Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Show all posts
Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

(Kode PEND-BSI-0010) : Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Sastra lahir dari tengah-tengah masyarakat, sehingga pada akhirnya sastra tetap melibatkan diri pada masyarakat.hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki.kemunculan sastra terjadi dari proses kreatif yang memerlukan daya cipta yang secara khas dimiliki oleh seniman, khususnya sastrawan.dalam hal ini sastrawanlah yang berpewran penting dalam tugas meneruskan kehadiran sastra yang setiap waktu dapat terjadi dalam masyarakat.Darma (1984 : 25) Mengatakan bahwa, Sastrawn sebagai anggota masyarakat dalam fungsinya sebagi orang pinggiran sekaligus sebagai pemikir dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat atau pembaca dan harus mampu menunjukkan realita dengan imajinasi dan aspirasinya, sehingga masyarakat dapat melihat identitas dirinya melalui hasil karya sastra yang dimiliki.
Karya sastra yang banyak dianalisis sampai saat ini adalah sastra modern, khususnya Novel. Untuk mewujudkan keseimbangan di antara keduanya, yaitu antara sastra modern itu sendiri dengan sastra lama, perlu ditingkatkan penelitian untuk jenis sastra yang terakhir ini. Hal ini perlu diperhatikan dengan pertimbangan bahwa khazanah sastra lama kaya dengan nilai-nilai yang pada dasarnya sangat diperlukan dalam rangka membina semangat dan kesatuan bangsa. Sesuai dengan visi Postrukturalisme, membangkitkan peran serta budaya.Karya sastra dihasilkan oleh seorang pengarang, tetapi masalah-masalah yang diceritakan adalah masalah-masalah masyarakat pada umumnya. Karya sastra menceritakan seorang tokoh, suatu tempat dan kejadian tempat tertentu, dan dengan sendirinya melalui bahasa pengarang.tetapi yang diacu adalah manusia, kejadian dan bahasa sebagaimana dipahami oleh manusia pada umumnya.dalam hubungan inilah disebutkan bahwa pengarang adalah wakil masyarakat, pengarang sebagai konstruksi transindividual, bukan dirinya sendiri. Karya sastra yang berupa Novel dianggap paling dominan dalam menampilkan unsure-unsur sosialnya karena novel menampilkan unsure-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari yang umum digunakan dalam masyarakat.
Karya sastra yang baik selalu memberikan pesan kepada pembacanya untuk berbuat baik, maksudnya karya sastra tersebut mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral (Darma, 1984 : 48). Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah SWT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sehingga tidak luput dari perbuatan baik (Bermoral) dan perbuatan tidak baik (Immoral).manusia dikatakan bermoral baik apabila dipandang dari tujuan akhirnya, dan perbuatan-perbuatannya disebut moral baik karena perbuatan itu membawa manusia kearah tujuan akhir (Poespoprodjo, 1988 : 27 ). Tujuan akhir manusia sendiri adalah kebahagian dengan jalan melaksanakan perbuatan-perbuatan bermoral . Moral dan immoral akan selalu silih berganti dalam kehidupan, suatu saat melakukan perbuatan bermoral pada saat lain melakukan perbuatan immoral. Oleh karena itu, penelitian tentang moral sangat menarik, karena menyangkut kualitas perbuatan manusia dan gejala-gejala yang ada di lingkungan masyarakat.
Pengarang novel Burung-Burung Manyar yaitu Y.B Mangunwijaya berusaha mengajak pembaca dan penikmat untuk mengerti dan memahami bahwa dalam kehidupan ini, manusia tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan, baik yang disengaja maupun tidak, ini terbukti yang dialami oleh Y.B. Mangunwijaya. Semasa masih mudah dia memiliki pengalaman tersendiri ketika ikut perang gerilya. Sehingga pengalaman tersebut banyak mengilhami dan memberi dorongan atas terbitnya novel Burung-Burung Manyar.tak salah lagi kalau isi dari novel tersebut seakan –akan terjadi di masyarakat. Jika dibaca dan dipahami secara mendalam, novel Burung-Burung Manyar ini dapat diketahui bahwa pengarang tidak sekedar ingin menyampaikan sebuah cerita demi cerita saja.ada sesuatu yang dikemas dalam cerita itu, lewat kata-katanya yang teratur Y.B Mangunwijaya menggambarkan pergolakan perebutan kekuasaan antara Indonesia, Belanda, Jepang serta Inggris yang tak mau lepas untuk campur tangan. Disamping itu menggambarkan pula pergolakan cinta kasih yang abstrak antara tokoh Setadewa dengan Larasati. Perjalanan cinta antara kedua tokoh ini sangat panjang. Namun tak pernah bersatu akibat dari lika-liku kehidupan. Pergolakan cinta kasih ini dalam novel digambarkan seiring dengan pergolakan kekuasaan di wilayah Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut :
1. Bagaimana Aspek Moral Ketuhanan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya ?
2. Bagaimana Aspek Moral Kenegaraan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijay ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Aspek Moral tokoh Novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini adalah ingin memperoleh diskripsi obyektif tentang :
a. Aspek Moral Ketuhanan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar.
b. Aspek Moral Kenegaraan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan kepada Ilmu Bahasa Indonesia, Khususnya dalam bidang kesusastraan yang mengarah pada pembinaan aspek moral yang terdapat dalam karya sastra
2. Bagi peneliti, di samping sebagai latihan juga sebagai tolak ukur sampai di mana kemampuan penulis dalam menganalisis sebuah novel.
3. Bagi sastrawan, dapat dijadikan sebagai landasan dalam peningkatan proses kreatif karya sastra terutama novel.

E. Penjelasan Judul
Penelitian ini berjudul Aspek Moral Tokoh Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya. Berkaitan dengan judul tersebut di bawah ini akan diberi penjelasan judul debagai berikut :
1. Aspek Moral adalah pandangan Pengarang terhadap berbagai faktor kehidupan di masyarakat untuk membedakan sesuatu yang benar dan yang salah. (James Drawer, 1986 : 292 )
2. Novel adalah Prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.Istilah lain novel adalah Roman. (Sudjiman, 1990 : 55 )
Skripsi Analisis Referensi Dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara Ng - Kajian Analisis Wacana

Skripsi Analisis Referensi Dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara Ng - Kajian Analisis Wacana

(Kode PEND-BSI-0009) : Skripsi Analisis Referensi Dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara Ng - Kajian Analisis Wacana

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan, dalam menyampaikan informasi. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Lyons dalam George Yule (1996: 32) mengemukakan bahwa pengertian komunikasi dengan mudah dapat dipakai untuk perasaan, suasana hati, dan sikap, tetapi menunjukkan bahwa ia terutama akan tertarik pada penyampaian informasi yang faktual atau proposional yang disengaja. Sedangkan bahasa adalah alat untuk mengekspersikan diri (Keraf, 1984: 3). Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Oleh karena itu, kemampuan berbasa seseorang sangat erat hubungannya dengan kemampuan berfikirnya, semakin pandai seseorang dalam berbahasa, maka dapat diketahui bahwa semakin jelas jalan pikirannya.
Dalam komunikasi tulis, proses komunikasi penyapa dan pesapa tidak berhadapan langsung. Penyapa menuangkan ide gagasanya dalam kode-kode kebahasaan yang biasanya berupa rangkain kalimat. Rangkaian kalimat tersebut nantinya ditafsirkan maknanya oleh pembaca (pesapa). Di sini pembaca mencari makna berdasarkan untaian kata yang tercetak dalam teks. Dalam kondisi seperti itu, wujud wacana adalah teks yang berupa rangkaian preposisi sebagai hasil pengungkapan ide atau gagasan. Dengan kata lain wacana dalam komunikasi tulis berupa teks yang dihasilkan oleh seorang penulis (Rani, 2006:3). Sedangkan komunikasi lisan adalah bentuk komunikasi yang diucapkan secara langsung tanpa adanya perantara atau pihak ketiga (Brown dan Yule, 1996: 9).
Pemilihan bahasa dalam berkomunikasi didasarkan pada berbagai pertimbangan yaitu kondisi penutur dan kondisi lawan tutur, serta pesan-pesan yang terdapat dalam media komunikasi. Komunikasi merupakan usaha pembicara untuk memberitahukan sesuatu kepada pendengar atau menyuruhnya untuk melakukan sesuatu (Barnett, 1976: 5). Disiplin ilmu yang mengkaji bahasa yang nyata dalam tindakan komunikasi tersebut disebut analisis wacana.
Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa (Djajasudarma, 2006:2). Samsuri (1987: 36) berpendapat bahwa hubungan antar kalimat yang membangun sebuah wacana itu dapat ditandai dengan penanda yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal, karena kalimat yang satu tidak dapat ditafsirkan maknanya, kecuali ke unsur yang lain.
Rani (2006: 15) menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan kajian wacana, aspek-aspek tersebut adalah (a) jenis pemakaian wacana, (b) konteks wacana, (c) kohesi dan koherensi, (d) referensi, (e) tindak tutur, dan (f) analisis wacana kritis.
Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang berupa novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya yang paragraf, kalimat, atau kata membawa amanat yang lengkap. Novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang yang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif (Tarigan, 1993: 164). Seperti halnya novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng. Novel tersebut dituangkan dalam wacana agar dapat dibaca oleh masyarakat umum. Dalam novel “Dimsum Terakhir” terdapat referensi atau pengacuan. Referensi adalah hubungan antara kata dengan benda, tetapi lebih luas lagi referensi dikatakan sebagai hubungan bahasa dengan dunia. Salah satu keunikan dalam referensi adalah si penutur referensi dianggap sebagai tindak tanduk si penutur. Dengan kata lain, referensi dari sebuah kalimat sebenarnya ditentukan oleh si penutur, karena si penuturlah yang paling tahu tentang referensi oleh si penutur.
Keberadaan wacana dalam teks sangat penting, karena wacana membantu memberikan penafisiran tentang makna ujaran dalam teks, disamping itu novel juga merupakan komunikasi pengarang pada calon pembacanya, dalam wacana novel banyak ditemukan pemahaman yang utuh terhadap maksud wacana novel, oleh karena itu analisis referensi pada novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng perlu dilakukan agar dapat memberikan sumbangan pada pembaca untuk mengembangkan pemahaman pembacaan pada novel.
Clara Ng, sang penulis novel, merupakan salah seorang novelis muda yang turut mengucurkan derasnya aliaran sastra Indonesia segar saat ini. Ia dinilai cukup produktif menghasilkan karya. Dalam tujuh tahun ini (2002-2008) Clara sudah menerbitkan novel, cerpen, cerita anak-anak sekitar 21 buku, karya-karyanya diterbitkan oleh salah satu penerbit terkenal di Indonesia. Salah satu dari karya novel yang ditulisnya yaitu novel dengan judul Dimsum Terakhir, novel ini menceritakan tentang anak yang dilahirkan kembar empat sekaligus. Dari kembar empat ini mereka memempunyai kebiasaan dan sifat yang sangat berlawanan. Salah satu tokoh yang paling menonjol adalah Rosi dia memiliki kelainan seks suka sesama jenis (lesbi).
Sosok sang novelis pada kenyataannya adalah seorang ibu muda, cantik, dan menawan. Clara banyak mendapat kritikan dari orang-orang disekitarnya yang mengklaim bahwa Clara dituduh melegalkan seks bebas, karena karya yang ditulisnya banyak yang berbau seks bebas. Dalam menyikapi hal tersebut Clara menanggapi dengan sabar karena dia berpendapat bahwa dalam menuli tidak usah munafik, melihat realita yang ada itu lebih baik.
Sebagai karya sastra, novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng ini dapat dianalisis dari segi pendekatan bahasa. Dalam hal ini, analisis referensi memfokuskan pada aspek referensi eksofora dan referensi endofora. Teori ini sangat penting untuk mendukung dan mengembangkan pemahaman pembaca terhadap teks novel. Analisis diantaranya akan mengupas secara mendatail terhadap antesenden di luar bahasa atau konteks situasi, antensenden di dalam teks dan persoalan ketakrifan. Hal ini dijadikan dasar pilihannya teori referensi sebagai kebijakan analisis.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang referensi di salah satu novel karya Clara Ng, yaitu pada novel yang berjudul “Dimsum Terakhir”.

1.2 Masalah
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan tertinggi dalam hierarki gramatikal. Dengan berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup kajian wacana sangat luas, yaitu meliputi: jenis pemakaian wacana, konteks wacana, kohesi dan koherensi, referensi, tindak tutur, dan analisis wacana kritis.
1.2.2 Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada referensi. Adapun referensi yang hendak dianalisis menyangkut dua jenis, diantaranya: referensi endofora dan referensi eksofora. Referensi endofora dibagai menjadi dua yaitu: referensi anfora dan referensi katafora.
1.2.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana referensi endofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng?
2. Bagaimana referensi eksofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan referensi endofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng.
2. Mendeskripsikan referensi eksofora dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan ilmu analisis wacana, terutama mengenai analisis referensi endofora dan referensi eksofora sebuah wacana.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, pemanfaatan penelitian ini ialah:
a. Memberikan informasi kepada pendidikan mengenai endofora dan referensi eksofora.
b. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa, terutama mengenai referensi endofora dan referensi eksofora.
c. Bagi pembaca agar mengatahui dan memahami referensi endofora dan referensi eksofora yang terkandung dalam novel “Dimsum Terakhir” karya Clara Ng.
Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi

Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi

(Kode PEND-BSI-0008) : Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada tokoh utama serta tokoh tambahan yang terdapat di dalam novel yang berjudul Kampung Kehormatan, karya Najib Mahfouz dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya fenomena lebih yang terdapat pada psikologi tokoh-tokoh dalam novel ini. Fenomena-fenomena tersebut terpancar dari perilaku para tokohnya. Perilaku tersebut bisa berupa perilaku psikologi yang berupa kesedihan, kegembiraan, ketakutan, keberanian, kemarahan, dan karakter-karakter lain yang masih banyak lagi. Selain itu juga dapat berupa efek perilaku psikologi yang tergambar melalui tindakan-tindakan fisiknya. Kesemuanya itu dituangkan oleh peneliti agar dapat dijadikan bahan perenungan dan bahkan kontrol sosial dalam menjalani realitas kehidupan bagi para penikmat karya Najib Mahfuoz.
Latar belakang di atas merupakan pondasi utama dalam penelitian ini meskipun terdapat peneliti lain yang melakukan tindak penelitianya pada fokus penokohan. Sebagai pembanding, peneliti menghadirkan bukti-bukti penelitian yang berfokus pada penokohan oleh peneliti lain. Hal tersebut diantaranya adalah Nanik Sumarlin (2000:1) meneliti masalah akulturasi tokoh utama wanita dalam novel yang berjudul Getaran-Getaran karya Haryati Soebadio.
Selain Nanik Sumarlin masih terdapat peneliti-peneliti lain, diantaranya M. Prasetyo Utomo (2003:1) dengan judul penelitian Penokohan Dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini. Abdul Mujib (2003:1) juga melakukan penelitian pada hal yang sama, yaitu Aanalisis Penokohan Dalam Naskah Drama Sebabak Malam Jahanam Karya Motinggo Busye. Hasanatul Munawaroh (2004:1) juga melakukan penelitian pada wilayah penokohan dengan judul Analisis Penokohan Dalam Novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer.
Latar belakang yang kedua adalah berfokus pada masalah pemilihan karya. Mengapa peneliti memilih karya Najib Mahfouz sebagai objek penelitianya? Hal tersebut disebabkan oleh faktor pengarang dan faktor karya. Dari sisi pengarang, Najib Mahfouz merupakan salah seorang dari pengarang besar di dunia sastra. Ia merupakan selah seorang sastrawan yang berhasil mengantongi penghargaan tertinggi dalam bidang sastra, yaitu Nobel Sastra yang diterimanya pada 13 Oktober 1988, dari Akademi Sastra Internasional di Swedia (Mahfouz, 2003:198).
Dari sisi karya, karya-karya Najib Mahfouz termasuk karya yang bertaraf internasional (sastra internasional). Sebagai bukti keinternasionalanya adalah karya-karya Najib Mahfouz banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa asing dan dikaji peneliti lokal maupun asing. Sembilan karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, tujuh karya ke dalam bahasa Rusia, dua dalam bahasa Perancis, dua ke dalam bahasa Ibrani, sebuah karya ke dalam bahasa Malaysia, dan sekitar lima karya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Mahfouz, 2003:197). Tidak hanya itu, karya-karyanya juga banyak yang diangkat ke dunia perfilman dan diedarkan ke seluruh Negara yang memakai bahasa Arab (Soetrisno, 2003:68).
Di dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz ini terdapat cukup banyak tokoh dengan karakter-karakternya yang ditampilkan. Di dalamnya lebih dari sepuluh tokoh dengan karakter-karakter pribadinya yang cukup bervariasi antara tokoh satu dengan tokoh-tokoh lainya. Tokoh-tokoh tersebut adalah Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri, Sa’dullah, Syukron, Jabalawi, Yusuf, Ujaj, Hasany, Ummu Zanful, tukang sampah, Fadhil, anak buah Santuri, Yunus, anak buah Kodri, anak buah Ujaj, anak buah Sa’dullah, pembantu Jabalawi, anak-anak kecil, penduduk kempung, perempuan, dan penyair.
Dari sekian banyak tokoh yang ada, peneliti hanya mengambil enam karakter tokoh untuk dijadikan objek kajian penelitian ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany. Mengapa tokoh Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany yang dijadikan fokus penelitian? Penentuan pilihan tersebut disebabkan oleh pengaruh keenam tokoh itu sangatlah besar dalam membangun alur cerita. Tokoh-tokoh itulah yang menjadikan alur cerita menjadi berkembang. Hal itulah yang kiranya memotivasi dan menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian terhadap karya Najib Mahfouz yang berjudul Kampung Kehormatan.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, identifikasi masalah secara luas dalam novel ini mengarah pada satu objek, yaitu unsur intrinsik karya sastra yang berhubungan dengan jiwa dan perilaku tokohnya. Adapun identifikasi masalah secara khususnya, meliputi jiwa dan perilaku tokoh Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri, Sa’dullah, Syukron, Jabalawi, Yusuf, Ujaj, Hasany, Ummu Zanful, tukang sampah, Fadhil, anak buah Santuri, Yunus, anak buah Kodri, anak buah Ujaj, anak buah Sa’dullah, pembantu Jabalawi, anak-anak kecil, penduduk kempung, perempuan, dan penyair.

1.3 Batasan Masalah
Agar lebih terarah dan lebih memberi gambaran penelitian yang lebih jelas, penelitian ini perlu dibatasi. Adapun batasannya sesuai dengan identifikasi masalah yang telah tersebut di atas. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan jiwa dan perilaku tokoh utama dan tokoh tambahan.
Di dalam novel tersebut terdapat satu tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel tersebut adalah Irfah. Selain tokoh Irfah merupakan tokoh tanbahan. Adapun tokoh tambahan yang dijadikan objek kajian adalah Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany.

1.4 Rumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terfokus, penelitian ini perlu merumuskan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana jiwa dan perilaku tokoh utama Irfah dalam novel Kampung Kehormatan?
b. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hanasy dalam novel Kampung Kehormatan?
c. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Awatif dalam novel Kampung Kehormatan?
d. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Santuri dalam novel Kampung Kehormatan?
e. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Kodri dalam novel Kampung Kehormatan?
f. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hasany dalam novel Kampunh Kehormatan?

1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut di atas, peneliti merumuskan tujuan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun tujuan pembahasan dalam penelitian ini meliputi:
a. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh utama Irfah dalam novel Kampung Kehormatan.
b. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hanasy dalam novel Kampung Kehormatan.
c. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Awatif dalam novel Kampung Kehormatan.
d. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Santuri dalam Novel Kampung Kehormatan.
e. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Kodri dalam novel Kampung Kehormatan.
f. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hasany dalam novel Kampung Kehormatan.

1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi bidang kesusastraan khususnya ilmu sastra. Dengan penelitian ini, dunia kesusastraan akan mendapat masukan pemikiran dari sisi intrinsik karya sastra. Sisi intrinsik tersebut berupa kajian jiwa dan perilaku tokoh yang meliputi gambaran karakternya. Adapun gambaran karakter tersebut merujuk pada tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat (a) bagi peneliti sesudahnya, untuk dapat dijadikan referensi dalam penyusunan skripsi, khususnya yang berkaitan dengan jiwa dan perilaku tokoh utama dan tambahan, (b) bagi peminat karya sastra, penelitian ini dapat dijadikan motifasi untuk meneliti novel Kampung Kehormatan karya Najib mahfouz dengan pendekatan yang lain, (c) bagi guru, penelitian ini akan memberi gambaran mengenai wujud intrinsik dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz kepada para siswa peminat sastra serta menjadi jembatan pemahaman antara peminat karya sastra dengan pengarang, (4) bagi masyarakat secara umum, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk memasyarakatkan karya sastra, khususnya novel yang berjudul Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz.

1.7 Penjelasan Judul
Agar tidak terjadi kesalapahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu peneliti definisikan secara operasional istilah-istilah di bawah ini.
a. Analisis adalah usaha menyelidiki atau memeriksa suatu pokok persoalan (dalam hal ini karya sastra) untuk memperoleh gambaran pemahaman dan penjelasan secukupnya yang tepat dan menyeluruh (Ratna, 2004:53).
b. Penokohan sering disamaartikan dengan karakter atau perwatakan, yakni mengacu pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu. Sehingga penokohan dapat diartikan sebagai pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiantoro, 1995:176).
c. Pendekatan psikologi yaitu suatu cara menghampiri objek penelitian dengan penekanan pada aspek atau pokok-pokok perilaku manusia (Siswantoro, 2005:26).
d. Novel merupakan jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan, yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan tekhnik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulis, serta di tulis lebih panjang dari cerpen maupun novelette (Zaidan, dkk, 1994:136)
e. Kampung Kehormatan adalah judul novel yang dikarang oleh Najib Mahfouz yang berjudul asli Irfah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kuswaidi Syafi’i yang diterbitkan oleh penerbit Tarawang Yogyakarta.pada Mei 2003 dengan tebal halaman 200 hal + xii; 1 cm.
f. Najib Mahfouz adalah seorang sastrawan besar yang bernama lengkap Najib Mahfouz Abdul Aziz Ibrahim al-Basya yang lahir pada tanggal 15 Desember 1911, di Bandar Gamalia daerah pinggiran Cairo, Mesir. Ia merupakan selah seorang sastrawan yang berhasil mengantongi penghargaan tertinggi dalam bidang sastra, yaitu Nobel Sastra yang diterimanya pada 13 Oktober 1988, dari Akademi Sastra Internasional di Swedia (Mahfouz, 2003:195-198).
Skripsi Analisis Penokohan Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud - Kajian P

Skripsi Analisis Penokohan Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud - Kajian P

(Kode PEND-BSI-0007) : Skripsi Analisis Penokohan Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud - Kajian Psikologi Sastra

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca. Imaji adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Menurut genrenya karya sastra dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: prosa (fiksi), puisi dan drama. Dari ketiga jenis genre sastra tersebut penulis hanya memfokuskan kajiannya pada prosa fiksi. Supaya pemahaman kita lebih sistematis terlebih dahulu akan diuraikan pengertian prosa (fiksi) menurut pendapat beberapa tokoh. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks (naratif), atau wacana naratif (Nurgiantoro, 1995: 2). Hal ini berarti prosa (fiksi) merupakan cerita rekaan yang tidak didasarkan pada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiantoro, 1995: 2). Salah satu contoh prosa fiksi tersebut adalah novel. Novel merupakan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Prosa fiksi (novel) dibangun oleh dua unsur yaitu unsur instriksik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun prosa fiksi (novel) dari dalam seperti alur, tema, plot, amanat dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sastra dari luar seperti pendidikan, agama, ekonomi, filsafat, psikologi dan lain-lain.
Dari beberapa unsur intrinsik yang telah disebutkan, penulis hanya akan memfokuskan penelitiannya pada penokohan dalam karya sastra, khususnya pada novel. Menganalisis kepribadian tokoh berdasarkan teori psikologi tertentu telah banyak dilakukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk lebih memperbanyak referensi mengenai sastra psikologis, peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai kepribadian tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy. Novel tersebut dianalisis berdasarkan pendekatan psikologi kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Penulis memilih novel PPC sebagai obyek kajian karena tokoh utama (Aku) dalam novel tersebut mempunyai kepribadian yang bersifat dinamis. Kedinamisan tingkah-laku tokoh utama disebabkan oleh penggunaan energi ketiga sistem kepribadian yaitu id, ego, dan super ego. Menurut Sigmund Freud, kepribadian manusia dapat dibagi menjadi tiga yaitu: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Ketiga aspek kepribadian tersebut tergambar dalam tingkah-laku tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
Setelah peneliti melakukan pengamatan dan pengidentifikasian awal terhadap novel PPC ditemukan bahwa watak tokoh utama pada novel tersebut bersifat penuh pertimbangan. Aspek ego yang berfungsi sebagai pemberi pertimbangan dominan menguasai tokoh Aku, sehingga tingkah-laku tokoh utama (Aku) tidak bersifat impuls. Hal ini semakin memperkuat keinginan peneliti untuk menjadikan novel tersebut sebagai obyek kajian. Badrun (2005: 37) mengatakan untuk mengaplikasikan teori kepribadian dalam rangka membahas sifat tokoh cerita, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengamati dan mengidentifikasi perilaku dan watak tokoh.
Sebagai penulis muda yang berbakat Habiburrahman mampu mengantarkan karya-karyanya dengan nuansa Islami yang amat kental sehingga banyak novel-novelnya sebagai media dakwah. Novel PPC diberi sebutan sebagai novel Psikologi Islami Pembangun Jiwa, karena novel ini mampu memberikan nafas baru bagi penggemar sastra yang ingin mendapatkan ilmu agama sekaligus membangun kejiwaan. Karya-karya Habiburrahman banyak digemari penikmat sastra dari kalangan remaja maupun orang tua. Selain itu Habiburrahman sering mendapat penghargaan seperti dari Pena Award sebagai karya terpuji, The Most Favorit Book 2005, peraih penghargaa fiksi dewasa terbaik IBF Award 2006.
Sampai saat ini teori yang paling banyak digunakan dan diacu dalam pendekatan psikologis adalah determinismisme psikologi Sigmund Freud (1856-1939). Meskipun pada awalnya pendekatan psikologis dianggap agak sulit berkembang, tetapi dengan makin diminatinya pendekatan multidisiplin di satu pihak, pemahaman baru terhadap teori-teori psikologi sastra di pihak lain, maka pendekatan psikologis diharapkan dapat menghasilkan model-model penelitian yang lebih beragam. Menurut Miller dalam Ratna (2004: 62-63) pada dasarnya penelitian Freud memberikan tempat yang sentral terhadap sastra, bukan sampingan seperti diduga orang.
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti salah satu karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra. Novel ini lebih menonjolkan struktur kepribadian tokoh utama yaitu bahwa watak tokoh utama pada ovel tersebut bersifat penuh pertimbangan. Aspek ego yang berfungsi sebagai pemberi pertimbangan dominan menguasai tokoh Aku, sehingga tingkah laku tokoh Aku tidak bersifat impuls. Hal ini semakin memperkuat keinginan peneliti untuk menjadikan novel tersebut sebagai objek kajian.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini mengenai kepribadian tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
Supaya lebih memudahkan peneliti dalam menganalisis kepribadian tokoh, dapat dirumuskan sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur kepribadian yang berkaitan dengan id tokoh utama pada novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah struktur kepribadian yang berkaitan dengan ego tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Bagaimana struktur kepribadian yang berkaitan dengan super ego tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan struktur kepribadian yang berkaitan dengan id, tokoh utama pada novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Mendeskripsikan ego tokoh utama pada novel yang menjadi sasaran.
3. Mendeskripsikan super ego tokoh utama pada novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun fanfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang struktur kepribadian manusia khususnya struktur kepribadian tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dalam usaha memahami karya sastra, khususnya sastra psikologis, dan
3. Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti sastra selanjutnya, khususnya penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi.
Skripsi Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar Dalam Acara Curahan Hati Dan Lagu Di Radio Komunitas X

Skripsi Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar Dalam Acara Curahan Hati Dan Lagu Di Radio Komunitas X

(Kode PEND-BSI-0006) : Skripsi Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar Dalam Acara Curahan Hati Dan Lagu Di Radio Komunitas X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang merupakan lambang bunyi suara yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1997:1). Dengan menggunakan bahasa, orang dapat mengemukakan buah pikiran atau isi hatinya, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa lisan digunakan apabila mereka yang berbicara tidak berhadapan langsung, tetapi dengan media lambang grafis, yang dalam salah satunya adalah dalam bentuk surat.
Yang dimaksud dengan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang memuat suatu bahan komunikasi yang akan disampaikan seseorang kepada orang lain, baik atas nama pribadi maupun kedudukannya dalam organisasi atau kantor (Panji, 1997:1). Bahasa komunikasi ini dapat berubah lewat suatu pemberitahuan, pernyataan, permintaan, laporan atau buah pikiran lain atau isi hati yang ingin disampaikan kepada orang lain.
Macam surat dapat dilihat dari berbagai tinjauan, salah satunya menurut wujudnya. Surat dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Kartu Pos (Post Card), 2) Warkat Pos, 3) Surat Bersampul, 4) Memorandum, dan 5) Nota (Panji, 1997:7).
Yang termasuk golongan kartu pos adalah segala macam surat yang dibuat dari kertas kartun berukuran 15 cm X 10 cm (Panji, 1997:7). Kartu pos digunakan untuk mengirim berita yang isinya singkat dan tidak mengapa bila dibaca orang lain. Ada dua macam kartu pos, yaitu: 1) Kartu Pos yang dikeluarkan oleh PN POSTEL yang disebut kartu pos resmi, dan 2) Kartu pos yang tidak tidak resmi yang dikeluarkan oleh kantor atau perusahaan (contoh: surat pendengar dalam suatu acara di sebuah radio).
Surat pendengar merupakan kartu pos resmi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau isi hati kepada orang lain melalui seorang penyiar pada sebuah stasiun radio yang bisa didengar oleh orang banyak. Penyampaian isi hati melalui surat pendengar ini bermacam-macam tujuannya, ada yang menyampaikan pesan, pemberitahuan, hanya memberi salam pada pendengar yang lain. Semua bisa disampaikan melalui surat pendengar. Bahasa yang digunakan pun sangat beragam, mulai dari bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, bahkan banyak yang menggunakan bahasa campuran.
Penggunaan gaya bahasa surat pendengar bervariasi sementara karakteristik pendengar juga sangat bervariasi, maka memungkinkan terjadinya ada sebagian pendengar yang kurang memahami isi atau makna yang dibacakan pembawa acara. Menurut Aminuddin (1987:72) dijelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara mengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
Di Radio Komunitas Mustika FM, pendengarnya mulai anak-anak sampai bapak-bapak, dan rata-rata di lingkungan pedesaan. Tentu saja penggunaan bahasa mereka dalam surat pembaca sangat beragam. Acara-acara yang disuguhkan di Radio Komunitas Mustika FM juga bermacam-macam. Pagi hari acara dibuka dengan Musik Free, siang hari diisi Pop Indonesia, Sore hari adalah Indiana Jonz, dan di malam hari setiap Jumat diisi dengan acara curahan hati dan lagu.
Dalam acara curahan hati dan lagu, tiap seminggu sekali tidak kurang dari 10 surat pendengar yang masuk pada acara tersebut. Surat-surat pendengar tersebut bermacam-macam maksud dan tujuannya. Penggunaan bahasanya pun bermacam-macam. Campuran bahasa Indonesia dengan bahasa lain banyak dijumpai pada acara tersebut. Gaya bahasa yang digunakan juga sangat beragam. Bagi mereka, yang penting suratnya bisa terbaca oleh penyiar dan didengar oleh pendengar yang lain.
Dari uraian di atas, peneliti terdorong untuk menganalisis gaya bahasa yang dipergunakan para pendengar dalam mengungkapkan isi hatinya. Gaya bahasa yang akan diteliti adalah gaya bahasa yang sering dipergunakan pada surat pendengar pada acara Curahan Hati dan lagu di Radio X. Oleh karenanya penulisan ini diberi judul “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar dalam Acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X”.

1.2 Pembatasan Masalah
Melihat sangat kompleksnya pembahasan masalah di atas dan terbatasnya waktu, tenaga serta biaya, peneliti hanya membatasi penggunaan gaya bahasa yang dipergunakan pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X.

1.3 Rumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sain) (Sucipto, 2006:7). Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini masalah yang hendak dibahas adalah sebagai berikut:
Bagaimana analisis penggunaan gaya bahasa pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X?

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu bahasa terutama dalam analisis penggunaan gaya bahasa.
2. Manfaat Praktis
- Bagi penyiar radio dapat menggunakan berbagai macam gaya bahasa
- Bagi pendengar bisa memahami berbagai macam gaya bahasa.
Penelitian ini juga diharapkan agar para pembaca dapat mengetahui analisis penggunaan gaya bahasa pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan lagu di Radio X.

1.6 Penjelasan Judul
Judul penelitian ini adalah “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar dalam Acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X”. Penjelasan judul yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis adalah penyelidikan atau penguraian atas suatu penemuan (Windi, 2006:39).
2. Penggunaan gaya bahasa adalah merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Ada beberapa jenis gaya bahasa, yaitu gaya bahasa individu, gaya bahasa golongan sastrawan, aliran tertentu dan gaya bahasa periode. Karena itu penelitian gaya bahasa dapat dilakukan dalam bidang-bidang tersebut, sesuai dengan keperluan. Pengertian gaya bahasa meliputi gaya pada semua aspek bahasa: bunyi, kata dan kalimat. Oleh karena itu penelitian gaya bahasa meliputi gaya kalimat, gaya kata dan gaya bunyi bahasa.
3. Gaya bahasa adalah sebagai cara pengungkapan pikiran melalui bahasa yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
4. Surat pendengar adalah sehelai kertas yang memuat bahan komunikasi yang disampaikan oleh pendengar radio kepada seorang penyiar untuk dibacakan dan disampaikan kepada pendengar yang lain (Panji, 1997:1).
5. Acara Curahan Hati dan Lagu adalah salah satu acara yang dikemas stasiun Radio X dengan iringan sajian lagu-lagu pop Kenangan.
6. Radio X merupakan stasiun radio swasta yang berada di kawasan XX dengan frekwensi 9,5 M.Hz. Radio Komunitas adalah stasiun radio yang hanya dipakai sekelompok komunitas yang ada di sekitar sebagai media hiburan dan informasi.
Skripsi Analisis Konteks Wacana Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika

Skripsi Analisis Konteks Wacana Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika

(Kode PEND-BSI-0005) : Skripsi Analisis Konteks Wacana Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa pada hakekatnya merupakan suatu sistem simbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya nonempiris. Dengan demikian bahasa merupakan suatu simbol yang memiliki makna, merupakan alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia serta merupakan sarana dalam menuangkan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari kebenaran dalam kehidupannya (Kaelan, 2002 : 7-8). Bahasa juga memiliki tataran yang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana, istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan, wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar dan digunakan dalam komunikasi. Wacana digunakan sebagai dasar pemahaman suatu teks sangat diperlukan oleh setiap orang berbahasa dalam berkomunikasi dan saling bertukar informasi. Wacana harus dipertimbangkan dari segi isi dan unsur-unsur pendukungnya sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kegiatan berkomunikasi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata, rangkaian kata membentuk frase, dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkaian kalimat membentuk wacana (Rani dkk, 2006:3).
Konteks merupakan acuan umum semua hal menyertai sebuah wacana. Istilah konteks tidak hanya terdapat dalam sebuah wacana tetapi juga terjadi dalam kegiatan atau peristiwa tutur. Seorang penganalisis sebuah wacana harus mempertimbangkan konteks tempat terdapatnya bagian wacana agar lebih mudah dalam memahami isi sebuah wacana. Ada teks dan teks lain yang menyertainya, teks menyertai teks itu adalah konteks (Halliday dan Hasan, 1992:6).
Konteks memegang peranan penting dalam wacana karena konteks dapat mambantu pembaca untuk lebih mudah dalam memahami isi wacana. Konteks dapat mengandung sebuah pesan atau informasi yang terkandung dalam sebuah wacana.
Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, dan unsur-unsur dalam konteks itu berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa. Sehingga unsur-unsur dalam konteks itu mempunyai peranan penting dalam proses atau kegiatan komunikasi. Unsur-unsur dalam konteks dapat memberi tanda keterangan bagi eksistensi dalam hubungannya dengan pembicara yang memperkenalkan pada suatu percakapan (Djajasudarma,1994:29&37).
Analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Purwo,1993:21). Dengan analisis wacana, kita jadi lebih mengetahui tentang unsur-unsur suatu wacana sehingga kita lebih mudah dalam memahami isi suatu wacana. Data yang dipakai dalam analisis wacana harus mencerminkan hal-hal khusus yang menarik bagi penganalisis. Data yang dipelajari pada analisis wacana merupakan penggalan (bagian) wacana dalam penganalisis wacana selalu memutuskan permulaan dan akhir dari bagian dari wacana tersebut.
Novel merupakan modifikasi dunia modern yang paling logis dan merupakan kelanjutan dari dunia epik. Eksistensi suatu novel disebabkan oleh perhatian manusia dimana saja, sepanjang masa yang tercurah pada manusia (laki-laki dan perempuan) serta gambaran yang kompleks tentang hasrat dan tingkah laku manusia, passion and action. Kebebasan suatu karakter didalam novel mencerminkan kebebasan pandangan pengarang, tanpa dibuat-buat. Sebuah novel akan menjadi lebih logis sepanjang batas yang melengkapi kebenaran puitik karena suatu kenyataan dan kelogisan menunjukkan tingkat konsentrasi pengarangnya. Di dalam sebuah novel terdapat suatu fase di mana antara dialog dan karakter-karakter tertentu mengalami konfrontasi dan dikonfrontasikan pengarangnya (Atmaja, 1986:44-60). Novel dan cerpen sebagai karya fiksi yang mempunyai perbedaan terletak pada segi panjang cerita. Cerita pada novel lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas menyajikan sesuatu secara lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks, mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel tersebut (Nurgiyantoro, 1994:4-10).
Peneliti tertarik untuk mengkaji novel karena novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas dan lebih kompleks isi dan permasalahannya dan lebih rinci. Menurut Fielding dalam Atmaja(1986:44) novel merupakan modifikasi dunia modern yang paling logis dan novel relevan untuk situasi kini.
Peneliti memilih novel yang berjudul Dadaisme dengan alasan novel ini merupakan karya pertama Dewi Sartika dan novel ini menjadi pemenang pertama dalam sayembara novel tahun 2003. Alasan lain yang membuat peneliti tertarik adalah tentang isi cerita yang menarik untuk dibaca dan dipahami konteks wacananya.
Dewi Sartika adalah penulis muda berbakat yang menulis novel Dadaisme ketika masih menuntut ilmu di perguruan tinggi. Hasil karya yang cemerlang dan memenangkan sayembara novel membuat peneliti tertarik untuk mengkaji novelnya.
Peneliti mengambil judul ”Analisis Konteks Wacana dalam Novel Dadaisme” karena setelah peneliti membaca novel Dadaisme peneliti tertarik untuk mendiskusikan dan mengkaji konteks wacana dalam novel Dadaisme.
Konteks memegang peranan penting dalam suatu wacana karena konteks itu dapat memberikan sebuah informasi atau pesan.

1.2 Ruang Lingkup
Bahasa memiliki tataran yaang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.Wacana adalah satuan bahasa yang paling besar dan digunakan dalam komunikasi (Djajasudarma,1994:2). Konteks adalah bagian dari wacana yang dibentuk oleh berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan situasi. Analisis wacana adalah cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Purwo,1993:21).

1.3 Batasan Masalah
Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur seperti penutur, pendengar, topik, kode, saluran (channel), latar, pesan, dan peristiwa. Latar dapat berupa tempat, waktu, gerak tubuh, dan roman muka.Pesan mempunyai sifat informatif, persuasif, dan koersif. Sedangkan peristiwa mempunyai faktor yang menandai terjadinya peristiwa yaitu setting, participan, end, act key, instrumen, norma, dan genre. Dalam penelitian ini Peneliti hanya akan meneliti latar (setting), pesan (massage), dan peristiwa (event) yang ada dalam cerita novel Dadaisme karena dari semua unsur konteks, ketiga unsur ini adalah yang paling penting dan paling mendominasi dalam novel Dadaisme.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
a) Bagaimana latar (setting) dalam novel Dadaisme ?
b) Bagaimana pesan (massage) dalam novel Dadaisme?
c) Bagaimana peristiwa (event) dalam novel Dadaisme?

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar (setting), pesan (massage), dan peristiwa (event) dalam novel Dadaisme.

1.6 Manfaat Penelitian
Semua kegiatan pasti akan mempunyai manfaat, begitu juga dalam penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.6.1 Pembaca
Manfaat bagi pembaca adalah untuk memberikan ilmu tambahan dan wawasan tentang konteks wacana dalam novel Dadaisme.
1.6.2 Pengarang
Manfaat bagi pengarang yaitu dapat menjadi novel Dadaisme lebih populer dan menjadi novel best seller.
1.6.3 Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk memberi pemahaman tentang konteks wacana dalam novel Dadaisme dengan baik dan benar. Selain itu, memberi pengalaman bagi peneliti yang dapat digunakan dalam pemahaman sebuah wacana.

1.7 Penjelasan Judul
Untuk mempermudah pemahaman terhadap konteks wacana dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna/situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.
2. Wacana adalah ucapan, tutur/satuan bahasa terlengkap yang realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, atau artikel.
3. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Skripsi Analisis Kemampuan Mengapresiasi Prosa Menggunakan Metode Sosiodrama Siswa Kelas V MI-X

Skripsi Analisis Kemampuan Mengapresiasi Prosa Menggunakan Metode Sosiodrama Siswa Kelas V MI-X

(Kode PEND-BSI-0004) : Skripsi Analisis Kemampuan Mengapresiasi Prosa Menggunakan Metode Sosiodrama Siswa Kelas V MI-X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Upaya pemahaman sebuah unsur-unsur dalam sebuah bacaan tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah ataupun kegiatan dalam sastra. Salah satu kegiatan tersebut adalah apresiasi. Apresiasi merupakan salah satu kegiatan dalam sastra yang dapat menumbuhkan rasa keakraban pembaca dengan sebuah karya sastra. Dengan apresiasi, pembaca akan merasa menemukan atau memperoleh sesuatu yang sekaligus dapat memperkaya kehidupan batin bagi pembaca (Sarumpaet, 2002:14). Maka dari itu, minat dan apresiasi, pembaca terhadap karya sastra perlu dibangkitkan dan ditumbuhkan sejak dini, terutama bila pembaca masih berusia sekolah.
Pengajaran sastra di semua sekolah kita cukup runyam penataannya. Pengajaran selama ini, seperti terlihat dari berbagai buku ajar, masih mencampuradukkan pengajaran apresiasi sastra dan pengajaran pengetahuan tentang sastra. Pengajaran pengetahuan tentang sastra lebih banyak ditekankan, sedangkan pengajaran apresiasinya sendiri kurang dilakukan (Sumardjo, 1995:30). Bahaya betapa pelajaran bahasa Indonesia akan mengalami malapetaka jika yang diberikan lebih banyak teori dan gramatika, sudah pernah disinggung Sutan Takdir Alisjahbana sejak tahun 1930-an, pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah sebagian besar menggunakan buku-buku tata bahasa karya para penulis Belanda, maka materi yang diajarkan cenderung mejadi sangat linguistis. Akibatnya pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah sama sekali tidak mengarahkan penguasaan keterampilan berbahasa, melainkan membawa siswa seolah-olah hendak menjadi seorang linguis atau ahli bahasa.
Pengajaran sastra di sekolah mencakup prosa, puisi, drama, dan lain-lain. Prosa atau cerita itu sendiri adalah bagian dari hidup. Itulah sebabnya, apa yang disimpan dalam bentuk cerita jauh lebih bermanfaat dari pada segala yang dijejalkan ke dalam otak hanya dalam bentuk fakta-fakta yang sama sekali sulit mencari hubungannya. Selain itu, para ahli juga mengatakan bahwa otak manusia sebagai alat narasi yang bergerak dalam dunia cerita. Sehingga dengan mengingat cara kerja otak, ilustrasi yang berhubungan dengan pengalaman manusia yang dirakit dalam bentuk cerita, dapat merenggut perhatian orang, apalagi anak-anak. Mereka akan menerima informasi dan keterangan bukan hanya secara kognitif, tetapi juga secara afektif (Sarumpaet, 2002:22).
Kekuatan cerita dalam kehidupan anak dapat disaksikan melalui dua perspektif. Pertama, peran cerita atau narasi sebagai bagian dari budaya dan tradisi lisan anak. Dalam hal ini budaya mempunyai kegiatan dan permainan yang dirancang dengan memanfaatkan bahasa yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Kedua, urgensi cerita yang dapat mengembangkan bahasa, pemikiran dan perasaan. Cerita selain memberikan bentuk data dan tata formasi pada pengalaman-pengalaman anak, ia juga harus diasosiasikan dengan kesenangan dan kenikmatan (Sarumpaet, 2002:23).
Kemampuan belajar siswa kelas V MI X dalam mengapresiasi prosa perlu dikembangkan lagi. Selama ini pembelajaran prosa yang dilakukan terhadap siswa hanya melalui ceramah saja. Dalam artian, siswa mengerti tantang teori saja tanpa diimbangi dengan praktek. Rasa kejenuhan pun muncul bagi siswa yang selalu dijejali dengan teori. Agar dalam mempelajari sebuah prosa menjadi menyenangkan, maka diperlukan sebuah metode yang sesuai yaitu dengan menggunakan metode sosiodrama. Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial (Ahmadi, 1995:65).
Dengan cara belajar semacam ini, siswa diberi kesempatan dalam menggambarkan atau mengekspresikan suatu sikap yang menjadi tokoh yang diperankannya (Ahmadi, 1991:80). Dengan demikian, siswa tidak lagi menempatkan dirinya semata-mata sebagai objek yang harus menjalankan tugas dari guru, tetapi mereka akan merasa terangkat sebagai subjek dalam bentuk gambaran tokoh dalam cerita yang diperankannya tersebut.
Sesuai dengan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai analisis kemampuan mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama siswa kelas V MI X.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah: Bagaimana kemampuan mengapresiasi prosa dengan menggunakan metode sosiodrama siswa kelas V MI X.

1.3 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan senantiasa mempunyai tujuan yang jelas agar terarah dan tepat sasaran serta lebih jelas manfaatnya. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan kemampuan mengapresiasi prosa dengan menggunakan metode sosiodrama siswa kelas V MI X.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
1) Memberi pengalaman nyata dan dapat menumbuhkan keakraban siswa terhadap sebuah karya sastra terutama prosa.
2) Hasil penelitian diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas, khususnya pembelajaran prosa dengan metode sosiodrama.
1.4.2 Bagi Guru
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam memberikan alternatif pemilihan metode dalam pengajaran bahasa Indonesia yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sebuah prosa berupa cerpen.
1.4.3 Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penyempurnaan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas.
1.4.4 Bagi Pemerhati Sastra
Dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi sastra khususnya dalam memerankan sebuah drama, dan rasa peduli terhadap karya sastra Indonesia.
1.4.5 Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menjadikan pengalaman mengenai penggunaan metode sosiodrama dalam apresiasi suatu prosa yang baik dan benar.
Skripsi Analisis Bahasa Gaul Antar Tokoh Dalam Film Remaja Indonesia Get Married - Kajian Morfologi

Skripsi Analisis Bahasa Gaul Antar Tokoh Dalam Film Remaja Indonesia Get Married - Kajian Morfologi

(Kode PEND-BSI-0003) : Skripsi Analisis Bahasa Gaul Antar Tokoh Dalam Film Remaja Indonesia Get Married - Kajian Morfologi

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pengambilan judul yang akan digunakan oleh peneliti yang meliputi masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian pustaka, dan metode penelitian.

1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai kodratnya tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan makhluk di sekitarnya, oleh karena itu, bahasa merupakan sarana yang paling cocok digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk berkerja sama atau berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, isyarat, simbol, lambang, gambar, atau kode tertentu, juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi, namun dengan menggunakan bahasa maka komunikasi akan lebih sempurna dan efektif.
J.D Parera (1993:15) berpendapat bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dan bermakna konvensional (kesepakatan umum), yang dengannya satu kelompok masyarakat berkomunikasi antarsesama anggota masyarakat. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai dua cara berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan alat atau media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal dilakukan dengan menggunakan media selain bahasa. Alat komunikasi nonverbal yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi akan bermakna setelah 'diterjemahkan' ke dalam bahasa manusia. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting bagi manusia.
Chaer dan Leonie Agustina (2004:61) menyatakan bahwa :
Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang terdapat dalam suatu masyarakat antara lain: usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan, profesi, dan latar belakang budaya daerah, maka bahasa itu menjadi beragam.
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Keragaman ini akan semakin bertambah, seandainya bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas, misalnya bahasa Indonesia yang wilayah penyebarannya dari Sabang sampai Merauke.
Keberagaman bahasa akan tampak jelas dalam dialog yang digunakan oleh anggota masyarakat, misalnya dalam proses berkomunikasi yang dilakukan sehari-hari, selain itu keberagaman bahasa juga dapat dilihat pada dialog antartokoh dalam sebuah film. Film merupakan salah satu bentuk perkembangan kehidupan masyarakat pada zamannya. Dari zaman ke zaman film mengalami perkembangan baik dari segi teknologi, sarana, dan prasarana maupun dari segi tema yang diangkat. Perkembangan film memegang peranan penting dalam merekam sejumlah kejadian atau sejarah yang berupa unsur kebudayaan yang melatarbelakanginya, termasuk salah satunya adalah pemakaian bahasa yang tampak pada penggunaan dialog antartokoh.
Pada tahun 1990-an muncul isu bahwa produksi perfilman Indonesia mengalami stagnasi (keadaan terhenti; tidak aktif). Hal ini mungkin benar jika dilihat dari segi kuantitas film yang diproduksi di bioskop selama kurun waktu tersebut. Pada kenyataannya, walau tidak diputar di sebuah bioskop, film Indonesia terus berproduksi. Pemutaran film tersebut dapat dilakukan dalam bentuk proyeksi video digital baik di tempat umum atau tempat khusus serta baik yang ditiketkan atau digratiskan.
Dari sumber yang sama, Kritanto dalam Kompas (2005:15) menguraikan bahwa kesan lesu dunia perfilman di Indonesia muncul karena masyarakat tidak melihat tampilnya film-film di bioskop dan kualitas film hasil produksi selama kurun waktu tersebut. Padahal, pada tahun yang paling sulit pun sebenarnya tetap ada usaha memproduksi. Ada sekitar 13 film yang langsung beredar dalam bentuk VCD, atau langsung ditayangkan untuk umum dalam bentuk proyeksi video digital di bioskop umum, tempat khusus yang mengadakan pemutaran film dengan membayar tiket masuk, atau festival-festival di dalam negri (JiFFest) dan di luar negeri.
Saat ini perkembangan film di Indonesia terkesan dimonopoli oleh film yang bertema seputar remaja. Hal ini terlihat pada keantusiasan para remaja dalam menonton sebuah film terutama di bioskop, misalnya: antrean panjang saat membeli tiket masuk, dan semakin banyaknya jumlah bioskop dalam suatu daerah. Pada tahun 2001 Petualangan Sherina yang secara komersil begitu membuahkan hasil. Keberuntungan secara komersil juga berlanjut dalam produksi film selanjutnya Ada Apa Dengan Cinta (2002). Selanjutnya pada tahun 2007 Get Married berhasil menduduki peringkat teratas berdasarkan jumlah penonton terbanyak.
Skenario Get Married ditulis oleh Musfar Yasin, beliau adalah seorang penulis skenario yang hampir tidak dikenal. Puluhan skenario telah ditulis oleh Musfar Yasin, namun hanya beberapa karyanya yang mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah Get Married yang menceritakan kehidupan masyarakat pengangguran kota Metropolitan (Jakarta), dan adat perjodohan yang masih berlaku. Walaupun sebagian ceritanya berasal dari lingkungan kumuh, namun film ini mampu mendobrak keantusiasan penonton, terutama remaja. Film Get Married merupakan salah satu film remaja Indonesia terfavorit. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa penghargaan yang diraih, dan tiket masuk yang selalu habis. Sebagai film terfavorit, Get Married telah merekam sejumlah unsur-unsur budaya baru yang melatarbelakanginya. Salah satu unsur budaya yang dimaksud adalah perkembangan bahasa gaul remaja Indonesia.
Sumarsana dan Partana (2002:150) menyatakan bahwa, jika ditinjau lebih lanjut, masa remaja adalah masa-masa yang paling berkesan dan menarik. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia.
Inilah salah satu alasan yang melatarbelakangi para produsen film berlomba-lomba untuk memproduksi film yang bertema seputar remaja. Pada umumnya, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Bahasa remaja tersebut kemudian dikenal sebagai bahasa gaul remaja. Remaja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat sering menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Bahasa gaul selain memiliki keunikan tersendiri juga bersifat kreatif, misalnya berupa singkatan atau akronim yang digunakan saat berkomunikasi melalui SMS.
Ranah bahasa Indonesia semacam ini merupakan bahasa sehari-hari penduduk Jakarta. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek Jakarta (Badudu dalam Indari, 2008:38). Kalangan remaja di pedesaan pun tampaknya semakin banyak yang menggunakan kosakata yang diambil dari ranah bahasa ini, akibat gencarnya siaran televisi, radio dan sebagainya, yang sebagian besar tema dan latar berkiblat ke Jakarta. Dengan kata lain, bahasa gaul sudah memberikan konstribusi dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa gaul inilah yang kemudian ditangkap oleh penulis skenario untuk menghidupkan suasana atau atmosfer remaja dalam film remaja Indonesia, kemudian penulis skenario menuangkan dalam bentuk dialog. Dengan kata lain, film mampu menjadikan salah satu sarana untuk mensosialisasikan bahasa gaul yang kini banyak digunakan oleh remaja Indonesia baik yang berada di kota maupun di pelosok desa.
Pemakaian bahasa gaul juga mencerminkan sebuah budaya yang tampak pada dialog yang digunakan antartokoh dalam sebuah film. Bahasa ini digunakan untuk menghidupkan suasana sehingga penonton tidak merasa bosan. Dialog-dialog yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Bahasa gaul memiliki kecenderungan memakai bahasa prokem/slang yang memiliki kesan santai dan tidak kaku. Kesan santai tersebut tercermin dalam kosakata, struktur kalimat, dan intonasi yang digunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lumintaintang dalam Indari (2008:38) yang menyatakan bahwa bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa dan penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, serta distribusi.
Distribusi bahasa gaul (Laman Pusat Bahasa dan Sastra,2004) sering tidak memperhatikan konteks yang tepat. Beberapa film remaja Indonesia menampilkan adegan seorang siswa SMA menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan guru ataupun dengan kepala sekolah. Dalam kalimat berikut (Indari, 2008:39) dapat dilihat, bagaimana bahasa gaul dibuat begitu singkat namun tetap komunikatif.
“…lagi mabok kali tu anak”
Dari contoh kalimat di atas jelas sekali bahwa susunan kalimat yang digunakan sangat berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia baku, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul sebagai tutur remaja dilihat dari segi distribusinya atau penyebarannya dapat dikatakan telah berhasil menjadi bahasa identitas remaja. Sebaliknya, bahasa remaja menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya (Nyoman Riasa: 2002).
Morfologi merupakan suatu disiplin ilmu, sebagai cabang tata bahasa yang mengupas permasalahan-permasalahan dan pembentukannya. Menurut Ramlan (1985:46) dalam bahasa Indonesia terdapat proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Kajian Morfologi digunakan dalam penelitian ini, karena pembentukan-pembentukan kata sangat banyak ditemukan, sedangkan pada penelitian ini, membatasi pembentukan kata yang berupa afiksasi dan reduplikasi, karena untuk membentuk kata kerja transitif bahasa remaja cenderung menggunakan kedua proses tersebut. Oleh karena pertimbangan tersebut, penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam Film Remaja Indonesia Get Married (Kajian Morfologi) menarik untuk diteliti.

1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Batasan Masalah
Dalam film remaja Indonesia Get Married banyak terdapat unsur yang dapat diteliti, misalnya: kehidupan sosial, penokohan, dan bahasa, seperti: bahasa Ibu, bahasa asing, bahasa isyarat, bahasa resmi, dan bahasa gaul, akan tetapi peneliti lebih memfokuskan tentang bahasa gaul yang digunakan antartokoh, agar lebih jelas dan spesifik.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
2. Bagaimana proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
3. Gejala bahasa apa saja yang terdapat dalam film remaja Indonesia Get Married?
4. Bagaimana penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
5. Bagaimana penggunaan partikel bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
2. Mendeskripsikan proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
3. Mendeskripsikan gejala bahasa apa saja yang terdapat dalam film remaja Indonesia Get Married.
4. Mendeskripsikan penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
5. Mendeskripsikan penggunaan partikel bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.

1.4 Manfaat Penelitian
Secara operasional, manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian Sosiolinguistik khususnya tentang variasi bahasa, serta dapat menghasilkan deskripsi analisis bahasa gaul, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pendukung dalam pengkajian ilmu bahasa.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu bahasa, khususnya yang telah diperoleh dari bangku kuliah.
b. Bagi pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas X, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolok ukur kemantapan dan pengayaan pengajaran teori linguistik.
c. Bagi guru khususnya, bisa digunakan untuk bahan pengajaran, dan bagi peneliti lain hasil ini dapat digunakan sebagai referensi awal dalam penelitian lain khusunya bidang Sosiolinguistik.

1.5 Penjelasan Judul
Penjelasan judul sangat penting dalam setiap penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam sebuah penelitian. Adapun penjelasan judul dalam penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam Film Remaja Indonesia Get Married (Kajian Morfologi) adalah,
1. Bahasa Gaul menurut Lumintaintang dalam Indari (2008:38) adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa dan penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, serta distribusi.
2. Film Remaja, dalam Laman Wilimedia Indonesia Ensiklopedi (2006), film remaja adalah karya seni yang menitikberatkan tema, tokoh dan suasana remaja, yang diangkat dalam sebuah film sekaligus remaja sebagai sasaran utamanya.
3. Get Married adalah sebuah film yang mengangkat tema tentang kehidupan masyarakat pengangguran Jakarta, persahabatan yang terjalin sejak kecil, dan adat perjodohan yang masih berlaku, karya Musfar Yasin.
4. Kajian Morfologi, menurut Ramlan (1985:5) adalah kajian yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.
Skripsi Analisis Bahasa Dialek Kempo Di Kecamatan Sano Nggoang

Skripsi Analisis Bahasa Dialek Kempo Di Kecamatan Sano Nggoang

(Kode PEND-BSI-0002) : Skripsi Analisis Bahasa Dialek Kempo Di Kecamatan Sano Nggoang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menyatukan berbagai bahasa yang ada di wilayah nusantara. Setiap bahasa mempunyai karateristik berbeda, namun bahasa juga mempunyai banyak ciri yang hampir mirip tapi tidak sama. Sehingga dari perbedaan itu perlu mengadakan penelitian yang mendalam supaya dapat dipahami oleh pengguna bahasa atau pun yang belajar bahasa itu sendiri. Salah satu ciri tersebut adalah bahasa akan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.” Bahasa itu bersifat dinamis, tidak terlepas dari berbagai kemungkinan yang sewaktu-waktu dapat terjadi ”, (Chaer, 1995: 117). Perubahan tersebut dapat terjadi pada tataran apa saja baik secara fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan leksikon.
Bahasa juga merupakan salah satu aspek kebudayaan yang penting, yang juga menjadi kunci terbaik untuk memahami kehidupan masyarakat dalam segala bentuknya. Adanya berbagai bentuk dalam bahasa itu sendiri sangat memungkinkan kita untuk bertanya dan bahkan untuk menganalisis serta membuat deskripsi bahasa tersebut.
Selanjutnya pokok pembicaraan yang ideal adalah hubungan dan bentuk bahasa yang bagaimana yang terjadi antara bahasa dan masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Jawabanya adalah adalah hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu yang sering disebut variasi, ragam atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat, (Chaer, 1995 : 50).
Kita banyak menemukan variasi, ragam atau dialek di tengah-tengah lingkungan masyarakat tutur, tetapi kita masih belum membedakan manakah yang menjadi pola dalam penggunaannya, sehingga dalam memenuhi pengertian tentang analisis suatu bahasa menjadi lebih terarah dan mudah dipahami.
Karena pokok bahasan ini lebih mengarah pada pengkajian analisis sintaksis, maka konsepnya pun tidak beda jauh, yang dilakukan adalah mengamati dan menginterpretasikan sebuah bahasa yang menjadi obyek dalam penelitan ini.
Fenomena yang sedang terjadi dalam masyarakat adalah belum mengerti struktur kalimat suatu bahasa, sehingga perlu suatu penelitian agar tidak terjadi salah penggunaan dalam kalimat baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk pengucapannya.
Saat ini perlu diperhatikan dalam menganalisis suatu bahasa adalah keadaan harafiah dan filosofi bahasa itu sendiri. Apabila suatu bahasa tidak dapat menunjukan kenyataan sebagai bahasa yang dapat dikomunikasikan, kita tidak dapat mengkaji, menganalisisnya suatu data yang valid.
Melihat fenomena seperti itu sehingga dialek Kempo di Kecamatan Sano Nggoang merupakan segmen penting bagi peneliti bahasa. Peneliti ketahui dalam dialek Kempo banyak bentuk kalimat yang belum diklasifikasikan, namun pendapat itu masih dalam tataran hipotesis kerja peneliti. Penelitian sintaksis dialek bahasa Kempo dilatarbelakangi keinginan untuk melakukan analisis dan penafsiran perbedaan unsur-unsur kebahasaan terlebih dalam bentuk kalimat. Penelitian ini sangat penting untuk melihat kecendrungan sebuah kalimat dalam dialek Kempo yang ditumbuh di Kecamatan Sano Nggoang apakah kearah perkembangan posetif atau sebaliknya.
Penelitian ini sangat esensial untuk dilaksanakan, mengingat bagaimanapun sulitnya bentuk-bentuk kalimat bahasa dialek Kempo di Kecamatan Sano Nggoang dengan tingkat sosial kebahasaan bertolak dari pemikiran bahwa semua bentuk kalimat dalam dialek Kempo yang ada tidak akan mempunyai peran dan fungsi yang sama dalam pemakaiannya dalam komunikasi di masyarakat.
Hak-hal yang diutarakan di atas itulah yang menjadi latar belakang subtansial untuk menganalis secara sintaksis dialek bahasa Kempo di Kecamatan Sano Nggoang, hal-hal lain yang menjadi pemicu dipilihnya masalah ini dan kemudian diangkat dalam sebuah penelitian adalah bentuk-bentuk kalimat yang menjadi dasar persoalan yang dianggap belum diklasifikasikan apakah itu kalimat perintah ataukah itu kalimat setara ataupun bentuk kalimat yang lain.

1.2 Permasalahan
1.2.1 Ruang lingkup Masalah
Penelitian yang berhubungan dengan bentuk kalimat yang digunakan oleh paralingual, sangat rentan untuk bersinggungan dengan aspek sosiolinguistik, kemudian secara simultan juga menjangkau aspek historis sebuah bahasa. Aspek geografis dan sejarah sebuah bahasa juga sangat berhubungan dengan analisis sintaksis.
Secara garis besar penelitian dialek mempunyai dua bidang analis yang pertama kajian diakronis sebuah bahasa dan analisis sinkronis (deskriptif), penelitian sinkronis akan menghadapi banyak permasalahan yang harus dianalisis, antara lain: aspek fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, dan semantik. Namun analisis dalam penelitian ini hanya memberikan spesifikasi pada tataran sintaksis saja. Proses sintaksis yang dianalisis, terlebih pada bentuk-bentuk kalimat saja.

1.2.2 Pembatasan Masalah
Mengingat sangat luasnya lingkup penelitian sintaksis dialek bahasa Kempo maka dalam penelitian dialek bahasa Kempo di Kecamatan Sano Nggoang ini akan dikhususkan pada aspek bentuk-bentuk kalimat. Agar mendapat kemudahan dalam analisis.

1.2.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah dialek bahasa Kempo ?
b. Bagaimana perbedaan pemakaian unsur bahasa Kempo tersebut berhubungan dengan tingkat sosial dialek ?
c. Bagaimana bentuk kalimat jika ditinjau dari sudut makna ?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang diharapkan akan tercapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mendeskripsikan bagaimana sejarah dialek bahasa Kempo ?
b. Mendeskripsikan bagaimana perbedaan unsur bahasa Kempo tersebut berhubungan dengan tingkat sosial dialek ?
c. Mendeskripsikan bagaimana bentuk kalimat jika ditinjau dari sudut makna ?

1.4 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan dan masukan pada perkembangan ilmu kebahasaan, khususnya mengenai deskripsi bentuk-bentuk kalimat masyarakat pengguna dialek bahasa Kempo di Kecamatan Sano Nggoang.
b. Bagi lembaga pembinaan dan pengembang bahasa hasil penelitian ini dapat dijadikan tolok ukur dalam kemantapan pembinaan dan pengembangan bahasa pada lembaga pendidikan.
Skripsi Analisis Atas Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Pendekatan Strukturalisme)

Skripsi Analisis Atas Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Pendekatan Strukturalisme)

(Kode PEND-BSI-0001) : Skripsi Analisis Atas Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Pendekatan Strukturalisme)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya kehidupan manusia sangatlah kompleks dengan berbagai masalah-masalah kehidupan. Kehidupan yang kompleks tersebut dapat berupa permasalahan kehidupan yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, manusia dengan Tuhannya, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan serta imajinasinya, kemudian menuangkan gagasan atau idenya tersebut dalam karya sastra.
Membahas masalah karya sastra, ada beberapa persoalan yang muncul, antara lain: kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami karya sastra yang bersifat kompleks, unik, dan tidak langsung dalam pengungkapannya. Hal inilah antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (1995: 31-32) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra, yaitu dikarenakan novel merupakan sebuah struktur yang komplek, unik, serta mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha kritik terhadap karya sastra untuk menjelaskannya dengan disertai bukti-bukti hasil kerja analisis.
Mengenai peran sastra, George Santayana (dalam Suyitno, 1986: 4) memberikan penjelasan bahwa sastra dapat berperan sebagai penuntun hidup. Hanya saja penuntun hidup itu tersublimasi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bersifat mendikte tentang apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Sastra mampu membentuk watak-watak pribadi secara personal, dan akhirnya dapat pula secara sosial. Sastra mampu berfungsi sebagai penyadar manusia akan kehadirannya yang bermakna bagi kehidupan, baik di hadapan sang pencipta maupun di hadapan sesama umat.
Di dalam kehidupan, manusia tidak pernah luput dari suatu masalah/problema. Tidak jarang manusia merasa mengalami kekosongan jiwa, kekacauan berpikir, dan bahkan stres karena tidak mampu mengatasi masalah yang dialaminya. Dalam hal ini, karya sastra dapat berperan untuk membantu sebagai kartarsis/pencerahan, serta sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat diambil manfaat dan pelajaran dalam kehidupan. Hal ini sesuai pendapat Haji Saleh dalam Atar Semi (1993: 20) mengatakan bahwa tugas pertama sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikirpemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah.
Selain itu, dewasa ini banyak masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kemanusiaan, lupa terhadap kewajiban-kewajiban hidupnya, bersikap masa bodoh terhadap permasalahan yang terjadi di sekelilingnya. Dalam hal ini, melalui karya sastra (novel) diharapkan dapat digunakan untuk menyadarkan masyarakat (pembaca) untuk kembali pada fitrahya pada jalan yang benar.
Mengingat bahwa karya sastra adalah karya seni yang mempersoalkan kehidupan manusia dari berbagai segi kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, agama, dan berbagai sendi kehidupan manusia lainnya maka dalam era globalisasi ini, peranan sastra cukup berarti. Mengenai hal ini, Nani Tuloli (dalam Hasan Alwi dan Dendy Sugono (editor), 1999: 235) mengemukakan, sastra dapat berperan dalam: (1) mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif manusia, seperti suka menolong, berbuat baik, beriman dan bertakwa; (2) memberi pesan kepada manusia, khususnya pemimpin, agar berbuat sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan, kebenaran, dan kejujuran; (3) mengajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan bersama; dan (4) merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat.
Adapun permasalahan lain, yaitu adanya pandangan bahwa suatu karya sastra tertentu adalah bernilai rendah daripada karya sastra tertentu lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi Susanto seorang pemerhati sastra dan kandidat Doktor Twente Universiteit, Belanda (dalam Habiburrahman El Shirazy. 2005: vi), yang menyatakan adanya anggapan dari pecinta sastra sekuler bahwa novel islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikannya.
Apakah benar novel islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikannya? Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy berhasil menepis anggapan para pencinta sastra sekuler tersebut yang menganggap novel islami kehilangan nilai sastranya. Novel Ayat Ayat Cinta merupakan sebuah novel islami sekaligus novel pembangun jiwa yang didalamnya terkandung ajaran agama yang terbungkus rapi tanpa meninggalkan segi keestetikannya. Kisah cinta yang indah dibangun jauh dari kevulgaran dan keerotisan. Nilai-nilai syariat agama yang terdalam sebagai alat dakwah terbungkus secara rapi, dengan ajaran-ajaran moral yang tidak menggurui.
Tema/bahan pokok karangannya yang bermanfaat bagi penyempurnaan manusia yaitu tema cinta dalam arti yang luas. Seperti terlihat dari judul novel yaitu Ayat Ayat Cinta (Sebuah Novel Pembangun Jiwa), maka tema novel ini tidak hanya mengandung tema cinta manusia pada manusia semata, tetapi juga cinta manusia kepada Tuhan dan Rasul-Nya yang diwujudkan dengan cara teguh menjaga keimanan berdasarkan petunjuk-Nya. Selain itu, tema cinta tersebut menyiratkan adanya pengertian cinta Tuhan kepada manusia yang diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan dan wahyu berupa petunjuk Ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah nabi.
Selain itu, dari segi bahasanya yang mengalir indah dengan perumpamaanperumpamaan dan majas hiperbola yang digunakan merupakan salah satu keestetikan karya sastra tersebut. Adanya variasi bahasa yang terdapat di dalamnya dapat memberikan gambaran kepada pembacanya tentang istilah-istilah/ungkapan kosa kata dari berbagai bahasa. Di dalamnya terdapat penggunaan campur kode dan alih kode yang memanfaatkan bahasa Indonesia, Jawa, Arab, Jerman, dan Inggris. Ungkapan-ungkapan para penyair dunia yang sangat indah berhasil pengarang padukan dalam karyanya sehingga bertambahlah nilai keindahan novelnya yaitu Ayat Ayat Cinta.
Selain itu, novel Ayat Ayat Cinta merupakan karya sastra yang sangat dalam menyentuh hakikat pengalaman jiwa segi kehidupan manusia. Di dalam novel tersebut, menyiratkan adanya lapis makna (neveau) yang lengkap, yang merupakan kriteria bernilai tidaknya suatu karya sastra, dari tingkatan makna yang terendah sampai tingkatan makna yang tertinggi.
Dari berbagai keunggulan novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkajinya khususnya untuk mengetahui keterjalinan antarunsur intrinsiknya, lapis makna yang tercermin di dalamnya, serta nilai-nilai edukatif yang dapat diambil dari cerita tersebut. Peneliti merasa perlu mengkaji keterjalinan antarunsur intrinsiknya karena hal ini dipandang penting untuk dilakukan sebagai langkah awal untuk memahami keutuhan makna karya sastra yang dilihat dari segi karya sastra itu sendiri. Mengenai lapis makna, peneliti merasa perlu mengkajinya karena peneliti merasa di dalamnya terdapat lapis makna yang lengkap, yang dapat menunjukkan keunggulan novel Ayat Ayat Cinta. Adapun masalah nilai-nilai edukatif, peneliti merasa perlu mengkajinya karena di dalam novel tersebut terkandung nilai-nilai ajaran yang sangat berguna bagi pembangunan watak manusia.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterjalinan unsur intrinsik dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Lapis makna apa sajakah yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Nilai-nilai edukatif apa sajakah yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?

C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :
1. Keterjalinan unsur intrinsik dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Lapis makna yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
3. Nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah khazanah penelitian sastra Indonesia, khususnya penelitian novel islami sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan karya sastra Indonesia.
b. Menjadi titik tolak untuk memahami dan mendalami karya sastra pada umumnya dan karya sastra novel Ayat Ayat Cinta khususnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan:
a. Dapat membantu meningkatkan daya apresiasi terhadap novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
b. Dapat menambah wawasan kepada penikmat karya sastra tentang lapis makna dan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
c. Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah, khususnya tentang apresiasi novel.