Search This Blog

Skripsi Pelaksanaan Home Schooling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Taman Pembinaan Anak Sholeh (TAPAS) X

(Kode PEND-AIS-0008) : Skripsi Pelaksanaan Home Schooling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Taman Pembinaan Anak Sholeh (TAPAS) X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tak hanya terbatas belajar disekolah. Demikian pula, sistem pendidikan tak hanya ada dalam bentuk formal sebagaimana yang umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada bentuk-bentuk pendidikan lain yang dikenal dan diakui dalam sistem pendidikan nasional yang berlaku di Indonesia.1 Sistem pendidikan nasional mengakui ada 3 jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Ketiga jalur pendidikan itu saling melengkapi dan memperkaya (pasal 13).2
Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (pasal 1). Jalur pendidikan non formal aalah jaur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (pasal 1). Jalur pendidikan ini diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan non formal adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis taklim serta satuan pendidikan sejenis (pasal 26). Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1). Secara eksplisit Undang-undang sisdiknas mengakui eksistensi pendidikan berbasis keluarga dan lingkungan. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2). 3
Belakangan ini, konsep belajar di rumah atau dikenal sebagai homeschooling nampaknya menjadi fenomena menarik dalam dunia pendidikan. Pasalnya sekolah formal selain dianggap kurang memberi perhatian besar kepada peserta didik, juga dianggap kurang efektif dan efisien dalam rangka menjawab pemenuhan kebutuhan kecerdasan siswa didik, yakni intelektual, emosional dan spiritual. 4
Homeschooling berkembang dengan banyak alasan, salah satunya pertumbuhan Homeschooling banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan Homeschooling. Mereka memilih cara tersebut dengan berbagai alasan dengan keragaman, latar belakang sosial (religius, sekuler, kaya, kelas menengah, miskin, kota, pinggiran, pedesaan), dan profesi (dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum).
Naifnya, ketika peserta didik tidak mampu menyerap pelajaran di ruang kelas, mereka diajak untuk belajar lagi di luar kelas, misalnya dengan mengikuti les, pelajaran tambahan, ataupun bimbingan belajar. Padahal bidang studi yang mereka pelajari sama dengan yang mereka pelajari di ruang kelas. Sistem belajar seperti ini tidak hanya menambah beban bagi mereka, tetapi juga akan membuat mereka merasa bosan karena ada proses pengulangan (repetisi) bahan pelajaran. Sekolah formal juga harus mencakupi target pencapaian yang hanya mementingkan nilai sehingga para siswa sering berusaha mempertaruhkan apapun untuk memperoleh nilai yang tinggi dengan cara yang curang, misalnya menyontek. Cara belajar seperti ini justru akan menghambat cara berpikir positif dan cara menghadapi masa depan kehidupannya. Mereka akan cenderung mencari jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan hidup.5
Disamping itu, ditengah keraguan terdapat mutu pendidikan nasional sekaligus mahalnya biaya sekolah berstandar internasional, model pendidikan homeschooling dirasa bisa menjadi model sekolah alternatif. Lebih dari itu, ia juga bisa menjadi solusi jitu memerdekakan pendidikan di Indonesia yang selama ini masih terbelenggu oleh sistem kekuasaan hegemonik. Misalnya gonta-gantinya kurikulum terus berlangsung sembari merubah buku ajaran dan menaikkan biaya sekolah.
Hal itu membuat tujuan utama pendidikan menjadi terlupakan. Orang tua dan siswa serta para guru lebih mengedepankan nilai di bidang kualitas pribadi dan minat siswa.6
Homeschooling dengan konsep pendidikan berbasis rumah, seorang anak bisa lebih dekat dengan keluarga karena sejak dalam kandungan, anak telah memulai aktifitas belajarnya terutama dari ibunya dengan mengandalkan nikmat pendengarannya. Dalam perkembangan dunia, nikmat mendengar dapat berfungsi terlebih daripada penglihatan dan hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qur'an surat Al-Insan : 2 yang berbunyi :
Artinya : ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan : 2)
Ketika ia lahir, keberhasilan proses belajar akan di pengaruhi oleh kondisi keluarga terutama kedua orang tua.7 Karena menurut pengamat pendidikan Nibras OR. Salim, posisi ibu bagaikan madrasah bagi anak-anaknya : Al-Ummu Madrasatun (????? ???). Dalam konteks semacam itu, mereka (anak-anak) semestinya mendapat perhatian lebih dari seorang ibu, jadi mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan buah hatinya.8
Melalui pendidikan alternatif ini diharapkan bisa mencapai tujuan proses belajar mengajar yaitu kecerdasan intelektual, emosional dan kecerdasan spiritual. Akan tetapi dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil salah satu dari kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan spiritual. Karena krisis akhlak yang menimpa Indonesia berawal dari lemahnya penanaman nilai terhadap anak pada usia dini. Pembentukan akhlak terkait erat dengan kecerdasan emosi. Sementara itu kecerdasan itu tidak akan berarti tanpa di topang oleh kecerdasan spiritual. Pra sekolah atau usia balita adalah awal yang paling tepat untuk menanamkan nilainilai kepada anak. Namun, yang terjadi sebaliknya, anak lebih banyak dipaksa untuk mengeksplorasi bentuk kecerdasan yang lain, khususnya kecerdasan intelaktual, sehingga anak sejak awal sudah ditekankan untuk selalu bersaing menjadi yang terbaik, sehingga menyebabkan tercerabutnya kepekaan anak.
Sementara itu, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat kurang memberikan dukungan terhadap penumbuhan kecerdasan spiritual pada anak. Di lingkungan keluarga, anak lebih banyak berinteraksi dengan sesuatu yang justru menyebabkan semakin jauhnya kepekaan anak.
Saat ini, kita kesulitan mencari sosok manusia seperti yang pernah ditemui Umar bin Khattab dimasa pemerintahannya. Ketika itu, Umar meminta kepada seorang anak untuk menjual seekor kambing kepada Umar. Tetapi apa yang terjadi, walaupun sang pemilik kambing itu tidak mengetahui, pemuda tadi berkeberatan untuk menjual salah satu kambingnya. Dan yang menarik adalah dialog antara Umar dan pemuda tersebut kita Umar terus mendesak bahwa sang majikan tidak melihatnya, apa kata sang remaja? Dimana Allah? Sebuah jawaban yang menggetarkan hati Umar, remaja seperti ini sangat sulit kita temukan dimasa kini.
Sosok remaja dimasa Umar bukanlah sosok yang hadir begitu saja di tengah kita. Tetapi memerlukan proses pembentukan, dan usia dinilah usia emas untuk pembentukan akhlak tersebut. Orang tua dan lembaga pendidikan adalah tempat yang dapat menciptakan terciptanya anak yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi yang akan memberi dasar bagi terciptanya generasi yang memiliki akhlak mulia.9 Jadi timbul pertanyaan apakah dengan homeschooling kita bisa mengembangkan kecerdasan spiritual anak?
Dari pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Pelaksanaan Homeschooling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Taman Pembinaan Anak Sholeh (TAPAS)X.”

B. Urgensi Masalah
Adapun urgensi masalah dalam pemilihan judul skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Ingin memberikan informasi sebagai tambahan pengetahuan dari hasil penelitian tentang judul skripsi yang penulis tentukan yaitu ” Pelaksanaan Homeschooling dalam Mengembangkan Kecerdasan spiritual Anak di TAPAS X”.
2. Adanya anggapan penulis tentang banyaknya masyarakat umum yang berpendapat bahwa homeschooling adalah sekolah mahal yang hanya untuk kalangan tertentu saja.
3. Mengingat eksistensi anak adalah sangat mendasar peranannya maka sudah sepatutnya orang tua lebih bertanggung jawab terhadap kecerdasan spiritual anak, memberikan perhatian secara khusus dan serius terhadap nilai-nilai agama karena pendidikan yang lebih utama adalah di rumah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan Homeschooling di TAPAS X?
2. Bagaimana perkembangan kecerdasan spiritual anak di TAPAS X?
3. Bagaimana pelaksanaan Homeschooling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di TAPAS X?

D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Homeschooling di TAPAS X.
2. Untuk mengetahui perkembangan kecerdasan spiritual di TAPAS X.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Homeschooling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di TAPAS X.

E. Kegunaan Penelitian
Berpijak dari tujuan diatas, penelitian ini di harapkan mempunyai nilai guna, yaitu :
1. Memberikan sumbangan pengetahuan sebagai khazanah keilmuan yang berorientasi pendidikan dalam ruang lingkup akademik dan ilmiah.
2. Bagi para pembaca yang mempunyai respon terhadap home schooling, maka penelitian ini sangat berguna sebagai penambahan wawasan keilmuan.
3. Bagi pihak penulis secara pribadi sangat berguna karena merupakan pengalaman yang pertama kali dalam penyusunan skripsi yang merupakan bentuk karya ilmiah yang diujikan dan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di fakultas tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN X.

F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab Pertama : Memuat tentang pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah. Kemudian dari latar belakans masalah tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang homeschooling yang termuat dalam urgensi masalah. Dari urgensi masalh tersebut kemudian dirumuskan untuk mempermudah dalam pembahasan. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan hasil penelitian dan ditutup dengan sistematika pembahasan, guna memberikan arahan dan acuan awal dalam melakukan proses penulisan skripsi ini.
Bab Kedua : Tentang landasan teori yang merupakan telaah dari beberapa literatur untuk membuka wawasan dan cakrawala berfikir peneliti dalam memahami dan menganalisis fenomena yang terjadi di lapangan. Bab ini akan memuat secara teoritis tentang Homeschooling dan kecerdasan spiritual.
Bab Ketiga : Berisi tentang metodologi penelitian yang mencakup tentang rancangan penelitian, penentuan dan pemilihan lapangan penelitian, Instrumen penelitian, kemudian melakukan pengumpulan data, membuat catatan lapangan, kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data kemudian ditutup dengan teknik analisa data.
Bab Keempat : Berisi tentang laporan penelitian yang memaparkan tentang gambaran umum TAPAS X, penyajian data dan analisis data.
Bab Kelima : Penulis jadikan penutup, di dalamnya berisi tentang kesimpulan yaitu hasil yang diperoleh selama proses penelitian dan saransaran yang berkenaan dengan kesimpulan tesebut.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »