(KODE : PG-PAUD-0069) : SKRIPSI MODEL PENGASUHAN ANAK DI KEPALA KELUARGA WANITA PADA POSYANDU X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak Usia Dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan dalam usia itu dikatakan sebagai "golden age" (usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik yang khas, baik secara psikis, sosial dan moral. Maka orang tua harus benar-benar memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, karena orang tua merupakan figure bagi anak dalam keluarga. Teori sistem keluarga lebih menekankan bahwa keluarga sebagai sebuah sistem yang utuh, di dalamnya terdiri bagian-bagian struktur. Pola organisasi tiap anggota keluarga memainkan peran tertentu. Dalam keluarga, juga terjadi pola interaksi antara anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pola interaksi sosial anak. (Hurlock, 1978 : 38-39).
Keluarga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai microsystem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya. Keluarga sebagai tempat sosialisasi dapat didefinisikan menurut term klasik. Definisi klasik (struktural-fungsional) tentang keluarga menurut sosiolog George Murdock adalah kelompok sosial yang bercirikan dengan adanya kediaman, kerjasama ekonomi dan reproduksi. Keluarga terdiri dari dua orang dewasa dari jenis kelamin berbeda, setidaknya keduanya memelihara hubungan seksual yang disepakati secara sosial, dan ada satu atau lebih anak-anak yaitu anak kandung atau anak adopsi, dari hasil hubungan seksual secara dewasa.
Pada usia dini stimulasi yang diberikan kepada anak harus optimal karena berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak tersebut. Anak akan merasa bahagia bila didukung oleh kedua orang tua yang utuh dan tinggal dalam satu rumah menjadi keluarga yang bahagia. Ternyata banyak juga orang tua yang tidak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Pola asuh keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan perilaku anak. Jika dalam keluarga orang tua tidak bisa memperhatikan anak kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang kurang baik. Sebaliknya jika orang tua memperhatikan perkembangan anak pasti anak akan berkembang sesuai dengan usianya.
Harapan orang tua single parent belum sepenuhnya sesuai dengan kenyataan yang dihadapi meski mereka mengaku sangat menyayangi anaknya karena mereka sendirilah yang mendidik dan mengasuh anak-anak tersebut tanpa bantuan orang lain. Kekurangan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua single parent sangat banyak sehingga belum maksimal dalam mendidik anaknya. Ikatan batin orangtua single parent sangat kuat dengan anak-anaknya dibandingkan dengan orangtua pada umumnya dengan anak-anak mereka. Para orangtua single parent mendidik dan mengasuh anak dengan penuh kasih sayang lebih daripada orangtua pada umumnya. Sebagai orang tua yang hanya seorang diri mengasuh anaknya, kedekatan psikologis dengan anaknya sangat mempengaruhi pola hubungan mereka. Hal inilah yang biasanya kurang diperhatikan oleh orangtua karir yang mempekerjakan seseorang untuk menjadi pengasuh anak-anaknya ketika mereka sedang pergi bekerja. Pola pengasuhan yang dilakukan dalam keluarga single parent adalah pengajaran (instructing), pengganjaran (rewarding) dan pembujukan (inciting). Hal-hal yang diajarkan orangtua single parent kepada anak menyangkut kehidupan sehari-hari, antara lain masalah (1) sopan santun, (2) kedisiplinan, (3) pekerjaan sehari-hari, (4) penanaman nilai-nilai keagamaan. (http://henywulandari.blogspot.com/urgensi-penddikan-anak-usia-dini).
Perbedaan pola pengasuhan antara ayah single parent dengan ibu single parent adalah dalam hal pengajaran, ayah single parent kurang sabar dan kurang telaten, sedangkan ibu single parent lebih sabar dan lebih telaten dalam hal pengajaran. Mengenai hukuman dan penghargaan juga berbeda, ayah single parent memberikan hukuman berat, tetapi ibu single parent lebih ringan hukumannya meskipun tujuannya sama yaitu agar anak menjadi disiplin dan bertanggung jawab. Penghargaan yang diberikan pun juga berbeda pula. Bagi ayah single parent, penghargaan yang diberikan sering berupa barang, sedangkan pujian jarang sekali. Berbeda dengan ibu single parent, mereka lebih sering memberikan penghargaan berupa pujian meskipun kadang juga berupa barang. Disamping itu, dalam melakukan pembujukan pun juga berbeda, ayah single parent kurang sabar dalam melakukan pembujukan, sedangkan ibu single parent lebih sabar dan telaten dalam melakukan pembujukan.
Pola pengasuhan anak memiliki varian yang sangat beragam. Berbagai alternatif pola pengasuhan anak dalam implementasinya semestinya disesuaikan dengan kultur keluarga. Dengan demikian, pilihan atas model pengasuhan menjadi bergantung pada setting keluarga. Pola pengasuhan anak pada keluarga dengan kedua orangtua bekerja akan berbeda pada keluarga dengan istri hanya bertindak sebagai ibu rumah tangga. Pola pengasuhan anak harus diambil dengan pola positive parenting. (http://karambiabusuak.blogspot.com).
Keutuhan keluarga sangatlah penting bagi anak-anak yang dibesarkan dari keluarga tersebut. Berbeda halnya dengan anak-anak yang tinggal hanya dengan salah satu orang tuanya saja dan disebut dengan orang tua tunggal (single parent). Anak yang tinggal dengan orang tua tunggal akan berdampak pada perkembangan anak tersebut. Biasanya orang tua tunggal terjadi jika orang tua mengalami perceraian atau salah satu orang tua (ayah atau ibu) meninggal dunia. Sekarang banyak juga orang tua tunggal akibat dari pergaulan bebas dan hamil kemudian tidak ada suaminya itu juga bisa menjadi sebab terjadinya orang tua tunggal. Dengan kejadian itulah anak tinggal dan dibesarkan dengan salah satu orang tua.
Tidak mudah menjadi orang tua tunggal, selain harus membesarkan anaknya sendirian orang tua harus siap menerima resiko dari orang tua, keluarga dengan resiko dikucilkan untuk sementara bahkan selamanya. Belum lagi mejadi bahan pembicaraan oleh teman maupun tetangga. Untuk menjalani ini semua mereka harus memiliki kekuatan hati dan day a juang yang tinggi. Mereka harus berperan ganda selain mencari nafkah mereka juga harus mendidik dan membesarkan anak-anaknya seorang diri, dan bagaimana harus bisa mengatur waktu buat dirinya sendiri.
Di samping itu selain mendidik dan membesarkan anaknya seorang diri, mereka juga harus kehilangan masa mudanya seperti teman seumuran mereka yang belum mempunyai anak. Waktu mereka hanya dihabiskan untuk bekerja dan mengasuh anaknya. Kebanyakan dari mereka menjadi orang tua tunggal karena bercerai dengan suaminya dan mereka harus membesarkan anak seorang diri. Berpisah pun sang ayah tidak memberikan nafkah. Tidak mudah menjadi orang tua tunggal, mereka harus berjuang keras untuk mendidik dan membesarkan anaknya agar menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tua.
Pengaruh orang tua tunggal pada anak yakni anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang optimal dari orang tuanya. Pengasuhan orang tua pun tidak maksimal pada anak, padahal anak usia dini perlu perhatian yang lebih dari orang tuanya. Pengasuhan yang kurang tepat akan berdampak pada perkembangannya pula, sebaiknya orang tua memberikan pengasuhan yang benar-benar dibutuhkan seorang anak untuk kebahagiaan di masa depannya.
Orang tua tunggal biasanya hidupnya masih bergantung pada orang tuanya. Terkadang untuk mengasuhnya diberikan kepada orang tuanya. Mereka biasanya hanya memikirkan bagaimana cara agar bisa mendapatkan nafkah untuk menghidupi anaknya. Terkadang anak lebih patuh sama nenek atau kakeknya daripada sama orang tuanya. Mereka mengasuh anaknya kalau sore hari atau sesudah pulang bekerja.
Dalam pengasuhan orang tua juga harus mengetahui kesehatan dan gizi anaknya. Untuk mengetahui kesehatan dan gizinya orang tua biasanya membawa anaknya ke Posyandu terdekat di desanya khususnya Desa X. Desa X yang terdiri dari 2 Dusun mempunyai tekad yang kuat untuk memajukan masyarakat dengan cara pembangunan fisik dan nonfisik secara swadaya. Demikian juga dengan pembangunan di bidang kesehatan, untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang baik serta masyarakat yang peduli dan tanggap terhadap kesehatan maka telah dikembangkan program Desa Sehat Mandiri (DSM). Dengan pengembangan DSM di Desa X telah terbentuk organisasi kesehatan desa yaitu Forum Kesehatan Desa (FKD).
Posyandu Desa X bukan hanya untuk balita saja tetapi juga untuk kesehatan lansia (lanjut usia). Posyandu di X terbentuk pada tahun 1987 dengan bimbingan dan arahan dari Dinas/Instansi terkait yang tergabung dalam Pokjanal Posyandu baik di tingkat Desa, Kecamatan maupun Kabupaten. Desa X mempunyai 5 posko posyandu yang masing-masing di setiap RT ada posyandu. Masing-masing pos ada pengurusnya yang mengurusi semua masalah posyandu. Posyandu dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Selain itu ada penyuluhan kesehatan dari Dinas Kesehatan (Puskesmas) Desa X.
Harapan orangtua single parent terhadap anaknya sangat besar, sehingga tujuan dari apa yang dilakukan oleh orangtua single parent hanya untuk kesehatan, gizi, dan kebahagiaan anak-anaknya.
Pada kenyataan yang ada masyarakat pedesaan khususnya pada masyarakat petani padi yang hanya memiliki pendapatan tidak lebih dari untuk kebutuhan pokoknya saja, sehingga untuk biaya pendidikan anaknya perlu pertimbangan yang matang. Mungkin bagi petani yang hanya memiliki areal tanah kecil atau sebagai buruh tani, hanya mampu menyekolahkan anaknya pada sekolah yang relatif murah atau bahkan petani tersebut tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya. Sementara bagi petani padi yang memiliki areal tanah luas, lebih mudah untuk menyekolahkan anaknya dimanapun sang anak memintanya. Bahkan petani tersebut mampu untuk melanjutkan sekolah anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Lain hal pula dengan orang tua yang bekerja sebagai buruh. Mereka mengandalkan penghasilan setiap satu bulan sekali atau satu minggu sekali. Sebagian besar yang orang tuanya bekerja sebagai buruh anaknya mereka titipkan pada kakek atau neneknya. Meski hanya sebagai buruh orang tua menginginkan anaknya mendapat pendidikan yang layak. Biasanya anaknya disekolahkan di sekolah yang dekat dengan rumahnya supaya bisa mengontrol. Dan orang tua harus bisa membagi penghasilannya untuk kebutuhan dan untuk pendidikan anaknya. Orang tua hanya bisa berharap agar bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui "Model Pengasuhan Anak Di Kepala Keluarga Wanita Pada Posyandu Desa X".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model-model pengasuhan anak bagi kepala keluarga wanita di Desa X ?
2. Bagaimana perbedaan model pengasuhan antara kepala keluarga sebagai buruh pabrik dan buruh tani ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan model pengasuhan anak bagi keluarga wanita di Desa X
2. Membedakan model pengasuhan antara kepala keluarga sebagai buruh pabrik dan sebagai petani
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang model-model pengasuhan anak bagi kepala keluarga wanita yang tanpa suami dan dapat mengetahui perbedaan model pengasuhan antara kepala keluarga sebagai buruh pabrik dan sebagai petani.
2. Manfaat Praktis
a. Orang tua, lebih memperhatikan perkembangan anaknya dan dapat memilih pola pengasuhan yang tepat buat anaknya.
b. Pengajar, dapat lebih memahami sikap dan perilaku yang timbul pada anak didiknya akibat pengasuhan orang tua tunggal, sehingga perkembangan anak didik dapat optimal tanpa gangguan.