Search This Blog

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN UPAYA GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN PKN SISWA SMPN X

(KODE : PEND-PKN-0030) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN UPAYA GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN PKN SISWA SMPN X


contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006 : 1) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama dibawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik atau golongannya. (Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998 : 200)
Agar nilai-nilai pancasila dan semangat kebangsaan tersebut dapat berkembang melalui PKn, guru mempunyai peran yang sangat penting. Oleh karena itu guru harus mempunyai kriteria khusus. Kriteria tersebut antara lain : a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang pancasila, UUD 1945 serta bahan penunjang lainnya, b. Mempunyai keyakinan terhadap pancasila, baik sebagai dasar Negara maupun sebagai pandangan hidup bangsa, c. Memiliki moral yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, d. Menguasai keterampilan mendidik, e. Menguasai metode yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap (afektif), f. Menampilkan hubungan guru-siswa yang penuh keakraban, kekeluargaan dan manusiawi, g. Menggunakan media yang memberikan stimuli bagi perkembangan moralitas subjek didik, h. Mampu memilih dan mempergunakan instrumen evaluasi sikap. (Rustopo dan Sutrisno, 1993 : 119-127). Kriteria tersebut adalah mutlak dimiliki oleh guru PKn.
Dengan kriteria tersebut diatas diharapkan dapat menjadi guru PKn dengan baik, sehingga tujuan pengajaran yang telah direncanakan berhasil termasuk mengembangkan nilai-nilai nasionalisme kepada peserta didik. Peran guru dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus dapat memerankan dengan baik dalam proses belajar mengajar antara lain adalah sebagai pendidik dan pembimbing sikap dan tingkah laku (Rustopo dan Sutrisno, 1993 : 113)
Dalam menampilkan nilai-nilai nasionalisme dalam mata pelajaran PKn, guru harus mampu memilih materi yang tepat, metode yang tepat, dan media yang tepat sehingga siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan. Apabila siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan, siswa akan mengerti dan memahaminya, yang pada akhirnya dapat menghayati dan mengamalkan nilai nasionalisme dalam kehidupannya. Dengan indikasi mempunyai sikap tidak individualisme, tidak fanatik, cinta tanah air, mengikuti upacara dengan khidmat, suka bekerja sama dan mempunyai semangat kebangsaan. Jika siswa sudah mempunyai nilai-nilai nasionalisme, tugas guru selanjutnya adalah mengembangkannya.
Sesuai hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, dalam proses belajar mengajar yang terjadi di SMPN X Kabupaten X, upaya guru dalam meningkatkan nilai nasionalisme belum maksimal, hal ini terlihat banyak siswa kelas 7, 8, 9 SMPN X, masih mempunyai sikap individualisme, egoisme, mengikuti upacara dengan tidak khidmat, kurang mencintai lingkungan, menggunakan fasilitas internet bukan untuk belajar melainkan hanya untuk bermain dan sebagainya.
Berdasarkan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "UPAYA GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN PKN SISWA SMPN X".

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN INSPEKTORAT DAERAH DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

(KODE : PEND-PKN-0029) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN INSPEKTORAT DAERAH DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai implementasi dari amanat Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998, menyebabkan terjadinya pergeseran kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah. Pemerintah pusat secara prinsip, bertanggung jawab untuk menjaga kesatuan nasional, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan bertanggung jawab secara keseluruhan dalam pengelolaan perekonomian nasional. Sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat (public services) di daerahnya.
Pada hakekatnya, otonomi merupakan pelaksanaan konsep berbagi kekuasaan (power sharing) dalam mengelola kehidupan kebangsaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Power sharing lebih mengutamakan pada aspek pendelegasian kewenangan ke daerah yang diwujudkan dalam bentuk political aspect (aspek politik-kekuasaan negara), dan administrative aspect (aspek administrasi negara). Pendelegasian kewenangan dalam bentuk political aspect berwujud pada keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. Sedangkan pendelegasian kewenangan dalam bentuk administrative aspect berwujud pada kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi (Rasyid, 2000 : 32).
Berbagai isu permasalahan dan prospek penyelenggaraan pemerintahan daerah, memiliki nilai strategis yang sangat penting untuk segera ditindaklanjuti dengan upaya-upaya penyelesaian yang kongkrit, transparan dan akuntabel berdasarkan kesepakatan diantara berbagai pihak yang berkepentingan, sehingga praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah selalu berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah dan dapat menjamin terwujudnya paradigma kepemerintahan daerah yang baik (good governance).
Secara substansial, otonomi daerah sesungguhnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan kehidupan demokrasi, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Tujuan itulah sesungguhnya yang merupakan perwujudan good governance (Fernanda, 2004 : 21).
Gerakan reformasi nasional di segala bidang pada hakekatnya sejalan dan dilandasi oleh paradigma demokratisasi dan partisipasi masyarakat dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Kepemerintahan yang baik adalah tata penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan negara bangsa yang memiliki karakteristik ataupun memiliki prinsip-prinsip : (a) partisipasi masyarakat, (b) supremasi hukum (rule of law), (c) transparansi, daya tanggap (responsif), (d) berorientasi konsensus, (e) kesetaraan dalam bentuk kesejahteraan, hak dan kewajiban, dan gender, (f) efektivitas dan efisiensi, (g) akuntabilitas, (h) bervisi strategis, dan (i) keseluruhannya harus dapat diwujudkan secara terpadu dan saling berkaitan satu dengan lainnya. Dengan otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk good governance ( Dwiyanto, 2002 : 77 ).
Pemerintahan daerah pada hakekatnya adalah sub-sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit, pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Agar maksud penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta daya saing daerah dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka pengawasan sebagai instrumen dalam manajemen organisasi pemerintahan harus berjalan dan terlaksana secara optimal.
Optimalisasi pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selain untuk mewujudkan cita-cita otonomi daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. 
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka pada setiap lini pemerintahan dibentuk lembaga pengawasan internal pemerintah yang secara khusus melaksanakan fungsi pengawasan, yang dilakukan oleh pejabat pengawas pemerintah. Lembaga pengawasan internal pemerintah adalah lembaga yang dibentuk dan secara inheren merupakan bagian dari sistem pemerintahan, yang memiliki tugas pokok dan fungsi dibidang pengawasan. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota.
Ismail Mohamat, seperti yang dikutip oleh Pontas R. Siahaan menyatakan peran dan fungsi lembaga pengawasan eksternal (BPK) dan Aparat Lembaga Pengawasan Internal (APIP) meskipun sangat berbeda, tetapi keduanya saling mengisi dan melengkapi. Keduanya merupakan unsur-unsur penting yang diperlukan dan tidak saling menggantikan untuk terselenggaranya ”good governance” dalam manajemen pemerintahan negara. Lembaga pengawasan internal pemerintah diperlukan untuk mendorong terselenggaranya manajemen pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien pada tiap tingkatan pemerintahan, mulai dari presiden, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non departemen, gubernur dan Bupati/walikota. Pengawasan internal tidak hanya dilakukan pada saat akhir proses manajemen saja, tetapi berada pada setiap tingkatan proses manajemen. Perubahan paradigma pengawasan internal yang telah meluas dari sekedar ”watchdog” (menemukan penyimpangan) ke posisi yang lebih luas yaitu pada efektivitas pencapaian misi dan tujuan organisasi, mendorong pelaksanaan pengawasan ke arah pemberian nilai tambah yang optimal (Siahaan, 2004 : 6)
Lembaga pengawasan internal pemerintah dalam lingkungan pemerintahan provinsi dan Kabupaten/kota adalah Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota. Inspektorat adalah lembaga perangkat daerah yang mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengawasan dalam wilayah dan jajaran pemerintah, yang secara organisatoris dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab kepada kepala daerah (gubernur, Bupati/walikota).
Dengan kedudukan Inspektorat yang demikian, maka independensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan akan sulit dilakukan. Karena dengan posisi yang demikian, pengaruh dan intervensi dari kepala daerah tidak dapat dihindari, sehingga terkesan bahwa Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota merupakan perangkat daerah yang dibentuk untuk melengkapi syarat formal kelembagaan perangkat daerah, yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan terkesan lebih melindungi dan mengamankan kebijakan dan kepentingan pribadi kepala daerah daripada melaksanakan pemerintahan daerah di bidang pengawasan. Anggapan ini barangkali ada benarnya, karena banyak penyimpangan dan kejanggalan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terindikasi merugikan kepentingan masyarakat luas belum (tidak) tertangani dan teratasi dengan baik. Hal itu menunjukkan, bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum terlaksana dengan optimal.
Optimalisasi pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum terlaksana sebagaimana seharusnya, selain karena faktor-faktor tersebut di atas, juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, diantaranya faktor ketersediaan sumber daya manusia, faktor anggaran, dan faktor komitmen (”political will”) gubernur, bupati/walikota selaku atasan langsung yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Komitmen kepala daerah sangat penting dan menentukan untuk mewujudkan optimalisasi fungsi pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena secara organisatoris Inspektorat propinsi, Kabupaten/kota adalah lembaga perangkat daerah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan bertanggungjawab kepada kepala daerah. Sehingga akan sulit bagi Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dengan optimal apabila tidak didukung oleh kepala daerah. Kendala-kendala pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diuraikan di atas juga terjadi dan dialami oleh Inspektorat Kabupaten X, sehingga menghambat dan menyulitkan Inspektorat Kabupaten X untuk melaksanakan pengawasan dengan optimal.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka pada kesempatan ini penulis yang sekaligus adalah putra daerah asli Kabupaten X tertarik untuk melakukan penelitian dengan membahas dan memilih judul penelitian tentang : "PERAN INSPEKTORAT DAERAH DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN X".

UPAYA SEKOLAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PLURALISME PADA SISWA SEBAGAI USAHA MEMINIMALISIR ADANYA DISKRIMINASI SOSIAL DI SMAN X

(KODE : PEND-PKN-0028) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN UPAYA SEKOLAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PLURALISME PADA SISWA SEBAGAI USAHA MEMINIMALISIR ADANYA DISKRIMINASI SOSIAL DI SMAN X

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan kumpulan masyarakat yang multikultural dan pluralistik di dunia. Di Indonesia ada ratusan suku dan sub-suku dengan ciri khas sosio-kulturalnya masing-masing mempunyai aneka ragam bahasa suku dan sub-suku, ada banyak cara penyembahan kepada Tuhan sesuai situasi kondisi hidup dan kehidupan, bahkan terdapat berbagai macam karakteristik manusia, dan seterusnya.
Kondisi keberagaman masyarakat dan budaya tersebut, secara positif menggambarkan kekayaan potensi masyarakat yang bertipe pluralis, namun secara negatif orang merasa tidak nyaman karena tidak saling mengenal budaya orang lain. Setiap etnik atau ras cenderung mempunyai ideologi yang etnosentris, yang menyatakan bahwa kelompoknya lebih superior dari pada kelompok etnik atau ras lain (Prof. Dr. HM. Amin Abdullah, 2005 : 3)
Terjadinya tidak saling mengenal identitas budaya orang lain, bisa mendorong meningkatnya prasangka terhadap orang lain, berupa sikap antiX yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang diekspresikan sebagai perasaan. Prasangka juga diarahkan kepada sebuah kelompok secara keseluruhan, atau kepada seseorang hanya karena itu adalah anggota kelompok tertentu. Secara demikian, prasangka memiliki potensi dalam mengambinghitamkan orang lain melalui stereotipe, diskriminasi dan penciptaan jarak sosial.
Dalam lingkup kecil di masyarakat contohnya di suatu sekolah, tak jarang sering adanya kasus-kasus perbedaan perlakuan, misalnya; siswa/orang yang mempunyai ekonomi tinggi lebih diprioritaskan daripada yang tingkat ekonominya bisa dibilang rendah, siswa yang memeluk agama minoritas di sekolah tersebut dikesampingkan dari siswa yang memeluk agama mayoritas di sekolah tersebut, siswa yang berasal dari suku lain dikucilkan oleh teman-temannya, dan lain sebagainya. Dari adanya permasalahan-permasalahan tersebut, Sehingga perlu adanya suatu upaya dari sekolah untuk mengubah pemikiran negatif tersebut menjadi suatu kekayaan yang dimiliki oleh sekolah akan banyaknya keberagaman etnik, ras, suku, agama dan bahasa di sekolah, agar siswa berkeinginan untuk mengenal dan menghargai kebudayaan orang lain, dan kesemuanya itu dapat disikapi sebagai kekayaan yang dapat mengembangkan potensi suatu bangsa.
Melihat dari adanya permasalahan-permasalahan yang muncul diatas, nilai-nilai pluralisme mencoba membantu menyatukan keanekaragaman bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda begitupun perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan sekolah. Dengan demikian lingkup sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari penanaman nilai-nilai pluralisme sejak dini pada seorang individu. Nilai-nilai pluralisme menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, agama, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menjunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka diantara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal agama, ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.
Pembelajaran berbasis pluralisme didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat nilai-nilai pluralisme mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Nilai-nilai pluralisme bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif yang berperan bagi kompetisi budaya individual. Pembelajaran berbasis pluralisme berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pembelajaran pluralisme juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. Pembelajaran pluralisme diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. Pembelajaran pluralisme dianggap sebagai suatu pendidikan yang penting dalam membangun suatu kebersamaan di atas keberagaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat.
SMAN X merupakan salah satu sekolah yang berbasis "Adiwiyata", yaitu suatu sekolah yang ingin menciptakan lingkungan yang ramah untuk setiap kalangan. Seperti yang kita ketahui sebagai salah satu sekolah Negeri tidak boleh memandang siswanya itu dari segi ekonomi, agama, bahasa, ras, etnis dan lain-lainnya, namun selayaknya harus menanamkan nilai-nilai persatuan agar segala perbedaan itu menjadi suatu kekayaan untuk mengenal budaya lain. Begitu halnya dengan keadaan SMAN X, dimana siswa-siswinya tidak hanya terdiri dari kalangan orang berada semua, dan dari satu golongan agama saja, namun banyak sekali keragaman yang ada di SMAN X.
Dari permasalahan dan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka penulis memilih judul "UPAYA SEKOLAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PLURALISME PADA SISWA SEBAGAI USAHA MEMINIMALISIR ADANYA DISKRIMINASI SOSIAL DI SMAN X" dalam penulisan skripsi ini.

JUDUL PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) 8

JUDUL PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) 8

contoh judul ptk


  • (KODE : PTK-0593) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS IMTAQ PADA KONSEP EKOSISTEM (BIOLOGI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0594) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE KUMON PADA POKOK BAHASAN GERAK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR (FISIKA KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0595) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING MEMANFAATKAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN MASALAH SPLDV (MATEMATIKA KELAS X)
  • (KODE : PTK-0596) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SOAL (MATEMATIKA KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0597) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA TEMATIK DENGAN METODE KOMUNIKATIF (BAHASA ARAB KELAS X)
  • (KODE : PTK-0598) : SKRIPSI PTK DEVELOPING STUDENTS READING ABILITY BY USING STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TECHNIQUE (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0599) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN MATRIKS (KELAS XII)
  • (KODE : PTK-0600) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN MEDIA BUKU SAKU BIOLOGI (BSB) (BIOLOGI KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0601) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR (MELOMPAT) ANAK MELALUI PERMAINAN LOMPAT TALI KELOMPOK B (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0602) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI KOMBINASI METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE DENGAN TEAM QUIZ (PAI KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0603) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0604) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING?PROMPTING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0605) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK A TK (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0606) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI BUKU MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBANDINGKAN (BAHASA INDONESIA KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0607) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA (KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0608) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR (MATEMATIKA KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0609) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW (SEJARAH KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0610) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (KEWIRAUSAHAAN SMK KELAS XII)
  • (KODE : PTK-0611) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KARTU DOMINO (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0612) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN KALENG INDAH PADA KELOMPOK B TK (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0613) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0614) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) BERBANTUAN LKS PADA KOMPETENSI DASAR TEOREMA PHYTAGORAS UNTUK PEMECAHAN MASALAH?(PEND MATEMATIKA KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0615) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE STAD (PKN KELAS X)
  • (KODE : PTK-0616) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE COLLEGE BALL (KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0617) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN KONSTRUKTIVISME, INKUIRI, DAN PEMODELAN (BAHASA INDONESIA KELAS IX)
  • (KODE : PTK-0618) : SKRIPSI PTK PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA E?MAIL PADA (BAHASA INDONESIA KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0619) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN PARAFRASE IKLAN BARIS MENJADI WACANA EKSPLANASI LISAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN MEDIA IKLAN BARIS?(PEND BAHASA INDONESIA KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0620) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0621) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PERPADUAN METODE CERAMAH DAN METODE TWO STAY TWO STRAY (EKONOMI KELAS X SMK)
  • (KODE : PTK-0622) : SKRIPSI PTK PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PRINTED MATERIAL COMIC STRIPS SEBAGAI MEDIA MENINGKATKAN KOSAKATA SISWA SMP (BAHASA INGGRIS KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0623) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK TK (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0624) : SKRIPSI PTK PEMBELAJARAN PASSING DATAR SEPAKBOLA MENGGUNAKAN MODIFIKASI PERMAINAN 4 LAWAN 4 (PENJAS KELAS V)
  • (KODE : PTK-0625) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT DENGAN STRATEGI DEMONSTRASI MAPEL FIQIH (PAI KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0626) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN SPEAKING BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING (BAHASA INGGRIS KELAS V)
  • (KODE : PTK-0627) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN SOSIALISASI MELALUI BERMAIN ESTAFET PADA ANAK KELOMPOK B PAUD (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0628) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR ARITMATIKA SOSIAL (MATEMATIKA KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0629) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INDAH PUISI MENGGUNAKAN MODEL DRALADATER BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL (BAHASA INDONESIA KELAS X)
  • (KODE : PTK-0630) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ASERTIF MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI?SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (BIMBINGAN KONSELING KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0631) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE CERAMAH DAN INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN FIQIH (PAI KELAS III)
  • (KODE : PTK-0632) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN DATAR (MATEMATIKA KELAS V)
  • (KODE : PTK-0633) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI (PKN KELAS VI)
  • (KODE : PTK-0634) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI MENGIDENTIFIKASI RAGAM LAGU DAERAH (PGSD SENI MUSIK KELAS V)
  • (KODE : PTK-0635) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI TAAT DAN SABAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION?(PAI KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0636) : SKRIPSI PTK PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X-L
  • (KODE : PTK-0637) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0638) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA KOMPETENSI DASAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JASA (AKUNTANSI SMK KELAS X)
  • (KODE : PTK-0639) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL MUHADATSAH YAUMIYYAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN BERBICARA (BAHASA ARAB KELAS X)
  • (KODE : PTK-0640) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (PKN KELAS II)
  • (KODE : PTK-0641) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE BERMAIN DENGAN MEDIA PLAYDOUGH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0642) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (BAHASA INDONESIA KELAS V)
  • (KODE : PTK-0643) : SKRIPSI PTK IMPROVING READING COMPREHENSION THROUGH KWL STRATEGY (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0644) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CIRCULAR FLOW DIAGRAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI (EKONOMI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0645) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR (PKN KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0646) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MENJEPIT KARTU KATA PADA KELOMPOK B TK (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0647) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN (BIOLOGI KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0648) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0649) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FILM POKOK BAHASAN PANTANG MENYERAH DAN ULET (KEWIRAUSAHAAN KELAS X SMK)
  • (KODE : PTK-0650) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS MOTIVATION IN LEARNING SPEAKING BY USING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0651) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA (PKN KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0652) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (FISIKA KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0653) : SKRIPSI PTK PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (SEJARAH KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0654) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (EKONOMI AKUNTANSI SMK KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0655) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA MAPEL ELEKTRONIKA DASAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PEND ELEKTRO KELAS X)
  • (KODE : PTK-0656) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (PEND ELEKTRO KELAS X)
  • (KODE : PTK-0657) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PERAN AKTIF SISWA DALAM LAYANAN INFORMASI DENGAN PENGEMBANGAN PERTANYAAN TAKSONOMI BLOOM (BIMBINGAN KONSELING KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0658) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN PIDATO PERSUASI DENGAN MEDIA BARANG PRODUK (BAHASA INDONESIA KELAS XII)
  • (KODE : PTK-0659) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (IPS KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0660) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (BAHASA ARAB KELAS X)
  • (KODE : PTK-0661) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA IRINGAN MIDI (SENI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0662) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN LARI CEPAT MELALUI BERMAIN (PENJAS KELAS V)
  • (KODE : PTK-0663) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE JIGSAW (MATEMATIKA KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0664) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI MELALUI METODE MODELING (BAHASA INDONESIA KELAS II)
  • (KODE : PTK-0665) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PEMBELAJARAN PERMAINAN MEDIA JALAN ANAK TANGGA DAN DINGKLIK OGLAK?AGLIK (PENJAS KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0666) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE KELAS IV?(PGSD K?13)
  • (KODE : PTK-0667) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL ALAT UKUR ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAKEM (PEND ELEKTRO KELAS X)
  • (KODE : PTK-0668) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (IPS KELAS V)
  • (KODE : PTK-0669) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BILANGAN “KERETA ANGKA” KELOMPOK B TK (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0670) : SKRIPSI PTK PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN FISH BOWL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0671) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS X)
  • (KODE : PTK-0672) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (IPS KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0673) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMA INDAHNYA NEGERIKU MUATAN MAPEL PKN MELALUI MODEL PBL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL KELAS IV?(PGSD K?13)
  • (KODE : PTK-0674) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN BERBASIS GENRE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN (BAHASA INDONESIA KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0675) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN (BAHASA INDONESIA KELAS X)
  • (KODE : PTK-0676) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS VIII-L
  • (KODE : PTK-0677) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ARIAS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL (IPS KELAS II)
  • (KODE : PTK-0678) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0679) : SKRIPSI PTK UPAYA MENGAKTIFKAN SISWA DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISKUSI PANEL (PKN KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0680) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP?CAKAP PADA KELOMPOK B (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0681) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) PADA PEMBELAJARAN IMLA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA (BAHASA ARAB KELAS X)
  • (KODE : PTK-0682) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMA CITA?CITAKU MUATAN IPA MODEL PBL BERBANTUAN AUDIO VISUAL KELAS IV?(PGSD K?13)
  • (KODE : PTK-0683) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN KLASIFIKASI BERDASARKAN WARNA BENTUK DAN UKURAN DI TK?(PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0684) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MAPEL AQIDAH AKHLAK (PAI KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0685) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (SEJARAH KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0686) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI PICTURE AND PICTURE DENGAN GAMBAR SERI (BAHASA INDONESIA KELAS III)
  • (KODE : PTK-0687) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PBL DENGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN KELAS V?(PGSD K?13)
  • (KODE : PTK-0688) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) DENGAN MEDIA KARTU PANTUN (BAHASA INDONESIA KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0689) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL TRIGONOMETRI (MATEMATIKA KELAS X)
  • (KODE : PTK-0690) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING (IPA KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0691) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN KURS VALUTA ASING MELALUI PERPADUAN METODE CERAMAH BERVARIASI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (EKONOMI KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0692) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN IMAJINATIF (BAHASA INDONESIA KELAS V)
  • (KODE : PTK-0693) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODIFIKASI PERMAINAN BOLA KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES (PENJAS KELAS V)
  • (KODE : PTK-0694) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI TEKNIK LISTRIK PAKET KEAHLIAN ELEKTRONIKA INDUSTRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (PEND ELEKTRO KELAS X)
  • (KODE : PTK-0695) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI METODE EVERYONE IS TEACHER HERE BERBANTUAN MEDIA KLIPING DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (PKN KELAS V)
  • (KODE : PTK-0696) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (MATEMATIKA KELAS X SMK)
  • (KODE : PTK-0697) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DI KELOMPOK B (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0698) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (SMK EKONOMI AKUNTANSI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0699) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI MENGANALISIS ASPEK?ASPEK PENGELOLAAN USAHA DENGAN METODE INQUIRY (KEWIRAUSAHAAN KELAS XI)
  • (KODE : PTK-0700) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT BERBANTUAN MEDIA VIDEO (IPS KELAS IV)
  • (KODE : PTK-0701) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN MELALUI METODE KANCING GEMERINCING (KEWIRAUSAHAAN KELAS X)
  • (KODE : PTK-0702) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL JIGSAW PADA MAPEL KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (KEWIRAUSAHAAN KELAS X)
  • (KODE : PTK-0703) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLEK PADA ANAK KELOMPOK A (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0704) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW (PGSD KELAS II)
  • (KODE : PTK-0705) : SKRIPSI PTK KEEFEKTIFAN STRATEGI IMAGE STREAMING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN?(BAHASA INDONESIA KELAS X)
  • (KODE : PTK-0706) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DENGAN BERBAGAI MEDIA (PGPAUD)
  • (KODE : PTK-0707) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK MELALUI GERAK TARI BURUNG PADA KELOMPOK A (PGPAUD)


SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC SKILL PARTICIPATION DI SMAN X

(KODE : PEND-PKN-0027) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC SKILL PARTICIPATION DI SMAN X

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Yaitu upaya untuk membantu manusia untuk dapat berinteraksi sesuai martabatnya sebagai manusia sebab manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakekatnya secara total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar yang bertitik tolak pada asumsi tentang hakekat manusia (Maida. 2012 : 09).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan meliputi pengajaran berupa keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan.
Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-haknya sebagai warga negara indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan melalui Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu tidak tepat jika di dalam proses pembelajaran guru hanya menitik beratkan pada pengukuran pengetahuan saja tetapi harus menanamkan berbagai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang agar dapat membentuk warganegara yang ideal Warganegara harus mempunyai beberapa kompetensi ideal, ada 3 (tiga) Kompetensi ideal seorang warganegara, Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic Disposition (karakter kewarganegaraan), Civic Skill (keterampilan warganegara). Selanjutnya civic skill terdiri atas civic skill intelektual (keterampilan intelektual warganegara) dan Civic skill participation (keterampilan partisipasi warganegara).
Melalui pendidikan Kewarganegaraan (PKn) anak dapat dididik menjadi warga negara yang memiliki kompetensi ideal untuk berpartisipasi aktif di dalam masyarakat, hal ini menjadi peran utama dari pendidikan kewarganegaraan karena salah satu tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membentuk warganegara yang dapat berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Anak adalah warganegara hipotetis yaitu warganegara yang "belum jadi" karena masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat dan negaranya (Winarno. 2009 : xi).
Partisipasi warganegara sangat penting untuk kemajuan negara indonesia yang menganut sistem demokrasi karena partisipasi warga masyarakat berada dalam konteks governance, yakni korelasi antara negara (pemerintah) dan rakyat. Negara adalah pusat kewenangan dan kebijaksanaan yang mengatur (mengelola) alokasi barang-barang (sumber daya publik serta sosial).
Sedangkan di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan hak politik dengan demikian partisipasi adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat (Ginting. 2012 : 99).
Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis selalu mengandung unsur-unsur penting yang mendasar yaitu : 
1. Partisipasi warganegara dalam pembuatan keputusan politik.
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara.
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warganegara.
4. Suatu sistem perwakilan.
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut maka demokrasi mengandung ciri yang mengandung patokan yaitu setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melalui wakil pilihan mereka. Ciri lain yang tidak boleh diabaikan adanya keterlibatan atau partisipasi warganegara baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam proses pemerintahan negara (Kaelan. 2007 : 69).
Mengingat pentingnya partisipasi warganegara maka pengembangan keterampilan partisipasi warganegara (Civic skill participation) harus dilakukan secara baik dan maksimal, tentu saja ini merupakan tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Namun keberhasilan pendidikan kewarganegaraan (PKn) juga bergantung pada peran guru dalam mendidik, Guru PKn pada hakekatnya merupakan komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia (SDM), oleh sebab itu guru salah satu unsur di dalam pendidikan harus berperan aktif sebagai tenaga profesional sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang artinya bahwa guru bertanggung jawab untuk membawa siswanya pada suatu kecerdasan dan taraf kematangan tertentu dengan kriteria guru PKn mengetahui pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai keyakinan dan pandangan hidup bangsa memiliki nilai-nilai moral pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Haryati. 2005 : 109).
Guru tidak semata-mata sebagai "pengajar" yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan "transfer of values" dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini sebenarnya guru mempunyai peran yang unik dan sangat kompleks dalam partisipasi belajar-mengajar, dan usahanya mengantar siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya (Sardiman A.M. 2011 : 125).
Pada pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah Kompetensi Pedagogi, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional dan kompetensi Sosial (Maida. 2012 : 15).
Dalam mendidik guru harus memperhatikan 3 (tiga) aspek yaitu : 
1. Kognitif.
Aspek kognitif adalah aspek yang menekankan pada pengetahuan siswa serta konsep-konsep ilmu yang diberikan oleh guru.
2. Afektif.
Aspek Afektif adalah aspek yang menekankan pada pembentukan kepribadian atau sikap para peserta didik.
3. Psikomotorik.
Aspek psikomotorik adalah aspek yang menekankan pada kelakuan, keterampilan dan penampilan. 
Tiga aspek tersebut harus diperhatikan oleh guru agar pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran dapat terwujud dengan baik. Jika meninjau dari aspek di atas maka keterampilan berpartisipasi warganegara (Civic skill participation) masuk ke dalam ranah Psikomotorik, namun pada kenyataannya proses pendidikan hanya menekankan pada aspek Kognitif yaitu pemberian materi serta penanaman konsep Pendidikan Kewarganegaraan dan pada aspek afektif berupa pendidikan karakter atau penanaman nilai sedangkan aspek psikomotorik yang menekankan pada keterampilan siswa SMAN X kurang ditekankan sehingga keterampilan berpartisipasi warganegara (civic skill participation) yang dimiliki siswa tidak dapat berkembang dan diaplikasikan di dalam masyarakat, siswa akan menjadi warganegara yang pasif yang hanya mengerti serta mempunyai sifat kewarganegaraan saja sedangkan partisipasinya sebagai warganegara kurang dikembangkan. Oleh karena itu peran guru dalam mengembangkan kemampuan partisipasi warganegara (civic skill participation) yang dimiliki oleh siswa sangat penting untuk membentuk warganegara yang ideal.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGEMBANGAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM MAPEL PKN DI SMK

(KODE : PEND-PKN-0026) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGEMBANGAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM MAPEL PKN DI SMK

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah
Dinamika pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara ditandai oleh semakin tingginya tuntutan masyarakat diberbagai bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis, sejahtera dan berkeadilan (Winatamaputra, 2006 : l).Sikap demokratis sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena dengan dimilikinya sikap demokratis segala kepentingan yang berbeda, keinginan dan pendapat yang berbeda dapat dipersatukan.
Sikap demokratis adalah sikap yang bersedia menerima perbedaan pendapat, mengutamakan kepentingan bersama dan menghormati pendapat orang lain (Tijan, dkk, 2004 : 122). Hal ini sesuai dengan nilai- nilai Pancasila terutama sila ke- IV, sikap demokratis yang dimiliki oleh siswa perlu dikembangkan oleh guru. Dalam mengembangkan sikap demokratis guru hendaknya memposisikan siswa sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Budimansyah (2002 : 5-7) mengatakan bahwa pembelajaran demokratis (democratic teaching) adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara singkat democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman siswa.
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang mengembangkan sikap demokratis adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 yaitu" siswa dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya".
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang bertujuan untuk mempersiapkan warganegara muda agar mampu berpartisipasi secara efektif, demokratis dan bertanggung jawab. Sebagai mata pelajaran yang berupaya mewujudkan warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen), maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus dikemas dalam pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa berpartisipasi dan bersikap demokratis.
Pada saat ini siswa belum menunjukkan sikap demokratis dalam pergaulan sehari-hari, seperti sikap kurang menghormati dan kurang bertanggung jawab, kurang kritis dalam berfikir, masih tertutup serta kurang jujur dan adil. Oleh karena itu sikap demokratis perlu dikembangkan di SMK X. Banyak siswa SMK X yang masih pasif, belum berani untuk menyatakan pendapat, serta kurang menghargai pendapat temannya. Sikap demokratis pada diri siswa dapat dikembangkan melalui proses belajar mengajar, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), karena siswa hanya dituntut untuk kognitifnya saja tanpa memperhatikan perkembangan afektifnya. Jadi sikap demokratis siswa perlu dikembangkan, sehingga perkembangan kognitif siswa harus diimbangi dengan perkembangan afektif siswa.
Berdasarkan alasan tersebut, maka diharapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dapat membimbing siswa sebagai generasi penerus dan bagian dari warga negara untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, khususnya sila IV untuk selanjutnya dapat menumbuhkan sikap demokratis siswa. Nilai moral sila IV akan menjadi pedoman dalam pengembangan sikap perilaku yang demokratis.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul "PENGEMBANGAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DI SMK X".

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0025) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang tidak hanya menekan apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa dan hasil belajar siswa.
Model penyampaian masalah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari pokok bahasan tertentu. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan kemasan yang dibuat untuk membungkus materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai. Model pembelajaran biasanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan dengan model yang diterapkan.
Masalah yang dihadapi seorang guru yaitu karena siswa bukan hanya sebagai makhluk individu dengan segala keunikannya, tetapi juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan siswa yang satu dengan lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Maka dari itu terkait dengan masalah yang terpapar di atas seorang guru dituntut untuk lebih selektif dalam mengembangkan pembelajarannya.
Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses pada siswa. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi siswa sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. Pengalaman sukses yang diperoleh siswa akan menumbuhkan percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut. Sebaliknya, jika siswa tidak mendapatkan pengalaman sukses dari proses pembelajaran maka siswa akan menemui kegagalan. Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karana itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Sugiyanto, 2010 : 16).
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai nilai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Keinginan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas.
Mata pelajaran PKn di SD berfungsi untuk menyiapkan warganegara yang cerdas, dan bertanggungjawab, serta berkeadaban (Kaelan, 2007 : 1). Kebanyakan guru SD pada saat penyampaian materi ini guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang berminat untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru. Oleh karena guru itu perlu menggunakan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa menjadi tertarik dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
Solusi pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan dapat mengatasi masalah karena model ini menuntut guru untuk mengembangkan bahan ajar serta media yang nantinya akan diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif. 
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diharapkan dapat membuat siswa menjadi tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran PKn khususnya materi globalisasi, sehingga diharapkan akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas IV SD. 

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

(KODE : PEND-PKN-0024) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah masih rendahnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara". Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Untuk mengembangkan potensi diri peserta didik maka seorang pendidik perlu menguasai empat kompetensi guru, yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik, bukan hanya pembelajaran yang berbasis konvensional. Hal ini selaras dengan pendapat (Hamalik, 2012 : 32) Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Hal ini membuktikan bahwa peran guru dalam pendidikan atau proses pembelajaran lebih vital dibandingkan yang lain, maka kompetensi guru harus senantiasa ditingkatkan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Kenyataan di lapangan adalah berbanding terbalik dengan teori yang ada, kenyataannya saat ini profesi guru malah sering terkait dengan hal yang negatif, terutama dari segi kedisiplinan. Untuk masalah waktu atau kedisiplinan saja kurang, bagaimana dengan tanggung jawab seorang guru dalam merencanakan pembelajaran yang baik? Hal inilah yang mulai menjadi sorotan dari banyak pihak, maka dari itu kesadaran pihak guru sendiri akan pentingnya dirinya dalam kemajuan pendidikan Indonesia harus selalu tertanam, sehingga akan selalu berperan aktif dan memberikan yang terbaik dalam setiap perjalanannya.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan baik pula, namun kebanyakan yang terjadi adalah guru yang mendominasi dalam proses pembelajaran tersebut. Guru secara pasti menjadi sumber ilmu yang paling utama dalam proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa hanya menjadi pendengar setia, dan tentunya tidak akan terjadi komunikasi yang baik antara keduanya, karena segalanya dikuasai oleh guru. Hal ini serupa dengan pendapat (Trianto, 2007 : 1) "bahwa dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya". Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus di tuntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode, model, dan media mengajar secara bervariasi.
Belajar PKn pada umumnya terlihat mudah, karena mata pelajaran PKn tidak terdapat materi hitung menghitung. Dengan pandangan bahwa secara umum proses hitung menghitung kebanyakan adalah hal yang tidak disukai oleh siswa, padahal sebenarnya belajar PKn cenderung rumit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi, karena konsep pembelajaran PKn itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan nyata, jadi memerlukan konsentrasi dan pemahaman materi yang tinggi, dan juga menjadikan keharusan bagi guru untuk menyampaikan materi secara benar, sehingga tidak terjadi salah konsep dalam penyampaiannya kepada peserta didik. Kesalahan konsep dari guru dalam penyampaian materi PKn akan berakibat fatal bagi proses kehidupan dan interaksi sosial dari peserta didik, baik untuk saat itu maupun kehidupan siswa ke depan. Fakta yang ada, siswa bahkan guru sering menganggap remeh pelajaran PKn, masih menganggap sebagai mata pelajaran yang mudah. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan berbagai masalah.
Berdasarkan observasi di SDN X, hasil belajar mata pelajaran PKn masih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Menurut guru kelas V di SD tersebut, siswa seringkali merasa jenuh, terlebih di waktu menjelang akhir pembelajaran dan dengan otomatis kejenuhan tersebut menjadikan siswa menyepelekan pembelajaran. Banyak siswa acuh tak acuh, tidak memperhatikan guru dan pembelajaran, bahkan hanya tidur-tiduran sampai sibuk sendiri dengan teman sebangkunya. Saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian anak sering bercanda sendiri di belakang dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga pelajaran kurang efektif, secara otomatis akan mengganggu konsentrasi siswa yang lain. Hal ini dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh guru dengan pembelajaran yang berbasis ceramah saja, sehingga mengakibatkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Secara pasti hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran PKn.
Sebenarnya mata pelajaran PKn sangat membutuhkan konsentrasi yang lebih dibandingkan mata pelajaran yang lain baik dari pihak guru ataupun siswa sendiri, karena kebanyakan materi mata pelajaran PKn adalah sesuatu yang akan dialami dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya hak dan kewajiban sebagai warga negara, perilaku yang tepat dalam kehidupan, membahas tentang norma, adat istiadat dan sebagainya. Itu semua adalah materi penting, jadi harus dipelajari sefokus mungkin agar siswa tidak salah tangkap atau salah persepsi dengan materi yang diajarkan oleh guru.
Mengacu pada berbagai macam aspek pembelajaran tersebut guru harus memilih dan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan juga hasil belajar akan meningkat. Salah inovasi yang harus dilakukan guru yaitu dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik. Model dan media pembelajaran seharusnya tidak hanya disamakan semua, karena setiap media dan model pembelajaran mempunyai fokus dan tujuan pembelajaran yang berbeda. Tingkat ketertarikan yang rendah dalam mengikuti pembelajaran pada anak bukan semata-semata akibat dari guru atau komponen sekolah saja, namun dari pihak keluarga (orangtua) juga ikut berperan aktif dalam menumbuhkan atau menjaga ketertarikan, semangat, serta motivasi belajar anak-anak mereka. Peran aktif keluarga (orangtua) sendiri adalah dengan cara selalu menanyakan apa yang didapatkan anak saat berada di sekolah serta mendampingi anak-anaknya dalam belajar, hal ini selaras dengan pendapat Li em Hwie Nio dalam (Kartono, 1985 : 89) Pentingnya belajar di rumah setiap hari semakin terasa, yaitu saat anak-anak mulai menggunakan sebagian daya ingatnya, untuk belajar menghitung, menghafalkan sesuatu lebih banyak serta sedikit berfantasi untuk mempermudah menangkap nilai kehidupan yang belum terjangkau oleh panca inderanya.
Orangtua selayaknya selalu mendampingi anak-anak mereka dalam belajar, sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada anak-anak mereka setiap harinya. Memang bukan hal mudah bagi orangtua untuk mendampingi anaknya belajar di rumah, mungkin karena kesibukan masing-masing, namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini sangat penting untuk menjaga keinginan, semangat dan motivasi belajar anak baik di sekolah maupun di tempat lain. Jadi untuk menumbuhkan dan menjaga semangat belajar anak peran aktif orangtua dan guru sangat diperlukan.
Piaget (dalam Fatimah, 2006 : 25) menyatakan bahwa kecakapan intelektual yang diperoleh seseorang pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena bam sebagai pengalaman atau persoalan. Dari pendapat tersebut berarti bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam hidupnya.
Model pembelajaran mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan "memetakan" pikiran-pikiran kita (Buzan, 2009 A). Mind map sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai cara mencatat yang cerdas. Maksudnya adalah sistem menulis yang cerdas dengan cara memikirkan dan menulis sub bab atau hal-hal penting dalam suatu tema, sehingga dapat mengingat dengan mudah. Mengapa harus mind map? karena model pembelajaran ini dikira cukup baik dan cocok untuk digunakan dalam pembelajaran PKn, karena konsep dasar mind map sendiri adalah membuat cabang-cabang yang bertuliskan kalimat-kalimat penting atau kalimat pokok dari suatu tema yang ada atau ditentukan, jadi akan memudahkan siswa untuk mengembangkan pikirannya masing-masing, serta mengurangi kemungkinan siswa lupa tentang apa yang akan dikatakan atau dikembangkannya.
Pada kenyataannya ketertarikan siswa dalam belajar PKn rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, Hal ini mungkin karena ada anggapan dari guru bahwa pelajaran PKn adalah pembelajaran yang mudah, dengan cara sederhanapun siswa akan paham dengan materi yang dijelaskan, berbeda dengan mata pelajaran yang lain yang mungkin sedikit banyak sudah mendapatkan sentuhan-sentuhan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Mungkin ada anggapan mata pelajaran yang lain lebih penting, atau mungkin ada alasan yang lain. Cenderung ada pengecualian untuk mata pelajaran PKn sendiri. Anggapan seperti inilah yang seharusnya dihilangkan, pengecualian dalam sebuah pembelajaran itu tidak seharusnya ada, karena semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu sama pentingnya, sehingga harus mendapatkan porsi yang sama dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan rumusan di atas, penggunaan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran PKn, sangat membantu menumbuhkan kreativitas anak dalam berpikir dan mencatat, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh dengan hasil belajar yang akan dicapai siswa. Untuk itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran mind map untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SDN X.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO. 1 TH 1974 DAN UU NO.23 TH 2002

(KODE : PEND-PKN-0023) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO. 1 TH 1974 DAN UU NO. 23 TH 2002

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Maraknya pelanggaran hukum terhadap hak-hak anak sekarang ini menjadi perdebatan yang luas oleh khalayak ramai, ada orang tua yang tega menggauli anaknya sendiri ada pula orang tua yang tega menjual bahkan menikahkan anak yang masih di bawah umur karena alasan-alasan yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh anak, hal ini membuktikan bahwa kurang adanya kesadaran hukum dari orang tua maupun masyarakat terhadap hak anak yang mana kesadaran itu sendiri menurut Sudikno Mertokusumo merupakan sesuatu tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain.
Anak sebagai generasi muda, merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak merupakan modal pembangunan yang akan mempertahankan, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan yang ada. Oleh karena itu, Anak memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi dan seimbang. Kedudukan anak dalam hukum adalah sebagai Subyek Hukum di tentukan dari bentuk dan si stem terhadap anak sebagai kelompok masyarakat dan tergolong tidak mampu atau di bawah umur. (UU No. 23 Tahun 2002).
Dalam Hukum Positif Indonesia yang mengatur tentang Perkawinan tertuang dalam UU No. l Tahun 1974 menyatakan bahwa "Perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".
Bagi Perkawinan tersebut tentunya di perbolehkan bagi mereka yang telah memenuhi batasan usia untuk melangsungkan perkawinan seperti dalam Pasal 7 ayat 1 UU No. l Tahun 1974 yang berbunyi "Batasan usia untuk melangsungkan perkawinan itu pria telah berusia 19 (Sembilan belas) Tahun dan wanita telah mencapai usia 16 (Enam belas) Tahun". Secara eksplisit ketentuan tersebut di jelaskan bahwa setiap perkawinan yang dilakukan oleh calon pengantin prianya yang belum berusia 19 tahun atau wanitanya belum berusia 16 tahun disebut sebagai "Perkawinan di bawah umur". Bagi perkawinan di bawah umur ini yang belum memenuhi batas usia perkawinan, pada hakikatnya di sebut masih berusia muda (anak-anak) yang ditegaskan dalam Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002, "Bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, dikategorikan masih anak-anak termasuk anak yang masih dalam kandungan, apabila melangsungkan perkawinan tegas di katakan adalah perkawinan di bawah umur.
Hal semacam ini merupakan suatu pemangkasan kebebasan hak anak dalam memperoleh Hak hidup sebagai remaja yang berpotensi untuk tumbuh, berkembang dan berpotensi secara positif sesuai apa yang di garis bawahi agama. Jika anak masih berusia muda bisa dikatakan kekerasan dan diskriminasi terhadap anak-anak seperti yang telah di jelaskan dalam Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002, dalam ayat itu di jelaskan bahwa "Barang siapa dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan hubungan persetubuhan dengannya atau orang lain maka ia dapat di pidanakan atau di denda sedikitnya 60 juta", jadi jelas bagi orang tua berkewajiban mencegah adanya perkawinan di bawah umur.
Namun kenyataannya perkawinan di bawah umur merupakan peristiwa yang di anggap wajar dan lazim dalam masyarakat Indonesia, tidak terkecuali pula bagi masyarakat di Desa X, yang di huni sekitar 8958 penduduk. Adanya penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa terjadinya perkawinan di bawah umur banyak di pengaruhi oleh faktor rendahnya pendidikan seseorang dan adanya anggapan bahwa wanita pada dasarnya selalu berada di dapur, mereka mengemban tugas untuk melayani suami dan mendidik anak .
Pemikiran di atas tentu sangat kontras dengan perkembangan IPTEK saat ini dan seolah menjadi hal yang menarik perhatian, karena bagaimanapun pemikiran semacam ini nyatanya mampu mengikis serta mematahkan semangat anak untuk berkarya dan berkembang, baik secara fisik, mental maupun sosial sesuai dengan tingkat kematangannya.
Orang tua kurang menyadari bahwa pemaksaan kehendak terhadap anak adalah bentuk diskriminasi dan eksploitasi, hal ini melanggar hak anak termasuk melanggar hukum positif yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Mengingat pentingnya kesadaran hukum masyarakat tentang perkawinan di bawah umur terhadap hak anak, serta akibat yang akan di timbulkan atas pelanggaran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 DAN UU NO.23 TAHUN 2002".

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0022) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Grafika, 2009 : 7).
Berdasarkan undang-undang di atas, proses pendidikan sangatlah penting dalam rangka membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas dengan watak yang baik, berbudi pekerti luhur, kreatif, cerdas, bertanggung jawab, serta menjadi warga negara yang aktif memajukan dan mengembangkan bangsa Indonesia. Jika tujuan pendidikan nasional tercapai maka pendidikan di Indonesia akan menghasilkan siswa-siswa yang cerdas, aktif, dan hasil belajarnya baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang dapat berperan serta aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Guru sebagai pendidik di sekolah harus selalu berusaha mewujudkan tujuan dari Pendidikan Nasional Indonesia melalui proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab IV pasal 19 ayat 1 (Depdiknas, 2005 : 17) yang menyatakan bahwa "proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan mang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik". Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menyenangkan dan interaktif diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, cerdas, dan hasil belajarnya baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Namun, pada kenyataannya tujuan dari Pendidikan Nasional belum tercapai secara optimal seperti adanya siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran atau hasil belajar siswa yang rendah. Hal tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum dilakukan secara optimal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional berupa ceramah yang cenderung membosankan. Hal tersebut membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara optimal dan hasil belajar siswa masih rendah.
Peristiwa tentang rendahnya hasil belajar siswa ditemukan oleh peneliti di kelas IV SDN X pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kelas IV di SDN X terdiri atas empat kelas paralel yaitu kelas IVA, kelas IVB, kelas IVC, dan kelas IVD. Kelas IVA terdiri atas 26 siswa, kelas IVB terdiri atas 27 siswa, kelas IVC terdiri atas 29 siswa, dan kelas IVD terdiri atas 25 siswa (Lampiran 1). Jadi total keseluruhan siswa kelas IV di SDN X adalah 107 siswa. 
Siswa-siswa di kelas IV tersebut secara umum kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PKn karena guru lebih sering menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah dari pada menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran konvensional berupa ceramah mengakibatkan siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan guru sehingga hasil belajarnya rendah. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN X dibuktikan dari nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil (UAS I) pada mata pelajaran PKn (Lampiran 2). Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai UAS I kelas IV pada mata pelajaran PKn hanya mencapai 63,69 (Lampiran 3). Rata-rata nilai tersebut masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sebesar 70. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Peningkatan hasil belajar siswa membutuhkan peran serta dari seorang guru. Seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Proses pembelajaran yang baik merupakan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk melakukan percobaan suatu model pembelajaran di kelas IV SDN X. Model pembelajaran yang dipilih merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
Ada berbagai macam model pembelajaran yang bisa dipilih untuk mengarahkan siswa agar lebih aktif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Peneliti berinisiatif untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Slavin dalam Rusman (2011 : 201) bahwa "pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok". Melalui kerjasama kelompok tersebut, siswa diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat memahami pemecahan masalah yang telah ditemukan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi metode yang bisa dipilih untuk proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Peneliti dalam penelitian ini memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) karena model pembelajaran ini termasuk model pembelajaran yang sederhana dengan dua anggota setiap kelompoknya sehingga proses pembuatan kelompok tidak rumit dan proses pembelajarannya dapat mengaktifkan siswa untuk berfikir, berpendapat, serta bekerjasama dengan pasangannya atau berbagi informasi dengan teman-teman sekelasnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Trianto (2007 : 61) bahwa "Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon, dan saling membantu". Penerapan model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran agar siswa dapat memahami materi pembelajaran selanjutnya dapat merespon pendapat siswa lain dan siswa dapat saling membantu atau kerjasama dalam memahami informasi yang diterima untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Mengacu uraian-uraian tersebut maka peneliti melakukan penelitian tentang KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV SDN.