Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan agama islam. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan agama islam. Show all posts
SKRIPSI UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QURAN PADA ANAK DIDIK DI SDN X

SKRIPSI UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QURAN PADA ANAK DIDIK DI SDN X


(KODE : PEND-AIS-0080) : SKRIPSI UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QURAN PADA ANAK DIDIK DI SDN X




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sejak manusia lahir kedunia, telah dibekali oleh Allah swt dengan adanya rasa ingin tahu. Adapun wujud dari keingintahuan ini adalah adanya akal. Dengan akal manusia berpikir sehingga dia mendapatkan ilmu pengetahuan yang semakin lama akan terus berkembang. Untuk memanifestasikan kemampuan akal itu, maka diperlukan pendidikan. Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita, sebagaimana Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw dengan perintah Iqra' (bacalah) yang tertera dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut merupakan perkenalan dan petunjuk dari Allah swt. Bahwa Dialah pencipta segala sesuatu di jagat raya ini dan telah menciptakan manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Allah swt menyatakan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha pemurah, sehingga bukan untuk dijauhi apalagi ditakuti. Akan tetapi harus didekati sendiri. Dialah Maha pendidik yang bijaksana, mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan dan dengan menulis dan membaca.
Dari makna ayat ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa, sebagai makhluk yang mampu menerima pendidikan atau makhluk yang bisa dididik, menuntut ilmu sangatlah penting bagi kelangsungan hidup kita didunia. Dalam proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya atau usaha mempunyai arti yang sama yaitu ikhtisar untuk mencapai sesuatu yang hendak dicapai.
Sedangkan pengertian guru itu sendiri adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang sebenarnya menjadi tanggung jawab pendidikan yang sebenarnya menjadi tanggung jawab para orang tua.
Keberhasilan suatu pendidikan banyak ditentukan oleh adanya hubungan kasih sayang antara guru dan anak didik. Hubungan ini membuat anak didik merasa tenteram sehingga tidak merasa takut pada gurunya atau lari dari ilmunya.Guru adalah publik figur yang akan dijadikan panutan para anak didiknya. Oleh sebab itu, perilaku guru baik bersifat personal maupun sosial, senantiasa dijadikan parameter sebagai sosok guru. Maka sebagai seorang guru harus memiliki akhlak yang luhur yang nantinya bisa dijadikan suri teladan bagi anak didiknya.
Dalam usaha peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak didik juga tidak terlepas dari upaya guru. Terlebih anak didik yang dimaksud adalah anak-anak sekolah dasar, yang notabene masih banyak sekali yang belum mampu dan memerlukan bimbingan yang ekstra dari guru agama untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an mereka. Karena kemampuan membaca dan menulis termasuk ketrampilan yang harus dipelajari dengan sengaja. Tidak sama halnya dengan belajar berbicara. Kemampuan mendengarkan dan berbicara termasuk kemampuan yang diperoleh dengan sewajarnya; maksudnya anak mempelajari fungsi itu dengan sendirinya.
Sebagaimana dalam GBPP mata pelajaran PAI kurikulum 1994 yang kemudian disempurnakan kembali pada kurikulum tahun 1999, dengan penjabaran indikator-indikator keberhasilan yang diharapkan dari lulusan pada jenjang Sekolah Dasar sebagaimana uraian berikut :
Pada jenjang Pendidikan Dasar, kemampuan-kemampuan dasar yang diharapkan dari lulusannya adalah dengan landasan iman yang benar. Siswa mampu membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat pilihan, dengan indikator-indikator : (1) siswa mampu membaca ayat-ayat pilihan; (2) siswa mampu menulis ayat-ayat pilihan; (3) siswa mampu memahami terjemahan ayat-ayat pilihan.
Pada indikator-indikator di atas dapat dilihat bahwa memang kemampuan-kemampuan yang diharapkan pada jenjang Sekolah Dasar adalah salah satu diantaranya anak didik mampu dalam membaca dan menulis ayat Al-Qur’an.
Baca tulis Al-Qur’an di sekolah Dasar adalah berada di dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Yang mana kita telah mengetahui bahwa jam pelajaran bidang studi PAI di sekolah umum lebih sedikit porsinya jika dibandingkan dengan sekolah yang berlabel agama. Maka, tidak heran jika kita mendengar apabila ada anak SD yang masih kurang mampu dalam hal baca tulis Al-Qur’an, tetapi jangan sampai menjadi alasan dengan tidak adanya usaha atau upaya konkrit dari seorang pendidik khususnya.
Pembelajaran Al-Qur’an sebenarnya tidak hanya menjadi tugas guru di sekolah, tetapi menjadi tugas kita sebagai orang mukmin. Orang mukmin yang percaya dengan kitabullah yaitu Al-Qur’an yang menjadi pedoman kita semua. Agar para siswa khususnya disini yaitu siswa Sekolah Dasar dapat memahami isi Al-Qur’an, maka salah satu caranya adalah dengan mampu membacanya.
Dalam agama Islam melaksanakan pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an adalah amalan ibadah kita kepada Allah SWT. Orang tua yang mengajar anak baca tulis Al-Qur’an merupakan bentuk pemenuhan hak terhadap anak, yaitu hak untuk memelihara anak agar terhindar dari api neraka. Banyak sekali yang menunjukkan perintah untuk mendidik. Salah satu diantaranya dalam surat An-Nahl ayat 125 yang bunyinya adalah sebagai berikut :
Artinya : Serulah ( manusia )kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ditekankannya memberikan pendidikan Al-Qur’an pada anak-anak berlandaskan pemikiran bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan watak yang ideal. Anak-anak pada masa itu mudah menerima apa saja gambar yang dilukiskan kepadanya. Sebelum menerima lukisan yang negatif, anak perlu didahului semaian pendidikan membaca Al-Qur’an sejak dini. Bila pada masa kanak-kanak ini pendidikan Al-Qur’an terlambat diberikan, kelak akan sulit memberikannya bahkan dibutuhkan tenaga ekstra untuk itu. Masa dewasa tidaklah seperti masa kanak-kanak. Pepatah mengatakan “Belajar di waktu kecil laksana menulis di atas batu dan belajar di waktu besar laksana melukis di atas air”.
Selain menyeru mendidik anak membaca Al-Qur’an, Rasulullah saw juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis huruf-huruf Al-Qur’an. Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis (kitabah) aksara Al-Qur’an dengan baik dan benar dengan cara imla' 'dikte' atau setidaknya dengan cara menyalin (naskh) dari mushaf.
Penulis melihat bahwa SDN X 01 adalah salah satu Sekolah Dasar Negeri yang maju di kecamatan X dibanding dengan SDN yang lain. Melihat dari prestasi-prestasi anak didik dalam berbagai bidang mata pelajaran, termasuk juga pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SDN X 01 terkait dengan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an para siswanya. Maka judul yang diajukan dalam skripsi ini yaitu “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA ANAK DIDIK DI SDN X”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya Guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an Pada anak didik di SDN X ?
2. Metode apakah yang diterapkan guru PAI dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak didik di SDN X ?

C. Tujuan Dan Kegunaan penelitian 
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari beberapa penelitian masalah diatas, penulis menyusun penelitian ini supaya dapat :
1. Mendeskripsikan bentuk upaya guru dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an anak didik di SDN X.
2. Mengetahui bentuk metode yang diterapkan guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak didik di SDN Siodrejo X.
b. Kegunaan Penelitian
Untuk mengetahui guna atau manfaat dari penelitian ini penulis akan memaparkan diantaranya :
1) Lembaga
(a) Memberi masukan untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak didik.
(b) Dapat memberi masukan, agar lebih giat lagi dalam bekerja meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak didik.
(c) Menyemangati untuk lebih eksis dan berkompetensi dalam mendidik anak didiknya.
2) Pengembangan Ilmu pengetahuan
(a) Memperkaya dan menambah teori-teori dalam dunia kependidikan.
(b) Dapat menjadi acuan pengembangan ilmu pengetahuan.
(c) Mengetahui sejauhmana fungsi dari teori-teori dalam belajar.
3) Penulis
(a) Dapat memberi tambahan pengetahuan bagi penulis sendiri.
(b) Memberi gambaran metode dalam belajar dan mengajar nantinya.
(c) Menambah pengalaman bagi penulis.

D. Ruang Lingkup Pembahasan
Identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas tidak semua permasalahan tersebut diuraikan dalam pembahasan skripsi ini, hal tersebut mengingat terbatasnya waktu dan tenaga, oleh karena itu penulis membatasi berbagai persoalan yang erat kaitannya dengan judul. Namun, apabila ada uraian lain yang disisipkan pada pembahasan skripsi ini hanya sebagai pelengkap untuk menjelaskan pokok permasalahan yang berkaitan dengan judul. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bentuk upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak di SDN X.
2. Metode yang diterapkan guru PAI dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak didik di SDN X.

E. Penegasan Istilah
Penulisan skripsi ini, menggunakan beberapa istilah yang memiliki peran penting bagi pembaca dalam memahami skripsi ini. Istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Upaya Guru adalah Suatu aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka membimbing, mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge kepada anak didik sesuai dengan kemampuan dan keprofesionalan yang dimiliki sehingga mencapai sesuatu yang diinginkan atau hendak dicapai.
2. Kemampuan adalah merupakan suatu kesanggupan dalam melakukan suatu hal setelah kegiatan yang lain dilakukan.
3. Disini penulis menggunakan istilah baca tulis Arab untuk menjelaskan istilah baca tulis Al-Qur’an. Yang mana baca tulis Arab adalah melihat serta memahami (baik dengan lisan maupun dalam hati) bentuk huruf/bentuk tulis atau bacaan yang terbuat dari Bahasa Arab (berbentuk bahasa Arab). Karena penulis beralasan bahwa Al-Qur’an adalah berbentuk bahasa Arab.
4. Peserta didik/anak didik adalah Peserta didik atau bisa juga disebut anak didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

F. Sistematika Pembahasan
BAB I : Pendahuluan, yang berisi pokok-pokok pemikiran yang melatar belakangi penulisan skripsi ini, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
BAB II : Kajian pustaka, berisi mengenai tinjauan tentang guru Pendidikan Agama Islam, tinjauan upaya guru sebagai tenaga pengajar, tinjauan tentang kemampuan baca tulis Al-Qur’an dan tinjauan tentang peserta didik.
BAB III : Metodologi Penelitian, yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik penelitian, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV : Laporan Hasil Penelitian, yakni memaparkan data-data yang akurat tentang gambaran umum lokasi penelitian, gambaran umum identitas/deskripsi responden, dan deskripsi hasil penelitian.
BAB V : Pembahasan hasil Penelitian meliputi : deskripsi data, interpretasi data tentang upaya atau usaha guru dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an anak didik, interpretasi pembahasan penelitian.
BAB VI : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

SKRIPSI UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH

SKRIPSI UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH


(KODE : PEND-AIS-0079) : SKRIPSI UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Berbicara masalah pendidikan dan sumber daya manusia tidak bisa dipisahkan antara pendidik dan peserta didik atau yang lazim disebut sebagai "guru dan murid". Tentu saja guru disini yang dimaksud adalah seorang pendidik disebuah sekolah atau lembaga pendidikan formal yang tugas atau pekerjaannya tidak hanya mengajar bermacam-macam ilmu pengetahuan melainkan juga "mendidik". Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan pada umumya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda pula. Pendidik bertanggung jawab untuk memandu yaitu mengidentifikasi dan membina serta memupuk, yaitu mengembangkan dan meningkatkan bakat termasuk didalamnya adalah kreativitas. Dulu orang biasanya mengartikan "orang berbakat" sebagai orang yang mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun sekarang makin disadari bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya intelegensi (kecerdasan) melainkan juga kreativitas. Kreativitas atau daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini kita semua terlibat dalam ancaman maut akan kelangsungan hidup. Dewasa ini tampak adanya kesenjangan antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudannya dalam masyarakat pada dan dalam pendidikan pada khususnya. Pendidikan disekolah pada umumnya lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan (intelegensi) dari pada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup.
Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju mundurnya tingkat budaya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan dan pengajaran oleh guru, oleh karena itu jelaslah peranan guru dalam masa pembangunan sangat penting. Tanpa pendidikan yang baik tidak akan tumbuh bangsa yang baik atau cerdas harapan bangsa yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Untuk menjadikan sumber daya yang berkualitas, diperlukan nilai tambahan, dan nilai ini makin tinggi jika pengetahuan dan teknologi yang dikuasai tinggi. Untuk generasi muda harus dipersiapkan sejak dini hingga pada akhirnya bangsa kita sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju. Harapan demikian berada dipundak guru sebagai pendidik.
Upaya guru mempersiapkan anak didiknya, terasa bertambah penting manakala kita ingat bahwa masa depan yang dihadapi negara saat ini adalah masa penuh tantangan dan harapan yaitu zaman-zaman "keterbukaan" atau lazim diistilahkan dengan era globalisasi.
Tanggapan berbagai sektor dan mass media tentang hal tersebut diartikan berbeda setiap orang menurut persepsinya masing-masing. Menurut David Campbell dalam bukunya yang disadurkan oleh A-A Mangun Harjana tentang mengembangkan kreativitas tergambar bahwa kreativitas sangat besar dalam kemajuan hidup seseorang. Konon orang yang berkreativitas itu harus lincah, kuat mental, dapat berpikir dari segala arah maupun ke segala arah. Dan yang terpenting mempunyai keluwesan konsepsional (berdasarkan konsep, pikiran dan cita-cita), orisinialitas (keaslian) dan menyukai kompleksitas (kerumitan). Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, punya selera humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide baru yang menghalang di depannya.
Alangkah indahnya jika kreativitas pembelajaran setiap bidang ilmu dapat mencakup beberapa persen saja dari sifat dinamik diatas. Dengan demikian bukan mustahil pelajaran akan menjadi favorit siswa. Namun dambaan seperti itu hingga sekarang masih jauh dari harapan. Pengembangan kreativitas masih menunggu penggarapan. Apalagi di dukung dengan praktisi dan teori-teori yang tergolong langka. Kerangnya pengajaran dan konsultasi pendidikan yang bisa mengajarkan kepada guru agar lebih kreatif semakin melemahkan kreativitas guru.
Kesadaran akan kreativitas ini harus dibangun, dipicu, dan digali terus untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam rangka yang lebih panjang, menyongsong masa depan, yaitu meningkatkan sumber daya manusia yang potensial pada abad 21. telah kita ketahui bersama tantangan masa depan yang diwarnai semangat "Homo Homini Lupus" atau "yang kuat akan menang" dan untuk bekal menghadapi semangat itu adalah kreativitas. Kenyataan dilapangan sangat banyak guru dan siswa yang pasif dan kurang inisiatif. Hanya sedikit yang tergolong aktif dan dinamis serta berusaha kreatif. Kembali pada persoalan diatas, secara hakiki, manusia mempunyai dasar kreatif dan bisa menentukan konsep pribadi (self consept), jadi cara untuk menemukan jalan keluar dari belenggu permasalahan tersebut layak dipikirkan. Apalagi jika melihat pentingnya kreativitas sebagai motor bagi pendidik. Oleh karena itu upaya untuk menumbuhkan semangat berkreasi perlu digalakkan.
Lemahnya daya kreasi siswa lebih diakibatkan dari proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang statis, para siswa umumnya tetap tinggal diam apabila proses belajar mengajar sedang berlangsung sangat monoton. Para siswa tidak "memberontak" agar pelajaran berjalan lebih berjiwa dan hidup. Karena antara guru dan siswa sama-sama sudah ada kecocokan sistem pembelajaran yag non kreatif. Maka seterusnya kegiatan akan berlangsung seadanya serba kekurangan dan penuh kebersahajaan. Dengan demikian hasil belajar yang dapat diperolehnya hanya seadanya saja.
Secara umum, bukti seberapa rendahnya tingkat kreativitas siswa terlihat manakala harus mengerjakan tugas menulis, mengarang, atau membuat laporan hasil kegiatan yang berlangsung diluar sekolah. Apresiasi yang dikaitkan dengan pengembangan potensi diri dirasakan sangatlah rendah jika dijadikan dengan program-program dalam GBPP (Garis Besar Program Pelajaran).
Menurut Guiford, kreativitas melibatkan proses berfikir secara divergen. Sedangkan Parnes mengungkapkan bahwa kemampuan berkreativitas dapat di bangkitkan melalui masalah yang mengacu pada lima macam prilaku kreatif, antara lain :
a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.
b. Fexibility (keluwesan), kemampuan dengan menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah diluar kategori biasa.
c. Orginality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa.
d. Elaboratorium (keterincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara tanggapan terhadap suatu situasi.
e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka perlu dilakukan upaya meningkatkan kreativitas siswa.
Pada hakikatnya manusia mempunyai potensi untuk menjadi kreatif, Contohnya apabila kita melakukan kreativitas "self consept (konsep pribadi)", tentunya akan tumbuh dan berkembang. Untuk itu individu harus lebih kukuh dan mantap sebagai individu seperti halnya kesuksesan yang mampu menjadikan diri kita lebih berkualitas, keikutsertaan dalam kegiatan kreatif seperti melakukan penjelasan lapangan yang belum tergarap dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Tentulah menjadikan seorang guru tidak mau mencoba membangkitkan kreativitas maka potensi guru tersebut akan menurun dan perlahan-lahan menjadi manusia yang pasif yang pada gilirannya merugikan kesehatan mental.
Melihat dan menyaksikan fenomena yang ada, maka penelitian ini sangat penting dilakukan agar nantinya dapat dipahami dan dijadikan salah satu sarana oleh guru dalam rangka mengembangkan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar di MI X. Dan apda akhirnya akan terlahir siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu juga dapat menambah khasanah keilmuan kita bersama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba meneliti fenomena yang ada mengenai upaya pengembangan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar di MI X. Dalam hal ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pelaksanaan pendidikan MI X dalam upaya pengembangan kreativitas siswa ?
2. Bagaimana upaya yang digunakan untuk pengembangan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar di MI X ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pengembangan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar di MI X ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berpijak pada formulasi rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Tujuan umum
1. Sebagai perwujudan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu mengembangkan ilmu mengadakan penelitian dan pengabdian masyarakat.
2. Sebagai tugas akhir syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan Islam di jurusan Pendidikan Islam fakultas tarbiyah.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui sistem pelaksanaan pendidikan MI X dalam upaya pengembangan kreativitas siswa.
2. Untuk mengetahui upaya apa yang digunakan dalam pengembangan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar di MI X.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat upaya pengembangan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar di MI X.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi penulis
Penelitian adalah sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan memperkaya pengetahuan (keilmuan) dan juga untuk menambah pengalaman.
b. Bagi guru
Penelitian dapat dijadikan feedback (umpan balik) untuk menilai kreativitas yang dimiliki guru dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kreativitas yang telah dimiliki oleh guru-guru pada sekolah yang bersangkutan.
c. Bagi lembaga yang diteliti
Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mencapai hasil-hasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran.
d. Bagi siswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai feedback (umpan balik) untuk menilai kreativitas yang dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar.

D. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini sekaligus dapat tersusun secara sistematis dan mendalam serta memberikan ketepatan dalam mengantisipasi persoalan, maka penulis membagi dalam empat bab pokok bahasan. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :
Bab Kesatu : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian, dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan kerangka dasar yang memuat tentang pemikiran dasar adanya pembahasan skripsi ini secara umum yang termasuk didalamnya memuat pokok-pokok pikiran yang menjadi persoalan sekaligus merupakan arah dalam pembahasan skripsi ini.
Bab Kedua : Kajian Teoritis, berdasarkan literatur yang relevan dengan pembahasan yakni mengupas masalah yang berkaitan dengan pengertian kreativitas siswa, macam-macam kreativitas, ciri-ciri orang yang kreatif, teori tentang pembentukan pribadi kreatif, pengembangan kreativitas, kreativitas dalam pandangan Islam, pengertian proses belajar mengajar, peranan guru dalam proses belajar mengajar, faktor yang mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar, upaya pengembangan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar di MI X.
Bab Ketiga : Kajian hasil penelitian lapangan yang terdiri latar belakang obyek serta penyajian analisis data. Latar belakang obyek meliputi historis madrasah, visi misi, motto dan tujuan MI X, program kerja MI X, keadaan fasilitas sarana dan prasarana MI X, penyajian dan analisis data meliputi sistem pelaksanaan MI X dalam upaya pengembangan kreativitas siswa, upaya pengembangan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Bab Keempat : Merupakan bagian pokok dari keseluruhan pembahasan-pembahasan yang terdiri kesimpulan dan saran. Dalam bab inilah dapat diketahui secara garis besar yaitu ikhtisar dari pembahasan skripsi ini dan sekaligus diberikan saran-saran yang bersifat konstruktif guna perbaikan dan masukan bagi obyek penelitian khususnya agar semua usaha yang telah dilakukan bisa membawa hasil sekaligus dapat meningkatkan ke arah yang lebih baik dan sempurna.
Demikian sistematika pembahasan dalam skripsi ini diharapkan akan dapat mempermudah pemahaman para pembaca.
SKRIPSI UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN

SKRIPSI UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN


(KODE : PEND-AIS-0078) : SKRIPSI UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an menurut Agama Islam merupakan firman Allah SWT yang mengandung mu'jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf yang di riwayatkan denganjalan mutawatir yang membacanya di pandang Ibadah.
Menurut Manna' al-Qaththan, Al-Qur’an adalah kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya ibadah. Sedangkan menurut Al-Zarqani Al-Qur’an adalah lafad yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas".
Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azharnya mengistilahkan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu-wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasulnya dengan perantara Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada manusia.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad bukan sekedar mu'jizat saja tetapi di samping itu untuk dibaca, dipahami, diamalkan dan dijadikan sumber hidayah dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang dapat membimbing dan menuntun manusia ke arah jalan yang lurus, jalan keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa pada dasarnya Al-Qur’an itu mudah untuk dipelajari, dianalisis dipahami yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan hanya bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bertaqwa.
Allah dalam surat al-Qomar ay at 17, berfirman :
Artinya : "Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran" (al-Qomar ayat 17)
Ayat di atas mengisyaratkan pada kaum muslimin untuk mempelajari makna yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dijadikan pelajaran, tentunya dalam pemahaman terhadap Al-Qur’an ini tidak langsung sekaligus, melainkan dimulai dengan belajar membaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil.
Untuk mewujudkan generasi yang memahami dan mengamalkan Al-Qur’an tersebut perlu mempersiapkan sedini mungkin dan membiasakan membaca Al-Qur’an secara tartil agar mendapat petunjuk-nya, di samping itu peran guru yang paling diutamakan dalam mewujudkan generasi yang memahami dan mengamalkan Al-Qur’an, karna peran guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, sebagaimana dikemukakan oleh Adamad Desey dalam Basis Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin, pembimbing dan sebagai suri tauladan yang baik.
Demi merangsang minat belajar membaca Al-Qur’an tersebut, sudah banyak jalan yang ditempuh, seperti pembelajaran Al-Qur’an di mushalla, di masjid bahkan di rumah-rumah. Pada perkembangan selanjudnya model pembelajaran Al-Qur’an melahirkan apa yang dikenal dnegan sebutan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam bagi anak-anak usia 7-12 tahun, tujuannya adalah untuk menjadikan anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan makharijul khuruf dan ilmu tajwidnya sebagai target pokok.
Sesuai dengan namanya (TPQ), maka penekanan pengajaran pada pengenalan huruf-huruf Al-Qur’an dan kegemaran membaca Al-Qur’an beserta Tajwidnya. Selain dari pada itu, TPQ juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian anak yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berbudi luhur.
Akan tetapi, pada realita yang terjadi saat ini manyoritas TPQ hanya mengajarkan cara membaca Al-Qur’an dan ilmu Tajwid saja. Sedangkan dalam pembelajaran Al-Qur’an di TPQ X tidak hanya mengajarkan cara membaca Al-Qur’an dan ilmu Tajwid kepada para muridnya, tetapi guru juga menanamkan nilai-nilai keagamaan, baik yang menyangkut aqidah, ibadah maupun akhlaq. Karena penanaman nilai-nilai keagamaan itu dirasa sangat penting untuk di jadikan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari (Bermasyarakat).
Fenomena pembelajaran Al-Qur’an dan Tajwid yang ada di banyak TPQ pada saat ini, seakan-akan mengenyampingkan nilai-nilai Agama yang menurut peneliti juga sangat penting untuk ditanamkan pada anak.
Dari latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa TPQ X. Sehingga lembaga yang dikelolanya betul-betul bisa menjadi lembaga yang berkualitas dan mampu memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas peneliti mencoba mengangkat suatu masalah yang peneliti formulasikan kedalam judul penelitian, yaitu : "Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Kegamaan Pada Siswa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Di TPQ X"

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, serta dasar pemikiran yang terdapat didalamnya, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ X ?
2. Metode apa yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ X ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat pembahasan yang begitu luas dalam kaitannya dengan penanaman nilai-nilai keagamaan, sehingga untuk menghindari penyimpangan maka perlu ditentukan dahulu ruang lingkub pembahasannya. Adapun ruang lingkub pembahasan dalam penelitian ini adalah :
1. Mendiskripsikan upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ X
2. Mengidentifikasi metede dalam Penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ X

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui sejauh mana upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ X.
2. Untuk mengetahui metode-metode dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ X.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pada pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat, serta dapat memperkaya khazanah dan wawasan keilmuan mengenai bahasan tentang Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Kegamaan Pada Siswa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Di TPQ X, serta dapat dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini untuk menambah atau memperkaya informasi mengenai masalah masalah tersebut, baik sebagai data banding atau informasi pelengkap dari penelitian yang memiliki fokus yang sama.

F. Sistematika Pembahasan
Agar mempermudah dalam pembahasannya, maka sistematika pembahasannya dibagi menjadi enam bab dengan sub-subnya sebagai berikut :
BAB I Merupakan pendahuluan yang berisi gambaran atau penjelasan seluruh pokok pikiran yang terkandung dalam skripsi ini. Dengan demikian para pembaca medapat gambaran yang jelas tentang arah isi skripsi ini.
BAB II Merupakan pembahasan secara teoritis, dari pembahasan teoritis ini peneliti akan memperoleh data secara teori, konsep-konsep atau definisi-definisi serta dalil-dalil yang sesuai dengan masalah-masalah yang akan dibahas. Dengan demikian bisa dijadikan pedoman pada pembahasan berikutnya.
BAB III Merupakan metode penelitian yang meliputi : Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.
BAB IV Laporan Hasil Penelitian, yakni memaparkan data-data yang akurat berkaitan dengan Sejarah Berdirinya TPQ X, Visi dan Misi Tujuan Berdirinya TPQ X, Stuktur Organisasi Kepengurusan, Keadaan Guru atau Ustadz/Ustadzah, Keadaan Santri, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana, Penyajian Data Hasil Penelitian, upaya guru dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa TPQ X, dan Metode yang digunakan dalam Menanaman Nilai-nilai Keagamaan pada siswa TPQ X
Bab V Penjelasan dan analisis hasil penelitian dan kaitannya dengan teori akan dibahas dalam bab ini.
Bab VI : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

SKRIPSI STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QURAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BACAAN AL-QURAN SANTRI DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN

SKRIPSI STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QURAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BACAAN AL-QURAN SANTRI DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN


(KODE : PEND-AIS-0077) : SKRIPSI STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QURAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BACAAN AL-QURAN SANTRI DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Agama Islam yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia (agama Islam) mempunyai satu sendi yang esensial yang berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman : Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. (QS. 17 : 9). Dari sini kita ketahui bahwa yang dimaksudkan tersebut adalah kitab suci Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis secara mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas. Sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh kebahagian lahir dan bathin, di dunia dan di akhirat kelak. Konsep konsep yang dibawa Al-Qur’an selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia.
Al-Qur’an yang diturunkan dalam kurun waktu 23 tahun, yang dapat dibagi dalam dua periode, yaitu periode makkiyah dan periode madaniyah, sebagai bukti adanya hubungan dialektis dengan ruang dan waktu ketika Al-Qur’an diturunkan. Tegasnya studi tentang Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari konteks kesejarahannya, yang meliputi nilai-nilai sosial, budaya, politik, ekonomi, dan nilai-nilai relegius yang hidup ketika itu.
Halim (dalam Al-Muanawar) menyebutkan sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an dalam membicarakan suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara sistematis sebagaimana buku-buku ilmiah yang dikarang oleh manusia. Al-Qur’an jarang sekali membicarakan suatu masalah secara rinci, kecuali menyangkut masalah aqidah, pidana, dan beberapa masalah tentang keluarga. Umumnya, Al-Qur’an lebih banyak mengungkap suatu persoalan secara global, parsial, dan seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip dasar dan garis besar.
Keadaan demikian, sama sekali tidak berarti mengurangi keistimewaan Al-Qur’an sebagai firman Allah. Bahkan di situlah keunikan dan keistimewaan Al-Qur’an yang membuat beda dengan kitab-kitab lain dan buku-buku ilmiah karangan manusia. Hal ini membuat Al-Qur’an menjadi objek kajian yang selalu menarik perhatian dan tidak pernah kering bagi kalangan akademisi, cendekiawan, baik muslim maupun non muslim untuk mengkajinya, sehingga ia tetap aktual dan fleksibel sejak diturunkan empat belas abad yang silam.
Di samping keterangan yang diberikan oleh Rosulullah SAW, Allah juga memerintahkan kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan isi Al-Qur’an dan mempelaj arinya, karena mempelajari dan memahami isi kandungan dari Al-Qur’an adalah merupakan kewajiban bagi umat Islam. Berikut ini beberapa prinsip dasar untuk memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan. Atau dengan kata lain, mengenai memahami Al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Persoalan ini sangat penting karena pada dewasa ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan meliputi seluruh aspek kehidupan.
Untuk dapat mempelajari dan memahami isi atau kandungan Al-Qur’an tidaklah mudah, banyak cara atau metode yang biasa digunakan dalam mempelajari agama Islam, salah satunya adalah bagaimana cara dan strategi yang digunakan oleh oleh seorang guru (ustadz) dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada peserta didik atau santirnya. Metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran agama Islam selama ini adalah : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas (penugasan), dan Iain-lain. Selain motede pembelajaran diatas, dalam hal cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar banyak TPQ atau TPA yang dalam pembelajaranya menggunakan metode Qiro'ati, metode Iqro' dan metode An-Nahdhiyah.
Diantara pembelajaran Al-Qur’an adalah dengan cara membaca, menerjemahkan dan menafsirkan. Di dalam ayat pertama yang turun, mengandung perintah supaya membaca, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".
Prinsip pembelajaran Al-Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode antara lain sebagai berikut : Pertama, guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul murid/santri, kedua, murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya, dan ketiga, guru mengulang-mengulang bacaan sedangkan murid menirukannya kata perkata dan kalimat perkalimat secara berulang-ulang hingga terampil dan benar.
Untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar hendaklah membaca Al-Qur’an dengan tartil. Allah SWT. Berfirman :
Artinya : "Dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan".
Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad an-Nasafi "tartil" adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah, memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan memyempurnakan harokat dalam bacaan.
Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyamakan "tartil" dengan tajwid, yaitu membaguskan bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat berhenti (waqaf). Berbeda dengan Ibnu Katsir yang mengartikan "tartil" sebagai bacaan perlahan-lahan yang dapat membantu menuju tingkat pemahaman dan perenungan Al-Qur’an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam tafsirnya mengatakan "tartil" adalah memperjelas dan menyempumakan bacaan semua huruf dengan memberikan semua hak-haknya dengan cara tidak tegesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an.
Untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku diperlukan suatu bidang disiplin ilmu yang lazim disebut ilmu tajwid. Ilmu yang dapat mengantarkan para pembaca Al-Qur’an mampu membaca dengan benar teratur, indah dan fasih sehingga terhindar dari kekeliruan atau kesalahan dalam membacannya
Dari deskripsi diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang "Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Efektivitas Bacaan Al-Qur’an Santri di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Pondok Pesantren X".
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang memprioritaskan pembelajaran dalam bidang Al-Qur’an kepada para santrinya. Pembelajaran yang dilakukan di TPA X tidak hanya berkisar seputar ilmu tajwid atau cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, tetapi lebih dari pada itu, TPA X juga mengajarkan kepada para santrinya tentang apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan bagaimana memahami kandungannya, atauyang lazim disebut dengan "Ulumul Qur'an", yaitu ilmu pengetahuan yang secara khusus membahas tentang Al-Qur’an dari berbagai aspeknya. Maka dari itulah peneliti tertarik untuk menjadikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X sebagai obyek dalam penelitian, karena TPA X sangat representatif dengan judul yang dibahas dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi pembelaj aran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X ?
2. Bagaimana efekti vitas pembelaj aran Al-Qur’an santri di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendiskripsikan strategi pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X.
2. Mendiskripsikan efekti vitas bacaan Al-Qur’an santri di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian tersebut, diharapkan akan dapat mengungkap tentang bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X, sehingga hasil penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan baru, terutama dalam bidang pembelajaran Al-Qur’an. Adapun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1. Bagi Pesantren
a. Sebagai wacana dan pengembangan keilmuaan tentang pembelajaran Al-Qur’an.
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan pembelajaran Al-Qur’an.
c. Sebagai bahan evaluasi terhadap proses pembelajaran Al-Qur’an yang telah berlangsung di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X.
2. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pembelajaran Al-Qur’an, terutama bagi mereka yang mengelola Taman Pendidkan Al-Qur’an (TPA).
3. Bagi Kampus
Sebagai khazanah keilmuan dan wawasan pembelajaran serta tambahan referensi tentang strategi pembelajaran Al-Qur’an dalam meningkatkan pemahaman santri terhadap Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X.
4. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini akan menambah khasanah pemikiran dan pengetahuan penulis dalam bidang pembelajaran Al-Qur’an.
b. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana strata satu (S1) dalam bidang pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama sebagai proses merupakan suatu system yang tidak bisa terlepas dari komponen-komponen lainnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah strategi pembelajaran. Secara konseptual ruang lingkup penelitian ini akan membahas tentang strategi pembelajaran Al-Qur’an dan Taman pendidikan Al-Qur’an.

F. Definisi Operasional
1. Strategi adalah langkah yang tersusun secara terencana dan sistematis dengan menggunakan metode dan teknik tertentu. Sedangkan strategi pembelajaran Al-Quran adalah langkah-langkah yang tersusun secara terencana dan sistematis dengan menggunakan teknik dan metode tertentu dalam proses pembelajaran Al-Qur’an untuk mencapai tujuan yang diinginkan
2. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa, yang dimaksudkan dalam penelitian adalah upaya guru untuk mendorong murid dapat belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari Al-Qur’an baik untuk membaca, menulis maupun memahaminya.
3. Kualitas bacaan Al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tartil, yaitu mentajwidkan (membaca pelan) huruf-huruf dan mengetahui waqaf-waqaf.

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini ada enam bab. Pada bab I membahasa tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Pada bab II merupakan bahan rujukan (kajian pustaka) yang menjelaskan tentang pengertian strategi pembelajaran Al-Qur’an, dan Taman Pendidikan Al-Qur’an.
Pada bab III membahas tentang metode penelitian yang meliputi : lokasi penelitian, jenis penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik dan pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Pada bab IV menjelaskan tentang temuan data yang diperoleh dilapangan dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab III, yang meliputi : (1) Latar belakang obyek penelitian yang meliputi sejarah dan perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X, struktur organisasi, kondisi obyek penelitian seperti : profil guru/ustadz, keadaan santri, media pembelajaran, program pendidikan, visi dan misi, dan tujuan pendidikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) X; (2) Strategi pembelajaran Al-Qur’an; (3) Efektivitas bacaan santri TPA dalam membaca Al-Qur’an.
Pada bab V membahas tentang temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan dalam bab IV untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
Pada bab VI merupakan bab penutup, yang berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.

SKRIPSI STRATEGI GURU AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KTSP PADA PEMBELAJARAN FIQIH

SKRIPSI STRATEGI GURU AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KTSP PADA PEMBELAJARAN FIQIH


(KODE : PEND-AIS-0076) : SKRIPSI STRATEGI GURU AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KTSP PADA PEMBELAJARAN FIQIH




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
GBHN (Garis Besar Haluan Negara) terutama TAP/MPR/II/1988, telah menetapkan bahwa manusia Indonesia harus dibangun menjadi manusia yang berkualitas tinggi melalui berbagai bidang pembangunan yang salah satu sektornya adalah pendidikan. Dalam GBHN tersebut ditetapkan bahwa pembangunan nasional adalah berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yaitu manusia yang memiliki ciri-ciri watak dan kemampuan : (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, (2) berbudi pekerti luhur, (3) berkepribadian, berdisiplin dan bekerja keras dan tangguh, (4) bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, (5) sehat jasmani dan rohani, (6) memiliki rasa cinta tanah air yang mendalam, (7) memiliki rasa dan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, (8) memiliki rasa percaya kepada diri sendiri, (9) memiliki sikap dan perilaku inovatif dan kreatif, (10) memiliki kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab membangun masyarakat dan bangsa.
UNESCO mengemukakan dua prinsip pendidikan yang sangat relevan dengan pancasila : pertama; pendidikan harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua, belajar seumur hidup (life long learning). Untuk mewujudkan hal itu maka perlu strategi baru dalam menciptakan masyarakat melek huruf agar tidak ketinggalan dengan perkembangan zaman.
Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut un tuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental.
Oleh sebab itu dalam pembahasan penelitian ini maka guru harus memiliki pemahaman tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan dan strategi yang tepat dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut agar tercapai tujuan pendidikan. Yang mana Pemahaman adalah suatu titik temu antara 2 pola yang terdapat didalam diri manusia yaitu pola akal dan pola rasa. Jika disetiap pembelajaran didasari oleh suatu pemahaman terlebih dahulu maka akan lebih berharga dan bermaknalah suatu pembelajaran tersebut. Dan kelak bagi si orang tersebut jika ia menemukan suatu persoalan yang lainnya lagi pada akhirnya proses pembelajaran dengan pemahaman sudah mendarah daging didirinya, hanya cukup kapan ia butuh dan pada saat itulah ia akan muncul tanpa perlu dihapal dan diingat setiap saat. Begitu juga dengan seorang guru yang hendak mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebaiknya memahami tentang apa dan bagaimana kurikulum tingkat satuan pendidikan itu sendiri agar dalam pelaksanaannya tidak ada kesulitan.
Adapun strategi mempunyai banyak arti diantaranya yang dikemukakan oleh Reber mendevinisikan strategi sebagai rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah-langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Mulyasa mengartikan strategi khusus dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai langkah yang digunakan dalam implementasi KTSP seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai t ujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang lama, yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI (Standar Isi) dan SKL (Standar Kompetensi Lulusan).
Pada dasarnya kurikulum yang baru ini tidak ada perubahan deng an kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum baru ini ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai akrab disebut Kurikulum 2006 yang diolah berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan produk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah diresmikan pada tanggal 7 Juli 2006. Kurikulum tersebut mengakomodir kepentingan daerah. Guru dan sekolah diberikan otonomi untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi sekolah, permasalahan sekolah dan kebutuhan sekolah. kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut adanya kesanggupan guru untuk membuat kurikulum yang mendasarkan pada kebolehan, kemampuan dan kebutuhan sekolah.
Dalam KTSP, kiprah guru lebih dominan, terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, seorang guru harus progresif dan mengetahui dengan kompetensi apa yang dituntut dewasa ini. Disamping itu guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan menyediakan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan lainnya yang diperlukan.
Namun sebagai konsep baru dalam peningkatan kualitas kurikulum, KTSP tidaklah mudah diterapkan secara universal dan instan. Bahkan Pemerintah menargetkan empat tahun semua sekolah di Indonesia dapat melaksanakan KTSP dengan menyeluruh. Apalagi selama ini, mayori tas sekolah-sekolah masih berpusat dengan pemerintah pusat. Jadi untuk menerapkan KTSP memerlukan strategi dalam penerapannya agar terwujud tujuan KTSP khususnya dan umumnya untuk tujuan pendidikan nasional.
Begitu juga dengan MTs. X yang menjadi objek dalam penelitian ini yang memiliki berbagai strategi untuk terwujudnya misi sekolah, tujuan KTSP dan tujuan pendidikan nasional, yang mana semuanya didasari dengan pemahaman KTSP itu sendiri terlebih dahulu. Tetapi apakah selama kurang lebih tiga tahun ini menerapkan KTSP dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran fiqih pemahaman guru tentang KTSP dan terutama strategi guru dalam mengimplementasikannya sudah maksimal ?.
Beranjak dari latar belakang pemikiran inilah, maka penulis mencoba menyoroti bagaimana “Strategi Guru Agama Islam dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Pembelajaran Fiqih”, yang penulis fokuskan pada MTs. X.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman guru Fiqih di MTs. X mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ?
2. Bagaimana strategi guru agama Islam dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran fiqih di MTs. X ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab dua permasalahan pokok sebagaimana telah dipaparkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemahaman guru Fiqih di MTs. X mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Untuk mengetahui secara pasti strategi guru agama Islam dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran fiqih di MTs. X.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi insan akademis dalam menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya dalam pembelajaran fiqih.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan program pendidikan dalam bidang kurikulum serta dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan. b. Bagi Guru :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk dapat :
1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Fiqih.
2) Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat di dalam pelaksanaan KTSP.
4) Menganalisis sejauh mana optimalisasi KTSP pada pembelajaran Fiqih.
5) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru.
c. Bagi Peneliti
Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian, diharapkan peneliti sebagai calon guru sejarah siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.

D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah kepada permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya batasan-batasan serta ruang lingkup pembahasan melalui definisi operasional.
Adapun ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Guru agama Islam dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran fiqih yang meliputi pemahaman guru tentang KTSP dan strategi guru agama Islam dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran fiqih di MTs. X serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengimplementasian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran fiqih di MTs. X.
Adapun ada permasalahan di luar tersebut di atas maka sifatnya hanyalah sabagai penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.

E. Penegasan Istilah atau Definisi Operasional
Agar penelitian ini lebih terarah kepada permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya batasan-batasan serta ruang lingkup pembahasan melalui definisi operasional sebagai berikut :
1. Strategi Implementasi
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata strategi diartikan sebagai ilmu untuk mencapai suatu tujuan, siasat, tipu muslihat, teknik, atau cara-cara tertentu.
Dalam pendidikan, strategi merupakan keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara, teknik, media, dan taktik yang digunakan guru yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa strategi implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah tindakan nyata atau usaha yang ditempuh seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
2. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
Kurikulum adalah semua pengalaman yang dengan sengaja disediakan oleh sekolah bagi para siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Definisi tentang kurikulum secara umum tersebut mengacu kepada sejumlah pengalaman pendidikan yang berpengaruh dalam proses pendidikan. Sedangkan KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi.
Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :
1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2. KTSP beorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendek atan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini direncanakan terdiri dari 6 (enam) bab. Agar mudah di mengerti dan dipahami maka dalam penulisan penelitian ini garis besarnya adalah sebagai berikut :
BAB I : Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab kedua membahas tentang konsep dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berisikan pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karakteristik KTSP, prinsip dan acuan pengembangan KTSP, komponen KTSP, standar kompetensi KTSP, dan sistem evaluasi KTSP.
BAB III : Metode penelitian dipaparkan dalam bab III ini yang di dalamnya terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, serta tahap-tahap penelitian.
BAB IV : Bab keempat ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi latar belakang obyek penelitian yang berisikan Profil MTs. X dan visi, misi, serta tujuan lembaga MTs. X dan deskripsi data yang mencoba melihat bagaimana pemahaman dan strategi guru agama Islam dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran fiqih di MTs. X.
Bab V : Bab ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian
Bab VI : Bab ini akan diuraikan kesimpulan-kesimpulan penelitian serta saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam proses penerapan kurikulum ini selanjutnya.

SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK SMP X

SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK SMP X


(KODE : PEND-AIS-0075) : SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK SMP X




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan akhlak Islam merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem Pendidikan Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlaqul karimah agar dapat mencerminkan kepribadian seseorang.
Pendidikan akhlak Islam diartikan sebagai mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak Islam berarti juga menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab. Sebagai landasan firman Allah Surat Ali-Imran ayat 19 :
Artinya : "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya" (QS. Ali-Imran ayat 19)
Oleh karena itu, jika berpredikat Muslim benar-benar menjadi penganut agama yang baik maka harus menaati ajaran Islam dan menjaga agar Rahmat Allah tetap berada pada dirinya, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya yang didorong oleh Iman sesuai dengan Aqidah Islamiyah. Untuk tujuan itulah manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam. Pendidikan akhlak Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian.
Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang dilarang, juga dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga bahagia di dunia dan akhirat.
Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melalui dua jalan. Pertama, melalui karunia Tuhan yang menciptakan manusia dengan fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan Agama. Manusia tersebut dapat memperoleh ilmu tanpa belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan, manusia yang tergolong seperti itu adalah para Nabi dan Rasul Allah. Kedua, akhlak melalui berjuang secara bersungguh-sungguh (mujahadah) dan latihan (riyadhah) yaitu membiasakan diri melakukan akhlak-akhlak mulia.
Akhlak mulia juga dapat dipupuk melalui proses melawan hawa nafsu. Seseorang memiliki akhlak mulia apabila dia dapat melawan dan menundukkan hawa nafsunya. Menundukkan hawa nafsu bukan bermakna membunuhnya tetapi hanya mengawali dan mendidiknya agar mengikuti panduan akal dan Agama.
Pendidikan Agama Islam adalah salah satu pendidikan yang mempunyai fokus (emphasis) untuk lebih menitik beratkan pada norma-norma yang memberi arah, arti, dan tujuan hidup manusia. Pendidikan Agama Islam sebagai apresiasi bentuk kesadaran beragama secara ideal merupakan suatu kegiatan yang menanamkan nilai-nilai etika dan moral baik secara khusus maupun universal mulai dari lingkup besar (suatu negara dan bangsa). Negara yang memiliki pengakuan terhadap suatu agama akan melakukan pendidikan moral melalui pendidikan agama. Menurut Harun Nasution bahwa pendidikan agama banyak dipengaruhi oleh trend Barat yang lebih mengutamakan pengajaran dari pada pendidikan moral padahal inti sari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.
Sasaran utama dalam Pendidikan Agama Islam disekolah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu dengan dimensi kehidupan lain pada setiap individu warga negara. Hanya dengan keterpaduan berbagai dimensi kehidupan tersebutlah kehidupan yang utuh sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa dapat terwujud. Pendidikan Agama diharapkan mampu mewujudkan dimensi kehidupan beragama tersebut sehingga bersama-sama subyek pendidikan yang lain, mampu mewujudkan kepribadian individu yang utuh sejalan dengan pandangan hidup bangsa.
Dalam sistem pendidikan ini nilai-nilai keislaman yang ditanamkan pada peserta didik tidak terbatas melalui subyek pelajaran Pendidikan Agama Islam, tetapi juga melalui seluruh subyek pelajaran serta seluruh komponen atau faktor pendidikan. Bahkan dalam sistem ini, subyek Pendidikan Agama Islam sangat mungkin tidak diberikan secara khusus karena seluruh aspek subyek pelajaran tersebut dapat diintegrasikan ke dalam subyek pelajaran atau faktor pendidikan yang lain. Dengan demikian, dalam sistem ini semua guru harus memiliki kepribadian Muslim dan sekaligus mampu menanamkan nilai-nilai keislaman melalui subyek pelajaran yang dia punya. Karena merupakan sistem pendidikan alternatif, maka secara kelembagaan Pendidikan Islam tidak ada dalam sistem pendidikan kita.
Pendidikan Keislaman merupakan salah satu macam pendidikan Keagamaan, yakni pendidikan yang secara khusus dimaksudkan untuk memberikan bekal profesional dibidang keagamaan kepada peserta didik.
Pendidikan ini diselenggarakan dalam rangka untuk mempersiapkan peserta didik agar kelak mampu mengemban tugas yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama Islam. Dengan demikian, ilmu-ilmu keislaman yang di ajarkan melalui subyek pelajaran. Pendidikan Agama Islam merupakan bekal untuk memberikan kualifikasi yang harus dimiliki oleh mereka setelah selesai mengikuti pendidikan tersebut. Karena itu, materi ilmu-ilmu keislaman merupakan materi pokok yang diajarkan dalam pendidikan ini.
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Nasional bahwa keberadaan Aqidah dan Akhlak sudah menjadi keharusan bagi umat khususnya untuk lembaga dalam proses mengajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam dimana dan kapan saja, karena Aqidah merupakan keyakinan-keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus di Imani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari, demikian juga Akhlak yang merupakan petunjuk untuk mencapai perbuatan baik serta menghindarkan diri dari perbuatan buruk.
Permasalahan yang terjadi dalam berbagai segi kehidupan manusia yang terwujud dalam berbagai tingkah laku : seperti pelanggaran, pencurian, perampokan, perjudian, pemerkosaan, dan yang lebih serius lagi adalah gencarnya pemakaian narkoba di kalangan remaja. Perbuatan seperti itu sangatlah merusak masa depan bangsa.
Terjadinya permasalahan tersebut dikarenakan rendahnya Akhlak mereka, karena itu upaya pembinaan dan peningkatan Akhlak penting. Pendidikan Aqidah Akhlak dapat digunakan sebagai barometer (alat ukur) pribadi seseorang. Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai alat penimbang perbuatan baik buruk pada faktor yang ada dalam diri manusia yang masyhur dengan istilah al-qanun adz-dzatiy dalam istilah asing di sebut autonomous. Alat penimbang perbuatan ialah faktor yang datang dari luar diri manusia (al-qanun al-kharijiy) baik yang bersifat 'urf atau dalam undang-undang hasil produk pikiran manusia dan kehendak dari Tuhan (Agama). Apabila yang menjadi ukuran itu dari faktor dalam diri manusia, maka tekanannya adalah akal dan pikiran dan suara hati, kalau alat pengukur akhlak itu harus universal.
Seseorang tidak harus menggunakan alat ukur untuk mengetahui akhlak orang lain, tetapi kita harus mengetahui terlebih dahulu akhlak yang kita miliki, sehingga kita mampu mengetahui baik buruknya akhlak seseorang dengan memahami akhlak yang kita miliki, bahkan dapat pula mengetahui sempurna atau tidaknya iman seseorang. Dengan kata lain makin sempurna Akhlaknya makin sempurna pula iman seseorang dan sebaliknya makin rusak iman makin rusak pula iman seseorang, seperti hadits berikut :
“Orang mukmin yang paling sempurna Imannya, ialah orang mukmin yang paling baik akhlaknya (HR.At-Tarmidzi)”
Bahwa orang Islam yang berakhlak buruk, keburukan akhlaknya merupakan bukti bahwa dia belum berhasil dalam beragama, dia belum mencapai sesuatu yang sangat penting dan yang menyatu dengan agama, yaitu akhlak yang baik.
Kejadian tentang masalah kerusakan moral, maka pendidikan Aqidah Akhlak wajib diberikan pada setiap lembaga-lembaga pendidikan baik di tingkat SD, SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah, bahkan di Perguruan Tinggi. Menurut Abuddin Nata, adanya perilaku-perilaku yang menyimpang yang terjadi tersebut karena adanya beberapa faktor yang melatar belakanginya. Diantaranya. Pertama longgarnya pegangan terhadap agama, dengan longgarnya pegangan nilai-nilai agama dalam diri seseorang maka hilanglah kekuatan pengontrol dalam diri orang tersebut. Kedua kurang efektifnya pembinaan Akhlak yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat. Dan Ketiga dampak dari perkembangan dan kemajuan IPTEK (Abuddin : 2002 : 16)
Pendidikan Agama Islam khususnya pendidikan Aqidah Akhlak yang telah diterapkan dalam program Pendidikan Nasional boleh dikatakan kurang berhasil. Dengan bukti makin banyaknya kerusakan moral yang terjadi dikalangan remaja. Hal ini yang terjadi karena yang pertama : kurang atau minimnya waktu pelaksanaan pendidikan agama Islam yang diberikan, khususnya materi pembelajaran Aqidah Akhlak, padahal pembelajaran Aqidah Akhlak mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku peserta didik. Karena pembelajaran Aqidah Akhlak menyangkut pembiasaan sikap atau perilaku yang baik yang telah menjadi tujuan Pendidikan Nasional dan Pendidikan Agama Islam, yang kedua : tentang proses pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah, dimana norma-norma Aqidah Akhlak yang telah diformulasikan dalam teori-teori tidak dapat dijabarkan dalam langkah-langkah nyata, hal ini sangatlah memprihatinkan terhadap perkembangan perilaku siswa.
Oleh karena itu, sesuatu yang perlu dipikirkan adalah mampukah lembaga Pendidikan Islam berinteraksi dengan kemajuan IPTEK. Dan bagaimana seharusnya Pendidikan Islam disekolah benar-benar bisa mempengaruhi atau membentuk Akhlak siswa yang selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan pembelajaran Aqidah Akhlak, maka dalam penelitian ini penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan tentang "PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK SMP X".

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas dalam kaitannya dengan judul ini, maka rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan dan pedoman penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP X ?
2. Apakah ada pengaruh pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap perilaku peserta didik SMP X ?

C. Tujuan Penelitian
Dari beberapa pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan yang hendak dicapai di dalan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP X.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap perilaku peserta didik SMP X.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Manfaat yang dapat kita ambil dari hasil penelitian ini, agar dalam mendidik dan mengubah perilaku peserta didik yang baik yaitu dengan cara proses pembelajaran Aqidah Akhlak dengan baik :
a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan proses pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP X.
b. Sebagai bahan informasi sejauh mana pengaruh pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap peserta didik di SMP X.
c. Untuk menambah dan mengembangkan cakrawala pengetahuan penulis sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak.

E. Sistematika Pembahasan
Guna memperoleh gambaran yang menyeluruh terhadap permasalahan studi ini, maka sangat diperlukan suatu uraian yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Dalam penelitian ini, penulis memberikan sistematika pembahasan yang meliputi :
BAB I Pendahuluan, bagian ini merupakan kerangka dasar sebagai gerbang pemikiran agar pembaca dapat mengetahui informasi lebihjauh. Bab ini meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, penegasan istilah, hipotesis dan sistematika pembahasan.
BAB II Kajian Pustaka, Bab ini berisikan tentang pembahasan meliputi : pengertian pembelajaran Aqidah dan Akhlak, serta perilaku peserta didik dan Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Peserta didik SMP X.
BAB III Metode Penelitian, pada Bab ini mencakup tentang lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data (metode angket, observasi, dokumentasi dan interview), teknik analisis data, dan variabel penelitian.
BAB IV Laporan Hasil Penelitian, pada bagian ini penulis menjelaskan tentang hasil yang telah diteliti meliputi : latar belakang obyek penelitian, penyajian dan analisis data.
BAB V Penutup, pada bagian ini terdiri dari kesimpulan