tauladan dengan contoh-contoh perilaku maupun dengan cerita-cerita yang dapat mendukung sikap dan nilai-nilai yang baik.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai fakta di lingkungan sebagai stimulan terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Pada usia dini tersebut anak masih mempunyai pola pikir sederhana, mereka belajar apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar kemudian mereka cenderung mencontoh dari apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Pengalaman tersebut nantinya akan terekam kuat dalam otak mereka. Jika lingkungan di sekitarnya baik, maka besar kemungkinan anak tersebut akan baik, begitu juga sebaliknya.
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia dua sampai enam tahun. Orang tua menyebutnya sebagai usia problematis/usia sulit karena memelihara/mendidik mereka sulit; disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak waktunya dihabiskan untuk main. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas satu SD. Manusia akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah adanya interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung.
Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian sesudah tahun pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang sangat fundamental. Tingkah laku sosial interaktif seperti tingkah laku kooperatif, altruistis dan agresif banyak dipengaruhi oleh latar belakang struktural yang disebut ‘‘role taking” (pengambilan peran) dan egosentrisme. Dalam buku ‘‘Denken over jezelf en ander” (berfikir tentang diri dan orang lain) (Gerris, Jansen, dan Badal, 1980) diterangkan bahwa perkembangan sosial dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kognisi sosial, artinya pengertian akan tingkah laku orang lain : kecakapan dalam bergaul dengan orang lain seperti sikap altruistis dan kooperatif : dan nilai-nilai sosial, artinya ‘‘berfikir dan bertindak dalam kenyataan sosial, berlangsung atas dasar pemilikan nilai-nilai”.
Dalam filsafat perkembangan dan pertumbuhan, disamping memperhatikan individualitas anak juga harus memperhatikan masyarakat dimana ia tumbuh dan dewasa. Lingkungan sosial inilah yang memberi fasilitas dan area-bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi diri. Oleh karena itu, anak tidak mungkin bisa berkembang sendiri tanpa bantuan dari lingkungan sosialnya (orangtua, lembaga pendidikan, dll). Setiap tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, karena mempunyai relasi kaitan dengan orang lain baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang dewasa.
Usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan. Untuk itu, saat yang paling baik memberikan pendidikan anak adalah pada usia dini. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dilakukan pada saat usia dini yang dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Masa ini merupakan masa ekspresi kreativitas, seperti bermain boneka, suka mendengarkan atau bercerita, permainan drama, menyanyi, menggambar dan lain sebagainya.
Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, keramahan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
Proses pembelajaran akan berhasil apabila didukung oleh berbagai faktor dan aspek tertentu, diantaranya adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang terarah dalam proses belajar mengajar sehingga pengajaran menjadi lebih berkesan dan terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat dapat memudahkan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kondisi riil yang terjadi di obyek penelitian yaitu dalam penyampaian cerita masih memiliki banyak kendala. Hal itu disebabkan kurangnya minat dari anak dalam mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru dan kemampuan guru yang relatif rendah dalam menyampaikan cerita yang menarik
Dari uraian dan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul ‘‘PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK”.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »