Search This Blog

Showing posts with label teams games tournament. Show all posts
Showing posts with label teams games tournament. Show all posts

SKRIPSI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MAPEL MATEMATIKA KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0019) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MAPEL MATEMATIKA KELAS V

contoh skripsi pgsd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan. membangun kemauan dan pengembangan kreatifitas dalam proses pembelajaran (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).Berkaitan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pendidik mempunyai peran penting dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan khususnya dalam pelajaran Matematika. Lampiran Permendiknas RI No. 22 (2006 : 134) menyebutkan Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis. sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting di sekolah dasar. Selain itu matematika juga sangat penting di kehidupan sehari-hari untuk perhitungan.
Setiap manusia pasti belajar ketika masih hidup. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Belajar dapat dilakukan di rumah, tempat bermain sebagai pembelajaran formal. Siswa dapat belajar dengan bimbingan guru dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang agar dapat mencapai kompetensi yang diinginkan. Dalam belajar seseorang menginginkan hasil belajar yang tinggi. Hasil belajar merupakan kemampuan seseorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi, melalui proses belajar seseorang akan memiliki
atau di sekolah. Belajar di lingkungan sekolah khususnya di dalam kelas disebut pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik. Proses belajar dapat berlangsung efektif, efisien dan menarik. Jika proses belajar itu didesain melalui prosedur yang sistemik dan sistematik.
Desain sistem pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan proses belajar yang dapat membantu individual untuk mencapai kompetensi secara optimal. Proses belajar dapat disebut sukses apabila memenuhi kriteria sebagai berikut, yakni siswa melakukan interaksi dengan sumber belajar secara intensif. melakukan latihan untuk penguasaan kompetensi memperoleh umpan balik segera setelah melakukan proses belajar, menerapkan kemampuan dalam konteks nyata dan melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Kenyataan yang ada di lingkungan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa belum mencapai tujuan pembelajaran dan belum dapat memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap.
Benny A (2009 : 56) mengatakan "komponen-komponen dalam sistem pembelajaran meliputi siswa, tujuan atau kompetensi, metode, media, strategi pembelajaran dan evaluasi. Output dari suatu komponen akan menjadi input bagi komponen-komponen yang lain".
Dengan melihat pengertian tersebut seorang guru sebagai pengajar harus dapat menjadi desainer program pembelajaran, hal ini dilakukan agar guru dapat mengimplementasikan model tersebut untuk menciptakan program pembelajaran yang memiliki efektifitas, efisien dan daya tarik.
Hasil observasi di SDN X banyak terdengar keluhan dari guru bahwa pembelajaran matematika kurang disenangi oleh siswa, ini terjadi oleh beberapa hal yang mempengaruhi kondisi tersebut. Kondisi yang mempengaruhi kondisi itu diantaranya kondisi materi matematika yang sulit, kondisi guru yang belum menguasai model pembelajaran, dan kondisi siswa yang jenuh karena pembelajaran mono ton masih konvensional. Jika ditinjau dari materi matematika merupakan hal yang abstrak yang terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Jika hal tersebut kurang diperhatikan oleh guru, maka dapat menjadi salah satu penyebab kurang berhasilnya pembelajaran matematika.
Hasil observasi penelitian di SDN X khususnya di kelas V terdapat 75% jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika. Hasil belajar siswa rendah dapat dilihat pada hasil tes matematika masih banyak siswa mendapat nilai dibawah KKM yaitu 65.
Adapun penyebab masalah yang terjadi di SDN X adalah kurang mengaktifkan siswa dalam pembahasan materi, guru membahas materi terlalu cepat, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran sehingga materi yang dijelaskan terlalu abstrak. Cara penyampaian bahan pembelajaran kurang menarik dan membosankan, kurang bervariasinya metode pembelajaran, kurangnya contoh dan latihan, siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Hal ini penulis mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament untuk mengatasi permasalahan di atas. Model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematika dan menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa berkerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan guru, tetapi lebih sering menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual dan dorongan yang individual. Apabila diatur dengan baik, siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsop-konsep yang dipikirkan.
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode atau model pengajaran yang menjadikan pelajaran matematika menyenangkan dan siswa akan lebih paham. Pembelajaran kooperatif ini siswa belajar dengan cara berkelompok, dari sisi sinilah siswa akan selalu aktif bertanya jawab terhadap teman satu kelompoknya. Cooperative Learning juga siswa untuk belajar secara aktif. Ada banyak jenis-jenis Cooperative Learning yang salah satunya adalah model Teams Games Tournament. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament memberikan kesempatan siswa untuk berkompetisi secara sportif, bekerjasama dalam kelompok dan mengungkapkan pendapat. Dari model tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model tersebut terhadap hasil belajar siswa.
Dari uraian tersebut perlu diadakan penelitian tentang keefektifan model Teams Games Tournament terhadap hasil belajar matematika kelas V. Untuk itu penulis melakukan penelitian tentang "KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V".

SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI STANDAR KOMPETENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI STANDAR KOMPETENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

(KODE : PTK-0584) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI STANDAR KOMPETENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta sebagai sumber pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suatu edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan belajar mengajar dapat dicapai secara efektif jika seorang guru secara nalar mampu memperkirakan dengan tepat pendekatan apa yang harus digunakan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, yaitu pada pembelajaran biologi tentang sub pokok materi pencemaran lingkungan di SMA X ada beberapa permasalahan yang timbul diantaranya 1) siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, 2) siswa kurang tertarik pada mata pelajaran biologi, 3) basil belajar siswa rendah. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran masih menggunakan paradigma lama, di mana kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Penggunaan metode dan pendekatan masih konvensional. Kondisi seperti itu mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Pada pembelajaran sebelumnya guru hanya terpacu pada materi dan menggunakan metode ceramah sehingga tingkat pemahaman siswa terbatas pada pengetahuan di kelas saja, siswa masih banyak yang tidak suka dengan pelajaran biologi dan masih suka bercanda apalagi siswa SMA X mereka lebih suka dengan pelajaran olah raga/penjaskes.
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif. Siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda, belajar dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 6 siswa, untuk menyelesaikan tugas kelompok, dan tiap anggota saling kerjasama.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran kooperatif dilanjutkan suatu rangka yaitu, (turnamen akademik) dalam turnamen akademik 3-6 siswa dengan kemampuan setara bersaing mewakili kelompok masing-masing.
Diadakannya turnamen, diharapkan meningkatkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya, sehingga dapat memupuk kerjasama diantara siswa. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam turnamen juga dapat untuk mereview atau memberi penguatan terhadap pemahaman siswa atas materi yang dipelajarinya.
Atas dasar masalah di atas, peneliti mencoba menggunakan metode TGT pada pembelajaran biologi, dengan harapan peserta didik dapat menguasai dan menerapkannya dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAME TOURNAMENT PADA PERMAINAN BOLA BASKET

(KODE : PTK-0572) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAME TOURNAMENT PADA PERMAINAN BOLA BASKET (PENJAS KELAS IX)


BAB II 
LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 11 telah menyebutkan bahwa : Olahraga Pendidikan adalah Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani (Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI 2005 : 4).
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa (BSNP 2006 : 1).
Materi mata pelajaran Penjasorkes SMP yang meliputi : pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik; dan pendidikan luar kelas (out door) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif (BSNP 2006 : 1).
Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Untuk dapat berolahraga secara benar, manusia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan diyakini dapat : 
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk : (1) berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga, (2) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya secara aman, (3) pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat (BNSP 2006 : 1).
Pendidikan jasmani ialah : pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk-isi-dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan (Kosasih 1985 : 4).

B. Karakteristik Siswa Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah merupakan tempat belajar (formal) siswa selain lingkungan keluarga (in formal) dan linkungan masyarakat (non formal), meskipun interaksi sosial yang berlaku di sekolah biasanya tidak demikian mendalam dan sinambung seperti yang terjadi di lingkungan rumah tangga, pengaruh lingkungan sekolah terhadap perkembangan sosial siswa tentulah ada, dan bahwa peranannya itu cukup besar, yaitu : 
Di dalamnya berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan "pendidikan" pada umumnya, yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi-potensi anak, perkembangan dari kecakapan-kecakapannya pada umumnya, belajar bekerjasama dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran, menghadapi saringan, yang semuanya antara lain mempunyai akibat pencerdasan otak siswa, seperti yang dibuktikan dengan tes-tes inteligensi (Gerungan 1996 : 194).
Siswa usia sekolah menengah berada pada rentangan kategori siswa usia remaja, yang berada pada rentangan usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan masa remaja akhir, maka masa remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan masa remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun (Djamarah 2002 : 107). Jadi anak usia sekolah menengah pertama berada pada usia remaja awal yaitu usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun.
Remaja dikenal sebagai masa pencarian dan penjelajahan identitas diri. Kekaburan identitas diri menyebabkan remaja berada di persimpangan jalan; tak tahu mau kemana dan jalan mana yang harus diambil untuk sampai pada jati diri yang sesungguhnya. Anak remaja tidak bisa lagi dimasukkan ke dalam golongan anak dan ia tidak dapat pula dimasukkan ke dalam golongan orang dewasa atau orang tua (Djamarah 2002 : 107).
Masa remaja tidak seperti pada masa anak, remaja perkembangan sosialnya semakin luas, remaja tidak lagi hanya berteman dengan siswa sebaya di sekitar rumahnya , tetapi ia sudah berhasrat untuk mencari teman lain di lingkungan yang lebih luas.
Usia remaja juga merupakan masa-masa berkembangnya fungsi-fungsi seksualitas. Dalam diri remaja sedang terjadi rangsangan kematangan seksual dan dorongan untuk mendapatkan kepuasan seksualitas, maka masa ini kecenderungan remaja untuk menghindari larangan norma sosial dan hukum positif.
Dari segi perkembangan kemampuan pikir remaja terdapat bukti-bukti hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa pola dan cara berpikir remaja cenderung mengikuti pola dan cara berpikir orang dewasa. Ini mengisyaratkan untuk membicarakan suatu masalah pribadi maupun masalah sosial kemasyarakatan. Pendidikan remaja dapat didekati dengan pendekatan rasional. Tidak seperti siswa, remaja dapat memecahkan masalah yang kompleks secara rasional (Djamarah 2002 : 109).
Pada masa pra-pubertas, pubertas dan adolesensi, terdapat pertumbuhan jasmani yang sangat pesat. Anak menjadi cepat besar, bobot badannya naik dengan pesat, panjang badannya bertambah dengan cepat; makannya banyak, dan aktivitasnya bertambah. Bersamaan dengan pertumbuhan badan yang sangat pesat, berlangsung pula perkembangan intelektual yang sangat intensif; sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar (Kartono 1989 : 34).
"Indek Anatomis" dari Baldwin yang melakukan pengukuran terhadap tulang-tulang siswa secara rontgenologis menunjukkan bahwa, tulang-tulang pada siswa usia 10-15 tahun juga tumbuh dengan cepat sekali (Kartono 1989 : 34). Sehubungan dengan pertumbuhan tulang belulang dan jasmani yang sangat pesat ini, biasanya sejak berumur 10 tahun daya tahan anak terhadap bermacam-macam penyakit serta infeksi tumbuh secara maksimum, sehingga kurve-mortalitas pada usia sekitar 10 tahun menunjukkan angka kematian yang terkecil, yang minimal (Kartono 1989 : 34).
Daya tahan anak yang besar dan pertumbuhan jasmani yang sangat pesat itu, maka orang menandai periode ini dengan vitalitas yang sangat besar. Oleh karena itu pada usia pra-pubertas dan pubertas yang menjadi pusat perhatian anak yaitu : sport, perlombaan-perlombaan, kegairahan berkelana, atau pergi bertamasya dengan berjalan kaki, naik gunung, menjelajahi pulau dan meneliti daerah-daerah baru (Kartono 1989 : 36).

SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

(KODE : PTK-0160) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (IPS EKONOMI KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya, sebab pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada pada manusia. Dalam pendidikan juga terdapat bimbingan dan pengalaman kepribadian, sehingga peserta didik dapat menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya selaku individu yang menjalani pendidikan, dan masyarakat sebagai tempat interaksi keluarga, bangsa dan negara sebagai tempat tinggal peserta didik itu sendiri.
Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing peserta didik dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa : 
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya, "pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat".
Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia serta menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini. Berikut ini merupakan alasan mengapa manusia membutuhkan pendidikan : 
l. Dasar Biologis
Kaitan dengan dasar biologis pendidikan menurut Redja Mudyahardjo, bahwa pendidikan adalah perlu karena manusia dilahirkan tidak berdaya, sebab : 
a. Manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.
b. Manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
c. Awal pendidikan terjadi setelah manusia mencapai penyesuaian jasmani (manusia dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
2. Implikasi
a. Manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan menjadi manusia yang tidak berbudaya atau bahkan mati.
b. Manusia memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa persiapan pendidikan.
c. Kemampuan pendidikan terbatas.
d. Orang dewasa yang tidak berhasil dididik perlu pendidikan kembali atau reedukasi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa hams berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri dan bertanggung jawab serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Lebih lanjut Redja Mudyahardjo menyatakan bahwa : 
Dalam definisi luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan, segala situasi hidup dan sepanjang hidup, yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam definisi sempit, pendidikan adalah sekolah, pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Karena pada kenyataannya, seorang anak atau peserta didik nantinya akan berhubungan dan berkontribusi untuk masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari tugas sosial individu.
Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata oikonomia, kata ini berasal dari kata oikos dan nomos, oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi Ekonomi mengandung arti tentang hubungan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Umasih, "manusia adalah makhluk Ekonomi (homo economicus) yang selalu bertindak dengan penuh perhitungan dan berusaha mencari keuntungan bagi dirinya". Sebagai makhluk Ekonomi, manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang rasional, karena ia yakin bahwa dengan memenuhi kebutuhannya akan dapat tercapai kesejahteraan. Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencari kepuasan tertinggi dari nilai guna barang yang menjadi kebutuhannya tersebut.
Ekonomi menurut kamus bahasa Indonesia yaitu "pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan pemakaian (konsumsi) barang-barang serta kekayaan, penghematan, tempat dimana ia tinggal hal ini demikian merupakan tuntutan dasar untuk memenuhi kebutuhan". Manusia dalam kegiatan ekonominya melalui tahapan-tahapan, yang pertama adalah melakukan kegiatan produksi, distribusi hingga konsumsi. Kegiatan tersebut dalam sehari-harinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam belajar ilmu Ekonomi diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar Ekonomi adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar mengajar Ekonomi yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja, tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam mewujudkan nilai-nilai positif, sehingga belajar Ekonomi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari, mengatur hidupnya sendiri dan mampu merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik lagi. Efektivitas proses belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya.
Guru sebagai pendidik dan seorang yang merencanakan pembelajaran di sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran tersebut. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar yang efektif, sebaiknya guru juga mengawasi dan membimbing siswa sewaktu mereka belajar di sekolah. Akan lebih baik lagi, apabila cara-cara belajar efektif tersebut dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan. Namun ada kalanya terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan. Kekeliruan itu contohnya dalam bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar dan/atau cara pencapaiannya tidak tepat.
Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai pribadi, warga, dan hamba Allah. Suatu pendidikan dikatakan benar apabila berhasil membantu individu dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup. Hal ini dapat terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang tepat.
Bukan hanya guru yang berperan sebagai motivator dan fasilitator saja yang dapat mempengaruhi proses belajar, namun pemilihan model pembelajaran yang sesuai juga dapat berpengaruh pada kelangsungan proses belajar. Dimana dalam pengajaran, bukan hanya dalam mata pelajaran ilmu Ekonomi saja namun juga pada mata pelajaran yang lainnya model dan cara pengajarannya harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa dapat dengan mudah dan menerima serta memahami materi yang disampaikan.
Strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam menyajikan mata pelajaran Ekonomi, umumnya adalah strategi belajar mengajar yang kurang mementingkan kebutuhan dan kepentingan siswa, bahkan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Metode pengajaran yang dipakai pun hanya terbatas pada metode ceramah dan demonstrasi sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan membosankan, pengetahuan yang didapat oleh siswa pun hanya sebatas hafalan dan apa yang dipelajari oleh siswa tidak dapat diserap secara bermakna. Dengan begitu siswa tidak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik. Selain itu para guru terjebak dengan target kurikulum yang harus dicapai, sehingga kurang memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak dengan materi yang diterimanya.
Padahal dalam proses belajar mengajar diharapkan terjadi transfer belajar, yakni materi yang disajikan guru dapat diterapkan ke dalam struktur kognitif siswa. Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang.
Dengan terjadinya transfer belajar yang diterapkan ke dalam struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran tidak hanya terbatas pada tahap ingatan tanpa pemahaman, namun juga bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna. Demikian pula dengan tujuan pembelajaran Ekonomi, yang akan tercapai dengan pembelajaran yang bermakna.
Saat ini kenyataan yang terjadi di kelas adalah pembelajaran yang disajikan guru hanya bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit dimengerti peserta didik secara utuh dan mendalam. Untuk itu agar peserta didik belajar lebih aktif, guru harus memunculkan teknik pengajaran yang tepat dalam memotivasi peserta didik. Guru sebagai fasilitator harus memfasilitasi peserta didik agar mendapat informasi yang bermakna, agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan ide mereka sendiri. Agar siswa dapat memahami konsep ekonomi dengan baik maka perlu dikembangkan suatu cara atau teknik pengajaran Ekonomi guna membantu siswa dalam memahami konsep dan menentukan hubungan yang bermakna. Kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran akan menjadi penghalang proses pembelajaran sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Pemilihan model pembelajaran diharapkan sesuai dan cocok terhadap suatu materi pelajaran.
Menurut Robert E. Slavin, model pembelajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik "harus dapat menarik perhatian siswa dan tidak membosankan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran pertama dad Johns Hopkins".
Model pembelajaran TGT ini menggunakan tim kerja seperti pembelajaran kooperatif pada umumnya, namun yang membedakannya adalah terdapat kuis dengan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya
Dalam model pembelajaran TGT ini menurut Robert E. Slavin : 
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Mereka dalam kelompok saling bekerjasama, saling berdiskusi dan tolong menolong dalam mengerjakan tugas kelompok dan memahami suatu konsep pelajaran serta mereka saling berkompetisi antar kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut memberikan kontribusi untuk pencapaian skor kelompok. Kelompok yang memiliki nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Di dalam kegiatan pembelajaran dengan model TGT ini semua siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh prestasi, baik sebagai individu maupun anggota kelompok.
Pembelajaran dengan menggunakan model TGT ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. Pembelajaran Ekonomi yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Dilihat dari pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik di kelas, terdapat kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada buku teks pegangan siswa dengan model pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari pada pemahaman konsep, sehingga tidak tercapai hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model TGT diharapkan dapat membantu para siswa agar lebih memahami secara mendalam tentang materi yang dipelajarinya serta dapat membantu proses belajar mengajar yang berlangsung lebih menarik dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan konsep siswa terhadap pelajaran Ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan efektifitas belajar. Adapun konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang pajak, yaitu pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar pajak. Banyak siswa gagal atau tidak mendapat hasil belajar yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Para siswa biasanya hanya menghafal pelajaran.
Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Kecakapan, ketangkasan serta kemampuan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, guru dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efektif.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan. Namun ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk umum tersebut dengan sendirinya akan menjamin kesuksesan siswa. Banyak aspek yang mempengaruhi dalam proses tercapainya kesuksesan tersebut.
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)".

B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 
1. Model pembelajaran Ekonomi yang diterapkan para pendidik saat ini belum dapat meningkatkan kemampuan siswa.
2. Model pembelajaran Ekonomi yang digunakan para pendidik belum dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
3. Belum diketahuinya pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap penguasaan konsep pajak.
4. Belum diketahuinya efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
5. Belum diketahuinya respon siswa terhadap model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Ekonomi.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah agar pemecahannya terfokus dan jelas. Masalah yang akan diteliti adalah mengenai tingkat efektivitas pembelajaran Ekonomi siswa di SMPN X dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : "Apakah dengan digunakannya model pembelajaran TGT akan meningkatkan efektivitas belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 
1. Mengetahui tingkat pemahaman konsep Ekonomi siswa pada materi pajak dengan menggunakan model pembelajaran TGT. 
2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran TGT. 
3. Mengetahui efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT.

F. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang masalah diatas, kemampuan pemahaman Ekonomi siswa sangat penting untuk ditingkatkan. Oleh karena itu model pembelajaran TGT perlu dicoba sebagai alternatif strategi pembelajaran Ekonomi guna meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak.
1. Bagi Siswa : 
a. Siswa akan lebih mengenal model-model pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya dengan satu model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa akan terangsang untuk dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, dapat berfikir kritis dan terlatih untuk dapat mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa dalam mata pelajaran lainnya dan mata pelajaran Ekonomi khususnya.
2. Bagi Guru : 
a. Menjadi bahan masukan bagi guru untuk lebih mengetahui alternatif-alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa.
b. Meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian yang dilakukan.
3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran Ekonomi.
4. Bagi Peneliti Lanjut, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk mengadakan perbaikan kualitas pendidikan dan menjadi acuan bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran yang sejenis namun dengan pokok bahasan yang berbeda.

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA

(KODE : PTK-0140) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA (IPS KELAS III)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi ilmu pengetahuan sosial dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Hal ini dikarenakan di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat akibat kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial dan juga berupaya membina dan mengembangkan peserta didik menjadi sumber daya manusia yang berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga masyarakat dan warga negara yang memiliki perhatian, kepedulian sosial yang bertanggung jawab.
Tujuan pembelajaran IPS menurut Nursid Sumaatmadja dalam Hidayati (2008 : 24) adalah untuk membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat. Dan Ruang lingkup mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial meliputi aspek-aspek di antaranya 1) Manusia, tempat, dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3) Sistem, sosial dan budaya. 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Depdiknas, 2006 : 575).
Berdasarkan tujuan dari pendidikan IPS, dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Menurut Azis Wahab (1986) dalam Trianto, kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengkondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (2010 : 174).
Dan hasil observasi yang dilakukan pada PPL 1 dan PPL 2 di SDN X pada bulan September dan Oktober menunjukkan bahwa pembelajaran IPS siswa kelas 3 SDN X masih kurang optimal. Hal ini disebabkan karena minimnya strategi yang dilakukan guru saat mengajar. Cara mengajar guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan pada saat tanya jawab hanya siswa-siswa yang pandai saja yang mau menunjukkan jari untuk menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu guru kurang memanfaatkan media, sehingga mengakibatkan minat belajar siswa rendah. Hal tersebut menyebabkan nilai hasil belajar siswa masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan 63,6% siswa atau 7 dari 11 siswa mengalami ketidaktuntasan belajar, sedangkan 36,4% atau 4 dari 11 siswa mengalami ketuntasan belajar. Nilai ketuntasan minimal mata pelajaran IPS di SDN X adalah 60. Dan rata-rata kelas sebesar 53,6 dengan nilai terendah adalah 15 dan tertinggi adalah 95.
Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran IPS pada kelas tiga SDN X maka perlu sekali adanya peningkatan kualitas pembelajarannya, agar hasil belajar IPS pada kelas tiga dapat meningkat. Hal ini senada dengan pendapat Soewarsono yang menyebutkan bahwa perbaikan pengajaran sangat penting bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar yang baik bagi siswa (Sugiarti, 2009 : 4). Dan setelah melihat permasalahan yang ada pada pembelajaran IPS di kelas tiga SDN X maka peneliti menetapkan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan model cooperative learning (pembelajaran kooperatif) tipe Teams Games Tournament (TGT). Dan pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kelas III tersebut dilakukan secara tematik bersama dengan mata pelajaran lain yang masih berkaitan. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 bahwa pembelajaran untuk kelas I, II dan III dilaksanakan dengan pendekatan tematik (Trianto, 2010 : 78).
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku ras yang berbeda. TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan si stem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik mereka setara (Slavin, 2009 : 163-165).
Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran IPS agar lebih bermakna bagi siswa dalam pengalaman belajarnya. Selain itu guru juga dapat mengasah kreativitasnya untuk menemukan hal-hal yang baru sehingga anak tidak merasa bosan dalam belajar dengan pola pengajaran yang sama. Dari ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji dengan judul "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS III SDN X".

B. Perumusan Masalah dan Rencana Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas 3 SDN X ?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat diperinci sebagai berikut : 
a. Apakah melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan materi jual beli dan uang di kelas 3 SDN X ?
b. Apakah melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi jual beli dan uang di kelas 3 SDN X ?
c. Apakah melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS dengan materi jual beli dan uang di kelas 3 SDN X ?
2. Pemecahan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan beberapa tahap siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) meliputi : 
a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran.
b. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
c. Guru membentuk kelompok belajar untuk mendiskusikan materi dan membantu setiap kelompok yang belum mampu menguasai materi.
d. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan lembar kerja.
e. Guru menjelaskan peraturan turnamen dan mengatur penempatan meja untuk turnamen
f. Guru mengawasi jalannya turnamen
g. Penghitungan perolehan skor dari tiap siswa dan kelompok belajar
h. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan adalah : 
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas 3 SDN X.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS materi uang pada kelas 3 SDN X.
b. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPS materi uang pada kelas 3 SDN X.
c. Meningkatkan hasil belajar IPS materi jual uang pada siswa kelas 3 SDN X.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dikemukakan
sebagai berikut : 
1. Manfaat Praktis 
a. Siswa
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Selanjutnya diharapkan hasil belajar akan meningkat.
b. Guru
Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang inovatif sehingga guru dapat menciptakan suasana belajar yang bervariasi.
c. Sekolah
Dengan menerapkan Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT), kita dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran para guru. Selain itu dengan peningkatan hasil belajar siswa, sekolah dapat menaikkan KKM mata pelajaran IPS. 
2. Manfaat Teoritis 
a. Peneliti
Berguna untuk menambah wawasan tentang pembelajaran dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) khususnya mata pelajaran IPS.